Anda di halaman 1dari 11

Pemeriksaan perkara dengan acara singkat dan acara tepat

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Acara Tata Usaha Negara

Dosen Pengampu:

H. Zuman Malaka, SH., SHI., M.Kn.

Disusun Oleh:

Muhammad Wildan Habibi (C93219088)

Ummi Muntafi'ah (C93219110)

Andika Krisna Bayu (C73219051)

PROGRAM STUDI HUKUM PIDANA ISLAM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SUNAN AMPEL

SURABAYA

2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT. Atas rahmat dan hidayah-Nya, Kami dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul " Pemeriksaan perkara dengan acara singkat dan
acara tepat " dengan tepat waktu.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Mata Pelajaran Hukum Acara Tata Usaha
negara. Selain itu, makalah ini juga bertujuan uuntuk menambah wawasan bagi para pembaca
dan juga bagi penulis. Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak dosen mata kuliah Hukum
Acara Tata Usaha Negara dan kepada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan
makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kat sempurna. Oleh sebab itu, saran dan
kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Tim Penyusun
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lembaga pengadilah hukum dalam negara merupakan sebuah pilar dalam penegakkan
hukum. Karena lemabaga inilah yang bertindak untuk menyelesaikan segala sengketa yang
terjadi dalam kehidupan masyarakat serta menghukum bagi orang-orang melanggar hukum
sesuai dengan hukum yang telah ditentukan. Lemabaga peradilan ditegakkan tanpa memandang
bulu atau tanpa memandang siapapun orang atau tanpa membeda-bedakan orang. Dengan adanya
Lembaga peradilan disuatu negara diharapkan mampu meneggakkan supremasi hukum, dengan
tegak nya hukum keadilan akan terwujud.

Tidak dapat dihindari bahwa dalam kehidupan masyarakat tidak lepas dengan adanya
pertentangan, persengketaan, perselisihan dan dimana ini semua pasti akan membutuhkan yang
Namanya peradilan, membutuh kan seorang hakim yang akan menyelesaikan perkara
berdasarkan hukum.1

Dalam proses beracara dalam suatu perkara juga diatur dalam KUHAP yang diharapkan akan
terwujudnya suatu kepastian hukum dan tertib hukum. Didalam Kuhap tidak hanya mengatur
tentang tata cara yang wajib dilakukan dan dipatuhi oleh para penegak hukum dalam upaya
penegakkan hukum, kuhap juga mengatur tentang prosedur dan persyaratan yang harus ditaati
oleh apparat penegak hukum juga sekaligus melindungi hak-hak asasi manusia.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pemeriksaan Secara Singkat?
2. Bagaimana Pemeriksaan Secara Cepat?
3. Bagaimana Proses Penyelesaian Dalam Persidangan?

PEMBAHASAN
1
. sudikno mertokusumo, “Sejarah Peradilan Perundang-undangannya di Indonesia Sejak 1942 dan Apakah
Kemanfaatannya bagi Kita bangsa Indonesia”, Yogyakarta: Universitas Atma Jaya, 2011
A. Pemeriksaan perkara secara singkat
Pemeriksaan secara singkat dapat dilakukan terhadap perlawanan. Dalam hal ini telah diatur
dalam Pasal 62 ayat (4) UU PTUN UU Nomor 5 Tahun 1986.2 Perlawan tersebut dapat diajukan
dari prosedur dismissal dalam tenggang waktu empat belas hari setelah penetapan diucapkan
diatur dalam Pasal 62 ayat (3) huruf a UU Nomor 5 Tahun 1986. 3 Pemeriksaan singkat dilakukan
karena adanya perlawanan penggugat yang gugatannya tidak diterima atau tidak berdasar. Dalam
hal perlawanan tersebut dibenarkan oleh Pengadilan, maka penetapan tersebut gugur demi
hukum dan pokok gugatan akan diperiksa, diputus, dan diselesaikan menurut acara biasa.
Terhadap putusan mengenai perlawanan itu tidak dapat digunakan upaya hukum.
Menurut Philipus terdapat perbedaan mengenai pemeriksaan biasa, cepat, dan singkat, yaitu:4
1. Pemeriksaan acara biasa
1) Diawali dengan pemeriksaan persiapan dengan majelis hakim 3 orang;
2) Tahapan penanganan sengketa:
a) Prosedur dismissal;
b) Pemeriksaan persiapan;
c) Pemeriksaan di sidang pengadilan.
3) Bentuk akhir putusan vonis terdapat pada Pasal 97 ayat (4) UU Nomor 5 Tahun 1986.
2. Pemeriksaan acara cepat
1) Dilakukan karena kepentingan mendesak dengan hakim tunggal;
2) Dalam hal permohonan dikabulkan pemeriksaan acara cepat dilakukan tanpa melalui
prosedur pemeriksaan persiapan.
3. Pemeriksaan acara singkat
1) Dilakukan terhadap perlawanan;
2) Penundaan pelaksanaan Tata Usaha Negara, tidak untuk menyelesaikan sengketa;
3) Bentuk akhir penetapan.5

