A. Latar Belakang
Anak adalah individu yang unik, yang sebagian aktivitasnya adalah bermain.
Bermain adalah unsur yang penting untuk perkembangan anak baik fisik, emosi, mental,
intelektual, kreativitas, sosial. Bermain merupakan hal yang efektif untuk mengatasi
stress pada anak, dan media terapi yang baik bagi anak-anak bermasalah seperti anak
autis, anak jalanan dan anak yang memiliki kebutuhan kesehatan mental (Listyorini,
2007).
Sakit merupakan pengalaman yang tidak menyenangkan bagi anak. Anak kehilangan
kebiasaan bermain, dengan teman sepermainannya lingkungan yang tidak dikenalnya,
serta harus menjalani berbagai prosedur pengobatan dalam jangka waktu yang lama.
Menurut Whaley dan Wongs (1999) bahwa dengan bermain anak akan terlepas dari
ketakutan dan kecemasan terhadap penyakitnya, sehingga stress dapat diatasi.
Hospitalisasi merupakan suatu proses yang karena suatu alasan yang berencana atau
darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit, menjalani terapi dan perawatan
sampai pemulangannya kembali ke rumah (Supartini, 2004). Hospitalisasi ini memiliki
dampak terhadap psikis pada pasien (anak) ataupun pada orang tua. Seperti pasien merasa
keahilangan privasi,otonomi, serta perubahan gaya hidupnya. Sedangkan pada orang tua,
sepertiadanya rasa bersalah dan frustasi karena tidak dapat menjaga kesehatan anaknya.
Oleh karena itu, betapa pentingnya seorang perawat memahami konsep hospitalisasi agar
dampaknya pada anak/pasien dan orang tua/keluarga dapat diminimalisir sehingga dapat
dijadikan dasar dalam pemberian suatu tindakan asuhan keperawatan.
Selama hospitalisasi pada umumnya asuhan keperawatan pada anak memerlukan
tindakan invasif berupa injeksi maupun pemasangan infus (Nursalam, Susilaningrum, &
Utami, 2005). Injeksi merupakan tindakan medis yang sering ditakuti oleh anak dan bisa
terbawa sampai dewasa. Ketakutan tersebut disebabkan karena adanya kebiasaan orang
tua dengan menyebut “suntikan” untuk menakut-nakuti agar anak menuruti kemauannya
(Sugiyanto, 2008). Spalk digunakan sebagai pembidai ketika dilakukan mobilisasi oleh
anak, posisi insersi tidak bergeser ataupun tercabut bandage juga dapat melindungi kulit
di sekitar lokasi pemasangan serta mengurangi penekanan selang infus secara langsung
pada kulit dan dapat mempertahankan patensi pemasangan infus pada anak. (Widayati et
al., 2013).
Selama proses pemasangan infus, anak dapat mengalami rasa takut yang sangat
traumatik dan penuh dengan stres. Salah satu pelayanan keperawatan yang dapat
dilakukan untuk meminimalkan dampak hospitalisasi pada anak adalah dengan cara
memberikan pelayanan atraumatic care. Atraumtic care adalah perawatan yang bertujuan
untuk meminimalkan stres fisik maupun psikologis yang berhubungan dengan
pengalaman anak dan keluarga dalam pelayanan kesehatan (Potts dan Mandleco, 2007).
Berdasarkan latar belakang di atas penulis ingin mengembangkan produk baru yang unik,
kreatif, inovatif, dan ekonomis serta bermanfaat untuk mengatasi permasalahan di atas.
Penulis berinisiatif membuat spalk (bermotif gambar boneka/mobilan) dan pemakaian
spalk berulang pada pasien anak.
B. TUJUAN
Tujuan dari inovasi alat ini adalah untuk mengalihkan perhatian anak sehingga anak tidak
merasa cemas saat dilakukan tindakan invasive pemasangan infus khususnya penggunaan
spalk (bermotif gambar boneka/mobilan) pada anak, dan pemakaian spalk berulang serta
membantu perawat untuk mengurangi resiko cedera pada anak.
C. SASARAN
Produk usaha dibuat pada anak dengan Hospitalisasi
BAB II
PENGEMBANGAN PRODUK INOVASI
6. Desain Produk
Spalk Bermotif Dan Pemakaian Berulang Pada Pasien Anak
Tahap I
Tahap II
Spalk dilapisi dengan kain bermotif, disatu sisi sudut pembungkus dipasang reseleting dan membuat pengikat sesuai dengan
kain kain bermotif dasar spalk