Abstract
Constitutional court is a state institution was derived from reformation. The existence of Constitutional
court is in the third of constitution alteration by means of article 24 C. In the article 24 C section (1),
Constitutional court’s authority limitatively was defined into four categories namely: review the act
towards constitution, cut off the legal action of the state institution’s authority in which it was
originated from the constitution, cut off the dispersion of political parties and round out the legal action
of general elections. The development of public institutions lately seems to push Constitutional court
doing the expansion of authority on the Constitutional Complaint. It clearly seen from the violation of
citizen’s constitutional right doing by public institution. At this time, constitutional complaint is
handled by the review of act toward the constitution because there is no legal remedy of this case.
Abstrak
Mahkamah Konstitusi merupakan lembaga negara hasil reformasi. Kehadiran Mahkamah
Konstitusi terjadi pada perubahan ketiga Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 melalui Pasal 24C. Dalam Pasal 24C ayat (1) kewenangan Mahkamah Konstitusi
secara limitatif dirumuskan yaitu: Menguji Undang-Undang terhadap Undang-Undang
Dasar, Memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh
Undang-Undang Dasar, memutus pembubaran partai politik dan penyelesaian sengketa
pemilihan umum. Perkembangan ketatanegaraan belakangan ini seakan memaksa Mahkamah
Konstitusi untuk memperluas kewenangannya dalam hal Constitutional Complaint atau dapat
juga disebut dengan Pengaduan Konstitusional. Kebutuhan ini dapat dilihat pada banyaknya
lembaga publik yang melanggar hak konstitusional warga negara melalui perbuatan lembaga
publik. Namun wadah untuk pengaduan ini masih belum ada, hanya saja untuk saat ini
untuk kepentingan pewadahan Constitutional Complaint dibungkus melalui pengujian
undang-undang terhadap undang-undang dasar.
sebagai salah satu kewenangan baru di berikan perkara yang berhubungan dengan
untuk Mahkamah Konstitusi Indonesia dengan constitutional complaint, setiap permohonan
beberapa alasan yang dapat mendasarinya. perkara constitutional complaint selalu kandas di
Pertama, dalam melaksanakan palu hakim Mahkamah Konstitusi. Kompetensi
kewenangannya, MK telah menegaskan diri absolut dari peradilan selalu menjadi
sebagai lembaga pengawal demokrasi (the sandungan bagi warga negara untuk
guardian of democracy) yang menjunjung prinsip memperjuangkan hak konstitusionalnya yang
peradilan yang menegaskan peradilan yang terlanggar oleh lembaga publik. Dalam upaya
menegakan keadilan substantif dalam setiap penegakan hak konstitusional berbagai macam
putusannya (Martitah,2013). Maka dari itu cara dilalui agar apa yang menjadi haknya bisa
Mahkamah Konstitusi haruslah berupaya terpenuhi.
untuk mewujudkan segala sesuatu yang Sejauh ini upaya yang dilakukan untuk
berhubungan dengan pelanggaran dalam menegakan hak konstitusional yang dilanggar
berdemokrasi (Evandi,2011). Demokrasi oleh lembaga publik selalu dilakukan dengan
mengedepankan pemerintahan dari rakyat, membungkusnya melalui mekanisme Judicial
oleh rakyat dan untuk rakyat. Dalam Review. Memang ada permohonan yang lolos
perjalanan berbangsa dan bernegara terkadang ketika di sidangkan oleh Mahkamah
para penguasa ataupun pemerintahan dengan Konstitusi, namun tidak sedikit pula
secara sengaja atau tidak melanggar hak Mahakamah Konstitusi membatalkan
konstitusional warga negara. Beberapa permohonan itu. Sampai kapankah
perlindungan memang sudah di berikan oleh permasalahan Constitutional Complaint tidak
negara untuk menjamin hak konstitusional bisa di selesaikan oleh Mahkamah Konstitusi.