Pemeriksaan acara singkat juga mempunyai sebuah kelebihan dan juga kelebihan, berikut
kelebihan dan Kelemahan permeriksaan acara singkat, yaitu:

2
Pasal 62 ayat (4) Undang-undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara
3
Pasal 62 ayat (3) huruf a Undang-undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara
4
Philipus, hlm 331-332
5
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt581abccea8406/perbedaan-acara-biasa--acara-cepat--dan-
acara-singkat-pada-peradilan-tun/. Diakses pada 23 November 2021 pukul 01:50
1. Kelebihan
a) Dengan adanya pemeriksaan acara singkat dapat mengatasi berbagai problema atau
rintangan yang mungkin dan nanti terjadi, dalam rangka penyelesaian secara cepat
sengketa-sengketa Tata Usaha Negara;
b) Dengan diadakannya pemeriksaan acara cepat dapat mengatasi sekaligus menyelesaikan
problem masuknya perkara-perkara yang Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara 59
Seri Hukum tidak memenuhi persyaratan;
c) Kehadiran pemeriksaan acara singkat dapat dihindarkan pemeriksaan perkara yang
memerlukan banyak waktu dan biaya yang tidak sedikit.
2. Kelemahan
a) Terkait dengan waktu. Dalam pemeriksaan acara singkat jangka waktu 14 (empat belas)
hari dalam melakukan perlawanan terhitung sejak penetapan dismissal itu diucapkan
dapat menjadi tidak realistis, karena dapat saja pada waktu itu diucapkan berhalangan
hadir;
b) Dalam acara singkat ini digunakan untuk memeriksa pemeriksaan perlawanan dan
pemutusan terhadap upaya perlawanan. Sementara jika perlawanan dibenarkan, maka
penetapan dismissel Ketua PTUN gugur demi hukum;
c) Pokok gugatan diperiksa dengan menggunakan acara biasa. Terhadap putusan ini tidak
ada upaya hukum;
d) Pemeriksaan acara singkat yang diperiksa bukan mengenai pokok sengketa, melainkan
baru mengenai perlawanan sesuai yang diatur dalam Pasal 62 ayat (3), ayat (4), ayat (5)
dan ayat (6) serta Pasal 118 UU No 5 tahun 1986.
B. Pemeriksaan dengan Acara Cepat

Pemeriksaan dengan acara cepat dilakukan apabila terdapat kepentingan penggugat yang
cukup mendesak menyangkut KTUN yang harus dapat disimpulkan dari alasan-alasan
permohonannya, penggugat dalam gugatannya dapat memohon kepada Pengadilan supaya
pemeriksaan sengketa dipercepat. Pemeriksaan dengan acara cepat dilakukan dengan Hakim
Tunggal.

Ketua Pengadilan dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari setelah diterimanya
permohonan pemeriksaan acara cepat, mengeluarkan penetapan tentang dikabulkan atau tidak
dikabulkannya permohonan tersebut. Terhadap penetapan tersebut tidak dapat digunakan upaya
hukum. Dalam hal permohonan pemeriksaan dengan acara cepat dikabulkan, Ketua Pengadilan
dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah dikeluarkannya penetapan menentukan hari, tempat,
dan waktu sidang tanpa melalui prosedur pemeriksaan persiapan. Tenggang waktu untuk
jawaban dan pembuktian bagi kedua belah pihak, masing-masing ditentukan tidak melebihi 14
(empat belas) hari.

