Anda di halaman 1dari 23

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengelolaan Data

Pada dasarnya analisis data terlebih dahulu diawali dengan proses pra-analisis
menggunakan peralatan elektronik dan manual untuk meyakinkan bahwa data
yang dikumpulkan telah “dibersihkan” sebelum dianalisis. Ibaratnya, dalam
memasak kita harus mencuci alat dan bahan-bahan makanan yang akan kita masak
agar masakan setidaknya bersih. Hasil “pembersihan” adalah berkurangnya keti-
daktepatan dan kesalahan dalam data. Ada pun tahapan pra-analisis meliputi:
(1) penyuntingan data; (2) pengembangan variabel; (3) pengkodean data; (4) cek
kesalahan; (5) pembentukan struktur data; (6) pra analisis cek komputer; (7) tabu-
lasi.

2.1.1 Proses Pra-analisis


Tahapan dari pengumpulan data, pra-analisis, hingga analisis data dirangkum
dalam Gambar 7.1. Pada subbab ini akan dikemukakan rangkuman tahapan, be-
serta deskripsi dan isu yang berkaitan (lihat Tabel 7.1). Bila tahapan ini telah di-
lalui setidaknya kita yakin bahwa kualitas data, struktur data, dan pengkodean
telah siap untuk dianalisis lebih lanjut.

Pada subbab berikut ini akan diuraikan secara rinci masing-masing tahapan dalam
proses pra-analisis.
Penyuntingan Data

Pengembangan Variabel

Pengumpulan Data

Pengkodean Data

Pra-Analisis
Cek Kesalahan
Verifikasi Cek Kesalahan

Pembentukan Struktur Data

Analisis Data
Pra-Analisis Cek Komputer

Tabulasi

1. Penyuntingan Data

Penyuntingan data adalah proses yang bertujuan agar data yang dikumpulkan
memberikan kejelasan, dapat dibaca, konsisten, dan komplit. Penyuntingan data
agar jelas dan terbaca akan membuat data dengan mudah dapat dimengerti.
Penyunting (editor) akan melihat ada tidaknya ambiguitas dalam data yang
dikumpulkan. Tulisan tangan yang menimbulkan salah tafsir perlu diperjelas.
Dalam kasus wawancara personal, pewawancara dapat dipanggil untuk memec-
ahkan masalah penyuntingan. Penyuntingan instrumen survei, karena salah klasi-
fikasi dan salah jawaban, merupakan tanggung jawab penyunting.

Tahapan Proses Pra-Analisis

Konsistensi di sini mengandung arti bagaimana pertanyaan-pertanyaan telah


dijawab oleh semua responden. Pengecekan konsistensi dapat mendeteksi

3
jawaban-jawaban yang keliru. Misalnya, responden mengatakan dia mengambil
30 buku dari perpustakaan dalam sebulan namun dia juga mengaku amat jarang
membaca. Jelas ini adalah jawaban yang tidak konsisten dan perlu dijelaskan.

Komplit di sini berarti seberapa banyak data yang hilang dari kuesioner atau
wawancara. Data yang hilang besar kemungkinan karena responden menolak un-
tuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tertentu. Bisa juga karena responden lupa
dengan jawaban atas suatu pertanyaan. Oleh karena itu penyuntingan diperlukan
untuk mencek ketidakkomplitan atau hilangnya data.

Isu sentral dalam penyuntingan data adalah: (1) Apakah data yang dikumpulkan
menimbulkan masalah konseptual dan atau masalah teknis dalam analisis?; (2)
Apakah data yang dikumpulkan secara logik menjustifikasi interpretasi hasil?; (3)
Apakah data telah jelas, konsisten, dan komplet untuk diberi kode?

Tabel 7.1 Proses Pra-Analisis: Tahapan, Deskripsi, dan Isu yang berkaitan

T DESKRIPSI ISU
A
H
A
P
1. Penyuntingan data Suatu proses yang memastikan ▪ Apakah data
bahwa data yang digunakan mem- yang
berikan kejelasan, dapat dibaca, dikumpulkan
konsisten dan lengkap menimbulkan
masalah konsep-
tual dan atau
masalah teknis
dalam analisis?
▪ Apakah data yang
dikumpulkan secara
logis menjustifikasi
interpretasi hasil?
▪ Apakah data telah
jelas, konsisten
dan komplet
untuk diberi kode?
2. Pengembangan Spesifikasi semua variable Apakah semua variable telah
variabel ada datanya?
3. Pengkodean data Menterjemahkan data ke dalam ▪ Apakah kategori
kode, biasanya kode angka, yang kode konsisten den-
bertujuan untuk memindahkan gan desain dan tu-

4
data tersebut ke dalam media juan studi?
penyimpanan data dan analisis ▪ Apakah metode pen-
komputer lebih lanjut stransferan, penyim-
panan dan pemanggi-
lan data konsisten den-
gan perangkat keras
dan lunak yang digu-
nakan dalam analisis?

