Anda di halaman 1dari 31

FISIKA KELAS X

HISBULLOH ALS MUSTOFA


ii
BAB V

GERAK PARABOLA

1
BAB V

Gerak Parabola

Pada bab 4 telah dipelajari salah satu bagian dari mekanika yaitu
kinematika gerak lurus satu dimensi yang terdiri dari Gerak Lurus
Beraturan (GLB) dan Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB). Pada
Gerak Lurus penggunaan Vektor masih sangat sederhana karena kita
hanya meninjau dari 2 arah saja yakni pada sumbu + dan sumbu – saja.
Namun dalam gerak yang akan kita bahas ini kita akan membahas
sesuatu yang lebih kompleks yakni gerak yang melibatkan dua sumbu
yakni sumbu x dan sumbu y mengacu pada diagram kartesian,
sehingga dinamakan sebagai Kinematika dua dimensi. Salah satu dari
gerak ini adalah Gerak Parabola.

2
Hisbulloh Als Mustofa 3

1. G ERAK P ARABOLA
Gerak parabola sendiri didevinisikan sebagai gerak yang mengikuti
lintasan berbentuk parabola. Gerak parabola ini termasuk dalam
kinematika dua dimensi yang artinya ia bergerak membentuk bidang
yang merupakan perpaduan tegak lurus antara gerak pada arah
horizontal (sumbu x) dan gerak pada arah vertikal (sumbu y). Jadi
dapat kita katakan bahwa gerak parabola membutuhkan dua jenis
gerak untuk dapat terjadi. Apa saja gerak-gerak itu?

Gambar 5.1 gerak parabola

Pada gerak parabola yang akan kita bahas keberadaan hambatan


dari udara dianggap sangat kecil agar kita dapat terfokus pada gerak
benda tanpa harus memperdulikan hambatan udara. Pertama-tama
kita akan meninjau gerak horizontal (sumbu x) dari benda dimana
ketika benda dilemparkan tidak terjadi pengurangan ataupun
penambahan kecepatan dan arah benda tidak berubah selalu mengarah
ke arah sumbu x positif, hal ini menunjukan ciri-ciri dari gerak lurus
beraturan (GLB). Sedangkan pada gerak vertikal (sumbu y) gerak
benda mengalami perubahan kecepatan oleh pengaruh dari
percepatan konstan dari gravitasi, melambat ketika naik dan
bertambah cepat ketika turun serta arahnya berubah dari naik kearah
sumbu y positif menuju y negatif, hal ini menunjukan ciri dari gerak
FISIKA KELAS X 4

lurus berubah beraturan (GLBB). Sehingga dapat disimpulkan bahwa


gerak parabola merupakan perpaduan tegak lurus antara GLB dan
GLBB.

2. V EKTOR -V EKTOR YANG B EKERJA P ADA G ERAK


P ARABOLA
Seperti yang dikatakan pada sub bab sebelumnya bahwa gerak
parabola terdiri dari GLB dan GLBB yang vector-vektornya saling
tegak lurus. Sehingga dapat diuraikan vector yang bekerja pada gerak
parabola sesuai dengan gambar berikut:

Gambar 5.2 Vektor pada gerak parabola

Pada bab 3 resultan dari suatu vector adalah sebesar:

𝑅⃑ = 𝐴𝑖̂ + 𝐵
⃑ 𝑗̂

Sehingga apabila di uraikan vector-vektor pada gerak parabola sesuai


dengan gambar 5.2 sebagai berikut :
Hisbulloh Als Mustofa 5

• Vektor kecepatan awal

𝑣0 = 𝑣0𝑥 𝑖̂ + 𝑣0𝑦 𝑗̂

• Vektor posisi

𝑟 = 𝑥𝑖̂ + 𝑦𝑗̂
• Vektor kecepatan

𝑣 = 𝑣𝑥 𝑖̂ + 𝑣𝑦 𝑗̂

• Vektor percepatan

𝑔 = −𝑔𝑦 𝑗̂

Dimana besar vektor dinyatakan dengan :

⃑ 2 (persamaan 5.1)
𝑅 = √𝐴2 + 𝐵

Dan arah vektor dinyatakan sebagai berikut


𝐴𝑦
tan 𝛼 = (persamaan 5.2)
𝐵𝑥

Keterangan :