Proses pemeriksaan dalam Acara Pemeriksaan cepat terdiri dari: Pengajuan Gugatan,
Penelitian Administratif, Rapat Permusyawaratan, Pemeriksaan Pokok Sengketa dan Penjatuhan
Putusan. Pemeriksaan dengan acara cepat pun hanya dilakukan dengan hakim tunggal. Perlu
diperhatikan pula bahwa dalam pemeriksaan perkara dengan acara cepat tidak ada pemeriksaan
persiapan dan setelah ditunjuk Hakim tunggal, langsung para pihak dipanggil untuk persidangan
selain itu yang perlu diperhatikan juga yaitu pihak ketiga tidak dapat masuk dalam proses
persidangan dan resiko tentang fakta tidak sekuat dan meyakinkan seperti dalam acara biasa.
Tenggang waktu untuk jawaban dan pembuktian bagi kedua belah pihak masing-masing tidak
melebihi empat belas hari.

Pemeriksaan dengan acara cepat diatur pasal 98 dan 99 UU PTUN. Pemeriksaan ini tidak
dikenal pada hukum acara perdata. Pemeriksaan dengan acara cepat dalam pasal 98
menyebutkan:

Apabila terdapat kepentingan penggugat yang cukup mendesak yang harus disimpulkan
dari alasan-alasan permohonannya, penggugat dalam gugatannya dapat memohon kepada
pengadilan supaya pemeriksaan sengketa dipercepat.

Alasan mengajukan permohonan pemeriksaan dengan acara cepat ini mempunyai


kemiripan  dengan alas an mengajukan permohonan penundaan pelaksanaan penundaan
pelaksaan KTUN, yakni sama sama terdapat kepentingan penggugat yang mendesak.
Perbedaannya adlah pada permohonan penundaan pelaksanaan KTUN pemeriksaannya hanya
menyangkut alas an mengapa penggugat mengajukan permohonan penundaan, sedangkan pada
pada pemeriksaan cepat termasuk pokok sengketanya.6

6
Zairin Harahap, Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara, Edisi Revisi, PT Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 2007, hlm 124
Dalam Pemeriksaan Pokok Sengketa perlu diperhatikan hal-hal sebagaimana dinyatakan dalam
Pasal 99 UU Nomor 5 Tahun 1986, yang menyatakan bahwa:

1) Pemeriksaan dengan acara cepat dilakukan dengan Hakim Tunggal.


2) Dalam hal permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 98 ayat (1) dikabulkan,
Ketua Pengadilan dalam jangka waktu tujuh hari setelah dikeluarkannya penetapan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 98 ayat (2) menentukan hari, tempat, dan waktu
sidang tanpa melalui prosedur pemeriksaan persiapan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 63.
3) Tenggang waktu untuk jawaban dan pembuktian bagi kedua belah pihak, masing-masing
ditentukan tidak melebihi empat belas hari.7

Keuntungan dari pemeriksaan acara cepat adalah putusannya dapat lebih cepat, namun
kelemahannya bagi pihak ketiga tidak dapat masuk dalam proses persidangan dan resiko tentang
fakta tidak sekuat dan meyakinkan seperti dalam acara biasa.

Dalam hal ini ketua pengadilan mengeluarkan penetapan tentang dikabulkan atau tidak
dikabulkannya permohonan tersebut. Terhadap penetapan ini tidak dapat digunakan upaya
hukum yaitu banding dan kasasi, seandainya permohonan untuk diadakannya pemeriksaan acara
cepat dikabulkan oleh pengadilan, maka pemeriksaan sengketa dilakukan dengan hakim tunggal.

