Puji dan syukur penulis panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa.
Karena berkat Rahmat dan Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini. Dalam makalah ini penulis mendapat sebuah judul Eksistensi
Kebiasaan Internasional Sebagai Sumber Hukum Internasional. Penulisan
makalah ini untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Hukum Internasional.
Dalam penulisan makalah ini terdapat beberapa kesulitan yang penulis
hadapi. Namun penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik berkat
bantuan yang telah penulis dapat dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat Ibu Mintarsih, S.H.,
M.H, selaku Dosen mata kuliah Hukum Internasional, yang dengan penuh
perhatian telah meluangkan waktunya untuk memberikan arahan, petunjuk serta
nasehat-nasehat bagi penulis dalam menyelesaikan makalah ini. Pada kesempatan
ini penulis penulispun mengucapkan terima kasih kepada teman-teman kelas B
yang telah memberikan motivasi, semangat, dorongan serta bantuan yang
diberikan baik secara moral maupun materi.
Penulis sangat menyadari akan keterbatasan pengetahuan dan
pengalaman serta wawasan berpikir, sehingga makalah ini tentunya masih jauh
dari sempurna. Dengan kerendahan hati penulis sangat membuka segala masukan
baik berupa saran maupun kritikan yang bersifat membangun. Akhirnya penulis
banyak mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
penyelesain penulisan makalah ini. Semoga Tuhan memberikan berkat, anugerah
dan membalas kebaikan semua pihak.
1
DAFTAR ISI
1
BAB I
PENDAHULUAN
1
Agung Narendra, Ilmu Hukum Pendidikan (Jakarta : DKI Jakarta, 2014) .hlm 45
1
2
2
Mochtar Kusumaatmadja, Buku 1Pengantar Hukum Internasional, (Bandung: P.T. Alumni,
2003) hlm.102
3
J.G STARKE, pengantar hukum internasional (cet 1), (Jakarta : Sinar Grfika,2006,) ,hal.45
2
4
Ramlan, Hukum Laut Internasional, ( Jambi : Universitas Jambi, 2006), hal 28
5
Ejournal,Upaya Hukum Indonesia Mengajukan Landas Kontinen Ekstens,(Jakarta :Bina Graha
Pustaka, 2011),hal 187
2
B. Identifikasi Masalah
Sehubungan dengan masalah-masalah tersebut, maka terdapat
masalah-masalah yang menarik untuk dibahas yang diidentifikasikan sebagai
berikut :
1. Bagaimanakah Kebiasaan Internasional dapat dikatakan sebagai sumber
hukum internasional ?
2. Bagaimanakah konsep landas kontinen (Continental Shelf) yang
merupakan Kebiasaan Internasional dapat menjadi Konvensi Hukum
Laut?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang dan pokok-pokok permasalahan di atas,
maka penulisan ini mengandung tujuan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui dan memahami peran kebiasaan internasion sehingga
dapat dikatakan sebagai sumber Hukum Internasional.
2. Untuk mengetahui konsep landas kontinen (Continental Shelf) yang
merupakan Kebiasaan Internasional dapat menjadi Konvensi Hukun
Laut.
D. Kegunaan Penulisan
Penulisan ini diharapkan akan mempunyai kegunaan sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
Penulisan ini diharapkan dapat berguna bagi perkembangan Ilmu Hukum
pada umumnya dan khususnya Hukum Internasional.
2. Manfaat Praktis
Penulisan ini diharapkan dapat berguna untuk penulis dan pada umumnha
dapat memberikan manfaat bagi kehidupan para pembaca.
BAB II
KERANGKA TEORI
2. J.G Starke
Sekumpulan hukum (Body of Law) yang sebagian besar terdiri dari
asas-asas. Oleh karena itu, hukum internasional wajib ditaati oleh negara-
negara di seluruh dunia dalam menjalin hubungan internasional.
3.Wirjono Prodjodikoro
Hukum yang mengatur hubungan hukum antarberbagai bangsa di
berbagai negara.
4. Ivan A.Shearer
Sekumpulan peraturan hukum yang sebagian besar mengatur
tentang prinsip-prinsip dan aturan-aturan yang harus dipatuhi oleh negara-
negara.