𝑣0 = kecepatan awal

𝑣0𝑥 = kecepatan awal pada sumbu x

𝑣0𝑦 = kecepatan awal pada sumbu y

𝑟 = vektor posisi

𝑣 = kecepatan

𝑣𝑥 = kecepatan pada sumbu x


FISIKA KELAS X 6

𝑣𝑦 = kecepatan pada sumbu y

𝑔 = percepatan gravitasi

3. K ECEPATAN A WAL
Kecepatan awal atau kecepatan mula-mula merupakan besarnya
kecepatan yang diberikan kepada benda saat t=0. Berdasarkan bentuk
vektornya kecepatan awal sesuai dengan gambar 5.2 sebagai berikut :

Dimana kecepatan awal (𝑣0 ) membentuk segitiga siku-siku dengan


kecepatan awal pada sumbu x (𝑣0𝑥 ) dan kecepatan awal pada sumbu y
(𝑣0𝑦 ). Dimana apabila digunakan aturan identitas trigonometri
sebegai berikut :
Hisbulloh Als Mustofa 7

Sehingga dapat dicari kecepatan awal pada sumbu y sebagai berikut:


𝑑𝑒
sin 𝛼 =
𝑚𝑖
𝑣0𝑦
sin 𝛼 =
𝑣0
𝑣0𝑦 = 𝑣0 sin 𝛼 (persamaan 5.3)

Dan kecepatan awal pada sumbu x sebagai berikut :


𝑠𝑎
cos 𝛼 =
𝑚𝑖
𝑣0𝑥
cos 𝛼 =
𝑣0
𝑣0𝑥 = 𝑣0 cos 𝛼 (persamaan 5.4)

4. K ECEPATAN S ESAAT
Kecepatan sesaat didevinisikan sebagai kecepatan benda yang
mengalami gerak parabola pada posisi dan waktu tertentu.
Berdasarkan gambar 5.2 pada saat benda berada pada posisi x dan y
tertentu seperti berikut:

Berdasarkan uraian sebelumnya pada sumbu x gerak parabola yang


berlaku adalah gerak lurus beraturan (GLB) sehingga dari saat
pertamakali benda bergerak sampai benda berhenti bergerak makan
kecepatan pada sumbu x akan selalu sama sehingga kecepatan di setiap
titik lintasan dan setiap waktu adalah sama dengan kecepatan awal
sehingga berlaku :
FISIKA KELAS X 8

𝑣𝑥 = 𝑣0𝑥 = 𝑣0 cos 𝛼 (persamaan 5.5)

Kemudian, pada sumbu y berlaku Gerak Lurus Berubah Beraturan


(GLBB) sehingga nilai kecepatan sesaat pada sumbu y (𝑣𝑦 ) adalah
sesuai dengan persamaan GLBB yaitu :

𝑣𝑡 = 𝑣0 ± 𝑎𝑡
𝑣𝑦 = 𝑣0𝑦 ± 𝑔𝑡 (persamaan 5.6)

Dimana kecepatan awal pada sumbu y (𝑣0𝑦 ) sesuai dengan persamaan


5.3 yaitu :

𝑣0𝑦 = 𝑣0 sin 𝛼

Substitusi ke persamaan 5.6, menjadi :

𝑣𝑦 = 𝑣0 sin 𝛼 ± 𝑔𝑡 (persamaan 5.7)

5. J ARAK TEMPUH DAN KETINGGIAN PADA GERAK


PARABOLA

Jarak tempuh menyatakan sejauh mana suatu benda yang bergerak


secara parabola pada sumbu x pada saat waktu tertentu sedangkan
ketinggian pada gerak para bila adalah menyatakan seberapa tinggi
benda melambung pada saat waktu tertentu.

a. jarak

jarak ditentukan seberapa jauh benda bergerak pada sumbu x,


berdasarkan uraian-uraian sebelumnya diketahui bahwa pada sumbu
x berlaku gerak lurus beraturan (GLB). Sehingga peninjauannya
Hisbulloh Als Mustofa 9

haruslah menggunakan gerak lurus beraturan (GLB) sebagai berikut:

jarak dalam GLB dinyatakan sebagai:

