Anda di halaman 1dari 8

Nama: Yulinda Permata Sari

NIM: 1748201135

Tugas Komprehensif

1. Analgetik

Pengertian:

adalah zat-zat yang mengurangi atau menghalang rasa nyeri tanpa


menghilangkan kesadaran

Klasifikasi analgetik:

 Analgetik perifer (non narkotik) yang terdiri dari obat-obat yang tidak
bersifat narkotik dan tidak bekerja sentral
 Analgetik narkotik, khusus digunakan untuk menghalau rasa nyeri hebat

Contoh obat:

Obat NSAID bekerja di perifer menghambat pelepasan mediator sehigga


aktivitas enzim siklooksigenase terhambat dan sintesa prostaglandin tidak
terjadi sedangkan analgesik opioid bekerja disentral dengan cara menempati
reseptor di medulla spinalis sehingga terjadi penghambatan pelepasan
transmiter dan rangsangan saraf spinal tidak terjadi.

Penghambat selektif COX 2 bekerja dengan menghambat kerja prostaglandin


COX 2 tanpa mengganggu COX 1 (faktor pelindung sal. Cerna,
ginjal,trombosit) : celecoxib, meloksicam, valdecoxib

Penghambat COX non Selektif: paracetamol, diklofenak, ibuprofen,


indometasin, ketoprofen, ketorolac, asam mefenamat, naproxen, proxicam

Agonis opioid bekerja pada sistem saraf pusat : Morfin, Kodein, Heroin,
tramadol

Khasiat yang bersamaan dengan analgetik yaitu khasiat antipiretik yang


berfungsi sebagai anti demam dan antinyeri yaitu paracetamol dan NSAID
2. Jurnal berbahasa ingris tentang penetapan kadar analgesik

“Simultaneous Determination of acelofenac, paracetamo, and chlorzoxazone


by RP-HPLC in pharmaceutical dosage form”

Abstrak: Metode kromatografi Cair fase terbalik yang sederhana, cepat dan
tepat dikembangkan untuk penentuan simultan parasetamol, asklofenak dan
klorzoksazon. Metode ini mengunakan kolom analitik zobrax SB C18, 250 x
4,6 mm, 5m. Fase gerak adalah asetonitril dan buffer (40:60 v/v), buffer yang
mengandung asam ortofosfora 50 mm, Ph menjadi 6 dengan 10% b/v larutan
natrium hidroksida. Pengaturan instrumental berada pada laju alir 1ml/menit
suhu kolom adalah 25℃ dan panjang gelombang detetktor 270 nm.
Konsentrasi sampel diukurberdasarkan berat untuk menghindari standar
internal. Metode ini divalidasi dan terbukti linier. Kofesien korelai paracetamol
aceclofenac, dan chlorzoxazone berturut-turut adalah 0,9981 0,9990 dan
0,9986. Nilai pemulihan untuk paracetamol, aceclofenac dan chorzaxazone
berkisar antara 100,7-101,4 100,4%-101,0% dan 100,5%-101,3%. Simpangan
baku relatif untu enam ulangan selalu kurang dari 2%. Metode HPLC ini
berhasil diterapkan pada analisis kuantitatif simultan dari obat dan dapat
diterapkan untuk uji disolusi.

Metoda: digunakan HPLC jasso laju alir 1 ml/ menit suhu kolom 25 ℃ panjang
gelombang detektor 270 nm. Fase gerak terdiri dari asetonitril dan buffer
40:60. Fase gerak di campur di saring melalui filter dan dihilangkan gasnya.
Persiapan larutan standar 125 mg paracetamol ditimbang kemudian dimasukan
ke dalam labu ukur 50 l di larutkan dengan 10 ml pengencer A dan diencerkan
sampai tanda dengan pengencer B. Persiapan larutan sampel 10 tablet ditimban
dan diserbukan lalu dipindahkan ke dalam labu ukur 100 ml di tambahkan 20
ml pengencer a disonikasi 10 menit dengan pengocokan terus-menerus
kemudian didinginkan dan diencerkan sampai tanda batas dengan pengencer B
lalu disentrifus 10.000 rpm 5 menit. 1 ml larutan bening di pindahkan ke labu
ukur 100 ml dan diencerkan sampai tanda batas.
“Spectrofluorimetic determination of piroxicam in the presence and absence og
b-cyclodextrin”

