Anda di halaman 1dari 64

PERAN PUSKESMAS

DALAM PENDEKATAN
KELUARGA

DR. FRANS MANANGSANG,SKM, M.Kes


HASIL BELAJAR

Setelah mengikuti materi ini,


peserta mampu :
melakukan manajemen
upaya kesehatan
masyarakat di Puskesmas
INDIKATOR HASIL
BELAJAR
Setelah mengikuti materi ini, peserta
mampu :
1. Menjelaskan Pendekatan Upaya
kesehatan di Puskesmas
2. Melakukan Manajemen Upaya
Kesehatan di Puskesmas
3. Melakukan Penyelenggaraan
Surveilens Epidemiologi di
Puskesmas
MATERI
POKOK :
Materi pokok, peserta mampu :

1. Pendekatan Upaya
kesehatan di Puskesmas
2. Manajemen Upaya
Kesehatan di Puskesmas
3. Penyelenggaraan
Surveilans Epidemiologi di
Puskesmas
1

Peran
Puskesmas
dalam
pendekatan
Keluarga
Pusat Kesehatan
Masyarakat (Puskesmas):
fasilitas pelayanan kesehatan
yang menyelenggarakan :
• Upaya kesehatan masyarakat
(UKM) dan
• Upaya kesehatan
perseorangan (UKP) tingkat
pertama,
PUSKESMAS • dengan lebih mengutamakan
Permenkes No 43. Th. 2019 upaya promotif dan preventif
di wilayah kerjanya.
Upaya Kesehatan
Perseorangan (UKP)
Upaya Kesehatan Masyarakat adalah suatu
(UKM) kegiatan dan/atau
adalah setiap kegiatan untuk : serangkaian
• memelihara dan kegiatan pelayanan
• meningkatkan kesehatan kesehatan yang ditujukan
serta -untuk
peningkatan,
: pencegahan,
• mencegah dan - penyembuhan penyakit,
menanggulangi timbulnya - pengurangan penderitaan
masalah kesehatan akibat penyakit dan
• dengan sasaran keluarga, - memulihkan kesehatan
kelompok, dan masyarakat. perseorangan.
PERENCUpAaNyAaAKNesPeUhSaKat En
9
SMA S
UKM(P1)
UKP
UKM Esensial UKM Pengembangan
1.Pelayanan Promosi inovatif dan/atau 1. Rawat jalan, baik
disesuaikan dengan prioritas kunjungan sehat maupun
Kesehatan
masalah kesehatan, kekhususan kunjungan sakit;
2.Pelayanan Kesehatan wilayah kerja, dan potensi sumber
2. Pelayanan gawat
Lingkungan daya yang tersedia di Puskesmas,
darurat;
contoh :
3.Pelayanan Kesehatan 3. Pelayanan persalinan
1. Pelayanan gigi masyarakat
Keluarga 2. Pelayanan kesehatan tradisional normal;
4. Pelayanan Gizi dan komplementer 4. Perawatan di rumah (home
5.Pelayanan Pencegahan 3. Pelayanan kesehatan olahraga care); dan/atau
4. Pelayanan kesehatan kerja 5. Rawat inap berdasarkan
& Pengendalian 5. Pelayanan kesehatan lainnya pertimbangan kebutuhan
Penyakit sesuai kebutuhan pelayanan kesehatan
Upaya kesehatan di Puskesmas diselenggarakan dengan
prinsip :

1
2
Kesinambungan pelayanan bagi tiap Pendekatan
tahap dalam siklus hidup (Continuum Keluarga Sehat
of care across life cycle)