warga negara agar tidak dilanggar oleh Sedangkan kecenderungan permohonan yang
berbagai pihak seperti pelanggaran hak asasi berkembang saat ini adalah mengenai perkara
manusia yang di urus oleh Komisi Nasional Constitutional Complaint. Dalam satu sisi
Hak Asasi Manusia, pelanggaran di sektor peradilan dalam menyelesaikan perkara
pelayanan publik oleh Ombudsman Republik haruslah memperhatikan kompetensi Absolut
Indonesia, dalam hal Informasi oleh Komisi dari peradilan tersebut, dalam hal ini
Informasi, pelanggaran akibat peraturan yang Mahkamah Konstitusi sudah memiliki empat
dibuat oleh pemerintah salah satunya adalah tugas pokok dan satu kewajiban yang
Mahakamah Konstitusi yang mengurusi hal diamanahkan oleh konstitusi, disamping itu,
terkait pelanggaran hak konstitusional akibat salah satu asas dari hukum acara adalah hakim
berlakunya suatu Undang-Undang. tidak boleh menolak perkara (Siahaan,2010).
Namun diatas itu semua ada hal yang Ketiga, kewenangan Mahakamah
mungkin belum sempat diatur di negara ini Konstitusi yang diberikan oleh Undang-
yaitunya pengaturan mengenai pelanggaran Undang Dasar Negara Republik Indonesia
hak konstitusional warga negara yang tidak ada menyatakan bahwa Mahkamah
dilakukan oleh lembaga publik atau dengan Konstitusi berwenang mengadili perkara
kata lain pelanggaran terhadap penerapan Constitutional Complaint. Hal ini tentunya akan
norma Undang-Undang oleh pemerintah. menjadi perdebatan dalam ranah hukum
Mahkamah Konstitusi yang bertugas penuh mengenai kewengan Mahkamah Konstitusi
melindungi konstitusi dari para pelanggarnya yang telah secara eksplisit dijelaskan melalui
sampai saat ini belum memiliki kewenangan Pasal-Pasal di Undang-Undang Dasar ataupun
untuk mengadili perkara pelanggaran hak dalam Undang-Undang Mahkamah Konstitusi.
konstitusional warga negara oleh lembaga Tentunya akan menjadi hal menarik jika
publik atau biasa disebut dengan constitutional nantinya Mahkamah Konstitusi memiliki
complaint. Hal ini menandakan perlindungan kewenangan untuk mengadili perkara yang
yang belum maksimal di berikan oleh negara berhubungan dengan Constitutional Complaint.
terhadap warga negaranya yang di setiap Beberapa ahli memberikan pandangan terkait
waktu bisa saja hak warga negara dilanggar penambahan kewenangan Mahkamah
oleh negara itu sendiri. Konstitusi dalam mengadili perkara yang
Kedua, belum atau tidak adanya bermuatan Constitutional Complaint di
kewenangan dari Mahkamah untuk memutus kemudian hari, karena perkembangan sistem
ketatanegaraan yang bergerak dengan cepat kepada MK RI maka hal yang harus dilakukan
sedangkan hukum sulit untuk mengikutinya. dengan melakukan perubahan terhadap
rumusan limitatif UUD 1945 itu. Sementara,
Mahfud MD pada saat ini, untuk dapat melakukan
Penambahan kewenangan MK perubahan UUD 1945 bukanlah hal yang
ditempuh melalui amandemen UUD, karena mudah, baik secara politik maupun prosedural
kewenangan MK sangat terbatas dalam UUD. (Palguna,2015). Dari rumusan Pasal-Pasal
Artinya tidak boleh membuat kewenangan UUD 1945 mengenai kewenangan MK yaitu
baru. Tapi kalau membuat putusan, MK sering pada Pasal 24C sangatlah limitatif atau
tidak mengikuti Undang-Undang. Namun terbatas. Pada UUD terdapat empat
tidak pernah tidak mengikuti UUD. Selain itu kewenangan dan satu kewajiban MK, dalam
Mahfud MD juga memberikan pandangan hal ini Palguna menyatakan bahwa
mengenai cara lain dalam menyelesaikan kewenangan MK sesungguhnya ada lima yang
perkara Constitutional Complaint oleh hanya pembagiannya dalam dua ayat yaitu
Mahkamah Konstitusi yaitu mencari jalan lain Pasal 24C ayat (1) dan ayat (2).
