Anda di halaman 1dari 13

Mempertimbangkan Constitutional Complaint Sebagai Kewenangan Mahkamah Konstitusi

MEMPERTIMBANGKAN CONSTITUTIONAL COMPLAINT SEBAGAI


KEWENANGAN MAHKAMAH KONSTITUSI
Heru Setiawan
Fakultas Ilmu Hukum, Universitas Diponegoro
Jl. Prof.H.Soedarto, SH, Tembalang, Semarang, Jawa Tengah.
heru@gmail.com

Abstract
Constitutional court is a state institution was derived from reformation. The existence of Constitutional
court is in the third of constitution alteration by means of article 24 C. In the article 24 C section (1),
Constitutional court’s authority limitatively was defined into four categories namely: review the act
towards constitution, cut off the legal action of the state institution’s authority in which it was
originated from the constitution, cut off the dispersion of political parties and round out the legal action
of general elections. The development of public institutions lately seems to push Constitutional court
doing the expansion of authority on the Constitutional Complaint. It clearly seen from the violation of
citizen’s constitutional right doing by public institution. At this time, constitutional complaint is
handled by the review of act toward the constitution because there is no legal remedy of this case.

Keywords: Constitutional court, constitutional complain

Abstrak
Mahkamah Konstitusi merupakan lembaga negara hasil reformasi. Kehadiran Mahkamah
Konstitusi terjadi pada perubahan ketiga Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 melalui Pasal 24C. Dalam Pasal 24C ayat (1) kewenangan Mahkamah Konstitusi
secara limitatif dirumuskan yaitu: Menguji Undang-Undang terhadap Undang-Undang
Dasar, Memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh
Undang-Undang Dasar, memutus pembubaran partai politik dan penyelesaian sengketa
pemilihan umum. Perkembangan ketatanegaraan belakangan ini seakan memaksa Mahkamah
Konstitusi untuk memperluas kewenangannya dalam hal Constitutional Complaint atau dapat
juga disebut dengan Pengaduan Konstitusional. Kebutuhan ini dapat dilihat pada banyaknya
lembaga publik yang melanggar hak konstitusional warga negara melalui perbuatan lembaga
publik. Namun wadah untuk pengaduan ini masih belum ada, hanya saja untuk saat ini
untuk kepentingan pewadahan Constitutional Complaint dibungkus melalui pengujian
undang-undang terhadap undang-undang dasar.

Kata kunci: Mahkamah Konstitusi, constitutional complaint.

Pendahuluan oleh konstitusi dilanggar atau diabaikan oleh


Salah satu fungsi dari Mahkamah suatu lembaga publik. Sebagai contoh, seorang
Konstitusi yaitu sebagai pelindung hak asasi warga negara yang mengalami kejadian salah
manusia dan pelindung dari Undang-Undang tangkap oleh pihak kepolisian. Akan tetapi, ia
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun tidak mendapatkan perlakuan yang
1945(selanjutnya disebut UUD NRI 1945). seharusnya didapatkanya sebagai korban salah
Perlindungan hak warga negara dapat tangkap. Hal ini bisa menjadi objek dari
dilakukan dengan cara pengaduan pengaduan konstitusional yang diajukan ke
konstitusional atau constitutional complaint. Mahkamah Konstitusi seandainya Mahkamah
Pengaduan konstitusional merupakan Konstitusi memberikan peluang untuk
pengaduan konstitusional merupakan salah dilakukannya upaya hukum tersebut.
satu bentuk dari upaya hukum yang dapat Biasanya pengaduan konstitusional itu
dilakukan untuk memberikan perlindungan dilakukan apabila sudah memalui semua jalan
terhadap hak-hak konstitusional warga negara. yang dilakukan untuk mendapatkan keadilan
Pengaduan konstitusional merupakan suatu mengenai hak konstitusionalnya. Jadi, dapat
wadah bagi warga negara yang merasa hak- disimpulkan Mahkamah Konstitusilah yang
hak konstitusionalnya atau hak yang diberikan menjadi tempat terakhir untuk mencari

Lex Jurnalica Volume 14 Nomor 1, April 2017 11


Mempertimbangkan Constitutional Complaint Sebagai Kewenangan Mahkamah Konstitusi

keadilan dan mengadukan hak-hak Complaint ke Mahkamah Konstitusi Republik


konstitusional yang di atur dalam UUD NRI Indonesia.
1945 dilanggar oleh suatu kebijakan yang Kehadiran Mahkamah Konstitusi telah
dibuat oleh pemerintah atau pejabat publik banyak memberikan sumbangan yang sangat
(Setiawan, 2015). besar bagi perkembangan ketatanegaraan di
Di Indonesia memang belum dirancang Republik Indonesia. Meskipun saat ini
mengenai sistem pengaduan konstitusional ini kewenangan dari Mahakamah Konstitusi
secara hukum. Akan tetapi, ada beberapa masih terbatas. Tingginya harapan kepada
kasus yang disidangkan oleh Mahkamah Mahkamah Konstitusi untuk melindungi hak
Konstitusi sudah masuk keranah pengaduan konstitusional warga negara dan tidak adanya
konstitusional. Salah satunya kasus, yakninya sarana yang jelas mengenai perlindungan hak-
perkara nomor 16/PUU-I/2003 yang di ajukan hak konstitusional warga negara yang masih
oleh Main bin Rinan dan kawan-kawan. Dalam belum terwadahi sampai saat ini. Salah satu
perkara tersebut terlihat jelas dari pokok kewenangan yang seharusnya ditambahkan
permohonan yang di ajukan melalui dalam kewenangan Mahkamah Konstitusi
mekanisme judicial review itu memiliki muatan yakni, Pengaduan Konstitusional atau
constitutional complaint. Hal ini dapat dilihat Constitusional Complaint
dari pokok perkara yang diajukan adalah Atas penjelasan penulis diatas, maka
mengenai pengujian Pasal 67 Undang-Undang penulis tertarik sekali ingin meneliti mengenai:
Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah 1. Bagaimanakah gagasan penanganan
Agung mengenai pengujian terhadap putusan perkara Pengaduan Konstitusional
Peninjauan Kembali Mahkamah Agung (constitusional complaint) oleh Mahkamah
bertentangan dengan Pasal 28 D ayat (1) Konstitusi Indonesia dalam rangka
Undang-Undang Dasar 1945 mengenai hak perlindungan hak konstitusional warga
atas pengakuan, Jaminan, perlindungan dan negaranya?
kepastian hukum yang adil serta perlakuan 2. Bagaimanakah penanganan perkara
yang sama di hadapan hukum (Palguna,2013). Pengaduan Konstitusional (constitusional
Dalam permohonan tersebut secara jelas dapat complaint) oleh Mahkamah Konstitusi
dilihat mengenai bagaimana para pihak Indonesia dalam perlindungan hak
mencoba untuk membatalkan putusan konstitusional warga negaranya?
mahkamah agung mengenai putusan
peninjauan kembali. Permohonan ini bermula Metode Penelitian
ketika Mahkamah Agung mengeluarkan Penelitian ini berjenis penelitian hukum
putusan Peninjauan Kembali Nomor 179 normative (yuridis normative) yaitu penelitian
PK/PDT/1998 tanggal 7 september 2001. yang bertujuan untuk meneliti asas-asas
Dalam putusan Peninjauan Kembali tersebut hukum, sistematika hukum, sinkronisasi
para pihak yang meraskan dirugikan hak hukum, sejarah hukum, teori hukum, dan
konstitusionalnya seperti yang diatur dalam perbandingan hukum (Soekanto,2007).
Pasal 28 D ayat (1) Undang-Undang Dasar Selanjutnya dalam penelitian ini menggunakan
Negara Republik Indonesia Tahun 1945. bebrapa pendekatan masalah, yaitu:
Permohonan tersebut ditolak oleh Mahkamah
Konstitusi dengan mengeluarkan ketetapan
karena hal yang di mohonkan merupakan
permohonan Constitutional Complaint yang
belum ada pengaturannya di Indonesia.
Masih banyak lagi permohonan yang
diajukan ke Mahkamah Konstitusi yang
sebenarnya bersifat Constitutional Complaint.
Akan tetapi, Mahkamah Konstitusi
kebanyakan menolak perkara, karena tidak
adanya kewenangan untuk melakukan
Pengaduan Konstitusional atau Constitutional