3
Integrasi UKM-UKP
Kesinambungan pelayanan bagi tiap tahap dalam
siklus hidup

Program Kesehatan Berdasarkan Siklus Hidup


PENDEKATAN KELUARGA SEHAT
PROSES
1 2 3
KUNJUNGAN KELUARGA ANALISIS DATA KELUARGA &
PELATIHA
N - Kunjungan keluarga INTERVENSI
untuk mendekatkan
Materi Pelatihan, a.I Manajemen Puskesmas
akses pelayanan ke
keluarga
- Integrasi pelayanan
Analisis Masalah Prioritas
PIS-PK MANAGEMEN kesehatan UKM & UKP
PUSKESMAS Pemecahan
iiin
Formulir Profil Masalah
Kesehatan Keluarga Perencanaan:
(Prokesga) RUKRKARPK Lokmin Bulanan,
Triwulan
APLIKASI KELUARGA
Pelaksanaan
SEHAT (AKS)
Intervensi
Tenaga Pembina Keluarga,
Tenaga Teknis, Wasdal dan Penilaian
Tenaga pengolah Data, Kinerja
12 INDIKATOR
Tenaga Managemen PKM ANALISIS IKS
KELUARGA SEHAT (IKS)
Ket:
RUK : Rencana Usulan Kegiatan
RKA : Rencana Kerja dan Anggaran
RPK : Rencana Pelaksanaan 12
Kegiatan
INTEGRASI UKM & UKP
Kasus penyakit yang ditemukan UKM yang memerlukan
tatalaksana perorangan dirujuk ke UKP

UKM UKP
2
Kasus penyakit ditindaklanjuti oleh UKM ditingkat
keluarga untuk mencari dan mengatasi penyebab,
mencegah penyebaran lebih lanjut
UPAYA PUSKESMAS MENCAPAI KECAMATAN SEHAT
14
(PRINSIP PERTANGGUNG JAWABAN
WILAYAH)

Pembangunan wilayah ber- IMS


P wawasan kesehatan
U ITS
S Pemberdayaan Desa
K UKBM Keca
masyarakat /Kelu
E mata
raha IKS
S Pemberdayaan n
n
M keluarga Sehat
Seha
A t
S Pelayanan kesehatan
IIS
perorangan tk pertama
IMS = INDIKATOR MASYARAKAT SEHAT
CATATAN:
ITS = INDIKATOR TATANAN SEHAT
IIS = INDIKATOR INDIVIDU SEHAT KECAMATAN SEHAT TDK DPT DICAPAI HANYA DG
IKS = INDEKS KELUARGA SEHAT PENDEKATAN/PEMBERDAYAAN KELUARGA
2
Manajemen
Upaya
Kesehatan
di
Puskesmas
Manajemen Upaya Pelayanan Kesehatan, terdiri dari 3
langkah :  bagian dari sistem manajemen puskesmas

1.Perencanaan Upaya Kesehatan (P1)


2.Penggerakan dan Pelaksanaan
Upaya Kesehatan (P2)
3.Pengawasan, pengendalian dan
penilaian keberhasilan
upaya kesehatan (P3)
PERENCANAAN UPAYA KESEHATAN (P1)

2. ANALISA 3. PERUMUSAN 4. PENYUSUNAN


1. PERSIAPAN
SITUASI MASALAH
PERENCANAAN
1. Pembentukan Tim 1. Pengumpulan 1. Identifikasi masalah
2. Pemahaman data 2. Penetapan urutan
pedoman MP 2. Analisa data prioritas masalah
dan peraturan 3. Analisa masalah 3. Mencari akar
terkait dari sisi pandang penyebab
3. Pelajari rencana 5 masyarakat masalah
tahunan dinkes melalui Survei 4. Menetapkan cara
kab/kota, SPM Mawas Diri penyelesaian
kab/kota, target masalah
dan indikator
Puskesmas, NSPK Bergantung pada
lain yg terkait kondisi “bio-psiko-sosio-
kultural” menghasilkan
SLIDE 17 pemecahan masalah
local specific
Penggerakan & Pelaksanaan Upaya Kesehatan (P2):

1. Penggerakan upaya kesehatan:


analisis hasil surveilans dan PWS
serta sosialisasi informasi terkini
dalam forum Lokmin bulanan &
lokmin tribulanan
2. Pelaksanaan upaya kesehatan :
UKM esensial, UKM
pengembangan, UKP tingkat
pertama  sesuai RPK
PENGAWASAN, PENGENDALIAN
DAN PENILAIAN KINERJA PUSKESMAS
(P3)
PENGAWASAN PENGENDALIAN PENILAIAN KINERJA
PUSKESMAS
INTERNAL
Menjamin kesesuaian Dilaksanakan oleh
Dilakukan Puskesmas pelaksanaan kegiatan Puskesmas.
sendiri, baik oleh dengan rencana yang Hasil penilaian
Kepala Puskesmas telah ditetapkan dan diverifikasi oleh dinas
penanggungjawab dilakukan secara terus
dan kesehatan
pengelola/pelaksana menerus. Jika terdapat kabupaten/kota.
program (supervisi), tim ketidaksesuaian
audit (audit internal) dilakukan upaya
perbaikan.
EKSTERNAL Pencapaian Pelaksanaan
SLIDE 19
Cakupan Manajemen
Lokakarya Mini Pelayanan Kesehatan
Puskesmas
SIKLUS MANAJEMEN PUSKESMAS
CONTOH :
SUMBER DANA
APBD, BOK,KAPITASI,
ADD, SWADAYA MASY

