Perspektif Globalisasi
1. Memandang globalisasi sebagai suatu proses yang merongrong kekuasaan
negara yaitu pengikisan terhadap kekuasaan institusi negara ke perusahaan-
perusahaan.
2. Globalisasi hanya sebagai fenomena ekonomi yaitu proses perubahan yang
terjadi pada arus investasi, modal internasional, dan perdagangan dunia. (baik
globalisasi pasar ataupun keuangan)
3. Memandang globalisasi sebagai aspek pengubahan dalam pola hubungan
social berupa transformasi dalam pola-pola interaksi manusia dalam mejalani
kehidupan sehari-hari.
4. Globalisasi hanya merefleksikan suatu proses pembuatan mitos.
Hyperglobalist :
Kaum Hyperglobalist menyatakan bahwa globalisasi ekonomi bergerak menuju
denasionalisasi ekonomi melalui pendirian jaringan-jaringan produksi,
perdagangan, dan finansial transnasional. Banyak hyperglobalist yang memiliki
pendirian bahwa globalisasi ekonomi mengkonstruksi bentuk-bentuk baru dari
organisasi sosial yang menggantikan bangsa-negara tradisional sebagai unit
ekonomi dan politik primer masyarakat dunia. Hyperglobalis juga mendefinisikan
globalisasi sebagai suatu periode baru dalam sejarah kahidupan manusia di mana
bentuk tradisional bengsa-negara menjadi tidak natural, bahkan bisnis yang tidak
mungkin ada dalam ekonomi global sekalipun(Held 1999,3). Globalisasi juga
mendefinisikan era baru dari sejarah manusia dimana bangsa-negara tradisional
telah menjadi tidak wajar, bahkan unit-unit bisnis mustahil dalam sebuah ekonomi
global. Kaum hyperglobalis mengklaim bahwa globalisasi ekonomi memberikan
pola baru dalam ekonomi global, termasuk pihak yang menang dan kalah (Held
1999,4). Sebagai contohnya ketika negara tidak lagi mampu mengontrol berbagai
pengaruh yang masuk dari negara lain. Arus informasi mengalir deras, interaksi
antar manusia yang terjalin lewat media sosial, gaya berpakaian, dan akses
terhadap hiburan yang seluas-luasnya merupakan hal-hal yang secara tidak
langsung tidak bisa dicegah oleh negara. Di sinilah power yang dimiliki negara
berkurang.
Skeptis :
Hirst dan Thompson menyatakan bahwa globalisasi pada dasarnya hanyalah mitos
yang menyembunyikan realita ekonomi internasional yang terbagi-bagi dalam tiga
blok daerah pemerintah nasional yang kuat. Kaum skeptis menganggap tesis
hyperglobalist pada dasarnya cacat dan juga naif secara politik karena
meremehkan kekuatan abadi pemerintah nasional untuk mengatur nasionalisasi
mereka sendiri tergantung pada kekuatan pengaturan dari pemerintah nasional
untuk menjamin kelanjutan liberalisasi ekonomi. Ini merupakan pandangan
kotradiksi dari kaum skeptis. Kaum skeptis juga memandang globalisasi adalah
sebuah mitos yang menyatakan bahwa konsep ekonomi dalam globalisasi adalah
adanya pasar yang terintegrasi (Held 1999,5). Merujuk pada sektor ekonomi,
globalisasi diartikan sebagai sebuah penguasaan ekonomi negara oleh dunia
pertama terhadap negara dunia ketiga. Negara dunia ketiga dijadikan alat untuk
mendulang keuntungan. Contoh kongkrit dari hal ini adalah dengan keberadaan
Industri Danone dari Prancis yang mencampuri urusan PT. Aqua di Indonesia,
sudah berapa banyak liter air mineral mereka dapatkan di sana dengan dalih-dalih
membantu pengolahan air langsung dari mata air menjadi sebuah produk yang
menguntungkan, yang ujung-ujungnya menguntungkan sebelah pihak. Dalam hal
ini, Ekonomi dunia seolah menempatkan negara-negara dalam tatanan hirarkis, di
mana ada kelas atas, kelas menengah dan kelas bawah. (Held 1999:6)
Transformasionalis :
Kaum transformasionalis mempunyai sebuah pandangan bahwa globalisasi adalah
kekuatan pengendali pusat dibalik perubahan yang cepat pada aspek sosial,
politik, dan ekonomi yang mengasah masyarakat modern dan tatanan dunia.
Globalisasi juga dipandang sebagai kekuatan transformatif yang kuat, yang
bertanggungjawab atas perubahan akan tata kelola masyarakat, ekonomi, dan
institusi dan tatanan dunia. Transformasionalis mendefinisikan globalisasi sebagai
pengendali utama dibalik perubahan sosial, politik dan ekonomi yang mengubah
bentuk masyarakat modern dan keteraturan dunia (Held 1999,7). Perubahan ini
bisa direpresentasikan dengan semakin terhubungnya dunia melalui berbagai cara
dan meluasnya interaksi. Dalam pandangan ini dunia dianggap tidak pasti, segala
perubahan bisa terjadi kapanpun sehingga tidak ada prediksi pasti mengenai
globalisasi ke depannya. Indonesia bisa menjadi negara dunia pertama beberapa
tahun lagi, kemungkinan-kemungkinan seperti ini bisa terjadi dalam pandangan
transformasionalis( Held 1996,8). perspektif transformasionalis tidak membuat
klaim atas masa depan globalisasi, baik itu merupakan pasar global maupun
peradaban global. Transformasionalis lebih menekankan bahwa globalisasi adalah
proses historis jangka panjang yang diukir dengan kontradiksi dan dibentuk oleh
faktor-faktor konjungtural secara signifikan.
Regional Cohetions
Kemungkinan kombinasi dari keempat proses yang terdahulu mengarah pada
terbentuknya unit regional yang kohesif dan terkonsolidasi. Hal ini dapat dilihat
dari berbagai model termasuk pembentukan organisasi supranasional secara
bertahap dalam konteks peningkatan integrasi ekonomi; atau melalui intensitas
kerjasama dan pembentukan rezim-rezim, atau gabungan kompleks antara
intergovermentalism tradisional dengan supranasionalisme.