Lex Jurnalica Volume 14 Nomor 1, April 2017 12


Mempertimbangkan Constitutional Complaint Sebagai Kewenangan Mahkamah Konstitusi

a. Pendekatan Perundang- undangan c. Pemerintahan berdasarkan peraturan-


Pendekatan perundang-undangan peraturan (wetmatigheid van bestuur);
merupakan suatu hal yang mutlak dalam d. Peradilan administrasi dalam perselisihan.
penelitian yuridis normative, karena yang
akan diteliti adalah berbagai aturan AV Dicey sebagai ahli hukum dari
hukum yang akan menjadi focus sekaligus kalangan anglo saxon berpendapat bahwa ciri-
tema sentral suatu penelitian. Pendekatan ciri dari konsep the rule of law meliputi
ini dilakukan dengan menelaah semua (Dicey,1973), (terjemahan bebas peneliti):
undnag- undang dan regulasi yang a. Supremasi hukum, dalam arti tidak boleh
bersangkutan dengan isu hukum yang ada kesewenang-wenangan sehingga
sedang ditangani. seseorang hanya boleh dihukum jika
b. Pendekatan konseptual melanggar hukum;
Pendekatan konseptual beranjak b. Kedudukan yang sama di depan hukum
dari perundang-undangan dan doktrin- baik bagi rakyat biasa maupun bagi
doktrin yang berkembang dalam ilmu pejabat;
hukum. Rumusan yang tertuang dalam c. Terjaminnya hak-hak manusia oleh
Undang- Undang Dasar 1945 dan Undang- undang-undang dan keputusan-keputusan
undang yang terkait pengisian jabatan peradilan.
Panglima TNI berdasarkan Undang-
Undang Dasar 1945 dalam system system Teori Penafsiran Konstitusi oleh
Presidensial. Mahkamah Konstitusi. Istilah „penafsiran
c. Pendekatan Masalah konstitusi‟ merupakan terjemahan dari
Pendekatan berupa yuridis constitutional interpretation. Hal ini tentunya
normatif yakni pendekatan masalah sesuai dengan salah satu fungsi Mahkamah
melalui penelitian hukum dengan melihat Konstitusi sebagai Penafsir Konstitusi.
norma-norma hukum yang terdapat di Penafsiran konstitusi yang dimaksud di sini
dalam peraturan perundang-undangan adalah penafsiran yang digunakan sebagai
yang berlaku. (Asikin,2004) suatu metode dalam penemuan hukum
d. Pendekatan Sejarah (rechstvinding) berdasarkan konstitusi atau
Metode pendekatan sejarah adalah Undang-Undang Dasar yang digunakan atau
suatu metode yang mengadakan berkembang dalam praktik peradilan MK.
peneyelidikan suatu obyek penelitian Metode penafsiran diperlukan karena
melalui sejarah berkembangnya. peraturan perundang-undangan tidak
seluruhnya dapat disusun dalam bentuk yang
Kerangka Teoritis jelas dan tidak membuka penafsiran lagi.
Beberapa teori yang akan digunakan Sudikno Mertokusumo dan A. Pitlo
dalam tulisan ilmiah, yaitu: a) Teori Negara mengidentifikasikan beberapa metode
Hukum, Landasan teori yang digunakan interpretasi yang lazimnya digunakan oleh
dalam penelitian ini adalah teori negara hakim (pengadilan) sebagai berikut:
hukum. teori negara hukum dalam penelitian (Mertokusuma,1993)
ini bukan hanya teori dalam pengertian Rule Of (1) interpretasi gramatikal atau penafsiran
Law ataupun rechtsstaat. Akan tetapi menurut bahasa;
merupakan teori negara hukum yang berlaku (2) interpretasi teleologis atau sosiologis;
secara universal atau gabungan dari kedua (3) interpretasi sistematis atau logis;
unsur diatas. (4) interpretasi historis;
Frederich J. Carl yang merupakan ahli (5) interpretasi komparatif atau
hukum Eropa Kontinental memberikan ciri-ciri perbandingan;
rechtsstaat meliputi (Friederich,2003): (6) interpretasi futuristis
a. Hak-hak asasi manusia;
b. Pemisahan atau pembagian kekuasaan
untuk menjamin hak-hak asasi manusia
itu yang biasa dikenal sebagai trias
politika;