IDENTIFIKAS

H
MASALA
ANALISIS

A TINDAK
MASALAH
I

RENCAN
TINDAK
LANJUT
LANJUT

M
UK

KAP

KINERJA
• MONEV

• MONEV
• RENSTRA

KAK
• CAKUPA

KERANGKA ACUAN TIAP PROGRAM


N
KURANG

RUK
PDCA…..
RPK
PDCA…..
LO
K MI
N
MG
P1 FISH BONE LO
K MI
N
MG
USG

.2 .2

• SMD/MMD
• PIS PK

KEGIATA
REKAMA
• Kotak saran

N TIAP
• Temu muka

N
PROSES PERENCANAAN
3
Penyelenggaraan
Surveilans
Epidemiologi
di Puskesmas
Pengertia
n Surveilans Epidemiologi
adalah :
Pengamatan yang dilakukan secara
terus menerus tentang penyakit
beserta determinan/faktor risiko
dan sebarannya dalam kelompok
masyarakat tertentu untuk upaya
pencegahan dan pengendalian
Pengertian
Surveilans Kesehatan adalah :
- Kegiatan pengamatan yang sistematis dan terus
menerus terhadap data dan informasi
- tentang kejadian penyakit atau masalah kesehatan
dan kondisi yang mempengaruhi terjadinya
peningkatan dan penularan penyakit atau masalah
kesehatan
- untuk memperoleh dan memberikan informasi guna
mengarahkan tindakan pengendalian dan
penanggulangan secara efektif dan efisien

(Permenkes 45 tahun 2014, tentang Penyelenggaraan Surveilans Kesehatan)


Tujuan Penyelenggaraan Surveilans Kesehatan
(Pasal 2 Permenkes No 45 Th 2014)

Penyelenggaraan Surveilans Kesehatan merupakan prasyarat


program kesehatan dan bertujuan untuk :

Dasar penyampaian
Tersedianya informasi tentang Terselenggaranya
informasi kesehatan
situasi, kecenderungan kewaspadaan dini
Terselenggaranya kepada para pihak
penyakit, dan faktor risikonya terhadap investigasi dan yang
serta masalah kesehatan kemungkinan penanggulangan berkepentingan
masyarakat dan faktor-faktor terjadinya KLB/Wabah sesuai dengan
yang mempengaruhinya KLB/Wabah dan pertimbangan
sebagai bahan pengambilan dampaknya kesehatan
keputusan
25

Penyelenggaraan Surveilans
Kesehatan berdasarkan
SASARAN :
1. Surveilans Penyakit Menular :
2. Surveilans Penyakit Tidak Menular
3. Surveilans Kesehatan Lingkungan
4. Surveilans Kesehatan Matra
5. Surveilans Masalah Kesehatan Lain
Surveilans penyakit menular meliputi:
a. surveilans penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi;
b. surveilans penyakit demam berdarah;
c. surveilans malaria;
d. surveilans penyakit zoonosis;
e. surveilans penyakit filariasis;
f. surveilans penyakit tuberkulosis;
g. surveilans penyakit diare;
h. surveilans penyakit tifoid;
i. surveilans penyakit kecacingan dan penyakit perut lainnya;
j. surveilans penyakit kusta;
k. surveilans penyakit frambusia;
l. surveilans penyakit HIV/AIDS;
m. surveilans hepatitis;
n. surveilans penyakit menular seksual;dan
o. surveilans penyakit pneumonia, termasuk penyakit infek
Surveilans penyakit tidak menular :

a.surveilans penyakit jantung dan pembuluh


darah;
b.surveilans diabetes melitus dan penyakit
metabolik;
c.surveilans penyakit kanker;
d.surveilans penyakit kronis dan degeneratif;
e.surveilans gangguan mental; dan
f. surveilans gangguan akibat kecelakaan dan
tindak kekerasan.
Surveilans kesehatan lingkungan meliputi:

a. surveilans sarana air bersih;