seperti dimasukan keranah pengujian Undang- Diluar cara formal prosedural yang
Undang namun substansinya masuk ke CC diutarakan oleh palguna diatas, Palguna juga
adalah bisa. Hal seperti itu bisa akan tetapi memberikan solusi lain mengenai penambahan
tidak resmi. Dapat dicari kasus perkasus. Tapi kewenangan MK mengadili perkara
yang perlu dicermati adalah sikap kasus yang Constitutional Complaint yaitu untuk
berbeda-beda. Bukan general. Dan hal seperti menambah kewenangan memutus perkara
itu sudah banyak terjadi (Palguna,2015). pengaduan konstitusional kepada MK RI
melalui perubahan formal terhadap UUD 1945
A. Mukhtie Fajar sulit dilakukan, sedangkan kasus-kasus yang
Tanpa menambah kewenangan di secara substansial merupakan pengaduan
dalam UUD, MK bisa menambah kewenangan konstitusional telah menjadi kenyataan
dengan mengelaborasi PUU memasuki empirik yang tidak mungkin diabaikan begitu
wilayah cc, bukan hanya rumusan formal, saja (Palguna,2015). Ada hal yang menarik
namun mencakup penerapannya. Jalan paling dalam Pasal 29 ayat (1) pada point e ada hal
bagus melalui perubahan UUD, namun itu yang menarik yaitu adanya frasa yang
tidak mudah. Jalan kedua para hakim melalui menyatakan kewenangan lain yang di berikan
PUU ditafsirkan secara luas tidak hanya dalam undang-undang. Tamapaknya ketentuan
substansi UU, tapi juga pada tingkat dalam huruf e dari Pasal 29 ayat (1) UU
implementatif. Mungkin akan banyak kekuasaan kehakiman memberikan
mendapat tantangan, namun reaksi tantangan pembenaran atau landasan hukum pemberian
terhadap putusan MK sifatnya sangat tambahan kewenangan yang di berikan kepada
temporer, selama MK sendiri tetap bersih dan MK RI untuk mengadili dan memutus
terpercaya sehingga orang susah melawan sengketa hasil pemilihan kepala daerah.
putusan MK.Cara lain juga ditawarkan oleh A. Melalui perubahan terhadap UU MK,
Mukhtie Fajar mengenai kewenangan tanpa harus menambahkan kewenangan baru
Constitutional Complaint ini dengan cara yang tidak disebutkan dasarnya dalam UUD
mengikuti apa yang telah dilakukan oleh MK 1945, pembentuk undang-undang memberikan
Korea Selatan yang hanya memeriksa surat- penafsiran otentik terhadap salah satu
surat dan dokumen-dokumen dalam PUU dan kewenangan secara tegas disebutkan dalam
Constitutional Complaint sehingga dapat Pasal 24C ayat (1) UUD 1945.
diselesaikan dengan cepat, tidak memerlukan Dari pandangan para ahli diatas dapat
persidangan yang terbuka dengan prosedur di tarik beberapa kesimpulan mengenai
yang lama. (Palguna,2015) pengaturan penanganan perkara Constitutional
Complaint dengan beberapa cara yaitu
I Dewa Gede Palguna a. Perubahan Undang-Undang Dasar Negara
Menurut Palguna “secara legal formal, Republik Indonesia Tahun 1945, tata cara
jika hendak menambahkan kewenangan perubahannya pun sudah diatur dalam
mengadili perkara pengaduan konstitusional pasal 37 Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 dari DPR saja sudah sangat sulit. Padahal,
Perubahan, namun untuk melakukan di sisi lain, kesamaan pandangan dan
suatu perubahan hukum tertinggi atau kepentingan juga harus di bangun dengan
konstitusi tidak akan semudah membalik anggota MPR yang berada di DPD.
