Anda di halaman 1dari 3

ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN DAERAH BEBAS DARI ANGGOTA PARTAI

POLITIK

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Melihat Sejarah ketatanegaraan, Moh. Yamin pada saat itu mengungkapkan


keberadaan daerah di parlemen sangat penting, keterlibatan daerah dalam menjalankan
pemerintahan di pusat bisa menjadikan tolak ukur atau batasan bagi pemerintah pusat untuk
menyusun kebijaksanaan maupun kebijakan nantinya1. Pasca Amandemen Undang-Undang
Dasar 1945 (UUD 1945) telah mereformasi lembaga-lembaga negara, baik ditingkat
Legislatif, Eksekutif dan Yudikatif. Mahkamah Konstitusi (MK), Komisi Yudisial (KY), dan
Dewan Perwakilan Daerah (DPD) merupakan lembaga-lembaga negara yang baru
diperkenalkan dalam UUD 1945. Kedudukan dan fungsi lembaga Dewan Perwakilan Daerah
(DPD) merupakan bagian terpenting dalam upaya reformasi ketatanegaraan Indonesia.

Lahirnya DPD dalam ketatanegaraan Indonesia sejalan dengan tuntutan demokrasi,


dengan tujuan menghilangkan penyelenggaraan negara bersifat sentralistik yang berlangsung
sejak orde lama hingga orde baru. Kehadiran DPD sebagai upaya untuk memastikan bahwa
daerah harus memiliki wakil utuk memperjuangkan kepentingannya secara utuh di tataran
nasional. Para wakil perwakilan daerah tersebut bukanlah wakil dari suatu golongan,
komunitas di daerah yang berbasis ideologi atau partai politik2. Berdasarkan perubahan
Ketiga UUD 1945, keberadaan DPD diatur dalam :

Pasal 22 C

1) Anggota Dewan Perwakilan Daerah dipilih dari setiap provinsi melalui pemilihan
umum
2) Anggota Dewan Perwakilan Rakyat dari setiap provinsi jumlah sama dan jumlah
seluruh anggota Dewan Perwakila Daerah itu tidak lebih dari sepertiga jumlah anggota
Dewan Perwakilan Rakyat.
3) Dewan Perwakilan Daerah bersidang sedikitnya sekali dalam setahun.
4) Susunan dan kedudukan Dewan Perwakilan Daerah diatur dengan undang-undang.

1
Moh. Mahfud MD, Demokrasi dan Konstitusi di Indonesia (PT. Rineka Cipta:Jakarta, 2003)hlm. 19.
2
Ibid.,hlm. 22
Pasal 22 D

1) Dewan Perwakilan Daerah dapat mengajukan kepada Dewan Perwakilan Rakyat


rancangan undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat
dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan
sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainya, serta perimbangan keuangan
pusat dan daerah, serta yang dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah.
2) Dewan Perwakilan Daerah ikut membahas rancangan undang-undang yang berkaitan
dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah; pembentukan, pemekaran dan
penggabungan daerah; pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi
lainnya, serta perimbangan keuangan pusatdan daerah; serta memberikan
pertimbangan kepada Dewan Perwakilan Rakyat atas rancangan undang-undang yang
berkaitan dengan pajak, pendidikan dan agama.
3) Dewan Perwakilan Daerah dapat melakukan pengawasan atas pelaksanaan undang-
undang mengenai : otonomi daerah, pembentukan, pemekaran dan penggabungan
daerah, hubungan pusat dan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya
ekonomi lainnya, pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja negara, pajak,
pendidikan, dan agama serta menyampaikan hasil pengawasaannya itu kepada Dewan
Perwakilan Rakyat sebagai bahan pertimbangan untuk ditindaklanjuti.
4) Anggota Dewan Perwakilan Daerah dapat diberhentikan dari jabatanya, yang syarat-
syarat dan tata caranya diatur dalam undang-undang3.

Disisi lain di perkuat dengan adanya putusan Makamah Konstitusi (MK)


Nomor/30/PUU-XVI/2018 yang menegaskan bahwa penguruss partai politik tidak
diperkenankan untuk mencalonkan diri sebagai calon anggota Dewan Perwakilan
Daerah (DPD), memutuskan Frasa “pekrjaan lain” dalam pasal 182 huruf l Undang-
undang nomor 7 tahun 2017 tentang pemilihan Umum bertentagan dengan Undang-
undang Dasar (UUD) 1945 dan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat secara
besyarat sepanjang tidak dimaknai mecakup pula pengurus (fungsionaris) Partai
Politik (PARPOL).

3
Republik Indonesia, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Amandemen ke-
3 Tahun 2001, Pasal 22 C – 22 D
Ditulis disini de...

Namun, realita yang ada sekarang tidak lagi melihat perbedaan yang terjadi di dalam
tubuh parlemen Indonesia. Perubahan pemahaman tentang perbedaan DPR dengan DPD tidak
lagi terlihat kembali, dengan melihat realitas yang ada sekarang. Banyaknya anggota DPD
yang hijrah kedalam partai politik akhir-akhir ini, yang mana berdampak hilangnya
keindependensian lembaga DPD ketika aggotanya hijrah ke dalam partai politik serta
bertentangan dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. “DPD kini banyak diisi
anggota partai politik, bahkan Ketua DPD yang baru terpilih, yaitu Oesman Sapta adalah
Ketua umum Hanura, Hal ini dianggap sebagai kiamat bagi aspirasi daerah”4. Dengan
banyaknya anggota DPD menjadi kader partai, hal itu akan mengubah substansi dari
pembentukan DPD yang awalnya mewakili rakyat daerah, yang semula DPD dalam
membawa aspirasi daerahnya bisa bergeser membawa aspirasi dari partai politik tersebut,
serta dengan adanya anggota DPD yang menjadi anggota partai politik akan cenderung
mendahulukan kepentingan partai politiknya dibandingkan dengan kepentingan masyarakat
daerah dan akan menuai problematik baru di lembaga perwakilan Indonesia5.

B. IDENTIFIKASI MASALAH

4
Tidak Bernama, Kumparan, https://kumparan.com/pranannya-dewati/mahfud-md-pemilihan-oesman-
sapta-jadi-ketua-dpd-ilegal. Diakses pada hari Minggu, 03 marer 2019, pukul 22:22 Wib.
5
Ibid., hlm. 77

Anda mungkin juga menyukai