5
T DESKRIPSI ISU
A
H
A
P
4. Cek kesalahan Data yang telah diberi kode dicek Apakah tahapan sebelumnya
kembali sebelum data ditansfer ke telah diselesaikan tanpa ada ke
dalam media penyimpanan salahan?

5. Pembentukan Struktur data disusun untuk mema- ▪ Apakah data dis-


struktur data sukkan semua data yang dibutuhkan impan dalam
bagi analisis, dan kemudian bentuk yang kon-
mentransfernya ke dalam media peny- sisten dengan
impanan data penggunaan
akhir ?
▪ Apakah ada data
yang hilang yang
tidak diidentifikasi se
belumnya?
▪ Bagaimana mengatasi
data yang hilang
dalam analisis?
▪ Apakah semua
transformasi data
telah diren-
canakan dan atau
dilakukan?

6. Pra-analisis cek Struktur beserta data yang telah disim- ▪ Apakah pengecekan ke-
komputer pan diarsipkan untuk analisis, sebelum salahan proses komputer
dilakukan pra-analisis cek komputer telah dilakukan?
untuk konsistensi dan kelengkapan ▪ Apakah kesalahan
yang selalu muncul
dalam analisis kom-
puter telah
dipertimbangkan?
7. Tabulasi Mendeskripsikan jumlah individu ▪ Apakah ada nilai ek-
yang telah menjawab suatu per- strim (outliers) dalam
tanyaan secara khusus. Dapat juga data?
digunakan untuk menciptakan ▪ Apakah titik batas
statistik deskriptif atas variabel yang untuk mengkonversi
diamati dan atau tabulasi silang data
interval menjadi data kat-
egorikal?

Sumber : Davis & Cosenza (1993 : 345), Kuncoro (2001)

2.1.3 Pengembangan Variabel

6
Dalam praktek, peneliti seringkali tertarik untuk menciptakan indeks, variabel
komposit, atau melakukan transformasi variabel berdasarkan data kasar. Variabel-
variabel ini diciptakan untuk analisis tertentu yang berkaitan dengan tujuan studi.
Pengembangan variabel dapat berupa transformasi matematika (misalnya: diubah
menjadi bentuk logaritma) atau prosedur statistic atau analitik yang terencana ter-
hadap sejumlah data dasar.

2.1.4 Pengkodean Data (Data Coding)


Pengkodean data berarti menerjemahkan data ke dalam kode, biasanya kode
angka, yang bertujuan untuk memindahkan data tersebut ke dalam media

penyimpanan data dan analisis komputer lebih lanjut. Sebagai jawaban “ya” atau
“tidak” dapat diberi kode 1=ya, 2=tidak. Pemindahan variabel dalam kode akan
mempermudah analisis statistik. Oleh karena itu dalam pembuatan kuesioner perlu
dipikirkan bagaimana teknik pengkodeannya.
Contoh 1 :
Pengkodean untuk Kuesioner

1. Usia (tahun) 2. Pendidikan 3. Tingkat Peker- 4. Jenis Ke-


jaan lamin

[1] Di 1. SLTA 1. Manajer 1. Laki-laki


bawah 25 2. D3 2. Penyelia 2. Perempuan
[2] 25-35 3. Sarjana 3. Kasir
[3] 36-45 4. Master 4. Sekretaris 5. Shift Kerta
[4] 46-55 5. Doktor 5. Teknisi 1. Pertama
[5] Di atas 55 6. Lainnya (se- 6. Lainnya (sebutkan) 2. Kedua
butkan) 3. Ketiga

6. Status
Pekerjaan
[1] Paruh
waktu
[2] Penuh

Sumber : Sekaran (2000 : 305)

Contoh 2 :
Bagaimana penilaian Anda terhadap alumni MM UGM yang menjadi bawahan
Anda saat ini. Pilihlah salah satu dari alternatif jawaban berikut :
7
(1) Sangat Baik (2) Baik (3) Kurang
(4) Sangat Kurang

N Kriteria Penila- 1 2 3 4
o. ian
1 Kemampuan analisis
2 Kemampuan pengambilan keputusan fungsional
3 Kemampuan pengambilan keputusan strategik
4 Wawasan
5 Visi ke depan
6 Kepribadian managerial
7 Kemampuan komunikasi formal tertulis
8 Kemampuan komunikasi formal lisan
9 Kemampuan komunikasi informal
1 Penampilan fisik (kesesuaian)
0
1 Sopan santun
1
1 Kemampuan bekerja sama
2
1 Respek terhadap atasan
3
1 Kepemimpinan
4
1 Kemampuan adaptasi terhadap lingkungan baru
5
1 Persuasiveness
6
1 Penguasaan bahasa (Inggris, Indonesia, Komputer)
7

N Kriteria Penila- 1 2 3 4
o. ian
8
1 Loyalitas pada lembaga
8
1 Disiplin
9

Sumber : Sartono, Kuncoro & Pradipdyo (1996)

Isu sentral yang perlu diperhatikan dalam tahap ini adalah: (1) Apakah kate-
gorikode konsisten dengan desain dan tujuan studi; (2) Apakah metode pentran-
feran. penyimpanan, dan pemanggilan data konsisten dengan perangkat keras dan
lunak yang digunakan dalam analisis?

2.1.5 Cek Kesalahan

Cek kesalahan mempunyai dua tugas. Pertama, meyakinkan bahwa semua tahapan
pra-analisis sebelumnya telah dilakukan dengan benar. Kedua, data yang telah
diberi kode harus dicek kembali untuk mendeteksi kemungkinanadanya salah
ketik. Ini adalah cek manual yang terakhir sebelum data ditransfer ke dalam media
penyimpanan (komputer).

2.1.6 Pembentukan Struktur Data

Struktur data disusun untuk memasukkan semua data yang dibutuhkan untuk anal-
isis dan kemudian mentransfernya ke dalam media penyimpanan data. Dengan
kata lain, struktur data adalah cara bagaimana informasi-informasi responden
ditempatkan dalam media penyimpanan.

Untuk tujuan analisis, isu sentral yang harus diperhatikan dalam penyusunan
struktur data adalah: (1) Apakah data disimpan dalam bentuk yang konsisten den-
gan penggunaan akhir?; (2) Apakah ada data yang hilang yang tidak diperhi-
tungkan?; (3) Bagaimana data yang hilang diatasi dalam analisis?; (4) Apakah se-
mua transformasi data telah direncanakan dan atau dilakukan?

2.1.7 Pra-Analisis Cek Komputer

9
Pada tahap ini data yang disimpan perlu dicek ulang baik kekomplitan maupun
konsistensinya. Umumnya, hal ini dilakukan dengan menampilkan tabulasi
frekuensi. Kesalahan yang sering dijumpai, salah kode, ketidakkonsistenan, dan
kesalahan kode yang lain. Bila kesalahan ditemukan maka dapat dikoreksi baik
oleh pemberi kode, atau dalam kasus data yang hilang oleh program komputer.
Cek komputer dalam proses pra-analisis yang lain adalah mengecek perangkat lu-
nak (software) yang digunakan untuk menilai ketepatan dan keandalan perangkat
lunak tersebut.

2.1.8 Tabulasi

Tabulasi data biasanya tidak dimasukkan sebagai prosedur analitik dalam peneli-
tian ilmiah karena tidak mengungkap hubungan dalam data. Kendati demikian,
banyak riset bisnis yang ditujukan untuk penjelasan masalah danatau menemukan
hubungan. Tabulasi menyajikan hitungan frekuensi dari satu hal (analisis
frekuensi) atau perkiraan numerik tentang distribusi sesuatu (analisis deskriptif).
Tabulasi merupakan alat analisis bisnis. Tabulasi juga bermanfaat bagi peneliti se-
bagai alat menyusun kategori ketika mengubah variabel interval menjadi klasi-
fikasi nominal. Dengan kata lain, tabulasi mendeskripsikan jumlah individu yang
menjawab pertanyaan tertentu. Tabulasi dapat juga digunakan untuk menciptakan
statistik deskriptif mengenai variabel-variabel yang digunakan dan atau tabulasi
silang.

2.2 Penggunaan Statistic Deskriptif


2.2.1 Table Distribusi Frekuensi
• Distribusi frekuensi adalah penyusunan data ke dalam kelas-kelas tertentu di-
mana setiap data dimasukkan kedalam salah satu kelas tertentu (Pengelom-
pokkan data).
• Tujuannya adalah untuk mengatur data mentah yang acak (belum dikelom-
pokkan) ke dalam bentuk yang rapi dengan tetap mempertahankan infor-
masinya.
10
Istilah dalam Distribusi Frekuensi
1) Kelas adalah penggolongan data yang dibatasi dengan nilai terendah dan nilai
tertinggi yang masing-masing dinamakan batas kelas. Batas Kelas (Class Limit)
adalah nilai batas dari pada tiap kelas dalam sebuah distribusi.
a. Class Limit adalah batas-batas kelas yang tertulis dalam tabel distribusi
frekuensi, yang terdiri dari Lower Class Limit (Batas bawah kelas) dan
Upper Class Limit (Batas atas kelas).
b. Class Bounderies (Tepi kelas) adalah batas kelas yang sebenarnya, ter-
diri dari Lower class boundary (batas bawah kelas yang sebenarnya) dan
upper class boundary (batas atas kelas yang sebenarnya).
2) Interval (Panjang Kelas) merupakan lebar dari sebuah kelas dan dihitung dari
perbedaan antara kedua tepi kelasnya.
3) Titik tengah merupakan rata-rata hitung dari kedua batas kelasnya atau tepi
kelasnya.

Penyusunan Distribusi Frekuensi


1. Urutkan data dari yang terkecil hingga terbesar (bila diperlukan).
2. Menentukan range (jangkauan): Selisih antara nilai yang terbesar
dengan nilai yang terkecil. R = X max – X min.
3. Menentukan banyaknya kelas dengan mempergunakan rumus
Sturges. K = 1 + 3,3 log N dimana K = banyaknya kelas dan N = jumlah
data yang diobservasi.
4. Menentukan interval kelas: I = R/K
5. Menentukan batas-batas kelas:
• tbk = bbk – 0,5(skala terkecil)
• tak = bak + 0,5(skala terkecil)
• Panjang interval kelas = tak – tbk
Keterangan:
tbk = tepi bawah kelas bbk = batas bawah kelas tak = tepi atas kelas
bak = batas atas kelas
6. Menentukan titik tengahnya = 1⁄2 ( Batas atas kelas + batas bawah kelas)
11
7. Memasukkan data ke dalam kelas-kelas yang sesuai dengan memakai sistem
Tally atau Turus.
8. Menyajikan distribusi frekuensi: isi kolom frekuensi sesuai dengan Tally /
Turus

Contoh soal

2.2.2 Table Frekuensi Relative


Distribusi Frekuensi Relatif
Adalah perbandingan daripada frekuensi masing-masing kelas dengan jumlah
frekuensi seluruhnya dan dinyatakan dalam persentase.
• Distribusi Frekuensi kumulatif relatif adalah jumlah frekuensi relatif dengan
menggunakan persentase.

2.2.3 Table Frekuensi Kumulatif


Distribusi Frekuensi Kumulatif
Adalah suatu daftar yang memuat frekuensi-frekuensi kumulatif, jika ingin
mengetahui banyaknya observasi yang ada di atas atau di bawah suatu nilai ter-
tentu.
• Distribusi Frekuensi kumulatif kurang dari (dari atas) adalah jumlah
frekuensi dari semua nilai-nilai yang lebih kecil dari tepi atas kelas pada masing-
masing interval kelasnya.
• Distribusi Frekuensi kumulatif lebih dari (dari bawah) adalah jumlah
frekuensi dari semua nilai-nilai yang lebih besar dari tepi bawah kelas pada mas-
ing-masing interval kelasnya.

2.2 Memilih Uji Statisitk yang Cocok berdasarkan skala data: Nominal, interval,
Ratio
2.2.1 Pengertian Skala Data

12
Pengertian skala pengukuran data dalam penelitian dapat diartikan sebagai sarana
untuk menentukan panjang pendek interval yang telah ditentukan dalam satuan alat ukur.
Salah satu cara agar bisa mengetahui panjang pendek interval dapat dilakukan dengan
melakukan alat pengukuran. 
Penggunaan alat ukur dapat diterapkan untuk memperoleh data kuantitatif atau memper-
oleh angka. Kurang efektif jika digunakan untuk jenis penelitian kualitatif. Berikut adalah
pengertian skala pengukuran data dalam penelitian menurut para ahli atau para tokoh di-
gunakan untuk dijadikan sebagai acuan ataupun sebagai tolak ukur untuk memperoleh
data.
- Sugiono
Pengertian skala pengukuran data dalam penelitian menurut Sugiono (2012) adalah kesep-
akatan yang digunakan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam
alat ukur, sehingga alat ukur tersebut digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan
data kuantitatif. 
- Imam Ghozali 
Sedangkan Imam Ghozali (2005) mengartikan pengukuran adalah meletakkan angka atau
symbol pada karakteri yang sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan dan diakui.
Karakter yang dimaksud di sini adalah satuan ukuran tertentu.. Misalnya mengacu pada
umur, tingkat pendapatan, tingkat pendidikan dan jenis kelamin. 

2.2.2 Macam-Macam Skala Pengukuran Data


1) Skala Nominal
sebagai skala nominal adalah skala pengukuran yang cukup sering digunakan.
Karena skala pengukuran ini bentuknya paling sederhana. Skala nominal cocok digu-
nakan untuk penelitian yang mencari pengkategorian saja. 
Contoh kasus pengkategorian adalah menentukan katebori lambang, label atau symbol.
Umumnya pengkategorisasian berperan untuk mengelompokkan data sesuai dengan kate-
gorisasi. Pengkategorisasian di lapangan lebih sering menggunakan simbolisasi yang
fungsinya untuk membedakan mana kelompok objek ataupun mana kelompok subjek. 
Tanda skala nominal adalah mutually exclusive, dimana setiap objek hanya memiliki satu
kategori saja. Selain itu, skala nominal tidak memiliki aturan yang terstruktur, dengan
kata lain aturannya abstrak. 
Berikut adalah ciri dari skala nominal yang perlu di garis bawahi. 
• Tidak dijumlah bilangan pecahan 
• Tidak memiliki ranking 
• Tidak memiliki nol mutlak 
• Angka hanya sebagai label saja 
• Tidak memiliki ukuran yang baru 
• Menggunakan statistik non parametric
Skala ordinal 

13
2) Skala Ordinal
Skala ordinal adalah skala pengukuran yang menunjukan jarak interval antar
tingkatan tidak harus sama. Skala ordinal setingkat lebih tinggi dibandingkan dengan
skala nominal. Skala ordinal pengkategorisasian disusun berdasarkan urutan terendah ke
tingkat yang lebih tinggi. 
Skala ordinal dari segi pengkategorisasiannya saling memisah. Dari segi kategorisasi data
dibuat berdasarkan karakteristik khusus. Sedangkan untuk kategorisasi data disusun
berdasarkan pada karakteristik. 
Ciri skala ordinal memiliki tiga ciri, sebagai berikut. 
• Data saling memisah 
• Data bersifat logis dan mengikuti aturan 
• Kategori data ditentukan oleh skala yang didasarkan pada jumlah karakteristik yang
dimiliki

Contoh skala ordinal 1

Setiap kali memasang aplikasi di google play store, kita sering mendapatkan tawaran un-
tuk memberikan penilaian. Ada yang bintang  5 sampai bintang 1. Bintang 5 artinya san-
gat puas, bintang 4 artinya puas, bintang 3 artinya kurang puas, bintang 2 tidak puas dan
bintang 1 artinya sangat tidak puas. 
Beberapa kasus, penilaian ini juga sering kita temukan dalam pemilihan angket penelitian,
ataupun dalam bentuk aplikasi transportasi seperti grab, gojek dan masih banyak lagi. Jadi
skala ordinal dimulai dari angka yang paling besar, baru diikuti angka yang lebih kecil. 
b. Contoh skala ordinal 2

Adapun contoh skala ordinal yang dikemas menggunakan tampilan lebih menarik, con-
tohnya sebagai berikut. 
Mengukur tingkat kreativitas karyawan 
Nilai : I         I       III   Iv       v
Angka : 100  80     60     40    20
c. Contoh skala ordinal 3

Mengukur rangking kelas dari ranking 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, dan 10


. Contoh skala ordinal 4

14
Contoh skala ordinal yang lain juga dapat digunakan untuk menklasifikasikan status
ekonomi masyarakat. Misalnya, ada status ekonomi miskin, ekonomi menengah ke atas,
ekonomi menengah ke bawah dan orang kaya. 
Tentu saja masih banyak lagi skala ordinal yang sebenarnya sering ditemui dalam kehidu-
pan keseharian kita
Contoh skala interval 

Misalnya di kota Yogyakarta memiliki suhur 100C, kemudian di Semarang suhunya men-
capai 150C, dan di Jakarta suhu udara di jam yang sama berada di angka 200C. Dari situ
dapat dikatakan bahwa selisih suhu daerah Semarang 50C lebih panas dibandingkan kota
Yogyakarta. Terjadi selisih suhu daerah Jakarta dengan daerah Semarang adalah 50C. 
Hal ini menunjukan bahwa pengukuran interval memiliki jarak tetap. Hanya saja, kita bisa
mengatakan bahwa suhu di Jakarta lebih panas dua kali lipat dibandingkan koa Yo-
gyakarta, itu artinya tidak bisa dijadikan kelipatan. Kenapa demikian? Karena dalam dera-
jat celcius tidak memiliki no absolut. 
Contoh skala pengukuran ratio 

Rani memiliki berat badan 30 kg. Mila memiliki berat badang 60 kg. maka dapat
dikatakan bahwa berat badan Mila lebih berat dua kali dibandingkan berat badan Rani. 
Ternyata pengukuran skala ratio adalah pengukuran yang tidak hanya mengetahui berat
badan, tetapi juga dapat digunakan untuk mengetahui usia, berat benda, tinggi pohon,
ukuran timbangan, jarak, panjang barang hingga dapat pula digunakan untuk mengetahui
nilai ujian. 

3) Skala Interval
Skala interval adalah skala pengukuran yang sering digunakan untuk menyatakan
peringkat untuk antar tingkatan. Pada skala interval tidak memiliki nilai nol. Nilai nol
yang dimaksud hanya menggambarkan satu titik dalam skala saja. 
Dari asal tingkatannya, skala interval berada di atas skala ordinal dan skala nominal.
Skala interval memiliki nilai bobot yang sama dari satu data dengan yang lain. Skala in-
terval bersifat saling memisah. Sedangkan untuk kategorisasi data diatur secara logis, un-
tuk kategorisasi data memiliki karakteristik khusus saat menentukan skala. 
Ciri-ciri skala pengukuran interval sebagai berikut. 
• Data bersifat saling memisah 
• Data bersifat logis 
• Data ditentukan skala berdasarkan jumlah karakteristik khusus yang dimilikinya
• Angka “0” hanya menggambarkan titik dalam skala, tetapi sebenarnya tidak memiliki
nilai nol absolut

4) Skala Ratio
Skala rasio adalah skala pengukuran data dalam penelitian yang lebih sering digu-
nakan untuk membedakan, mengurutkan dan membandingkan data. Skala rasio adalah
skala paling tinggi dibandingkana tiga jenis skala yang sudah disebutkan sebelumnya. 
15
Contoh Skala Pengukuran Data Dalam PenelitianSsebenarnya 

Suku daerah : Suku Bugis, Suku Jawa, dan Suku Madura 


Kepercayaan yang di anut : Islam, Kristen, Hindu, Budha dan Katholik 
Jenis kulit : Kulit Hitam, Kulit sawo matang, kulit putih dan kulit kuning. 
Jenis kelamin : Jenis Laki-laki, Jenis perempuan 
Jenis Pekerjaan : Wiraswasta, PNS, tenaga lepas, konten creator
Status perkawinan : Kawin atau tidak kawin 
Contoh Skala Nominal Tidak Sebenarnya 
kelulusan : Lulus, tidak lulus, naik kelas, tinggal kelas 
Tahun Produksi Kendaraan : 2010, 2011, 2012, 2013 dsb 
Ijazah terakhir : SD, SMP, SMA, S1, S2 atau S3. 
Dsb

2.3 Penulisan Laporan Penelitian


2.3.1 Jenis Pembaca Laporan Penelitian

2.3.2 Jenis Laporan Ilmiah


1) Artikel
Artikel adalah sebuah karya tulis yang isinya berupa gagasan atau fakta yang
dapat membujuk, meyakinkan, mendidik, serta menghibur pembacanya. Biasanya
artikel memiliki panjang kalimat dengan jumlah karakter tertentu.
Biasanya artikel dibuat untuk keperluan publikasi di buletin, surat kabar, media
sosial, kanal digital, dan lain sebagainya. Sebagai contoh adalah sebuah artikel
mengenai “Dongeng sebagai Sarana Terapi Multi Intelligence”

2) Makalah

Makalah adalah jenis karya tulis yang bersifat ilmiah. Biasanya, makalah ditulis untuk
keperluan terkait dengan pendidikan. Dalam penyusunannya, diperlukan data pendukung
dari hasil observasi lapangan dari sebuah masalah dalam penelitian. Data yang terkumpul
diperlukan untuk mencari penyelesaian masalah dalam penelitian. Biasanya makalah ini
disampaikan dalam seminar, simposium, atau uji materi.

3) Skripsi

16
Skripsi adalah istilah yang digunakan di Indonesia untuk mengilustrasikan suatu karya
tulis ilmiah berupa paparan tulisan hasil penelitian mahasiswa strata satu (S-1), yang
membahas fenomena atau permasalahan tertentu dengan menggunakan kaidah yang
berlaku. Penekanan isi dari skripsi terletak pada orisinalitas. Skripsi menjadi syarat kelu-
lusan bagi mahasiswa, untuk meraih gelar sarjana, setelah melalui ujian di depan dosen
penguji.

4) Work Paper

Work paper atau jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia adalah kertas kerja, meru-
pakan jenis karya tulis ilmiah yang hampir mirip dengan makalah, tetapi analisisnya lebih
mendalam. Biasanya work paper berisi catatan-catatan auditor, berisi prosedur audit yang
digunakan, metode uji yang dilakukan, informasi yang diperoleh, dan kesimpulan yang
dibuat berdasar auditnya.

5) Tesis

Tesis kurang lebih serupa dengan skripsi pada mahasiswa strata satu (S-1), tetapi tesis
menganalisis topic dengan lebih kompleks, sehingga esensi ilmiahnya lebih kuat dan lebih
kompleks jika dibanding dengan skripsi. Tesis dibuat sebagai syarat kelulusan untuk
meraih gelar magister atau master yang ditempuh oleh mahasiswa pasca sarjana (S-2)

6) Disertasi

Setingkat lebih tinggi dari tesis, ada yang biasa disebut dengan disertasi. Karena setingkat
lebih tinggi, disertasi digunakan sebagai syarat kelulusan untuk meraih gelar doktor bagi
mahasiswa program studi strata tiga (S-3).

Isi dari disertasi merupakan hasil penelitian orisinil yang nantinya dapat diaplikasikan ke
kehidupan nyata, biasanya, disertasi diuji oleh seorang profesor, atau doktor senior dan
profesional.

2.3.3 Outline/sistematika penulisan Laporan Penelitian


Sistematika Laporan, terdiri dari
BAB I : Pendahuluan
BAB II : Tinjauan Pustaka
BAB III : Metode
BAB IV : Hasil Pengamatan dan Bahasan
BAB V : Simpulan dan Saran

17
2.3.3.1 Bab I. PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan penelitian

1) Rumusan Permasalahan Penelitian


Latar Belakang Permasalahan merupakan penjelasan fenomena yang diamati dan
menarik perhatian peneliti dan bukan merupakan alasan pemilihan judul.
Apabila memungkinkan dapat didukung dengan data penunjang, yang dapat digali dari
sumber utama dan/atau sumber kedua seperti Biro Pusat Statistik, hasil penelitian ter-
dahulu, jurnal dan internet
Latar Belakang memuat hasil penelitian terdahulu (dari jurnal) dengan menyebutkan sum-
ber jurnal yang dipakai sebagai referensi.
Apabila perusahaan (sebagai sumber utama) belum menyajikan laporan keuangan, misal-
nya rasio keuangan (financial ratio), maka dalam Latar Belakang disajikan minimal 3 pe-
riode atau tahun.

2) Latar belakang masalah


merupakan landasan berpijak bagi munculnya kebutuhan untuk memahami kesenjangan
antara kondisi yang ada dengan kondisi yang diharapkan.
Pada bagian ini diuraikan suatu konstelasi yang memunculkan permasalahan. Disamping
itu, dikemukakan pula perlunya pemecahan masalah tersebut secara ilmiah.
Pada bagian ini pula, pembaca dibawa ke arah pentingnya masalah tersebut sehingga da-
pat mengetahui apa akhir dari penelitian yang akan dilakukan.

3) Identifikasi Masalah
Secara umum masalah berada pada suatu kontelasi tertentu yang dipengaruhi atau
berhubungan dengan berbagai faktor tertentu. Oleh karena itu seyogianya masalah terse-
but terlebih dahulu dikenali melalui hubungannya dengan berbagai faktor tersebut. Penge-
nalan masalah tersebut akan memunculkan berbagai pernyataan dan pertanyaan yang
disebut identifikasi masalah. Berpikirlah dari variabel terikat, selanjutnya mencari faktor-
faktor/ variabel-variabel yang mengelilingi atau mempengaruhinya.

4) Pembatasan Masalah
Oleh karena pada identifikasi masalah muncul berbagai pertanyaan yang kesemuanya
tidak mungkin dijawab oleh peneliti, maka peneliti perlu membatasi ruang lingkup per-
masalahan tersebut, misalnya dari sudut pendekatan, waktu, tempat, subjek penelitian,
efisiensi, efektivitas variabel yang akan diteliti, dan lain sebagainya.

5) Rumusan Permasalahan
Rumusan permasalahan disajikan secara singkat dalam bentuk kalimat tanya, yang isinya
mencerminkan adanya permasalahan yang perlu dipecahkan atau adanya permasalahan
yang perlu untuk dijawab.

6) Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian merupakan sasaran yang hendak dicapai oleh peneliti sebelum
melakukan penelitian dan mengacu pada permasalahan.
Berikut ini beberapa contoh cara pengungkapan tujuan penelitian yang umumnya diawali
dengan kalimat tujuan penelitian adalah untuk …………. atau penelitian ini bertujuan un-
tuk …………………dan sebagainya.

18
7) Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian, menguraikan kontribusi yang diharapkan dari hasil penelitian itu
sendiri.
Kontribusi ini dapat dilihat dari beberapa aspek:
Kepentingan subyektif peneliti, misalnya memenuhi syarakat menyelesaikan pendidikan
S1, S2, atau S3 dan kepentingan subyektif lainnya.
Kepentingan pembangunan, Kepentingan pengembangan ilmu dsb.

2.3.3.2 BAB II : TINJAUAN PUSTAKA


4) Penelitian Terdahulu
Tinjauan pustaka adalah pandangan kritis terhadap penelitian-penelitian yang telah
dilakukan yang signifikan dengan penelitian yang sedang (akan) dilakukan.
5) Kerangka Teori
Kerangka teori sebaiknya menggunakan acuan yang berhubungan dengan permasalahan
yang diteliti dan acuan-acuan yang berupa hasil penelitian terdahulu (bisa disajikan di
Bab II atau dibuat sub-bab tersendiri)

6) Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian beraspek empiris disajikan pada akhir bab II dalam sub-sub tersendiri
dengan memperhatikan teori pendukungnya, sedangkan hipotesis penelitian beraspek
statistik disajikan dalam bab III.
Apabila analisis data (akhir bab IV) direncanakan tidak untuk menganalisis data secara
luas baik masalah utama (mayor) maupun bagian-bagiannya (minor) maka dalam
hipotesis tidak perlu dicantumkan hipotesis mayor dan minor.
Hipotesis harus berlandaskan teori, jika ingin mengubah harus mencantumkan alasan
mengapa merubah teori tersebut.

2.3.3.3 BAB III : METODE PENELITIAN


7) Jenis Penelitian bisa bersifat kuantitatif maupun kualitatif, misalnya:
Historis;
Deskriptif;
Perkembangan;
Kasus dan penelitian lapangan;
Korelasional;
Kausal komparatif;
Eksperimen murni;
Eksperimen semu;
Kaji tindak.

- Pemilihan jenis penelitian dilakukan berdasarkan pertimban-


gan-pertimbangan berikut :
• Daya tarik permasalahan;
19
• Kesesuaian dengan kemampuan dan latar belakang pendidikan;
• Tersedianya alat dan kondisi kerja;
• Kesesuaian dengan kemampuan untuk mengumpulkan data yang
diperlukan;
• Kesesuaian dengan waktu, tenaga dan biaya;
• Resiko kegagalan.
8) Populasi dan Sampel
Populasi merupakan sekumpulan orang atau objek yang memiliki kesamaan dalam
satu atau beberapa hal dan yang membentuk masalah pokok dalam suatu riset khusus.
Populasi yang akan diteliti harus didefinisikan dengan jelas sebelum penelitian di-
lakukan.” (Santoso & Tjiptono, 2002, 79)
“Sampel adalah semacam miniatur (mikrokosmos) dari populasinya”
(Santoso & Tjiptono, 2002, 80)

9) Metode Pengumpulan Data


J. Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur, dan dapat di-
lakukan melalui tatap muka (face to face) maupun dengan menggunakan telpon.
K. Kuesioner (angket) dapat dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau
pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.
L. Observasi merupakan suatu proses yang komplek , suatu proses yang tersusun dari
pelbagai proses biologis dan psikologis. Dua di antara yang terpenting adalah proses-
proses pengamatan dan ingatan.” (Sugiyono, 2003, ) dsb

13) Variabel dan Pengukuran


Variable merupakan suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau
kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
dan ditarik kesimpulannya.” (Sugiyono, 2003, 32)
Variabel harus terukur

14) Metode Analisis


Metode analisis disesuaikan dengan Rumusan Permasalahan pada Bab I
Jika metode analisis menggunakan regresi dengan Ordinary Least
Square (OLS) Estimators, maka uji asumsi klasik harus dilakukan. Li-
hat buku "Ekonometrika Dasar" oleh Damodar Gujarati.
2.3.3.4 BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN BAHASAN
Penyajian Data Pada subbab ini dipaparkan data yang ada relevansinya dengan
topik laporan penelitian
b. Analisis Data dan Interpretasi

2.3.3.5 BAB V SIMPULAN DAN SARAN


Simpulan menjelaskan butir-butir temuan (hasil penelitian dan bahasan) yang dis-
ajikan secara singkat dan jelas.
Saran

20
Saran-saran merupakan himbauan kepada instansi terkait maupun peneliti berikutnya
yang berdasarkan pada hasil temuan. Saran sebaiknya selaras dengan topik penelitian

2.3.4 Gaya Bahasa Dalam Penelitian


Kridalaksana (2001: 63) gaya bahasa merupakan pemanfaatan atas
kekayaan bahasa oleh seseorang dalam bertutur atau menulis. Selain itu bisa
diartikan sebagai pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek
tertentu atau keseluruhan ciri-ciri bahasa sekelompok penulis sastra.

2.3.5 Penggunaan Aturan EYD

2.3.6 Daftar Pustaka


Daftar pustaka merupakan komponen wajib yang harus dicantumkan oleh penulis,
sedangkan lampiran dan daftar indeks hanya di tulis jika diperlukan.
Pada umumnya, hal-hal yang harus dicantumkan dalam daftar pustaka adalah:
• Nama penulis
• Tahun terbit
• Judul pustaka
• Tempat terbit
• Nama penerbit

Tata cara menulis daftar pustaka adalah sebagai berikut:


• Jika nama pengarang terdiri atas dua kata, kata kedua harus didahulukan. Misalnya,
Amin Santoso ditulis: Santoso, Amin.
• Di belakang nama diberi tanda titik (.)
• Nama gelar tidak perlu dicantumkan.
• Tahun terbit buku diakhiri tanda titik (.)
• Judul buku dan subjudul (kalau ada) ditulis miring atau diberi garis bawah per kata dan
diakhiri tanda titik (.)
• Kota penerbit diakhiri tanda titik (.)
• Nama penerbit buku diakhiri tanda titik (.)

Contohnya:
Belawati, T. 2000. Prinsip-Prinsip Pengelolaan Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh.
Jakarta: PAU-PPAI Universitas Terbuka.

2.3.7 Kutipan dan Catatan Kaki


2.3.8 Membuat Tabel dan Gambar

21
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan

22
Dapus

https://repository.bsi.ac.id/index.php/unduh/item/255367/Modul-Statistika---
Distribusi-Frekuensi-BSI---AWF.pdf

https://tirto.id/aturan-penulisan-laporan-penelitian-ilmiah-dan-contoh-
penyusunannya-ga3W

23

Anda mungkin juga menyukai