Lex Jurnalica Volume 14 Nomor 1, April 2017 13


Mempertimbangkan Constitutional Complaint Sebagai Kewenangan Mahkamah Konstitusi

Pembahasan Hasil Penelitian dan mendapatkan perlindungan hak-hak


Analisis Urgensi Penanganan Masalah konstitusional warga negara yang dilanggar
Constitutional Complaint Oleh akibat pelaksanaan dari norma undang-
Mahkamah Konstitusi di Indonesia undang yang dilakukan oleh Mahkamah
dalam Rangka Perlindungan Hak Konstitusi.
Konstitusional Warga Negara Constitusional Complaint terkait dengan
Pelanggaran hak konstitusional warga perlindungan hak konstitusional warga negara
negara menjadi permasalahan yang selalu yang dilanggar oleh kebijakan ataupun
terjadi dalam kehidupan berbangsa dan perbuatan hukum dari lembaga publik. Hal ini
bernegara. Salah satu upaya mala konstitusi sesuai dengan konsep yang pernah di utarakan
terbaru adalah pelanggaran hak konstitutional oleh Lord Acton yang mana menyatakan
warga negara melalui perbuatan pejabat publik bahwa “the power thens to corrupt, absolutly
atau pembuat kebijakan. Pelanggaran ini powers corrupt absolutly” dengan pengertian
sebenarnya bukanlah hal baru terjadi, sarana sederhana yaitu keuasaan cenderung
untuk penanggulangan dari pelanggaran menyempang dan kekuasaan yang absolut
tersebutlah yang belum ada. Apabila para pasti menyimpang dalam hal ini lembaga
pejabat publik melakukan pelanggaran publik sebagai suatu kekuasaan yang memiliki
terhadap hak konstitutional warga negara, kewenangan yang berbeda-beda dengan
maka sudah selayaknya lah Mahkamah lembaga lainnya (Ridwan,2008). Konsep Lord
Konstitusi menegakan keadilan dan mengadili Acton diatas mungkin saja atau sudah di
kasus mala konstitusi ini. Kecenderungan pastikan akan terjadi pada lembaga publik.
terbaru yang berkembang dalam Dengan kewenangan yang dimiliki akan
menyelesaikan permasalahan pelanggaran hak dengan mudah melakukan pelanggaran
konstitutional warga negara adalah melalui terhadap kepentingan maupun hak
jalan constitutional complaint. kosntitusional warga negara.
Constitusional Complaint atau Mengapa demikian, warga negara
pengaduan konstitusional memang merupakan sebagai komponen memiliki posisi tawar
sesuatu hal yang jarang terdengar di Indonesia. rendah, hal ini dibuktikan dengan tidak
Meskipun bukan sesuatu yang baru, akan adanya power bagi warga negara biasa ketika
tetapi karena belum adanya instrumen hukum berurusan dengan lembaga publik yang sudah
yang dapat untuk mewadahinya. Sehingga tentu memiliki kewenangan. Maka dari hal
Constitusional Complaint atau pengaduan itulah potensi terlanggarnya hak konstitusional
konstitusional jarang terdengar di negeri ini. warga negara sangat berpotensi untuk
Beberapa ahli telah memberikan pengertian terlanggar akibat perbuatan hukum lembaga
terhadap Constitusional Complaint diantaranya. publik baik di sengaja ataupun tidak di
Menurut Prof. Mahfud MD sengaja. Meskipun pengaturan mengenai tata
Constitusional Complaint adalah pengajuan cara kerja dari badan publik ini sudah ada,
perkara ke MK atas pelanggaran hak namun sudah pasti praktek tidak akan pernah
konstitusional yang tidak ada instrumen sama dengan apa yang ada di dalam konsep
hukum atasanya untuk memperkarakannya dalam hal ini undang-undang.
atau tidak tersedia lagi diatasnya jalur Hal inilah yang dicoba untuk mencari
penyelesaian hukum (peradilan) solusi mengenai permasalahahan pelanggaran
(Mahfud,2003). Selanjutnya menurut I Dewa hak konstitutional warga negara yang
Gede Palguna yang menyatakan bahwa dilanggar oleh badan publik. Gagasan
Constitusional Complaint adalah salah satu mengenai Constitusional Complaint bukanlah
bentuk upaya hukum perlindungan hak-hak hal baru terjadi di tataran para akademisi
konstitusional warga negara dalam sistem hukum khususnya di wilayah hukum tata
ketatanegaraan banyak warga negara didunia negara. Namun menjadi permasalahan ruang
saat ini yang kewenangan untuk mengadilinya untuk mengajukan penyelesaian permasalahan
diberikan kepada Mahkamah Konstitusi. mengenai Constitusional Complaint belum bisa
Dari pengertian para ahli diatas, dapat di selesaikan. Hal ini dikarenakan dengan
ditarik kesimpulan bahwa upaya untuk tidak adanya mekanisme yang pasti mengenai
penganangan perkara menenai Constitusional

Lex Jurnalica Volume 14 Nomor 1, April 2017 14


Mempertimbangkan Constitutional Complaint Sebagai Kewenangan Mahkamah Konstitusi

Complaint oleh Mahkamah Konstitusi di Meskipun penanganan kasus Constitutional


Indonesia. Complaint dapat diakali dengan membalut
Satu-satunya sarana hukum yang bisa perkara tersebut melalui jalur Judicial Review,
ditempuh untuk mengajukan perkara namun permasalahannya banyak perkara
Constitusional Complaint ke Mahkamah Constitutional Complaint yang ditolak karena
Konstitusi di Indonesia adalah melalui jalur pokok permohonannya bukan terhadap aturan
judicial review meskipun tidak selalu bisa dalam Undang-Undang yang bertentangan
berjalan mulus. Hanya ada beberapa saja dengan Konstitusi, akan tetapi penerapan dari
perkara yang memiliki muatan Constitusional aturan dari Undang-Undang itulah yang
Complaint yang lolos ketika di perkarakan ke menyebabkan terlanggarnya hak
Mahkamah Konstitusi melalui mekanisme konstitusional seseorang.
judicial review. Lebih lanjut I Dewa Gede Palguna
Salah satu kasus, yakninya gugatan memaparkan dalam Intenational Symposium
yang di mohonkan oleh Refly Harun dan On Constitutional Complaint menyatakan “The
Maheswara dengan nomor perkara: 102/PUU- constitution only says that constitutional court
VII/2009 yang memuat pokok perkara tentang shall have the competence to adjudicate cases of the
pengujian undang-undang nomor 42 tahun review law against the constitution. But there is no
2008 tentang Pemilihan Umum Presiden dan definition, there is no scope, what does it mean by
Wakil Presiden, terhadap Undang-Undang review law against the constitution. So, the
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 legislature may have, theoretically speaking, may
mengenai permasalah DPT yang dianggap have the power to make an “extended
bermasalah dan merugikan hak pemohon interpretation,” the meaning of the judicial review
dalam pemilihan Presiden dan Wakil Presiden itself, to cover the case of constitutional complaint.
(Palguna, 2013). Banyaknya perkara yang diajukan
Dalam perkara tersebut, dapat dilihat memuat unsur Constitutional Complaint, namun
bagaimana ketidakpuasan dari pemohon tidak ada saluran untuk itu membuat
terhadap penyusunan daftar pemilih tetap permasalahan ini tidak menemui titik
dalam pemilihan Presiden dan Wakil Presiden. terangnya, lebih lanjut Palguna menerangkan:
Hal ini sudah masuk keranah pengaduan Fakta bahwa banyak permohonan
konstitusional atau constitutional complaint yang secara substansial merupakan
yang menyatakan ketidakpuasan terhadap pengaduan konstitusional namun
KPU akibat kelalaian dalam menyusun DPT diajukan ke MK RI terutama sebagai
pemilihan Presiden dan Wakil Presiden. Pada permohonan pengujian undang-
perkara ini, Mahkamah Konstitusi mengambil undang yang diakui oleh para hakim
langkah yang bijak dengan menerima dan mantan hakim konstitusi. Mereka
permohonan pemohon, sehingga pemilih yang pada umumnya juga berpendapat
tidak terdaftar dalam DPT dapat ikut dalam bahwa dimasa depan MK RI harus
pemilu Presiden dan Wakil Presiden hanya diberi kewenangan mengadili perkara
dengan memperlihatkan KTP atau Pasport pengaduan konstitusional. Sebab,
saja. perlindungan hak konstitusional
Kasus-kasus kongkrit seperti ini sering warga negara harus dijamin bukan
terjadi di Indonesia, ada yang berhasil namun hanya tatkala haknya itu dilanggar
ada juga yang gagal. Menurut I Dewa Gede oleh undang-undang tetapi juga oleh
Palguna salah seorang hakim Mahkmah tindakan penyelenggara negara.
Konstitusi Indonesia. Beliau menyatakan Meskipun ada juga kekhawatiran
bahwa kecenderungan di Indonesia saat ini bahwa kalau kewenangan demikian
perkara-perkara yang masuk ke Mahkamah diberikan akan terjadi penumpukan
Konstitusi merupakan perkara-perkara perkara. Namun hal yang disebut
Constitutional Complaint, namun karena sarana terakhir ini lebih merupakan persoalan
belum ada untuk memfasilitasi permasalahan teknis yang dapat diatasi dengan
tersebut maka para pemohon mengaakalinya membuat aturan dalam hukum acara
dengan membungkus perkara Constitutional yang secara teknis memungkinkan
Complaint melalui metode Judicial Review. dilakukannya penyaringan terhadap