Abnstrak: kompleksitas antara b-siklodestrin (B-CD) dan piroksikam (px)


diselidiki dengan floresensu dan absorbsi. 1:2 sroikiometri untuk kompleksi
ditetapkan dan konstan asosiasinya dihitung dengan menerapkan metode
regresi non-linier terhadap perubahan yang disebabkan oleh kehadiran BC-D
dalam spektrum flouresensi dan absorbsi PX. Selama studi pengaaruh Ph pada
emisi flouresensi kompleks, peningkatan sinyal dan efisiens pada ph asam
diamati. Ini bahwa bentuk terprotonasi dari PX dimasukan lebih efektif dari
pada bentuk terionisasi dalamB-CD. Berdasarka hasil yang diperoleh metode
spektrofluorimetri untuk penentuan PX dikembangkan. Batas deteksi dan
kuantifikasi terbaik di peroleh dengan menggunakan B-CD pada ph asam.
Rentng dinamis dalam kasus terakhir ini adalah 0,02-1 mgml. Metode ini
diterapkan secara memuaskan untuk penentuan proksikam dalam persiapan
farmasi.

Metode:

Pengukuran flourensi dilakukan dengan menggunakan spektroflorimetri PC


RF-5301 simadzu dilengkapi lam xenon 150 w menggunakan sel kuarsa 1 cm
lebar emisi celah 5nm, eksitasi pada 320 nm dan flourensi diperoleh pada 440
dan 450 nm untuk px dengan adanya B-CD pada Ph netral dan asam. 460 nm
untuk px tanpa adanya B-CD. Pembuatan kurva kalibrasi spektrofluorimetri,
pembuatan kurva kalibarasi piroksikam dam B-CD
“Determination of diclofenac released from suppositories using uv
spectrophotometry spectra derivate, spectrophotometry and HPLC”

Abstrak: metode spektrofotometri sering direkomendasikan dalam pengujian


disolusi tidak hanya tablet tetapi juga supos. Laju disolusi natrium diklofenak
dipelajari dengan menggunakan alat flowthrough dan uffer 7,3, untuk dua
basis supositorialipofilik laju disolusi ditaksir terlalu tinggi dengan metode
orde 0 spektrofotometri dibanding dengan metode hplc, meskipun perbedaanya
signifikan secara statik hanya dalam kasus basis witepsol. Disis lain
spektrofotometri turuna pertama memungkinkan untuk menghilangkan
gangguan komponen lipofilik supositoria yang dilarutkan dalam media buffer
tidak ada perbedaan yang yang diamati antara analisis dibanding dengan hasil
HPLC.

Metoda: spektrofotometer uv vis jasco V-530 digunakan untuk pengukuran


spektral. Spektrum serapan pada kecepatan scan 200 nm/ Menit antara 230-
330nm menggunakan cairan buffer fosfat. Untuk kurva kalibrasi larutan
standar antrium diklofenak diencerkan dengan buffer pospat ph 7 untuk
spektrofotometri. Pengujian natrium diklofenak dikumpulkan dari media
disolusi untuk dianalisis menggunakan spektrofotometri.
3. Instrumen

a. Spektrofotometer uv vis
 Pengertian adalah instrumen yang memberikan informasi terkait
dengan intensitas sinar yang diserap sebagi fungsi panjang
gelombang. Baik berkas tunggal atau berkas ganda.
Spektrofotometer yang sesuai untuk pengukuran di daerah
spektrium ultraviolet terdiri atas sinar monokromatis dalam jangka
panjang gelombang 200-800 nm. Dengan komponen yag meliputi
sumber sinar, monokromator, kuvet dan sistem optik
 Prinsip kerja yaitu penyerapan cahaya pada panjang gelombang
tertentu oleh bahan yang diperiksa. Tiap zat memiliki absorbansi
pada panjang gelombang tertentu yang khas. Panjang gelombang
dengan absorbansi tertinggi digunakan untuk mengukur kadar zat
yang diperiksa. Banyaknya cahaya yang diabsorbsi oleh zat
berbanding lurus dengan kadar zat
 Komponen
1. Sumber sinar. Syarat sumber sinyal yang ideal pada suatu
instrumen yaitu: mampu mencakup semua kisaran
pengukuran didaerah uv vis, mempunyai intensitas sinar
yang kuat dan stabil, intensitas sinyal tidak boleh
bervariasi. Dua sumber utama yaitu sinyak kontinyu dan
garis. Sinyal kontinyu mengemeskan sinar yang stabil pada
kisaran panjang gelombang yang luas. Sinyal garis
mengemesikan beberapa panjang gelombang
2. Monokromator.
Pada kebanyakan pengukuran kuantitatif sinar harus
bersifat monokromatik yakni sinar dengan panjang
gelombang tertentu. Hal ini dapat dicapai dengan melewati
sinar polikromatik yakni sinar dengan beberapa panjang
gelombang melalui melalui monokromator.
3. Kuvet
Wadah sampel yang biasa disebut dengan kuvet harus
mempunyai jendela yang transparant didaerah yang dituju.
Kuvet yang baik adalah yang tegak lurus dengan arah
berkas sinar dengan tebal 1 cm

