Anda di halaman 1dari 1

AZAN, ANJING, DAN STRAWMAN FALLACY

MIFTAHUS SURUR

Tiada siapapun dari umat Islam yang membantah bahwa azan merupakan bagian penting dari dunia
dan kehidupan muslim. Ia diyakini demikian karena identik dengan penanda hadirnya waktu shalat
atau sebagai panggilan agar umat Islam sesegera mungkin mendirikan shalat. Sederhananya, azan
merupakan bagian dari syari’at Islam yang menempati posisi sangat krusial. Selain identik dengan
hadirnya shalat, azan pun ternyata memiliki manfaat atau dimanfaatkan untuk keperluan lain diluar
shalat. Ada yang menjadikannya sebagai sarana penyembuh, seperti digunakan untuk mengusir jin
yang merasuki tubuh seseorang. Saat terjadi kebakaran pun dianjurkan untuk melantunkan azan,
juga ketika bayi baru lahir diperintah untuk dikumandangkan azan, atau ketika seseorang akan
dikebumikan di liang lahat pun dilantunkan azan, terlepas bahwa ada sebagian umat Islam yang tidak
setuju dengan itu.

Khusus sebagai penanda waktu shalat, dan terutama karena keinginan agar masjid atau musala bisa
penuh dengan jamaah, maka kini hampir seluruh masjid dan musala menggunakan pengeras suara
ketika melantunkan azan. Dan ternyata, penggunaan pengeras suara untuk azan ini memang
memiliki sejarah yang cukup panjang di Indonesia, Kees van Dijk, dengan mengutip karya G.F. Pijper
mengatakan bahwa sudah sejak tahun 1930-an, Masjid Agung Surakarta sudah menggunakan
pengeras suara, meskipun tidak disebutkan apa merk pengeras suaranya.

Masalah terkemudian muncul ketika pengeras suara itu saling tindih-menindih, begitu hingar,
bahkan suaranya begitu keras hingga menembus area perbatasan lingkungan masyarakat sekitar.
Bahkan tidak sedikit yang meletakkan pengeras suara di atas ketinggian menara masjid sehingga
suara azan – terkadang juga alunan suara ayat Alqur’an - menderu-deru sampai ratusan meter daya
tempuhnya.

Pada gilirannya,

Anda mungkin juga menyukai