Lex Jurnalica Volume 14 Nomor 1, April 2017 15


Mempertimbangkan Constitutional Complaint Sebagai Kewenangan Mahkamah Konstitusi

perkara-perkara pengaduan kesalahan tafsir dari lembaga publik mengenai


konstitusional sehingga tidak semua pelaksanaan suatu aturan perundang-
perkara pengaduan konstitusional undangan dengan nyata merugikan hak
harus diperiksa oleh MK RI. konstitusional warga negara.
(Palguna,2015)
Gagasan Pengaturan Penanganan Perkara
Berkaca kepada negara-negara yang Constitutional Complaint oleh
sudah menerapkan Constitutional Complaint Mahkamah Konstitusi di Indonesia
sebagai salah satu kewenangan dari dalam Rangka Perlindungan Hak
Mahkamah Konstitusi di negara mereka. Konstitusional Warga Negara
Maria lourdes P.A. Sereno merupakan Ketua Berbicara mengenai penambahan
Supreme Court Filipina memaparkan bahwa: kewenangan, tentunya tidak akan pernah lepas
.....Kebijakan besar yang diberikan dari apa yang namanya politik hukum.
kepada pengadilan memungkinkan Menurut Mahfud MD, politik hukum adalah
pengadilan, termasuk pengadilan yang legal policy yang akan atau telah dilaksanakan
lebih rendah di Filipina mengatasi secara nasional atau Pemerintah Indonesia.
constitutional complaints. Hal ini (Mahfud,2012). Dari pengertian diatas dapat
dilakukan untuk memberikan akses diambil kesimpulan bahwa Politik Hukum
kepada individu menuju pengadilan merupakan arah kebijakan hukum mengenai
judicial review yang putusannya pembentukan peraturan perundang-undangan.
bersumber dari keputusan hakim atau Dalam melakukan pembaruan atau
aturan yang dikeluarkan oleh pembentukan suatu produk hukum haruslah
pengadilan. Dengan demikian, dalam memuat hal-hal sebagai berikut:
perintah UUD kita, selama hak dapat 1. Tujuan negara atau masyarakat Indonesia
ditemukan, akses ke pengadilan telah yang diidamkan sebagai orientasi politik
terjamin. hukum, termasuk penggalian nilai-nilai
dasar tujuan negara sebagai pemandu
Dapat dilihat bagaimana peradilan di politik hukum.
filipina memberikan akses untuk warga 2. Sistem hukum nasional yang diperlukan
negara yang merasa hak konstitutionalnya untuk mencapai tujuan itu serta faktor-
dilanggar memperkarakan ke pengadilan. faktor yang mempengaruhinya.
Luasnya kewenangan yang diberikan oleh 3. Perencanaan dan kerangka pikir dalam
konstitusi Filipina memberikan sebuah merumuskan kebijakan hukum.
kenyamanan bagi warga negara suatu ketika 4. Isi hukum nasional dan faktor yang
hak konstitutionalnya dilanggar oleh negara. mempengaruhinya.
Maka demi menegakan hak konstitutional 5. Pemagaran hukum dengan prolegnas dan
warga negara dengan sepenuhnya perlulah judicial review,legislative review dan
kiranya untuk memfasitasi seluruh upaya sebagainya (Mahfud,2012).
untuk memberikan perlindungan terhadap
warga negara dengan seutuhnya. Dilain itu adanya wadah untuk
Untuk saat ini permasalahan melakukan pengujian terhadap peraturan
pelanggaran hak konstitutional akan semakin perudang-undangan yang bertentangan
berkembang dan banyak terjadi seiring dengan yang berada di ataskan dimaksudkan
dengan semakin berkembangnya praktek untuk terjaminnya suatu kepastian hukum.
ketatanegaraan Indonesia. Salah satunya Jangan sampai antara tingkatan hukum
mengenai perkara penangkapan orang gara- tersebut tidak saling terkait atau dapat
gara mengambil kayu kebun miliknya oleh dikatakan saling bertentangan satu dengan
aparat, padahal kayu yang diambil hanya yang lainnya. Atas dasar itulah di sediakan
untuk keperluan rumah tangga dan tidak beberapa cara untuk melakukan pengujian
menimbulkan efek luas. Namun akibat adanya terhadap aturan hukum di berbagai tingkatan.
salah tafsir oleh penegak hukum dilapangan Menimbang mengenai kemungkinan
orang tersebut jadi tersangka ilegal loging. untuk menjadikan Constitutional Complaint
(Palguna,2015). Tidak fair memang jika