𝑠 = 𝑣. 𝑡
Sehingga, jarak (s) pada saat kecepatan sumbu x (𝑣𝑥 ) pada saat waktu
tertentu adalah

𝑠 = 𝑣𝑥 . 𝑡 (persamaan 5.8)

Kecepatan sumbu x (𝑣𝑥 ) sendiri mengikuti persamaan 5.5 yaitu

𝑣𝑥 = 𝑣0𝑥 = 𝑣0 cos 𝛼 ,

lalu substitusikan ke persamaan 5.8 sehingga persamaan untuk


menentukan jarak menjadi:

𝑠 = 𝑣0 cos 𝛼 . 𝑡 (persamaan 5.9)

b. Ketinggian

Ketinggian ditentukan melalui seberapa jauh benda bergerak pada


sumbu y. berdasarkan uraian-uraian sebelumnya diketahui bahwa
FISIKA KELAS X 10

pada sumbu y berlaku Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB).


Sehingga ketinggian haruslah ditinjau melalui GLBB.

Pada GLBB terdapat Gerak Vertikal Keatas (GVA) dan Gerak Vertikal
Kebawah (GVB). Gerak parabola yang bersifat simetris, pada saat naik
menuju puncak ketinggian maksimum pergerakan dari benda
mengikuti kaidah Gerak Vertikal Keatas (GVA) dan pada saat turun
menuju ketitik terendah dari ketinggian maksimum mengikuti kaidah
Gerak Vertikal Kebawah (GVB) yang ditandai dengan arah gravitasi.
Sehingga ketinggian (ℎ) sesuai GVA dan GVB yaitu :
1
ℎ = 𝑣0 𝑡 ± 𝑔𝑡 2
2

± menyatakan kondisi benda apabila + arahnya sarah gravitasi dan –


arahnya berlawanan dengan gravitasi. 𝑣0 berubah menjadi 𝑣0𝑦 karena
tinjauan ketinggian adalah pada sumbu y sehingga menjadi:
1
ℎ = 𝑣0𝑦 𝑡 ± 𝑔𝑡 2 (persamaan 5.10)
2

𝑣0𝑦 sesuai dengan persamaan 5.3 adalah:


Hisbulloh Als Mustofa 11

𝑣0𝑦 = 𝑣0 sin 𝛼

Substitusi ke persamaan 5.10, menjadi:


1
ℎ = 𝑣0 sin 𝛼 𝑡 ± 𝑔𝑡 2 (persamaan 5.11)
2

6. K ETINGGIAN M AKSIMUM P ADA G ERAK P ARABOLA


Ketinggian maksimum adalah ketinggian yang ditempuh benda saat
kecepatan benda pada sumbu y (𝑣𝑦 ) sama dengan nol. Hal ini sesuai
dengan Gerak Vertikal Keatas dimana kecepatan pada ketinggian
maksimum sama dengan nol.

Pada persamaan 5.11 didapatkan bahwa ketinggian adalah


1
ℎ = 𝑣0 sin 𝛼 𝑡 ± 𝑔𝑡 2
2

ketinggian maksimum harus didapatkan Ketika waktu (t max)


sehingga:
1
ℎ𝑚𝑎𝑥 = 𝑣0 sin 𝛼 𝑡𝑚𝑎𝑥 ± 𝑔𝑡𝑚𝑎𝑥 2 (persamaan 5.12)
2

Dengan menggunakan persamaan 5.7 dimana kecepatan pada


ketinggia maksimum 𝑣𝑦 = 0 sehingga:

𝑣𝑦 = 𝑣0 sin 𝛼 ± 𝑔𝑡

0 = 𝑣0 sin 𝛼 − 𝑔𝑡𝑚𝑎𝑥
FISIKA KELAS X 12

Dengan oprasi pindah ruas maka 𝑡𝑚𝑎𝑥 adalah :


𝑣0 sin 𝛼
𝑡𝑚𝑎𝑥 = (persamaan 5.13)
𝑔

Substitusikan persamaan 5.13 ke persamaan 5.12 sehingga :