5. Hugo de Groot
Hukum yang didasarkan pada kemauan bebas dan berdasarkan
persetujuan sebagian atau seluruh negara demi tercapainya kepentingan
bersama dari negara-negara yang menyertakan diri di dalamnya.
1
2
6. Rebecca M.Wallace
Peraturan dan norma yang mengatur tindakan negara-negara dan
kesatuan lain yang ada pada suatu saat diakui mempunyai kepribadian
internasional dan individu, dalam hal hubungan satu dengan yang lainnya.
2. Teori Positivisme
Teori ini mengatakan kekuatan mengikatnya hukum internasional
pada kehendak negara itu sendiri untuk tunduk pada hukum internasional.
Hukum internasional itu sendiri berasal dan kemauan negara dan berlaku
karena disetujui oleh negara.
6
IDTESIS Pengertian Hukum Internasional Menurut Para Ahli
https://tesishukum.com/pengertian-hukum-internasional-menurut-para-ahli/ , diakses pada
tanggal 13 Oktober 2017.
2
6. Pandangan Starke
7
Sang Koeno Teori-Teori Hukum Internasional http://www.sangkoeno.com/2013/10/teori-teori-
hukum-internasional.html, diakses 13 Oktober 2017.
BAB III
EKSISTENSI KEBIASAAN INTERNASIONAL SEBAGAI
SUMBER HUKUM INTERNASIONAL
1
2
dalam Perang Dunia I dan kebiasaan bagi kapal-kapal selam Jerman untuk
menenggelamkan kapal-kapal dagang fihak lawan tanpa pemberitahuan terlebih
dahulu,dan tanpa memberi kesempatan kepada awak kapal untuk menyelamatkan
dirinya. Hal ini berlawanan dengan hukum perang di laut yang mengatakan bahwa
sebelum menenggelamkan kapal dagang musuh suatu kapal selam harus memberi
syarat peringatan dan kesempatan pada awak kapal untuk menyelamatkan
dirinya.Tidak dapat disangkal bahwa selama Perang Dunia I dan Perang Dunia II
telah terjadi suatu kebiasaan penenggelaman kapal-kapal niaga pihak lawan oleh
kapal selam Jerman tanpa memenuhi kedua syarat hukum perang di laut tersebut
di atas. Walaupun demikian, kebiasaan di atas tidak pernah diterima sebagai
hukum kebiasaan karena tidak dirasakan sebagai kebiasaan yang sesuai dengan
hukum dan keadilan. Perlu diperingatkan bahwa kebiasaan internasional sebagai
sumber hukum tidak berdiri sendiri. Kebiasaan internasional sebagai sumber
hukum yang pertama yaitu perjanjian internasional. Hubungan ini merupakan
hubungan timbal balik.8
Pertimbangan-timbangan mengenai prasyarat suatu kebiasaan internsional
dapat diterima secara umum adalah menurut penulis bahwa timbulnya suatu
kebiasaan bukan hanya factor pengulangan pengulangan yang sama, namun dalam
praktek mungkin bisa saja adanya factor konflik, dan penyimpangan-
penyimpangan terhadap aturan-aturan internasional.
1. Faktor Konflik
Hal ini bisa dilihat pada akhir-akhir ini banyak terjadi konflik berenjata
di timur tengah yang semula adanya perjanjian-pernjian untuk melindungi
korban perang namun ternyata hal ini tidak dapat efektif dilaksanakan maka
belum lama ini dilakukukan oleh (ICRC) Internasional Palang Merah untuk
International tentang Perlindungan Korban Perang yang diselenggarakan di
Jenewa pada bulan Agustus-September 1993 membahas secara khusus cara-
cara untuk menanggulangi pelanggaran Hukum Humaniter Internasional (HHI
tetapi tidak mengusulkan diadopsinya sebuah perjanjian internasional baru.
Akan tetapi yang berasal dari hukum kebisaan internsional. Kemudian
8
Mochtar Kusumaatmadja dan Etty R. Agoes, Pengantar Hukum Internasional, Cet. Kesatu,
(Bandung: P.T. Alumni, 2003), hlm. 143.