Lex Jurnalica Volume 14 Nomor 1, April 2017 16


Mempertimbangkan Constitutional Complaint Sebagai Kewenangan Mahkamah Konstitusi

sebagai salah satu kewenangan baru di berikan perkara yang berhubungan dengan
untuk Mahkamah Konstitusi Indonesia dengan constitutional complaint, setiap permohonan
beberapa alasan yang dapat mendasarinya. perkara constitutional complaint selalu kandas di
Pertama, dalam melaksanakan palu hakim Mahkamah Konstitusi. Kompetensi
kewenangannya, MK telah menegaskan diri absolut dari peradilan selalu menjadi
sebagai lembaga pengawal demokrasi (the sandungan bagi warga negara untuk
guardian of democracy) yang menjunjung prinsip memperjuangkan hak konstitusionalnya yang
peradilan yang menegaskan peradilan yang terlanggar oleh lembaga publik. Dalam upaya
menegakan keadilan substantif dalam setiap penegakan hak konstitusional berbagai macam
putusannya (Martitah,2013). Maka dari itu cara dilalui agar apa yang menjadi haknya bisa
Mahkamah Konstitusi haruslah berupaya terpenuhi.
untuk mewujudkan segala sesuatu yang Sejauh ini upaya yang dilakukan untuk
berhubungan dengan pelanggaran dalam menegakan hak konstitusional yang dilanggar
berdemokrasi (Evandi,2011). Demokrasi oleh lembaga publik selalu dilakukan dengan
mengedepankan pemerintahan dari rakyat, membungkusnya melalui mekanisme Judicial
oleh rakyat dan untuk rakyat. Dalam Review. Memang ada permohonan yang lolos
perjalanan berbangsa dan bernegara terkadang ketika di sidangkan oleh Mahkamah
para penguasa ataupun pemerintahan dengan Konstitusi, namun tidak sedikit pula
secara sengaja atau tidak melanggar hak Mahakamah Konstitusi membatalkan
konstitusional warga negara. Beberapa permohonan itu. Sampai kapankah
perlindungan memang sudah di berikan oleh permasalahan Constitutional Complaint tidak
negara untuk menjamin hak konstitusional bisa di selesaikan oleh Mahkamah Konstitusi.
warga negara agar tidak dilanggar oleh Sedangkan kecenderungan permohonan yang
berbagai pihak seperti pelanggaran hak asasi berkembang saat ini adalah mengenai perkara
manusia yang di urus oleh Komisi Nasional Constitutional Complaint. Dalam satu sisi
Hak Asasi Manusia, pelanggaran di sektor peradilan dalam menyelesaikan perkara
pelayanan publik oleh Ombudsman Republik haruslah memperhatikan kompetensi Absolut
Indonesia, dalam hal Informasi oleh Komisi dari peradilan tersebut, dalam hal ini
Informasi, pelanggaran akibat peraturan yang Mahkamah Konstitusi sudah memiliki empat
dibuat oleh pemerintah salah satunya adalah tugas pokok dan satu kewajiban yang
Mahakamah Konstitusi yang mengurusi hal diamanahkan oleh konstitusi, disamping itu,
terkait pelanggaran hak konstitusional akibat salah satu asas dari hukum acara adalah hakim
berlakunya suatu Undang-Undang. tidak boleh menolak perkara (Siahaan,2010).
Namun diatas itu semua ada hal yang Ketiga, kewenangan Mahakamah
mungkin belum sempat diatur di negara ini Konstitusi yang diberikan oleh Undang-
yaitunya pengaturan mengenai pelanggaran Undang Dasar Negara Republik Indonesia
hak konstitusional warga negara yang tidak ada menyatakan bahwa Mahkamah
dilakukan oleh lembaga publik atau dengan Konstitusi berwenang mengadili perkara
kata lain pelanggaran terhadap penerapan Constitutional Complaint. Hal ini tentunya akan
norma Undang-Undang oleh pemerintah. menjadi perdebatan dalam ranah hukum
Mahkamah Konstitusi yang bertugas penuh mengenai kewengan Mahkamah Konstitusi
melindungi konstitusi dari para pelanggarnya yang telah secara eksplisit dijelaskan melalui
sampai saat ini belum memiliki kewenangan Pasal-Pasal di Undang-Undang Dasar ataupun
untuk mengadili perkara pelanggaran hak dalam Undang-Undang Mahkamah Konstitusi.
konstitusional warga negara oleh lembaga Tentunya akan menjadi hal menarik jika
publik atau biasa disebut dengan constitutional nantinya Mahkamah Konstitusi memiliki
complaint. Hal ini menandakan perlindungan kewenangan untuk mengadili perkara yang
yang belum maksimal di berikan oleh negara berhubungan dengan Constitutional Complaint.
terhadap warga negaranya yang di setiap Beberapa ahli memberikan pandangan terkait
waktu bisa saja hak warga negara dilanggar penambahan kewenangan Mahkamah
oleh negara itu sendiri. Konstitusi dalam mengadili perkara yang
Kedua, belum atau tidak adanya bermuatan Constitutional Complaint di
kewenangan dari Mahkamah untuk memutus kemudian hari, karena perkembangan sistem

Lex Jurnalica Volume 14 Nomor 1, April 2017 17


Mempertimbangkan Constitutional Complaint Sebagai Kewenangan Mahkamah Konstitusi

ketatanegaraan yang bergerak dengan cepat kepada MK RI maka hal yang harus dilakukan
sedangkan hukum sulit untuk mengikutinya. dengan melakukan perubahan terhadap
rumusan limitatif UUD 1945 itu. Sementara,
Mahfud MD pada saat ini, untuk dapat melakukan
Penambahan kewenangan MK perubahan UUD 1945 bukanlah hal yang
ditempuh melalui amandemen UUD, karena mudah, baik secara politik maupun prosedural
kewenangan MK sangat terbatas dalam UUD. (Palguna,2015). Dari rumusan Pasal-Pasal
Artinya tidak boleh membuat kewenangan UUD 1945 mengenai kewenangan MK yaitu
baru. Tapi kalau membuat putusan, MK sering pada Pasal 24C sangatlah limitatif atau
tidak mengikuti Undang-Undang. Namun terbatas. Pada UUD terdapat empat
tidak pernah tidak mengikuti UUD. Selain itu kewenangan dan satu kewajiban MK, dalam
Mahfud MD juga memberikan pandangan hal ini Palguna menyatakan bahwa
mengenai cara lain dalam menyelesaikan kewenangan MK sesungguhnya ada lima yang
perkara Constitutional Complaint oleh hanya pembagiannya dalam dua ayat yaitu
Mahkamah Konstitusi yaitu mencari jalan lain Pasal 24C ayat (1) dan ayat (2).
seperti dimasukan keranah pengujian Undang- Diluar cara formal prosedural yang
Undang namun substansinya masuk ke CC diutarakan oleh palguna diatas, Palguna juga
adalah bisa. Hal seperti itu bisa akan tetapi memberikan solusi lain mengenai penambahan
tidak resmi. Dapat dicari kasus perkasus. Tapi kewenangan MK mengadili perkara
yang perlu dicermati adalah sikap kasus yang Constitutional Complaint yaitu untuk
berbeda-beda. Bukan general. Dan hal seperti menambah kewenangan memutus perkara
itu sudah banyak terjadi (Palguna,2015). pengaduan konstitusional kepada MK RI
melalui perubahan formal terhadap UUD 1945
A. Mukhtie Fajar sulit dilakukan, sedangkan kasus-kasus yang
Tanpa menambah kewenangan di secara substansial merupakan pengaduan
dalam UUD, MK bisa menambah kewenangan konstitusional telah menjadi kenyataan
dengan mengelaborasi PUU memasuki empirik yang tidak mungkin diabaikan begitu
wilayah cc, bukan hanya rumusan formal, saja (Palguna,2015). Ada hal yang menarik
namun mencakup penerapannya. Jalan paling dalam Pasal 29 ayat (1) pada point e ada hal
bagus melalui perubahan UUD, namun itu yang menarik yaitu adanya frasa yang
tidak mudah. Jalan kedua para hakim melalui menyatakan kewenangan lain yang di berikan
PUU ditafsirkan secara luas tidak hanya dalam undang-undang. Tamapaknya ketentuan
substansi UU, tapi juga pada tingkat dalam huruf e dari Pasal 29 ayat (1) UU
implementatif. Mungkin akan banyak kekuasaan kehakiman memberikan
mendapat tantangan, namun reaksi tantangan pembenaran atau landasan hukum pemberian
terhadap putusan MK sifatnya sangat tambahan kewenangan yang di berikan kepada
temporer, selama MK sendiri tetap bersih dan MK RI untuk mengadili dan memutus
terpercaya sehingga orang susah melawan sengketa hasil pemilihan kepala daerah.
putusan MK.Cara lain juga ditawarkan oleh A. Melalui perubahan terhadap UU MK,
Mukhtie Fajar mengenai kewenangan tanpa harus menambahkan kewenangan baru
Constitutional Complaint ini dengan cara yang tidak disebutkan dasarnya dalam UUD
mengikuti apa yang telah dilakukan oleh MK 1945, pembentuk undang-undang memberikan
Korea Selatan yang hanya memeriksa surat- penafsiran otentik terhadap salah satu
surat dan dokumen-dokumen dalam PUU dan kewenangan secara tegas disebutkan dalam
Constitutional Complaint sehingga dapat Pasal 24C ayat (1) UUD 1945.
diselesaikan dengan cepat, tidak memerlukan Dari pandangan para ahli diatas dapat
persidangan yang terbuka dengan prosedur di tarik beberapa kesimpulan mengenai
yang lama. (Palguna,2015) pengaturan penanganan perkara Constitutional
Complaint dengan beberapa cara yaitu
I Dewa Gede Palguna a. Perubahan Undang-Undang Dasar Negara
Menurut Palguna “secara legal formal, Republik Indonesia Tahun 1945, tata cara
jika hendak menambahkan kewenangan perubahannya pun sudah diatur dalam
mengadili perkara pengaduan konstitusional pasal 37 Undang-Undang Dasar Negara