1
ℎ𝑚𝑎𝑥 = 𝑣0 sin 𝛼 𝑡𝑚𝑎𝑥 − 𝑔𝑡𝑚𝑎𝑥 2
2

𝑣0 sin 𝛼 1 𝑣0 sin 𝛼 2
ℎ𝑚𝑎𝑥 = 𝑣0 sin 𝛼 ( )−2𝑔( )
𝑔 𝑔

𝑣0 sin2 𝛼 1 𝑣0 sin2 𝛼
ℎ𝑚𝑎𝑥 = −
𝑔 2 𝑔

1 𝑣0 sin2 𝛼
ℎ𝑚𝑎𝑥 = (1 − )
2 𝑔

1 𝑣0 sin2 𝛼
ℎ𝑚𝑎𝑥 = (persamaan 5.14)
2 𝑔

7. J ARAK T ERJAUH P ADA G ERAK P ARABOLA


Jarak terjauh benda merupakan jarak yang ditempuh benda dari awal
sampai akhir. Pada jarak maksimum ini benda sudah tidak memiliki
ketinggian dikarenakan benda sudah ‘terjatuh’ ditanah. Pada gerak ini
dibutuhkan waktu dua kali lipat dari waktu untuk mencapai
ketinggian maksimum dikarenakan sifat simetris dari gerak parabola
sehingga waktu mencapai titik terjauh dapat ditulis sebagai :
Hisbulloh Als Mustofa 13

𝑡𝑡𝑒𝑟𝑗𝑎𝑢ℎ = 2𝑡𝑚𝑎𝑥 (persamaan 5.15)

Karena 𝑡𝑚𝑎𝑥 dalam persamaan 5.13 adalah sebagai berikut :


𝑣0 sin 𝛼
𝑡𝑚𝑎𝑥 =
𝑔
substutusi persamaan 5.13 ke persamaan 5.15, sehingga:
𝑣0 sin 𝛼
𝑡𝑡𝑒𝑟𝑗𝑎𝑢ℎ = 2 (persamaan 5.16)
𝑔

Setelah mencari 𝑡𝑡𝑒𝑟𝑗𝑎𝑢ℎ Jarak terjauh benda (𝑠𝑚𝑎𝑥 ) dapat ditentukan


dengan menggunakan persamaan 5.9 yaitu:

𝑠 = 𝑣0 cos 𝛼 . 𝑡
Karena yang ditinjau adalah jarak terjauh (𝑠𝑚𝑎𝑥 ) pada saat 𝑡𝑡𝑒𝑟𝑗𝑎𝑢ℎ
maka persamaan 5.9 menjadi :

𝑠𝑚𝑎𝑥 = 𝑣0 cos 𝛼 . 𝑡𝑡𝑒𝑟𝑗𝑎𝑢ℎ (persamaan 5.17)

Substitusi 𝑡𝑡𝑒𝑟𝑗𝑎𝑢ℎ pada persamaan 5.16 ke persamaan 5.17, sehingga:


𝑣0 sin 𝛼
𝑠𝑚𝑎𝑥 = 𝑣0 cos 𝛼 . 2
𝑔

𝑣0 2 2 sin 𝛼 cos 𝛼
𝑠𝑚𝑎𝑥 =
𝑔

Karena 2 sin 𝛼 cos 𝛼 = sin 2𝛼, maka :


𝑣0 2 sin 2𝛼
𝑠𝑚𝑎𝑥 = (persamaan 5.18)
𝑔
FISIKA KELAS X 14

8. R ANGKUMAN
• Gerak parabola adalah Gerak parabola adalah gerak yang
mengikuti lintasan berbentuk parabola.

• Vektor-vector pada gerak parabola

❑ Vektor kecepatan awal, 𝑣0 = 𝑣0𝑥 𝑖̂ + 𝑣0𝑦 𝑗̂

❑ Vektor posisi, 𝑟 = 𝑥𝑖̂ + 𝑦𝑗̂

❑ Vektor kecepatan, 𝑣 = 𝑣𝑥 𝑖̂ + 𝑣𝑦 𝑗̂

❑ Vektor percepatan, 𝑔 = −𝑔𝑦 𝑗̂

• Kecepatan awal pada sumbu y, 𝑣0𝑦 = 𝑣0 sin 𝛼

• Kecepatan awal pada sumbu x, 𝑣0𝑥 = 𝑣0 cos 𝛼

• Kecepatan pada sumbu x pada titik tertentu,


𝑣𝑥 = 𝑣0𝑥 = 𝑣0 cos 𝛼
• Kecepatan pada sumbu y pada titik tertentu,
𝑣𝑦 = 𝑣0 sin 𝛼 ± 𝑔𝑡