b. surveilans tempat-tempat umum;
c. surveilans pemukiman dan lingkungan perumahan;
d. surveilans limbah industri, rumah sakit dan kegiatan lainnya;
e. surveilans vektor dan binatang pembawa penyakit;
f. surveilans kesehatan dan keselamatan kerja; dan
g. surveilans infeksi yang berhubungan dengan Fasilitas
Pelayanan Kesehatan.
Surveilans kesehatan matra meliputi:

a. surveilans kesehatan haji;


b. surveilans bencana dan masalah sosial; dan
c. surveilans kesehatan matra laut dan udara.
Surveilans masalah kesehatan meliputi:
a. surveilans kesehatan dalam rangka kekarantinaan;
b. surveilans gizi dan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG);
c. surveilans gizi mikro kurang yodium, anemia gizi besi, kekurangan
vitamin A;
d. surveilans gizi lebih;
e. surveilans kesehatan ibu dan anak termasuk reproduksi;
f. surveilans kesehatan lanjut usia;
g. surveilans penyalahgunaan obat, narkotika, psikotropika, zat adiktif
dan bahan berbahaya;
h. surveilans penggunaan obat, obat tradisional, kosmetika, alat
kesehatan, serta perbekalan kesehatan rumah tangga; dan
i. surveilans kualitas makanan dan bahan tambahan
makanan.
Penyelenggaraan Surveilans Kesehatan dilakukan
melalui
1. pengumpulan data,
2. pengolahan data,
3. analisis data, dan
4. diseminasi
- sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan untuk
menghasilkan informasi yang objektif, terukur, dapat
diperbandingkan antar waktu, antar wilayah, dan antar
kelompok masyarakat sebagai bahan pengambilan
keputusan.
- harus mampu memberikan gambaran epidemiologi yang
tepat berdasarkan dimensi waktu, tempat dan orang
SKEMA PELAKSANAAN
SURVEILANS

MASALAH PELAPORAN DATA


KESEHATAN Penyakit,
Masalah Kes,
Faktor
Risiko
FAKTOR RISIKO

Pengolaha
n Analisa
Interpretasi

INTERVENSI KEPUTUSAN
BERBASIS
INFORMASI
TINDAKAN
EVIDENCE
33
Penyelenggaraan
Surveilans Kesehatan
berdasarkan Bentuk :
1. Surveilans Berbasis
Indikator
2. Surveilans Berbasis
Kejadian (Event Based)
Surveilans Berbasis Indikator
Dilakukan untuk memperoleh gambaran penyakit, faktor risiko dan
masalah kesehatan dan/atau masalah yang berdampak terhadap
kesehatan yang menjadi indikator program dengan
menggunakan sumber data yang terstruktur.
Contoh data terstruktur antara lain:
a. Kunjungan Ibu hamil
b. Kunjungan neonatus
c. Cakupan imunisasi
d. Laporan bulanan data kesakitan puskesmas (LB1)
e. Laporan bulanan kasus TB
f. Laporan mingguan kasus AFP
g. Laporan bulanan kasus campak
h. Laporan bulanan kematian rumah sakit
i. Laporan berkala STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat)
j. Registri penyakit tidak menular
k. Dll
• Data tersebut dimanfaatkan dalam rangka
kewaspadaan dini penyakit atau masalah kesehatan.

• Hasil analisis dimaksudkan untuk memperoleh gambaran


penyakit atau masalah kesehatan dan/atau masalah
yang berdampak terhadap kesehatan seperti: situasi dan
kecenderungan, perbandingan dengan periode
sebelumnya, dan perbandingan antar
wilayah/daerah/kawasan.

• Kegiatan surveilans ini biasanya digunakan untuk


menentukan arah program/intervensi, serta pemantauan
dan evaluasi terhadap program/intervensi.
Pelaksanaan surveilans berbasis indikator dilakukan
mulai dari puskesmas sampai pusat, sesuai dengan
periode waktu tertentu (harian, mingguan,
bulanan dan tahunan).

Pelaksanaan surveilans berbasis indikator di


puskesmas, dilakukan untuk menganalisis pola
penyakit, faktor risiko, pengelolaan sarana
pendukung seperti kebutuhan vaksin, obat, bahan
dan alat kesehatan, persiapan dan kesiapan
menghadapi kejadian luar biasa beserta
penanggulangannya.
Surveilans Berbasis Kejadian (1)
• dilakukan untuk menangkap dan memberikan
informasi secara cepat tentang suatu penyakit, faktor
risiko, dan masalah kesehatan, dengan menggunakan
sumber data selain data yang terstruktur.