Lex Jurnalica Volume 14 Nomor 1, April 2017 18


Mempertimbangkan Constitutional Complaint Sebagai Kewenangan Mahkamah Konstitusi

Republik Indonesia Tahun 1945 dari DPR saja sudah sangat sulit. Padahal,
Perubahan, namun untuk melakukan di sisi lain, kesamaan pandangan dan
suatu perubahan hukum tertinggi atau kepentingan juga harus di bangun dengan
konstitusi tidak akan semudah membalik anggota MPR yang berada di DPD.
telapak tangan. Perubahan konstitusi (Palguna,2015)
harus didasarkan pada paradigma
perubahan agar perubahan terarah sesuai Di lain sisi, syarat dalam perubahan
dengan kebutuhan yang berkembang di Undang-Undang Dasar Negara Republik
masyarakat (Huda,2009). Indonesia Tahun 1945 begitu rumit dan sudah
Perubahan Undang-Undang Dasar Negara pasti akan memakan waktu yang tidak
Republik Indonesia Tahun 1945. Hal ini sebentar diakibatkan banyaknya kepentingan
didasarkan kepada kewenangan yang politik yang beradu di lembaga legislatif
limitatif dimiliki oleh Mahakamah Indonesia dalam hal MPR. Kebutuhan yang
Konstitusi. Pada awalnya, dibentuknya sudah dirasa semakin mendesak mengenai
lembaga negara baru yang bernama MK penambahan kewenangan Mahkamah
dilatarbelakangi oleh keinginan agar ada Konstitusi untuk menyelesaikan perkara
lembaga yang memiliki kewenangan Constitutional Complaint akan sangat sulit jika
untuk menguji konstitusional-tidaknya hanya menunggu perubahan konstitusi saja,
semua peraturan perundang-undangan, diperlukan cara lain bagi Mahkamah
pada pembahasan selanjutnya dalam Konstitusi agar hal ini bisa diwujudkan secara
rapat-rapat PAH I BP MPR, seluruh fraksi cepat.
sepakat untuk menambahkan kewenangan b. Dalam Undang-Undang Kekuasaan
lain-karena berkait dengan pembahasan Kehakiman terbaru yaitu Undang-Undang
dan perumusan Pasal-Pasal lain yang Nomor 48 Tahun 2009, tepatnya pada
didalamnya terkandung substansi yang, bagian ketiga undang-undang ini
secara konsepsional, memerlukan mengatur Mahakamah Konstitusi Pasal 29
kehadiran kewenangan MK RI ayat (1) menyatakan:
dirumuskan secara limitatif seperti yang Mahkamah Konstitusi berwenang
berlaku saat ini (Palguna,2015). mengadili pada tingkat pertama dan
Cara penambahan kewenangan terakhir yang putusannya bersifat final
Mahkamah Konstitusi jika dilihat dari untuk:
Risalah pembentukan Mahakamah a. Menguji Undang-Undang terhadap
Konstitusi itu sendiri adalah dengan Undang-Undang Dasar Negara
mengubah rumusan Pasal dalam Undang- Republik Indonesia Tahun 1945;
Undang Dasar Negara Republik Indonesia b. Memutus sengketa kewenangan
Tahun 1945, dikarenakan rumusan lembaga negara yang kewenangannya
limitatif dan original inten Pasal mengenai diberikan oleh Undang-Undang Dasar
kewenangan Mahkamah Konstitusi ini Negara Republik Indonesia Tahun
tidak memungkinkan adanya penambahan 1945;
melalui cara lain selain perubahan c. Memutus pembubaran partai politik;
Undang-Undang Dasar Negara Republik d. Memutus perselisihan tentang hasil
Indonesia Tahun 1945. pemilihan umum;dan
Dengan menganut sistem multipartai yang e. Kewenangan lain yang diberikan oleh
dianut dalam sistem kepartaian di Undang-Undang.
Indonesia saat ini, konfigurasi
kepentingan politik di MPR di kalangan Dalam rumusan Pasal diatas, terdapat
anggotanya yang berasal dari DPR jadi celah untuk menambah kewenangan
sangat beragam dan sangat “cair,” Mahkamah Konstitusi. Makna kata
sehingga tidak mudah di ikat dan “kewenangan lain yang diberikan oleh Undang-
digerakkan kedalam satu kepentingan Undang” seperti mengisyaratkan Undang-
yang sama. Oleh karena itu, menemukan Undang dapat menambah kewenangan dari
kesamaan pandangan dan kepentingan Mahkamah Konstitusi jika diperlukan. Hal ini
dikalangan anggota MPR yang berasal sudah dapat dilihat dari kewenangan untuk