• Jarak tempuh pada waktu tertentu, 𝑠 = 𝑣0 cos 𝛼 . 𝑡


1
• Ketinggian pada waktu tertentu, ℎ = 𝑣0 sin 𝛼 𝑡 ± 𝑔𝑡 2
2

1 𝑠𝑖𝑛2 𝛼
• Ketinggian maksimum, ℎ𝑚𝑎𝑥 = 𝑣02
2 𝑔

𝑣0 sin 𝛼
• waktu yang dibutuhkan untuk h maksimum, 𝑡ℎ 𝑚𝑎𝑥 =
𝑔

𝑣0 sin 2𝛼
• Jarak maksimum, 𝑠𝑚𝑎𝑥 =
𝑔
Hisbulloh Als Mustofa 15

• Waktu yang ditempuh untuk mencapai jarak maksimum,


𝑡𝑠 𝑚𝑎𝑥 = 2𝑡ℎ 𝑚𝑎𝑥

9. S OAL
1. Sebuah bola ditendang dengan sudut elevasi 37˚ dan
kecepatan awal 8 m/s. Tentukan kecepatan bola setelah 0,3
detik! ( cos 37˚= 4/5, sin 37˚=3/5)

2. Seorang anak melempar batu dengan kecepatan awal 20


m/s dan sudut elevasi 30˚secara horizontal. Jika percepatan
gravitasi 10 m/s². Maka hitunglah:

a. Ketinggian maksimum batu


b. Waktu yang diperlukan untuk sampai di titik
tertinggi
c. Jarak terjauh yang dicapai batu
d. Waktu yang diperlukan batu untuk mencapai
jarak terjauh
FISIKA KELAS X 16

BAB VI

GERAK MELINGKAR
BERATURAN
Hisbulloh Als Mustofa 17

BAB VI

Gerak Melingkar Beraturan

Pada bab 4 kita telah mempelajari mengenai kinematika gerak lurus


yaitu GLB dan GLBB. Kali ini kita akan mempelajari tentang gerak
melingkar beraturan. Terdapat beberapa perbedaan antara gerak lurus
dengan gerak melingkar seperti besaran-besaran yang bekerja dalam
system gerak melingkar namun keduanya memiliki beberapa konsep
yang sama.
FISIKA KELAS X 18

1. P ERPINDAHAN D ALAM G ERAK M ELINGKAR


a. Definisi Radian

Radian merupakan satuan yang menyatakan sudut sama seperti drajat.


Radian seperti halnya dengan drajat dan putaran merupakan satuan
yang besarannya tidak memiliki dimensi. 1 Radian ditemukan dengan
cara berikut.

Apabila dibentuk potongan lingkaran dengan pankang setiap sisi


potongan adalah sebesar jari-jari lingkaran seperti berikut

(Gambar 6.1 Menentukan Radian)

Maka akan terbentuk sudut dengan besar 57,3o. besar sudut


tersebutlah yang akan dinyatakan sebagai 1 radian. Lalu apabila ½
lingkaran yang besarnya 180o disusun dalam bentuk radian akan
menghasilkan seperti berikut

(Gambar 6.2 setengah lingkaran dalam bentuk radian dan drajad)


Hisbulloh Als Mustofa 19

Berdasarkan gambar tersebut maka 180o dapat dikatakan sebagai :

180𝑜 = 1 + 1 + 1 + 0,14 𝑟𝑎𝑑𝑖𝑎𝑛


180𝑜 = 3,14 𝑟𝑎𝑑𝑖𝑎𝑛
180𝑜 = 𝜋 𝑟𝑎𝑑𝑖𝑎𝑛
Sehingga 1 lingkaran penuh atau 360o adalah
360𝑜
360𝑜 = 𝜋 𝑟𝑎𝑑𝑖𝑎𝑛
180𝑜