• Surveilans berbasis kejadian dilakukan untuk


menangkap masalah kesehatan yang tidak
tertangkap melalui surveilans berbasis indikator.
Sebagai contoh, beberapa KLB campak diketahui dari
media massa, tidak tertangkap melalui surveilans PD3I
terintegrasi (Penyakit yang dapat Dicegah Dengan
Imunisasi).
Surveilans Berbasis Kejadian (2)
• Pelaksanaan surveilans berbasis kejadian dilakukan
secara terus menerus (rutin) seperti halnya surveilans
berbasis indikator, dimulai dari puskesmas sampai
pusat.

• Sumber laporan didapat dari sektor kesehatan


(instansi/sarana kesehatan, organisasi profesi
kesehatan, asosiasi kesehatan, dan lain-lain), dan di
luar sektor kesehatan (instansi pemerintah non
kesehatan, kelompok masyarakat, media, jejaring sosial
dan lain-lain).
Surveilans Berbasis Kejadian (3)
• Kegiatan surveilans berbasis kejadian di puskesmas,
melalui kegiatan verifikasi terhadap rumor terkait
kesehatan atau berdampak terhadap kesehatan di
wilayah kerjanya guna melakukan langkah intervensi
bila diperlukan.

• Penyelenggaraan surveilans berbasis indikator dan


berbasis kejadian diaplikasikan antara lain dalam
bentuk PWS (Pemantauan Wilayah Setempat) yang
didukung dengan pencarian rumor masalah
kesehatan.
LAPORAN RUTIN PUSKESMAS
Sebelum ada SIP laporan berupa :
 Surveilans Terpadu Penyakit (STP) merupakan laporan surveilans
penyakit harian yang dikompilasi dan dilaporkan bulanan
 Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP) merupakan
kegiatan pencatatan dan pelaporan data umum, sarana, tenaga dan
upaya pelayanan kesehatan di Puskesmas (Reg: KOHORT Ibu/Bayi/Anak, dll)
 Laporan Bulanan (LB1: data kesakitan, LB2: data kematian, LB3: data gizi; KIA;
data imunisasi; data pengamatan penyakit menular dan tidak menular LB4:
data obat-obatan)
 Laporan Bulanan (kunjungan puskesmas, kesgilut, kesling, lab)
 Laporan W1 (KLB/Wabah <24 jam)
 Laporan W2 ( penyakit mingguan)
 SKDR Website Bassed 11/26/2021
Apa
perbedaan
WABAH
dengan KLB
? 11/26/2021
KLB adalah timbulnya atau Wabah adalah
meningkatnya kejadian kesakitan/ berjangkitnya suatu penyakit
kejadian
kematian yang bermakna secara menular dalam masyarakat
epidemiologis pada suatu daerah dalam
kurun waktu tertentu, dan merupakan
yang jumlah penderitanya
keadaan yang dapat menjurus pada meningkat secara nyata
terjadinya wabah. melebihi dari pada keadaan
yang lazim pada waktu dan
(PP 40, 1991, Bab I, pasal 1 (7)
daerah tertentu serta dapat
tentang Penanggulangan menimbulkan malapetaka
Wabah Penyakit Menular dan ditetapkan oleh
Menteri.
(UU. No. 4, 1984, Bab I, Pasal 1)
tentang Wabah
Kriteria KLB (1)
1 Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak
ada atau tidak dikenal

Peningkatan kejadian penyakit/ kematian terus menerus


2 selama 3 kurun waktu berturut-turut menurut jenis penyakitnya
(jam, hari, minggu)

Peningkatan kejadian penyakit/kematian 2 kali lipat atau


3 lebih dibandingkan dengan periode sebelumnya (jam, hari,
minggu, bulan, tahun)

Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan


4 kenaikan 2 kali lipat atau lebih bila dibandingkan dengan
angka rata-rata perbulan dalam tahun sebelumnya.
Kriteria KLB (2)
5 Rata-rata jumlah kejadian kesakitan perbulan selama 1 (satu)
tahun menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih
dibandingkan dengan rata-rata jumlah kejadian kesakitan
perbulan pada tahun sebelumnya.

Angka kematian kasus suatu penyakit (CFR) dalam 1 kurun


6 waktu tertentu menunjukkan kenaikan 50% atau lebih
dibanfdingkan dengan angka kematian kasus suatu penyakit
periode sebelumnya dalam kurun waktu yang sama.