telapak tangan. Perubahan konstitusi (Palguna,2015)
harus didasarkan pada paradigma
perubahan agar perubahan terarah sesuai Di lain sisi, syarat dalam perubahan
dengan kebutuhan yang berkembang di Undang-Undang Dasar Negara Republik
masyarakat (Huda,2009). Indonesia Tahun 1945 begitu rumit dan sudah
Perubahan Undang-Undang Dasar Negara pasti akan memakan waktu yang tidak
Republik Indonesia Tahun 1945. Hal ini sebentar diakibatkan banyaknya kepentingan
didasarkan kepada kewenangan yang politik yang beradu di lembaga legislatif
limitatif dimiliki oleh Mahakamah Indonesia dalam hal MPR. Kebutuhan yang
Konstitusi. Pada awalnya, dibentuknya sudah dirasa semakin mendesak mengenai
lembaga negara baru yang bernama MK penambahan kewenangan Mahkamah
dilatarbelakangi oleh keinginan agar ada Konstitusi untuk menyelesaikan perkara
lembaga yang memiliki kewenangan Constitutional Complaint akan sangat sulit jika
untuk menguji konstitusional-tidaknya hanya menunggu perubahan konstitusi saja,
semua peraturan perundang-undangan, diperlukan cara lain bagi Mahkamah
pada pembahasan selanjutnya dalam Konstitusi agar hal ini bisa diwujudkan secara
rapat-rapat PAH I BP MPR, seluruh fraksi cepat.
sepakat untuk menambahkan kewenangan b. Dalam Undang-Undang Kekuasaan
lain-karena berkait dengan pembahasan Kehakiman terbaru yaitu Undang-Undang
dan perumusan Pasal-Pasal lain yang Nomor 48 Tahun 2009, tepatnya pada
didalamnya terkandung substansi yang, bagian ketiga undang-undang ini
secara konsepsional, memerlukan mengatur Mahakamah Konstitusi Pasal 29
kehadiran kewenangan MK RI ayat (1) menyatakan:
dirumuskan secara limitatif seperti yang Mahkamah Konstitusi berwenang
berlaku saat ini (Palguna,2015). mengadili pada tingkat pertama dan
Cara penambahan kewenangan terakhir yang putusannya bersifat final
Mahkamah Konstitusi jika dilihat dari untuk:
Risalah pembentukan Mahakamah a. Menguji Undang-Undang terhadap
Konstitusi itu sendiri adalah dengan Undang-Undang Dasar Negara
mengubah rumusan Pasal dalam Undang- Republik Indonesia Tahun 1945;
Undang Dasar Negara Republik Indonesia b. Memutus sengketa kewenangan
Tahun 1945, dikarenakan rumusan lembaga negara yang kewenangannya
limitatif dan original inten Pasal mengenai diberikan oleh Undang-Undang Dasar
kewenangan Mahkamah Konstitusi ini Negara Republik Indonesia Tahun
tidak memungkinkan adanya penambahan 1945;
melalui cara lain selain perubahan c. Memutus pembubaran partai politik;
Undang-Undang Dasar Negara Republik d. Memutus perselisihan tentang hasil
Indonesia Tahun 1945. pemilihan umum;dan
Dengan menganut sistem multipartai yang e. Kewenangan lain yang diberikan oleh
dianut dalam sistem kepartaian di Undang-Undang.
Indonesia saat ini, konfigurasi
kepentingan politik di MPR di kalangan Dalam rumusan Pasal diatas, terdapat
anggotanya yang berasal dari DPR jadi celah untuk menambah kewenangan
sangat beragam dan sangat “cair,” Mahkamah Konstitusi. Makna kata
sehingga tidak mudah di ikat dan “kewenangan lain yang diberikan oleh Undang-
digerakkan kedalam satu kepentingan Undang” seperti mengisyaratkan Undang-
yang sama. Oleh karena itu, menemukan Undang dapat menambah kewenangan dari
kesamaan pandangan dan kepentingan Mahkamah Konstitusi jika diperlukan. Hal ini
dikalangan anggota MPR yang berasal sudah dapat dilihat dari kewenangan untuk