2
2. Penyimpangan-Penyimpangan Kecil
Dalam hukum internsional ada pula kebiasaan internsional yang timbul
akibat adanya penyimpangan-penyimpangan kecil sehingga muncul suatu
kaidah baru pada pratek Negara yang menggunakan kaidah internsional
dalam praktek-praktek Negara. Hal ini dapat dilihat pada contoh yang
terkenal adalah penambangan batu bara di Selat Inggris (Engglish Channel)
di Cornwall dan pengambilan mutiara dari dasar laut dekat pantai Ceylon dan
di teluk Persia yang didasarkan atas kebiasaan yang telah berlaky sejak dulu
kala. Contoh yang lain pada tahun 1951 terjadi adanya sengketa Perikananan
anatara Inggris dan Norwegia yang diselesaikan di Mahkamah Internasional
(Internatinal Court of Justice) yang dikenal dengan nama Anglo-Norwegian
Fisheries Cese tentang penarikan garis ukur, di mana pihak Norwegia
menganut sistem pengukuran yang telah dianut oleh Nowegia secara
2
9
Desy Ariani, Eksistensi Kebiasaan Internasional Sebagai Sumber Hukum Internasional
https://kendesdesdotcom.wordpress.com/2011/01/05/kebiasaan-internasional-sebagai-sumber-
hukum-internasional/, diakses 10 Oktober 2017.
2
10
Drs. T. May Rudy, S.H., Mir., Msc, Hukum Internasional II, Cet. Kesatu, (Bandung: Refika
Aditama, 2002), hlm..2.
2
b. laut territorial,
c. zona tambahan,
d. laut lepas.
Terlihat dalam perkembangan yang cepat dari hukum laut
internasional dengan diperkenalkannya peraturan tentang landas kontinen
dalam l dan rezim baru Zona Ekonomi Ekslusif, Negara Kepulauan, Kawasan
Dasar Laut InternasionaL Ada pun konferensi intemasional utama yang
membahas masalah laut teritorial ialah Codification Conference pada tahun
1930 di Den Haag, yang dilangsungkan dibawah naungan Liga Bangsa-
Bangsa
Konferensi Kodifikasi ini berlangsung dari tanggal 13 Maret
sampai 12 April 1930, yang dihadiri oleh delegasi dari 47 negara. Konferensi
ini tidak mencapai kata sepakat tentang batas luar dari laut teritorial dan hak
menangkap ikan dari negara-negara pantai pada tona tambahan. Peserta
konferensi pendapatnya terbagi dalam berbagai versi, di antaranya ada yang
menginginkan lebar laut teritorial 3 mil (20 negara); adapula yang
menghendaki 6 mil laut teritorial (12 negara), serta negara-negara Nordik
menghendaki laut teritorial selebar 4 mil. Konferensi Kodifikasi Den Haag
tidak menghasilkan suatu konvensi, kecuali beberapa buah pasal yang
disetujui sementara. Konferensi Kodifikasi Den Haag akan satu-satunya yang
dilangsungkan di bawah naungan LBB.
a. Landas Kontinen
Menurut Summers teori dari landaskontinen terutama didasarkan
kepada suatu fakta geologis bahwa sepanjang sebagian besar pantai,
2
tanahnya menurun ke dalam laut, sampai akhir pada suatu tempat tanah
tersebut jatuh curam ke dalam laut. Pada tanggal 28 September 1945,
Presiden Truman memproklamirkan kebijaksanaan Amerika Serikat,
dalam kaitan dengan sumber-sumber alam dari tanah-tanah dibawah
permukaan air dan dasar lautdari landas kontinen.11
Deklarasi Presiden menyatakan bahwa Pemerintah Amerika
Serikat menganggap sumber-sumber alam dari tanah di bawah Amerika
Serikat laut lepas, tetapi bersambung dengan pantai Amerika Serikat,
menjadi bagian dan berada di bawah yuridiksi pengawasan Amerika
Serikat12
Pada saat itu peringatan landasan kontinen tidak dikaitkan dengan
kepentingan perikanan. Menurut dugaan, perairan diatas Landasan
Kontinen merupakan perairan yang baik sekali bagi kehidupan ikan.