C. Proses Penyelesaian sengketa melalui Pengadilan


Penyelesaian sengketa melalui pengadilan digunakan terhadap gugatan dengan objeknya
berupa Keputusan Tata Usaha Negara yang dalam peraturan dasarnya tidak mengisyarakatkan
adanya penyelesaian sengketa melalui upaya administrative terlebih dahulu, maka dapat
digunakan prosedur gugatan langsung ke Pengadilan Tata Usaha Negara. Dalam hal digunakan
upaya peradilan, maka segi penilaian hakim terhadap Keputusan Tata Usaha Negara didasarkan
aspek rechmatigheid (aspek legalitasnya).
Tahapan menggugat melalui Peradilan Tata Usaha Negara diawali pada saat penggugat
berniat memasukkan gugatan di Pengadilan Tata Usaha Negara. Harus dari awal dipikirkan
bahwa sebelum secara resmi gugatan tersebut akan diperiksa di persidangan akan ada tiga tahap
pememriksaan pendahuluan atau pra pemeriksaan persidangan yang semuanya harus dilalui,

7
UU Peradilan Tata Usaha Negara
yaitu pemeriksaan administrative oleh kepaniteraan, rapat permusyawaratan (prosedur
dismissal), serta pemeriksaan perisapan. Dari setiap kewenangan dan prosedur untuk masing-
masing tahap berbeda satu sama lain.8
Penelitian Administrasi dilakukan oleh Kepaniteraan, merupakan tahap pertama
untuk memeriksa gugatan yang masuk dan telah didaftar serta mendapat nomor register yaitu
setelah Penggugat/kuasanya menyelesaikan administrasinya dengan membayar uang panjar
perkara. UU No. 5 Tahun 1986 jo UU No. 9 Tahun 2004 tidak menentukan secara tegas
pengaturan tentang penelitian segi administrasi terhadap gugatan yang telah masuk dan
didaftarkan dalam register perkara di Pengadilan, akan tetapi dari ketentuan Pasal 62 ayat
(1) huruf b UU No. 5 Tahun 1986 jo UU No. 9 Tahun 2004 yang \antara lain menyatakan,
“Syarat-syarat gugatan sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 56 tidak terpenuhi oleh
penggugat sekalipun ia telah diberitahukan dan diperingatkan”9

Setelah Penelitian Administrasi, Ketua melakukan proses dismissal, berupa proses untuk
meneliti apakah gugatan yang diajukan penggugat layak dilanjutkan atau tidak. Pemeriksaan
Disimissal, dilakukan secara singkat dalam rapat permusyawaratan oleh ketua dan ketua dapat
menunjuk seorang hakim sebagai reporteur (raportir). Dalam Prosedur Dismissal Ketua
Pengadilan berwenang memanggil dan mendengar keterangan para pihak sebelum menentukan
penetapan disimisal apabila dipandang perlu. Ketua Pengadilan berwenang memutuskan dengan
suatu penetapan yang dilengkapi dengan pertimbangan-pertimbangan bahwa gugatan yang
diajukan itu dinyatakan tidak diterima atau tidak berdasar, dalam hal:
a. Pokok gugatan tersebut nyata-nyata tidak termasuk dalam wewenang Pengadilan;
b. Syarat-syarat gugatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 tidak dipenuhi oleh
penggugat sekalipun ia telah diberitahu dan diperingatkan;
c. Gugatan tersebut tidak didasarkan pada alasan-alasan yang layak.
d. Apa yang dituntut dalam gugatan sebenarnya sudah terpenuhi oleh Keputusan Tata Usaha
Negara yang digugat;
e. Gugatan diajukan sebelum waktunya atau telah lewat waktunya.