360𝑜 = 2𝜋 𝑟𝑎𝑑𝑖𝑎𝑛
Sehingga konversi sudut (𝜃) dari drajat ke radian dapat ditentukan
dengan
𝑛𝑜
𝑛𝑜 = 𝜋 𝑟𝑎𝑑𝑖𝑎𝑛
180𝑜

2. Perpindahan

Dalam 1 putaran penuh panjang busur (s) adalah sama dengan keliling
lingkaran yaitu

𝑠 = 2𝜋. 𝑟 (persamaan 6.1)

Sudut(𝜃) yang dibentuk Untuk 1 kali putaran 360o besarnya dalam


radian adalah

𝜃 = 2𝜋 𝑟𝑎𝑑𝑖𝑎𝑛
Sehingga apabila di substitusi ke persamaan 6.1 akan menjadi:

𝑠 = 2𝜋. 𝑟
𝑠 = 𝜃. 𝑟 (persamaan 6.2)
FISIKA KELAS X 20

2. K ECEPATAN S UDUT ATAU A NGULAR


Pada BAB sebelumnya yaitu pada BAB 4 yang membahas mengenai
gerak lurus (linear) kecepatan didefinisikan sebagai perubahan posisi
tiap satuan waktu karena variabel posisi mengalami perubahan setiap
berjalannya waktu. Dalam kecepatan Sudut Ketika suatu benda
mengalami gerak melingkar terjadi pula perubahan pada variabel-
variabelnya. Yang berperan sebagai posisi dalam gerak melingkar
adalah sudut sehingga dapat didefinisikan bahwa Kecepatan sudut
adalah perubahan sudut tiap satuan waktu. Sehingga dari persamaan
GLB yaitu:
𝑠 ∆𝑥 𝑥𝑡 −𝑥0
𝑣= 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑣 = =
𝑡 ∆𝑡 ∆𝑡

Dapat ditentukan nilai untuk kecepatan sudut (𝜔) adalah:


𝜃 ∆𝜃 𝜃𝑡 −𝜃0
𝜔= 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝜔 = = (persamaan 6.3)
𝑡 ∆𝑡 ∆𝑡
𝑟𝑎𝑑
Satuan dari (𝜔) adalah
𝑠

3. H UBUNGAN A NTARA K ECEPATAN S UDUT DAN


K ECEPATAN L INEAR
Pada kendaraan seperti sepeda, motor dan mobil untuk dapat
menjalankan mobil maka diharuskan ban mobil mengalami putaran
baru kemudian mobil dapat berjalan. Selain itu apabila kita
menggelindingkan koin maka koin tersebut akan berputar. Dari
contoh tersebut diketahui bahwa terdapat hubungan antara kecepatan
sudut dan kecepatan linear. Pada saat sebuah lingkaran berputar
Hisbulloh Als Mustofa 21

sebanyak satu putaran maka jarak yang ditempuh oleh apabila


lingkaran tersebut digelindingkan adalah sama dengan besar keliling
dari lingkaran sesuai persamaan 6.1 kecepatan linear adalah:
𝑠
𝑣=
𝑡

Dimana jarak (s) yang ditempuh sama dengan keliling lingkaran sesuai
persamaan 5.1 yaitu:

𝑠 = 2𝜋𝑟
Sehingga kecepatan linier dapat ditulis sebagai:
2𝜋𝑟
𝑣= , dimana 2𝜋 = 𝜃 sehingga
𝑡

𝜃𝑟 𝜃
𝑣= , dan sesuai persamaan 5.3 kecepatan sudut adalah 𝜔 =
𝑡 𝑡

Sehingga ditemukan hubunganantara kecepatan sudut dan kecepatan


linear

𝑣 = 𝜔. 𝑟 (persamaan 6.4)

3. P ERIODE , F REKUENSI , D AN H UBUNGANNYA


D ENGAN K ECEPATAN S UDUT
a. Periode

periode sendiri merupakan berapa banyak waktu yang dibutuhkan


tiap 1 kali putaran. Sehingga secara matematis dapat ditulis sebagai :
𝑡
𝑇 = (persamaan 6.5)
𝑛