Secara oceanografi dapat dijelaskan bahwa perairan diatas continental
shelf termasuk jenis perairan euphotic zone yakni suatu lapisan air yang
karena dangkalnya dapat mendapat cahaya matahari sehingga
memudahkan terjadinya photo sytesis yang diperlukan bagi
kesuburankehidupan biologi laut. Jenis bologi laut berupa phyto plankton
dan zoo-plankton yang sangat digemari oleh ikan-ikan sebagai makanan
pokoknya. Kemudian konsep Landasan Kontinen yang dikaitkan dengan
kekayaan alam yang terdapat di dasar laut dan tanah dibawahnya, untuk
pertama kali dapat dilihat dalam proklamasi Presiden Amerika Serikat
Harry S Truman pada tanggal 28 September 1945 sebagai berikut:
11
Ibid, hlm. 5.
2
1) The coastal state exercises over the continental shelf Sovereign Right
for the purpose of exploring it and its natural resources.
2) The rights referred into paragraph 1 of this article are exclusive in
the sense that if the coastal state does not explore the continental
shelf or exploits natural resources, no one may undertake these
activities, or make a claim to the continental shelf without the express
consent of the coastal state.
13
Fahmicode, Perkembangan Konsep Landas Kontinen,
https://hukummaritim.wordpress.com/2012/08/31/b-perkembangan-konsep-landas-kontinen/),
diakses 10 Oktober 2017.
2
14
Ibid, hlm. 8.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. kebiasaan internasional sebagai sumber hukum internasional
Kebiasaan internasional merupakan sumber hukum yang
terpenting daripada hukum internasional. Tempat itu diduduki oleh
perjanjian internasional karena semakin makin banyak persoalan diatur
diatur dengan perjanjian internasional. Untuk dapat dikatakan bahwa
kebiasaan internasional itu merupakan sumberhukum perlu terdapat
unsur-unsur sebagai berikut:
a. Harus terdapat suatu kebiasaan yang bersifat umum.
b. Kebiasaan itu harus diterima sebagai hukum.
Pertimbangan-timbangan mengenai prasyarat suatu kebiasaan
internsional dapat diterima secara umum adalah menurut penulis
bahwa timbulnya suatu kebiasaan bukan hanya factor pengulangan
pengulangan yang sama, namun dalam praktek mungkin bisa saja
adanya factor konflik, dan penyimpangan-penyimpangan terhadap
aturan-aturan internasional.
Hal ini bisa dilihat pada akhir-akhir ini banyak terjadi konflik
berenjata di timur tengah yang semula adanya perjanjian-pernjian
untuk melindungi korban perang namun ternyata hal ini tidak dapat
efektif dilaksanakan maka belum lama ini dilakukukan oleh (ICRC)
Internasional Palang Merah untuk International tentang Perlindungan
Korban Perang yang diselenggarakan di Jenewa pada bulan Agustus-
September 1993 membahas secara khusus cara-cara untuk
menanggulangi pelanggaran Hukum Humaniter Internasional (HHI)
tetapi tidak mengusulkan diadopsinya sebuah perjanjian internasional
baru. Akan tetapi yang berasal dari hukum kebisaan internsional.
1
2
B. SARAN
Keberadaan hukum internasional sangat dirasakan penting
demi tercapainya ketertiban dunia. Namun tidak dapat di pungkiri juga
bahwa ketegasan hukum internasiona sudah mulai melemah seiring
berkembangnya kekuatan kekuatan yang terpusat pada negara tertentu.
1.sebagai generasi penerus yang akan menjalankan tugas tugas
pemerintahann pada masa akan datang, diharapkan untuk kritis
terhadap isu isu, baik yang terjadi di dalam maupun di luar negara
ini, terutama menyangkut kebiasaan internasional yang menjadi
salah satu sumber hukum internasional.
2. Yang menjadi soal lain dalam hukum internasiooal adalah hukum
laut yang dapat dimiliki suatu negara atau tidak. Salah satu nya
landasan kontinen yang berubah menjadi konvensi hukum laut dari
hasil konvensi jenewa, diharapkan laut bebas yang ada di setiap
negara dapat di buat peraturan peraturan yang menyangkut agar tidak
sembarang kapal dapat atau bisa melewati laut bebas tanpa ada ijin
dari negara negara yang bersangkutan atau yang akan di lalui pleh
kapal negara asing.
DAFTAR PUSTAKA
1
2