Lex Jurnalica Volume 14 Nomor 1, April 2017 19


Mempertimbangkan Constitutional Complaint Sebagai Kewenangan Mahkamah Konstitusi

menyelesaikan sengketa pemilihan kepala melakukan perubahan terhadap UU


daerah (pilkada) yang pada mulanya No. 24 tahun 2003 tentang Mahkamah
dimasukan ke rezim pemilihan umum Konstitusi (UUMK) (Palguna,2015).
(Pemilu) supaya bisa diberikan kewenangan ke Perubahan yang dilakukan oleh
Mahkamah Konstitusi untuk memutus lembaga legislatif dalam hal ini DPR
perselisihan ini. Namun dalam rentang tahun RI terhadap Undang-Undang
2014 sampai 2015 terjadi lagi suatu perubahan Mahkamah Konstitusi jika ingin
rezim dari Pemilukada kembali ke Pilkada. menambahakan kewenangan untuk
Meskipun Mahkamah Konstitusi sudah mengadili perkara yang berhubungan
menyatakan tidak lagi memiliki wewenang dengan Constitutional Complaint tanpa
untuk memutus perkara Pilkada, namun harus bertentangan dengan konstitusi.
sebelum adanya lembaga yang jelas atau Pembentuk Undang-Undang cukup
defenitif untuk menyelesaikan sengketa dengan hanya memberikan penafsiran
Pilkada, untuk sementara di selesaikan oleh otentik terhadap salah satu
Mahkamah Konstitusi. kewenangan yang secara tegas di
Cara ini juga pernah dilakukan oleh Republik sebutkan dalam Pasal 24C ayat (1)
Federal Jerman. Kewenangaan untuk UUD 1945, yaitu kewenangan menguji
melakukan pengujian perkara Pengaduan Undang-Undang terhadap Undang-
Konstitusional telah diberikan kepada MK Undang Dasar (Palguna,2015). Dalam
Jerman sebelum dilakukan perubahan secara hal ini pembuat undang-undang
formal terhadap konstitusi Jerman (GG) yang cukup dengan memperluas
secara eksplisit memberi kewenangan itu pengertian pengujian undang-undang
(Palguna,2015). Namun juga akan sangat terhadap Undang-Undang Dasar
rentan untuk bisa dijalankan kewenangan Negara Republik Indonesia Tahun
tambahan Mahkamah Konstitusi karena 1945 juga dimasukan pengujian
pengaturan limitatif di konstitusi dan sampai konstitusionalitas dari penerapan
saat ini para ahli Tata Negara pun masih norma Undang-Undang tersebut.
memperdebatkannya. Pada dasarnya pengujian Undang-
Undang terhadap Undang-Undang
c. Melalui penafsiran hukum oleh legislatif Dasar Negara Republik Indonesia
atau disebut juga dengan Legislative merupakan bagian dari Constitutional
Interpretation dan penafsiran oleh Review. Jika mengutip kata dari Prof
lembaga peradilan atau Judicial Saldi saat perkuliahan Constitutional
Interpretation. Review merupakan genus atau
(1) Penafsiran Legislatif atau Legislative induknya sedangkan Judicial Review
Interpretation dan Constitutional Complaint
Maksud dari legislative interpretation merupakan spesies yang bagaian dari
adalah penafsiran otentik atau resmi Genus. Terkait kewenangan
dari pembentuk undang-undang Constitutional Complaint perluasan
terhadap sejumlah pengertian dalam tafsir dari kewenangan Mahkamah
undang-undang, dalam hal ini UUMK Konstitusi dalam melakukan Judicial
(Palguna,2015). Penafsiran ini lebih Review merupakan bagian dari
mengedepankan pengertian lebih jauh Constitutional Review yang salah satu
atau mendalam terhadap suatu bagiannya adalah Constitutional
peristilahan dari perundang- Complaint. Jika nantinya penafsiran
undangan yang dibuat oleh lembaga dari original intent atau kandungan
legislative ditafsirkan oleh lembaga asli suatu Pasal peraturan perundang-
pembuat undang-undang itu sendiri. undangan dalam hal ini terkait
Dalam kaitannya dengan keinginan mengenai Constitutional Complaint
MK RI memiliki kewenangan yang merupakan perluasan dari
pengaduan konstitusional, apabila pengujian konstitusional. Maka
cara ini hendak ditempuh, maka penambahan kewenangan Mahkamah
pembentuk undang-undang cukup Konstitusi tidak harus melalui

Lex Jurnalica Volume 14 Nomor 1, April 2017 20


Mempertimbangkan Constitutional Complaint Sebagai Kewenangan Mahkamah Konstitusi

perubahan Undang-Undang Dasar ditingkat pertama. Bukan hanya di


Negara Republik Indonesia Tahun Indonesia, peristiwa pertama yang
1945. Hal ini juga bisa dikaitkan melandasi adanya penafsiran oleh
dengan peluang yang diberikan oleh peradilan. Hal itu bermula ketika
Undang-Undang Kekuasaan kasus Marbury vs Madison yang
Kehakiman mengenai kewenangan menjadi titik tolak awal dari adanya
lain yang diberikan oleh Undang- penafsiran oleh lembaga peradilan
Undang. Harapannya jika nanti sudah (Amsari, 2013). Melalui metode ini
dilakukan penafsiran oleh lembaga ada sedikit permasalahan terjadi jika
legislatif mengenai makna asli dari peradilan itu mengadili sesuatu hal
Pasal-Pasal Undang-Undang dalam yang bersangkutan dengan dirinya.
hal ini Undang-Undang tentang Karena salah satu prinsip hukum
Mahkamah konstitusi, maka tanpa acara, hakim tidak boleh memutus hal
perlunya amandemen Undang- yang bersangkutan dengan dirinya.
Undang Dasar Negara Republik Menurut Palguna Mahkamah
Indonesia Tahun 1945 bisa Konstitusi juga bisa menambah
ditambahkan dengan revisi dari kewenangannya sendiri dalam hal
Undang-Undang Mahkamah constitutional complaint, namun
Konstitusi dengan melakukan kembali lagi ke permohonan yang
perluasan makna judicial review ke diajukan oleh warga negara. Namun
arah constitutional review yang kembali lagi kembali lagi ke MK
menyebabkan Constitutional Complaint hanya berwenang untuk menyatakan
yang merupakan bagian dari conditionaly constitutional
constitutional review menjadi (konstitusional bersyarat atau tetap
kewenangan Mahkamah Konstitusi RI berlaku jika syarat yang diberikan
untuk memeriksa perkaranya demi oleh Mahkamah Konstitusi di
mewujudkan perlindungan secara jalankan) dan unconditionaly
maksimal terhadap hak konstitutional constitutional (bertetangan dengan
warga negara harus dilindungi dari konstitutional atau inkonstutional).
pihak-pihak yang ingin mengkebiri (Palguna,2015)
hak konstitusional warga negara.
Namun tidak dijelaskan lebih lanjut
(2) Penafsiran lembaga kehakiman atau oleh narasumber. Jika dikaji lebih jauh
Judicial Intrepretation mengenai kewenangan hakim Mahkamah
Judicial interpretation adalah penafsiran Konstitusi mengenai memutus sendiri
yang dilakukan oleh lembaga menambah atau mengurangi kewenangannya
peradilan terhadap suatu produk sudah pernah dilakukan oleh Mahakmah
hukum baik berupa Undang-Undang. Konstitusi. Sebagai perbandingan pada tanggal
Di Indonesia salah satu lembaga yang 19 mei 2014 melalui putusan bernomor
berwenang memberikan penafsiran 97/PUU-XI/2013, Mahkamah Konstitusi
adalah Mahkamah Konstitusi. Dalam menghapus kewenangan untuk memutus
hal, ada Pasal-Pasal yang diperlukan sengketa pemilukada yang di hapuskan dari
penafsiran oleh Mahkamah Konstitusi rezim pemilu. Jika berkaca dari apa yang
dapat diajukan perkara ke Mahkamah dilakukan oleh Mahkamah Konstitusi ada
Konstitusi. Beberapa waktu lalu kemungkinan di kemudian hari pengujian
Mahkamah Konstitusi memutus undang-undang Mahkamah Konstitusi
permohonan Judicial Review mengenai mengenai kewenangan Judicial review dapat di
beberapa Undang-Undang peradilan, perluas ke ranah Constitutional Complaint. Jika
baik itu peradilan Umum, Agama dan nantinya hakim Mahkamah Konstitusi
TUN. Pada putusannya Mahkamah mengabulkan dan menjadikan Constitutional
Konstitusi menyatakan bahwa Komisi Complaint sebagai salah satu kewenangan
Yudisial tidak berwenang untuk ikut untuk di perkarakan di Mahkamah Konstitusi.
serta dalam proses seleksi hakim Mungkin penafsiran ini merupakan cara