8
Martiman Prodjohamidjojo, Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara dan UU PTUN 2004, (Bogor:Ghalia
Indonesia, 2005), hlm 83
9
Yodi Martono Wahyunadi, Makalah dengan judul: ”Prosedur Beracara di Tingkat Pengadilan Tata Usaha
Negara, hlm 1
Dalam hal adanya petitum gugatan yang nyata-nyata tidak dapat dikabulkan, maka
kemungkinan ditetapkan dismissal terhadap bagian petitum gugatan tersebut. Hal ini dalam
praktek tidak pernah dilakukan karena adanya perbaikan gugatan dalam pemeriksaan persiapan.
Penetapan dismissal dapat diajukan perlawanan kepada Pengadilan dalam tenggang waktu
14 (empat belas) hari setelah diucapkan. Proses perlawanan dilakukan secara singkat, serta
setidak-tidaknya Penggugat/Pelawan maupun Tergugat/Terlawan didengar dalam persidangan
tersebut. Berdasarkan Surat MARI No. 224/Td.TUN/X/1993 tanggal 14 Oktober 1993 Perihal:
Juklak, diatur mengenai Prosedur perlawanan-Pemeriksaan terhadap perlawanan atas penetapan
dismissal (Pasal 62 ayat 3 sd 6 UU No.5/1986) tidak perlu sampai memeriksa materi gugatannya
seperti memeriksa bukti-bukti, saksi-saksi, ahli, dsb. Sedangkan penetapan dismissal harus
diucapkan dalam sidang yang terbuka untuk umum.

KESIMPULAN
Pemeriksaan singkat dilakukan karena adanya perlawanan penggugat yang gugatannya
tidak diterima atau tidak berdasar. Dalam hal perlawanan tersebut dibenarkan oleh Pengadilan,
maka penetapan tersebut gugur demi hukum dan pokok gugatan akan diperiksa, diputus, dan
diselesaikan menurut acara biasa. Terhadap putusan mengenai perlawanan itu tidak dapat
digunakan upaya hukum
Pemeriksaan dengan acara cepat dilakukan apabila terdapat kepentingan penggugat yang
cukup mendesak menyangkut KTUN yang harus dapat disimpulkan dari alasan-alasan
permohonannya, penggugat dalam gugatannya dapat memohon kepada Pengadilan supaya
pemeriksaan sengketa dipercepat. Pemeriksaan dengan acara cepat dilakukan dengan Hakim
Tunggal.

Penyelesaian sengketa melalui pengadilan digunakan terhadap gugatan dengan objeknya


berupa Keputusan Tata Usaha Negara yang dalam peraturan dasarnya tidak mengisyarakatkan
adanya penyelesaian sengketa melalui upaya administrative terlebih dahulu, maka dapat
digunakan prosedur gugatan langsung ke Pengadilan Tata Usaha Negara. Dalam hal digunakan
upaya peradilan, maka segi penilaian hakim terhadap Keputusan Tata Usaha Negara didasarkan
aspek rechmatigheid (aspek legalitasnya).
Tahapan menggugat melalui Peradilan Tata Usaha Negara diawali pada saat penggugat berniat
memasukkan gugatan di Pengadilan Tata Usaha Negara. Harus dari awal dipikirkan bahwa
sebelum secara resmi gugatan tersebut akan diperiksa di persidangan akan ada tiga tahap
pememriksaan pendahuluan atau pra pemeriksaan persidangan yang semuanya harus dilalui,
yaitu pemeriksaan administrative oleh kepaniteraan, rapat permusyawaratan (prosedur
dismissal), serta pemeriksaan perisapan. Dari setiap kewenangan dan prosedur untuk masing-
masing tahap berbeda satu sama lain

DAFTAR PUSTAKA
sudikno mertokusumo, “Sejarah Peradilan Perundang-undangannya di Indonesia Sejak 1942
dan Apakah Kemanfaatannya bagi Kita bangsa Indonesia”, Yogyakarta: Universitas Atma Jaya,
2011
Pasal 62 ayat (4) Undang-undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara
Pasal 62 ayat (3) huruf a Undang-undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha
Negara
Philipus
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt581abccea8406/perbedaan-acara-biasa
acara-cepat--dan-acara-singkat-pada-peradilan-tun/.
Zairin Harahap, Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara, Edisi Revisi, PT Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 2007
UU Peradilan Tata Usaha Negara
Martiman Prodjohamidjojo, Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara dan UU PTUN 2004,
Bogor: Ghalia Indonesia, 2005
Yodi Martono Wahyunadi, Makalah dengan judul:Prosedur Beracara di Tingkat Pengadilan
Tata Usaha Negara

Anda mungkin juga menyukai