Dimana n adalah jumlah putaran


FISIKA KELAS X 22

b. Frekuensi

frekuensi merupakan jumlah putaran tiap waktu. Sehingga secara


matematis dapat ditulis sebagai :
𝑛
𝑓 = (persamaan 6.7)
𝑡

Dimana n adalah jumlah putaran

c. Hubungan antara Periode dan Frekuensi

Untuk menentukan hubungan antara kedua besaran ini pertama-tama


menentukan besar Periode pada satu putaran adalah sebesar :
𝑡 𝑡
𝑇= = =𝑡
𝑛 1

Sehingga T=t, kemudian besar Frekuensi pada satu putaran adalah


sebesar:
𝑛 1
𝑓= =
𝑡 𝑡

Sehingga apabila disubstitusikan dimana Periode adalah 𝑇 = 𝑡 maka


hubungan antara keduanya akan menjadi:
1 1
𝑓= 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑇 = (persamaan 5.8)
𝑇 𝑓

Sehingga dapat diketahui bahwa frekuensi merupakan kebalikan dari


periode dan begitu pula sebaliknya.

d. Hubungan Antara Periode Dan Kecepatan Sudut

Pada persamaan 6.5 periode adalah


𝑡
𝑇=
𝑛
Hisbulloh Als Mustofa 23

Kemudian, pada persamaan 6.3 kecepatan Sudut adalah


𝜃
𝜔=
𝑡

Untuk dapat melakukan substitusi ke persamaan 6.5 maka dicari nilai


waktu (t)
𝜃
𝑡=
𝜔

Substitusi ke persamaan 6.5


𝑡 𝜃
𝑇= =
𝑛 𝜔.𝑛

apabila untuk 1 putaran maka 𝜃 = 2𝜋 dan n= 1:


𝜃 2𝜋 2𝜋
𝑇= = = (persamaan 6.8)
𝜔.𝑛 𝜔.1 𝜔

Jadi persamaan 6.8 merupakan hubungan antara periode dengan


kecepatan sudut.

f. Hubungan Antara Frekuensi Dan Kecepatan Sudut

berdasarkan hasil dari persamaan 5.7 bahwa frekuensi berbanding


terbalik dengan periode, jadi apabila hubungan periode dengan
2𝜋
kecepatan sudut adalah 𝑇 = maka frekuensi merupakan
𝜔
kebalikannya. Sehingga hubungan frekuensi dengan kecepatan sudut
adalah:
𝜔
𝑓= (persamaan 6.9)
2𝜋
FISIKA KELAS X 24

4. P ERCEPATAN S UDUT
Sama dengan percepatan pada GLBB dimana percepatan pada GLBB
didefinisikan sebagai perubahan kecepatan tiap waktu. Maka pada
gerak melingkar percepatan sudut juga didefinisikan sebagau
perubahan kecepatan sudut tiap waktu. Sehingga persamaannya dapat
ditulis sebagai berikut :

Percepatan (𝑎) Pada GLBB


∆𝑣 𝑣𝑡 −𝑣0
𝑎= =
∆𝑡 ∆𝑡

Percepatan (𝛼) pada Gerak Melingkar


∆𝜔 𝜔𝑡 −𝜔0
𝛼= = (persamaan 6.10)
∆𝑡 ∆𝑡

4. P ERCEPATAN S ENTRIPETAL
Percepatan sentripetal merupakan percepatan yang mengarah kepusat
lingkaran. Percepatan sentripetal muncul karena benda pada saat
mengalami gerak melingkar mengalami percepatan hal ini dikarenakan
kecepatan linear dari benda yang mengalami gerak melingkar selalu
berubah arahnya sehingga terjadi perubahan kecepatan (perlu
dipahami bahwa percepatan itu bukan hanya perubahan nilai besarnya
kecepatan namun perubahan arah kecepatan juga merupakan
percepatan). Perubahan arah kecepatan saat benda bergerak adalah
sebagai berikut :
Hisbulloh Als Mustofa 25

(Gambar 6.3 percepatan sentripetal)

Arah percepatan sentripetal selalu tegak lurus dengan arah kecepatan


linearnya.