b. Spektrofluometri
 Pengertian spektrofotometri fluorensi merupakan metode yang
menggunakan intensitas cahaya fluorensi yan dipancarkan oleh zat
uji dan oleh suatu baku pembanding dengan panjang gelombang 20
-30 nm.
 Prinsip kerja dengan mengukur cahaya fluorensi yang dipancarkan
oleh zat uji kemudian di bandingkan dengan dengan yang
dipancarkan oleh suatu baku tertentu.
 Instrumen
1. Sumber energi eksitasi digunakan lampu xenon bertekanan
tinggi karena dapat digunakan sebagai sumber cahaya
dengan intensitas yang tinggi (150w)
2. Kuvet dapat berupa tabung bulat atau persegi panjang
dengan keempat ssi yang tidak buram ukuran sampel 2-3ml
sampel yang diuji dapat dalam level sanga rendah yaitu ppb
(parts per billion)
3. Detektor menggunakan tabung-tabung fotomultiplier
sebagai detetktor arus foto diperbesar dan dibaca pada
sebuah meter atau perekam
4. Filter terdapat dua filter yaitu untuk menyeleksi panjang
gelombang dari eksitasi dan menyeleksi panjang
gelombang emisi jenis filter kedua biasanya menahan
panjang gelombang pendek
5. Amplifer yang meneruskan hasil spektrum ke monitor untu
diamati
c. KCKT (kromatografi cair kinerja tinggi)
 Pengerian merupakan salah satu teknik kromatografi untuk zat cair
yang di sertai dengan tekanan tinggi
 Prinsip memisahkan molekul berdasarkan perbedan afinitasnya
terhadap zat tertentu.
 Instrumen
1. Wadah fase gerak dapat menampun 1-2 liter pelarut. Untuk
fase normal fase diam lebih polar dari fase gerak.
Kemapuasn elusi menurun dengan menigkatnya polaritas
pelarut. Fase gerak yang sering digunakan untuk pemisahan
terbalik adalh campuran buffer dengan metanol. Untuk fase
normal campuran pelarut hidrokarbon dengan pelarut jenis
alkohol
2. Pompa harus inert terhadap pase gerak berbahan gelas,
baja, tahan karat. Tujuan penggunaan pompa untuk
menjamin proses penghantar fase gerak berlangsung secara
tepat dan bebas dari gangguan
3. Tempat penyuntikan sampel sampel cair disuntikan secara
langsung kedalam fase gerak yang mengalir di bawah
tekanan menuju kolom menggunakan alat penyuntik yang
terbuat dari tembaga dan tahan karat
4. Kolom tempat terdapat fase diam untuk berlangsungnya
proses pemisahan analit. Oktadesil silika merupakan fase
diam yang banyak digunakan karena mampu memisahkan
senyawa dengan kepolaran rendah sedang maupun tinggi
5. Detektor untuk mendeteksi adanya komponen sampel di
kolom dan menghitung adanya kadar.
Daftar pustaka

Direktorat jendaral pengawas obat dan makanan, Farmakope Indonesia edisi III,
1979, Departemen kesehatan R.I Jakarta

Rohman, abdul. 2009. Kromatografi Untuk Analisis Obat. Graha Ilmu. Jakarta

Crouch, stanley r. 1988. Spectrochemical Analysis.

Ganjar, ibnu gholib. 2015. Spektroskopi Molekuler untuk analisis Farmasi.


Gajahmada university press: Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai