PEMBAHASAN
Pada dasarnya analisis data terlebih dahulu diawali dengan proses pra-analisis
menggunakan peralatan elektronik dan manual untuk meyakinkan bahwa data
yang dikumpulkan telah “dibersihkan” sebelum dianalisis. Ibaratnya, dalam
memasak kita harus mencuci alat dan bahan-bahan makanan yang akan kita masak
agar masakan setidaknya bersih. Hasil “pembersihan” adalah berkurangnya keti-
daktepatan dan kesalahan dalam data. Ada pun tahapan pra-analisis meliputi:
(1) penyuntingan data; (2) pengembangan variabel; (3) pengkodean data; (4) cek
kesalahan; (5) pembentukan struktur data; (6) pra analisis cek komputer; (7) tabu-
lasi.
Pada subbab berikut ini akan diuraikan secara rinci masing-masing tahapan dalam
proses pra-analisis.
Penyuntingan Data
Pengembangan Variabel
Pengumpulan Data
Pengkodean Data
Pra-Analisis
Cek Kesalahan
Verifikasi Cek Kesalahan
Analisis Data
Pra-Analisis Cek Komputer
Tabulasi
1. Penyuntingan Data
Penyuntingan data adalah proses yang bertujuan agar data yang dikumpulkan
memberikan kejelasan, dapat dibaca, konsisten, dan komplit. Penyuntingan data
agar jelas dan terbaca akan membuat data dengan mudah dapat dimengerti.
Penyunting (editor) akan melihat ada tidaknya ambiguitas dalam data yang
dikumpulkan. Tulisan tangan yang menimbulkan salah tafsir perlu diperjelas.
Dalam kasus wawancara personal, pewawancara dapat dipanggil untuk memec-
ahkan masalah penyuntingan. Penyuntingan instrumen survei, karena salah klasi-
fikasi dan salah jawaban, merupakan tanggung jawab penyunting.
3
jawaban-jawaban yang keliru. Misalnya, responden mengatakan dia mengambil
30 buku dari perpustakaan dalam sebulan namun dia juga mengaku amat jarang
membaca. Jelas ini adalah jawaban yang tidak konsisten dan perlu dijelaskan.
Komplit di sini berarti seberapa banyak data yang hilang dari kuesioner atau
wawancara. Data yang hilang besar kemungkinan karena responden menolak un-
tuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tertentu. Bisa juga karena responden lupa
dengan jawaban atas suatu pertanyaan. Oleh karena itu penyuntingan diperlukan
untuk mencek ketidakkomplitan atau hilangnya data.
Isu sentral dalam penyuntingan data adalah: (1) Apakah data yang dikumpulkan
menimbulkan masalah konseptual dan atau masalah teknis dalam analisis?; (2)
Apakah data yang dikumpulkan secara logik menjustifikasi interpretasi hasil?; (3)
Apakah data telah jelas, konsisten, dan komplet untuk diberi kode?
Tabel 7.1 Proses Pra-Analisis: Tahapan, Deskripsi, dan Isu yang berkaitan
T DESKRIPSI ISU
A
H
A
P
1. Penyuntingan data Suatu proses yang memastikan ▪ Apakah data
bahwa data yang digunakan mem- yang
berikan kejelasan, dapat dibaca, dikumpulkan
konsisten dan lengkap menimbulkan
masalah konsep-
tual dan atau
masalah teknis
dalam analisis?
▪ Apakah data yang
dikumpulkan secara
logis menjustifikasi
interpretasi hasil?
▪ Apakah data telah
jelas, konsisten
dan komplet
untuk diberi kode?
2. Pengembangan Spesifikasi semua variable Apakah semua variable telah
variabel ada datanya?
3. Pengkodean data Menterjemahkan data ke dalam ▪ Apakah kategori
kode, biasanya kode angka, yang kode konsisten den-
bertujuan untuk memindahkan gan desain dan tu-
4
data tersebut ke dalam media juan studi?
penyimpanan data dan analisis ▪ Apakah metode pen-
komputer lebih lanjut stransferan, penyim-
panan dan pemanggi-
lan data konsisten den-
gan perangkat keras
dan lunak yang digu-
nakan dalam analisis?
5
T DESKRIPSI ISU
A
H
A
P
4. Cek kesalahan Data yang telah diberi kode dicek Apakah tahapan sebelumnya
kembali sebelum data ditansfer ke telah diselesaikan tanpa ada ke
dalam media penyimpanan salahan?
6. Pra-analisis cek Struktur beserta data yang telah disim- ▪ Apakah pengecekan ke-
komputer pan diarsipkan untuk analisis, sebelum salahan proses komputer
dilakukan pra-analisis cek komputer telah dilakukan?
untuk konsistensi dan kelengkapan ▪ Apakah kesalahan
yang selalu muncul
dalam analisis kom-
puter telah
dipertimbangkan?
7. Tabulasi Mendeskripsikan jumlah individu ▪ Apakah ada nilai ek-
yang telah menjawab suatu per- strim (outliers) dalam
tanyaan secara khusus. Dapat juga data?
digunakan untuk menciptakan ▪ Apakah titik batas
statistik deskriptif atas variabel yang untuk mengkonversi
diamati dan atau tabulasi silang data
interval menjadi data kat-
egorikal?
6
Dalam praktek, peneliti seringkali tertarik untuk menciptakan indeks, variabel
komposit, atau melakukan transformasi variabel berdasarkan data kasar. Variabel-
variabel ini diciptakan untuk analisis tertentu yang berkaitan dengan tujuan studi.
Pengembangan variabel dapat berupa transformasi matematika (misalnya: diubah
menjadi bentuk logaritma) atau prosedur statistic atau analitik yang terencana ter-
hadap sejumlah data dasar.
penyimpanan data dan analisis komputer lebih lanjut. Sebagai jawaban “ya” atau
“tidak” dapat diberi kode 1=ya, 2=tidak. Pemindahan variabel dalam kode akan
mempermudah analisis statistik. Oleh karena itu dalam pembuatan kuesioner perlu
dipikirkan bagaimana teknik pengkodeannya.
Contoh 1 :
Pengkodean untuk Kuesioner
6. Status
Pekerjaan
[1] Paruh
waktu
[2] Penuh
Contoh 2 :
Bagaimana penilaian Anda terhadap alumni MM UGM yang menjadi bawahan
Anda saat ini. Pilihlah salah satu dari alternatif jawaban berikut :
7
(1) Sangat Baik (2) Baik (3) Kurang
(4) Sangat Kurang
N Kriteria Penila- 1 2 3 4
o. ian
1 Kemampuan analisis
2 Kemampuan pengambilan keputusan fungsional
3 Kemampuan pengambilan keputusan strategik
4 Wawasan
5 Visi ke depan
6 Kepribadian managerial
7 Kemampuan komunikasi formal tertulis
8 Kemampuan komunikasi formal lisan
9 Kemampuan komunikasi informal
1 Penampilan fisik (kesesuaian)
0
1 Sopan santun
1
1 Kemampuan bekerja sama
2
1 Respek terhadap atasan
3
1 Kepemimpinan
4
1 Kemampuan adaptasi terhadap lingkungan baru
5
1 Persuasiveness
6
1 Penguasaan bahasa (Inggris, Indonesia, Komputer)
7
N Kriteria Penila- 1 2 3 4
o. ian
8
1 Loyalitas pada lembaga
8
1 Disiplin
9
Isu sentral yang perlu diperhatikan dalam tahap ini adalah: (1) Apakah kate-
gorikode konsisten dengan desain dan tujuan studi; (2) Apakah metode pentran-
feran. penyimpanan, dan pemanggilan data konsisten dengan perangkat keras dan
lunak yang digunakan dalam analisis?
Cek kesalahan mempunyai dua tugas. Pertama, meyakinkan bahwa semua tahapan
pra-analisis sebelumnya telah dilakukan dengan benar. Kedua, data yang telah
diberi kode harus dicek kembali untuk mendeteksi kemungkinanadanya salah
ketik. Ini adalah cek manual yang terakhir sebelum data ditransfer ke dalam media
penyimpanan (komputer).
Struktur data disusun untuk memasukkan semua data yang dibutuhkan untuk anal-
isis dan kemudian mentransfernya ke dalam media penyimpanan data. Dengan
kata lain, struktur data adalah cara bagaimana informasi-informasi responden
ditempatkan dalam media penyimpanan.
Untuk tujuan analisis, isu sentral yang harus diperhatikan dalam penyusunan
struktur data adalah: (1) Apakah data disimpan dalam bentuk yang konsisten den-
gan penggunaan akhir?; (2) Apakah ada data yang hilang yang tidak diperhi-
tungkan?; (3) Bagaimana data yang hilang diatasi dalam analisis?; (4) Apakah se-
mua transformasi data telah direncanakan dan atau dilakukan?
9
Pada tahap ini data yang disimpan perlu dicek ulang baik kekomplitan maupun
konsistensinya. Umumnya, hal ini dilakukan dengan menampilkan tabulasi
frekuensi. Kesalahan yang sering dijumpai, salah kode, ketidakkonsistenan, dan
kesalahan kode yang lain. Bila kesalahan ditemukan maka dapat dikoreksi baik
oleh pemberi kode, atau dalam kasus data yang hilang oleh program komputer.
Cek komputer dalam proses pra-analisis yang lain adalah mengecek perangkat lu-
nak (software) yang digunakan untuk menilai ketepatan dan keandalan perangkat
lunak tersebut.
2.1.8 Tabulasi
Tabulasi data biasanya tidak dimasukkan sebagai prosedur analitik dalam peneli-
tian ilmiah karena tidak mengungkap hubungan dalam data. Kendati demikian,
banyak riset bisnis yang ditujukan untuk penjelasan masalah danatau menemukan
hubungan. Tabulasi menyajikan hitungan frekuensi dari satu hal (analisis
frekuensi) atau perkiraan numerik tentang distribusi sesuatu (analisis deskriptif).
Tabulasi merupakan alat analisis bisnis. Tabulasi juga bermanfaat bagi peneliti se-
bagai alat menyusun kategori ketika mengubah variabel interval menjadi klasi-
fikasi nominal. Dengan kata lain, tabulasi mendeskripsikan jumlah individu yang
menjawab pertanyaan tertentu. Tabulasi dapat juga digunakan untuk menciptakan
statistik deskriptif mengenai variabel-variabel yang digunakan dan atau tabulasi
silang.
Contoh soal
2.2 Memilih Uji Statisitk yang Cocok berdasarkan skala data: Nominal, interval,
Ratio
2.2.1 Pengertian Skala Data
12
Pengertian skala pengukuran data dalam penelitian dapat diartikan sebagai sarana
untuk menentukan panjang pendek interval yang telah ditentukan dalam satuan alat ukur.
Salah satu cara agar bisa mengetahui panjang pendek interval dapat dilakukan dengan
melakukan alat pengukuran.
Penggunaan alat ukur dapat diterapkan untuk memperoleh data kuantitatif atau memper-
oleh angka. Kurang efektif jika digunakan untuk jenis penelitian kualitatif. Berikut adalah
pengertian skala pengukuran data dalam penelitian menurut para ahli atau para tokoh di-
gunakan untuk dijadikan sebagai acuan ataupun sebagai tolak ukur untuk memperoleh
data.
- Sugiono
Pengertian skala pengukuran data dalam penelitian menurut Sugiono (2012) adalah kesep-
akatan yang digunakan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam
alat ukur, sehingga alat ukur tersebut digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan
data kuantitatif.
- Imam Ghozali
Sedangkan Imam Ghozali (2005) mengartikan pengukuran adalah meletakkan angka atau
symbol pada karakteri yang sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan dan diakui.
Karakter yang dimaksud di sini adalah satuan ukuran tertentu.. Misalnya mengacu pada
umur, tingkat pendapatan, tingkat pendidikan dan jenis kelamin.
13
2) Skala Ordinal
Skala ordinal adalah skala pengukuran yang menunjukan jarak interval antar
tingkatan tidak harus sama. Skala ordinal setingkat lebih tinggi dibandingkan dengan
skala nominal. Skala ordinal pengkategorisasian disusun berdasarkan urutan terendah ke
tingkat yang lebih tinggi.
Skala ordinal dari segi pengkategorisasiannya saling memisah. Dari segi kategorisasi data
dibuat berdasarkan karakteristik khusus. Sedangkan untuk kategorisasi data disusun
berdasarkan pada karakteristik.
Ciri skala ordinal memiliki tiga ciri, sebagai berikut.
• Data saling memisah
• Data bersifat logis dan mengikuti aturan
• Kategori data ditentukan oleh skala yang didasarkan pada jumlah karakteristik yang
dimiliki
Setiap kali memasang aplikasi di google play store, kita sering mendapatkan tawaran un-
tuk memberikan penilaian. Ada yang bintang 5 sampai bintang 1. Bintang 5 artinya san-
gat puas, bintang 4 artinya puas, bintang 3 artinya kurang puas, bintang 2 tidak puas dan
bintang 1 artinya sangat tidak puas.
Beberapa kasus, penilaian ini juga sering kita temukan dalam pemilihan angket penelitian,
ataupun dalam bentuk aplikasi transportasi seperti grab, gojek dan masih banyak lagi. Jadi
skala ordinal dimulai dari angka yang paling besar, baru diikuti angka yang lebih kecil.
b. Contoh skala ordinal 2
Adapun contoh skala ordinal yang dikemas menggunakan tampilan lebih menarik, con-
tohnya sebagai berikut.
Mengukur tingkat kreativitas karyawan
Nilai : I I III Iv v
Angka : 100 80 60 40 20
c. Contoh skala ordinal 3
14
Contoh skala ordinal yang lain juga dapat digunakan untuk menklasifikasikan status
ekonomi masyarakat. Misalnya, ada status ekonomi miskin, ekonomi menengah ke atas,
ekonomi menengah ke bawah dan orang kaya.
Tentu saja masih banyak lagi skala ordinal yang sebenarnya sering ditemui dalam kehidu-
pan keseharian kita
Contoh skala interval
Misalnya di kota Yogyakarta memiliki suhur 100C, kemudian di Semarang suhunya men-
capai 150C, dan di Jakarta suhu udara di jam yang sama berada di angka 200C. Dari situ
dapat dikatakan bahwa selisih suhu daerah Semarang 50C lebih panas dibandingkan kota
Yogyakarta. Terjadi selisih suhu daerah Jakarta dengan daerah Semarang adalah 50C.
Hal ini menunjukan bahwa pengukuran interval memiliki jarak tetap. Hanya saja, kita bisa
mengatakan bahwa suhu di Jakarta lebih panas dua kali lipat dibandingkan koa Yo-
gyakarta, itu artinya tidak bisa dijadikan kelipatan. Kenapa demikian? Karena dalam dera-
jat celcius tidak memiliki no absolut.
Contoh skala pengukuran ratio
Rani memiliki berat badan 30 kg. Mila memiliki berat badang 60 kg. maka dapat
dikatakan bahwa berat badan Mila lebih berat dua kali dibandingkan berat badan Rani.
Ternyata pengukuran skala ratio adalah pengukuran yang tidak hanya mengetahui berat
badan, tetapi juga dapat digunakan untuk mengetahui usia, berat benda, tinggi pohon,
ukuran timbangan, jarak, panjang barang hingga dapat pula digunakan untuk mengetahui
nilai ujian.
3) Skala Interval
Skala interval adalah skala pengukuran yang sering digunakan untuk menyatakan
peringkat untuk antar tingkatan. Pada skala interval tidak memiliki nilai nol. Nilai nol
yang dimaksud hanya menggambarkan satu titik dalam skala saja.
Dari asal tingkatannya, skala interval berada di atas skala ordinal dan skala nominal.
Skala interval memiliki nilai bobot yang sama dari satu data dengan yang lain. Skala in-
terval bersifat saling memisah. Sedangkan untuk kategorisasi data diatur secara logis, un-
tuk kategorisasi data memiliki karakteristik khusus saat menentukan skala.
Ciri-ciri skala pengukuran interval sebagai berikut.
• Data bersifat saling memisah
• Data bersifat logis
• Data ditentukan skala berdasarkan jumlah karakteristik khusus yang dimilikinya
• Angka “0” hanya menggambarkan titik dalam skala, tetapi sebenarnya tidak memiliki
nilai nol absolut
4) Skala Ratio
Skala rasio adalah skala pengukuran data dalam penelitian yang lebih sering digu-
nakan untuk membedakan, mengurutkan dan membandingkan data. Skala rasio adalah
skala paling tinggi dibandingkana tiga jenis skala yang sudah disebutkan sebelumnya.
15
Contoh Skala Pengukuran Data Dalam PenelitianSsebenarnya
2) Makalah
Makalah adalah jenis karya tulis yang bersifat ilmiah. Biasanya, makalah ditulis untuk
keperluan terkait dengan pendidikan. Dalam penyusunannya, diperlukan data pendukung
dari hasil observasi lapangan dari sebuah masalah dalam penelitian. Data yang terkumpul
diperlukan untuk mencari penyelesaian masalah dalam penelitian. Biasanya makalah ini
disampaikan dalam seminar, simposium, atau uji materi.
3) Skripsi
16
Skripsi adalah istilah yang digunakan di Indonesia untuk mengilustrasikan suatu karya
tulis ilmiah berupa paparan tulisan hasil penelitian mahasiswa strata satu (S-1), yang
membahas fenomena atau permasalahan tertentu dengan menggunakan kaidah yang
berlaku. Penekanan isi dari skripsi terletak pada orisinalitas. Skripsi menjadi syarat kelu-
lusan bagi mahasiswa, untuk meraih gelar sarjana, setelah melalui ujian di depan dosen
penguji.
4) Work Paper
Work paper atau jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia adalah kertas kerja, meru-
pakan jenis karya tulis ilmiah yang hampir mirip dengan makalah, tetapi analisisnya lebih
mendalam. Biasanya work paper berisi catatan-catatan auditor, berisi prosedur audit yang
digunakan, metode uji yang dilakukan, informasi yang diperoleh, dan kesimpulan yang
dibuat berdasar auditnya.
5) Tesis
Tesis kurang lebih serupa dengan skripsi pada mahasiswa strata satu (S-1), tetapi tesis
menganalisis topic dengan lebih kompleks, sehingga esensi ilmiahnya lebih kuat dan lebih
kompleks jika dibanding dengan skripsi. Tesis dibuat sebagai syarat kelulusan untuk
meraih gelar magister atau master yang ditempuh oleh mahasiswa pasca sarjana (S-2)
6) Disertasi
Setingkat lebih tinggi dari tesis, ada yang biasa disebut dengan disertasi. Karena setingkat
lebih tinggi, disertasi digunakan sebagai syarat kelulusan untuk meraih gelar doktor bagi
mahasiswa program studi strata tiga (S-3).
Isi dari disertasi merupakan hasil penelitian orisinil yang nantinya dapat diaplikasikan ke
kehidupan nyata, biasanya, disertasi diuji oleh seorang profesor, atau doktor senior dan
profesional.
17
2.3.3.1 Bab I. PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan penelitian
3) Identifikasi Masalah
Secara umum masalah berada pada suatu kontelasi tertentu yang dipengaruhi atau
berhubungan dengan berbagai faktor tertentu. Oleh karena itu seyogianya masalah terse-
but terlebih dahulu dikenali melalui hubungannya dengan berbagai faktor tersebut. Penge-
nalan masalah tersebut akan memunculkan berbagai pernyataan dan pertanyaan yang
disebut identifikasi masalah. Berpikirlah dari variabel terikat, selanjutnya mencari faktor-
faktor/ variabel-variabel yang mengelilingi atau mempengaruhinya.
4) Pembatasan Masalah
Oleh karena pada identifikasi masalah muncul berbagai pertanyaan yang kesemuanya
tidak mungkin dijawab oleh peneliti, maka peneliti perlu membatasi ruang lingkup per-
masalahan tersebut, misalnya dari sudut pendekatan, waktu, tempat, subjek penelitian,
efisiensi, efektivitas variabel yang akan diteliti, dan lain sebagainya.
5) Rumusan Permasalahan
Rumusan permasalahan disajikan secara singkat dalam bentuk kalimat tanya, yang isinya
mencerminkan adanya permasalahan yang perlu dipecahkan atau adanya permasalahan
yang perlu untuk dijawab.
6) Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian merupakan sasaran yang hendak dicapai oleh peneliti sebelum
melakukan penelitian dan mengacu pada permasalahan.
Berikut ini beberapa contoh cara pengungkapan tujuan penelitian yang umumnya diawali
dengan kalimat tujuan penelitian adalah untuk …………. atau penelitian ini bertujuan un-
tuk …………………dan sebagainya.
18
7) Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian, menguraikan kontribusi yang diharapkan dari hasil penelitian itu
sendiri.
Kontribusi ini dapat dilihat dari beberapa aspek:
Kepentingan subyektif peneliti, misalnya memenuhi syarakat menyelesaikan pendidikan
S1, S2, atau S3 dan kepentingan subyektif lainnya.
Kepentingan pembangunan, Kepentingan pengembangan ilmu dsb.
6) Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian beraspek empiris disajikan pada akhir bab II dalam sub-sub tersendiri
dengan memperhatikan teori pendukungnya, sedangkan hipotesis penelitian beraspek
statistik disajikan dalam bab III.
Apabila analisis data (akhir bab IV) direncanakan tidak untuk menganalisis data secara
luas baik masalah utama (mayor) maupun bagian-bagiannya (minor) maka dalam
hipotesis tidak perlu dicantumkan hipotesis mayor dan minor.
Hipotesis harus berlandaskan teori, jika ingin mengubah harus mencantumkan alasan
mengapa merubah teori tersebut.
20
Saran-saran merupakan himbauan kepada instansi terkait maupun peneliti berikutnya
yang berdasarkan pada hasil temuan. Saran sebaiknya selaras dengan topik penelitian
Contohnya:
Belawati, T. 2000. Prinsip-Prinsip Pengelolaan Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh.
Jakarta: PAU-PPAI Universitas Terbuka.
21
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
22
Dapus
https://repository.bsi.ac.id/index.php/unduh/item/255367/Modul-Statistika---
Distribusi-Frekuensi-BSI---AWF.pdf
https://tirto.id/aturan-penulisan-laporan-penelitian-ilmiah-dan-contoh-
penyusunannya-ga3W
23