Lex Jurnalica Volume 14 Nomor 1, April 2017 21


Mempertimbangkan Constitutional Complaint Sebagai Kewenangan Mahkamah Konstitusi

terakhir dan paling nekad seandainya dalam Undang-Undang Dasar Negara


Mahkamah Konstitusi memutus mengenai Republik Indonesia Tahun 1945 akibat
kewenangannya sendiri. tindakan atau tidak bertindaknya pejabat
atau lembaga publik.
Kesimpulan 2. Gagasan pengaturan penanganan perkara
Berdasarkan Uraian sebelumnya dapat Constitutional Complaint oleh Mahkamah
ditarik kesimpulan sebagai berikut: Konstitusi dapat dilakukan dengan
1. Constitutional Complaint sudah dirasakan beberapa cara diantaranya: melakukan
sangat perlu untuk diterapkan oleh perubahan terhadap Undang-Undang
Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
dalam rangka perlindungan hak 1945 pada Pasal 24C ayat (1) dengan
konstitutional warga negara. Pengakuan menambah redaksional, “serta
dan pernghargaan terhadap hak-hak kewenangan lain yang diberikan oleh
konstitusioan warga negara merupakan Undang-Undang”. Menambah pada Pasal
suatu keharusan yang tidak bisa 10 ayat (1) Undang-Undang Nomor 24
dikesampingkan oleh siapapun meskipun Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi
oleh penguasa sekalipun. Hal ini dimana terdapat empat huruf dan menjadi
merupakan perwujudan dari supremasi lima huruf dimana huruf e nya berbunyi,
konstitusi atau konstitusi sebagai hukum “memutus perkara pengaduan
tertinggi suatu negara. Salah satu cara konstitutional (Constitutional Complaint)”.
untuk memberikan perlindungan terhadap Cara lain juga dapat dilakukan dengan
hak konstitusional warga negara adalah meminta penafsiran dari pembuat
dengan memberikan kewenangan undang-undang tentang original inten atau
Constitutional Complaint ke Mahkamah kandungan asli dari Pasal 10 ayat (1)
Konstitusi Republik Indonesia. Urgensi Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003
penerapan mekanisme Constitutional tentang Mahkamah Konstitusi pada huruf
Complaint di Indonesia merupakan wujud a mengenai pengujian Undang-Undang
perlindungan terhadap hak konstitusional terhadap Undang-Undang Dasar Negara
warga negara, selain itu sebagai salah satu Republik Indonesia Tahun 1945. Dalam hal
solusi untuk memperbaiki wajah ini DPR dapat memperluas maksud dari
penegakan hukum di Indonesia yang huruf a tersebut yang memasukan
belakangan tidak mencerminkan maksud Constitutional Complaint merupakan bagian
dan tujuan hukum itu sendiri. dari pengujian konstitusionalitas dari
Constitutional Complaint merupakan Undang-Undang Dasar Negara Republik
perlindungan paling kongrit terhadap hak Indonesia Tahun 1945, sehingga
konstitusional warga negara, hal ini Mahkamah Konstitusi dapat memutus
dikarenakan banyaknya lembaga publik perkara Constitutional Complaint.
yang melakukan pelanggaran terhadap
hak konstitusional warga negara. Dengan Daftar Pustaka
diadopsinya Constitutional Complaint Amirudin & Asikin, Z. (1994). Pengantar Metode
sebagai salah satu kewenangan Penelitian Hukum. Jakarta: PT. Raja
Mahkamah Konstitusi, maka dengan Grafindo Persada.
sendirinya judicial review akan berkurang,
pada saat ini banyak kasus judicial review Amsari, F. (2013). Perubahan UUD 1945:
merupakan kamuflase untuk penyelesaian perubahan konstitusi negara kesatuan
sengketa yang berbau Constitutional republik Indonesia melalui putusan
Complaint. Penerapan norma yang mahkamah konstitusi. Jakarta: Raja
bermasalah, malah normanya yang di Grafindo Persada.
permasalahkan karena wadah Amsari, I Dewa Gede. (2013) Pengaduan
pengaduannya belum di berikan. Dasar konstitusional (constitutional complaint)
pengajuan perkara Constitutional Complaint upaya hukum terhadap pelanggaran hak-
adalah pelanggaran terhadap hak hak konstitusional warga negara. Jakarta:
konstitusional warga negara yang diatur Sinar Grafika.

Lex Jurnalica Volume 14 Nomor 1, April 2017 22


Mempertimbangkan Constitutional Complaint Sebagai Kewenangan Mahkamah Konstitusi

acara mahkamah konstitusi. Jakarta:


Dicey, A.V. (1973) An Introduction to the study of Penulis.
the law of the constitution. („Introduction‟,
by E.C.S.Wade, 10th edn). London. Setiawan, H. (2015, 1 September). Perihal
pengaduan konstitusional. Opini Padang
Huda, N. (2008) UUD 1945 dan gagasan Ekspres, edisi 1. Padang.
amandemen ulang. Jakarta: PT. Rajawali
Pers. Siahaan, M. (2010). Hukum acara mahkamah
konstitusi republik Indonesia, Jakarta:
Mahfud, M.D.M. (2012). Membangun politik Sinar Grafika
hukum, menegakkan konstitusi. Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada. Soekanto, S. (2007). Pengantar penelitian hukum.
Jakrta: UI Press.
-------------------------. (2012). Politik hukum di
Indonesia, Jakarta: PT. Raja Grafindo Undang-Undang Dasar Negara Republik
Persada. Indonesia Tahun 1945.

-------------------------. (2009). Konstitusi dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008


hukum dalam kontroversi isu. Jakarta: Raja Tentang Perubahan Atas Undang-
Wali Pers. Undang Nomor 23 Tahun 2003 Tentang
Mahkamah Konstitusi.
-------------------------. (2003). Demokrasi dan
konstitusi di Indonesia: studi tentang Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2003
interaksi politik dan anggaran kehidupan Tentang Mahkamah Konstitusi.
ketatanegaraan. Jakarta: Rineka Cipta.
Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009
Tentang Kekuasaan Kehakiman.
Martitah. (2013). Mahkamah Konstitusi dari
negative legislature ke positive legislatur. Wawancara I Dewa Gede Palguna, Konferensi
Jakarta: Konpress. Nasional Hukum Tata Negara II di
Padang 10-12 September 2015, Jum‟at
Mertokusumo, S. & Pitlo, A. (1993). Penemuan 11 September 2015 di Convension Hall
hukum. Bandung: Citra Aditya Bakti. Universitas Andalas, pukul 12.00 wib.

Proceding International Symposium On


Constitutional Complaint, Jakarta:
Sekjen MKRI.

Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor


102/PUU-VII/2009

Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor


16/PUU-I/2003

Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor


43/PUU-XIII/2015

Ridwan H.R. (2008). Hukum administrasi negara.


Jakarta: Rajawali Pers

Sekretaris Jenderal dan Kepaniteraan


Mahkamh Konstitusi. (2010). Hukum

Lex Jurnalica Volume 14 Nomor 1, April 2017 23

Anda mungkin juga menyukai