Pada gambar ini dapat ditarik perbandingan segitiga antara vektor-


vektor kecepatan linearnya dengan panjang jari-jari

(Gambar 6.4 uraian besaran yang bekerja percepatan sentripetal)

Sehingga dari gambar didapatkan :


∆𝑣 ∆𝑙
=
𝑣1 𝑅

∆𝑙
∆𝑣 = 𝑣1 (persamaan 6.11)
𝑅

Percepatan dalam GLBB adalah :


∆𝑣
𝑎=
∆𝑡
FISIKA KELAS X 26

Substitusi persamaan 6.11, sehingga percepatan sentripetal (𝑎𝑠 ):


∆𝑣 ∆𝑙 𝑣1
𝑎𝑠 = =
∆𝑡 ∆𝑡 𝑅
𝑠 ∆𝑥
Pada GLB telah diketahui bahwa 𝑣 = 𝑎𝑡𝑎𝑢 dapat pula ditulis
𝑡 ∆𝑡
∆𝑙
sebagai 𝑣 = karena ∆𝑙 juga merupakan perpindahan.
∆𝑡
∆𝑙 𝑣1 𝑣1
𝑎𝑠 = =𝑣
∆𝑡 𝑅 𝑅

Karena gerak linearnya dengan kecepatan tetap atau GLB maka 𝑣 =


𝑣1 sehingga
𝑣1 𝑣2 𝑣2
𝑎𝑠 = 𝑣 = 𝑎𝑡𝑎𝑢 (persamaan 6.12)
𝑅 𝑅 𝑟

Berdasarkan persamaan 6.4 tentang hubungan antara kecepatan linear


dan kecepatan sudut dimana

𝑣 = 𝜔. 𝑟
𝑣 2 = 𝜔2 . 𝑟 2 , substitusikan pada persamaan 6.12
𝑣2 𝑟2
Sehingga 𝑎𝑠 = = 𝜔2 . = 𝜔2 . 𝑟 (persamaan 6.13)
𝑟 𝑟

Jadi persamaan untuk menentukan percepatan sentripetal adalah


sesuai dengan persamaan 6.13.

5. H UBUNGAN R ODA -R ODA


Dalam aplikasinya benda yang gerak melingkar tidak hanya bergerak
sendiri contohnya pada gear dan rantai pada sepeda yang saling
berhubungan. Hubungan ini diatur sesuai dengan tabel berikut:
Hisbulloh Als Mustofa 27
FISIKA KELAS X 28

6. R ANGKUMAN
𝑛𝑜
• Mengubah dari drajad ke radian : 𝑛𝑜 = 𝜋 𝑟𝑎𝑑𝑖𝑎𝑛
180𝑜
• Perpindahan : 𝑠 = 𝜃. 𝑟
• Kecepatan sudut : 𝑣 = 𝜔. 𝑟
𝑡 1 2𝜋
• Periode : 𝑇 = , 𝑇 = , dan 𝑇 =
𝑛 𝑓 𝜔
𝑛 1 𝜔
• Frekuensi : 𝑓 = , 𝑓 = , dan 𝑓 =
𝑡 𝑇 2𝜋
∆𝜔 𝜔𝑡 −𝜔0
• Percepatan sudut : 𝛼 = =
∆𝑡 ∆𝑡
• Percepatan sentripetal : 𝑎𝑠 = 𝜔2 . 𝑟
• Hubungan roda seporos : 𝜔𝑎 = 𝜔𝑏
• Hubungan roda Bersinggungan : 𝑣𝑎 = 𝑣𝑏
• Hubungan roda dengan sabuk rantai : 𝑣𝑎 = 𝑣𝑏
Hisbulloh Als Mustofa 29

7. S OAL
1. Sebuah mesin berputar 120 putaran per menit. Periode mesin
tersebut adalah :

2. Periode benda yang bergerak melingkar beraturan dengan jari-jari


1,0 m adalah 0,5 s. Kecepatansudut benda itu adalah:

3. Jelaskan hubungan antara kecepatan sudut dan frekuensi !

4. sebuah benda berputar dengan kecepatan 20 rad/s dengan jari-jari


benda 2 m. tentukan kecepatan linearnya

Anda mungkin juga menyukai