7 Angka proporsi penyakit (PR) penderita baru pada satu


periode menunjukkan kenaikan duakali atau lebih dibanding
satu periode sebelumnya dalam kurun waktu yang sama.
Siapa yg menetapkan KLB
Kadinkes Kab/Kota, Kadinkes Prov, atau Menteri
Kesehatan dapat menetapkan daerah dalam
keadaan KLB, apabila suatu daerah memenuhi salah
satu kriteria diatas.

Kadinkes Kab/Kota atau Kadinkes Prov. menetapkan


suatu daerah dalam keadaan KLB di wilayah kerjanya
masing-masing dengan menerbitkan laporan KLB.
Kapan Penetapan KLB dicabut ?

Kadinkes Kab/Kota, Kadinkes Prov, atau Menteri


harus mencabut penetapan daerah dalam
keadaan KLB, apabila dua kali masa inkubasi,
penyakit KLB pada wilayah tersebut tidak
ditemukan lagi insiden/kasus serupa
Pencegahan & Pengendalian

Proteksi spesifik Diagnosis &


Promosi
terhadap pengobatan
Kesehatan
penyakit dini
Penanggulangan KLB / Wabah
1. Penyelidikan epidemiogis
2. Penatalaksanaan penderita yg mencakup
keg.pemeriksaan
3. Pengobatan, perawatan, & isolasi penderita,
termasuk karantina
4. Pencegahan & pengebalan
5. Pemusnahan penyebab penyakit
6. Penanganan jenazah akibat wabah
7. Penyuluhan masyarakat,
Kegiatan Surveilans Epidemiologi
50 dalam Upaya Kesmas
dalam gedung
1. Monitoring kegiatan surveilans (PWS) 
analisis data (STP, W1, W2, SIP, laporan upaya/program :
Kesga,Kesling, Gizi, P2P, TB, Lansia, PTM dll)

2. Pembinaan, Pengawasan & Pelaporan


evaluasi kegiatan, bimtek, peningkatan kompetensi dll

3. Diseminasi Informasi Epidemiologi


buletin, jurnal, koran, buku
profil, dll
Kegiatan Surveilans Epidemiologi
51
dalam Upaya Kesmas
luar gedung
1. Monitoring
• Kunjungan rutin wilker (pengendalian vector,
posyandu, dll)
• Surveilans aktif (RS, yankes swasta,dll) dalam rangka
pencarian/penambahan kasus penyakit tertentu
untuk menguatkan dugaan adanya peningkatan
kasus maupun factor risiko
• PE KLB & Profilaksis
• Komunikasi risiko
Kegiatan Surveilans Epidemiologi
52
dalam Upaya Kesmas
Luar gedung
2. Pembinaan, Pengawasan dan Pelaporan

• Peningkatan jejaring kerja lintas sektor;


• Melibatkan unsur keluarga sebagai fungsi deteksi
dini terhadap suatu penyakit/masalah kesehatan
• Meningkatkan kompetensi tenaga surveilans di
bidang penguatan PE
Keluarga Sehat > 0.800
Keluarga Pra Sehat 0.500 - 0.800
53 Keluarga Tidak
< 0.500
Sehat

Indeks Keluarga Sehat


Data PM & PTM
Data Rumor
Data Profil/Program Pengaduan Masyarakat
Tentang masalah
………………………….. …………………………..
kesehatan

…………
R ……
K…e…j…a……
Indicator Based E v e n t Based
d……ia……n…..
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 11/26/2021

…… … …..
Contoh :

HASIL SURVEILANS
PENYAKIT DBD
DI PUSKESMAS
Distribusi Penyakit DBD Berdasarkan Kelompok
Umur di Puskesmas Sentul tahun 2017 sd 2019
50

40

30 1-4 thn
5-14 thn
20
>15 thn
10

0
2017 2018 2019

Dari grafik diatas dapat disimpulkan bahwa jumlah kasus DBD di tahun 2018 mengalami
sedikit peningkatan dari tahun 2017. Dan hampir semua kelompok umur bisa terkena
penyakit DBD yang artinya semua kelompok umur mempunyai resiko terkena DBD Sehingga
kewaspadaan tidak hanya untuk kelompok umur tertentu tapi semua kelompok umur.
Distribusi Penyakit DBD menurut Jenis Kelamin
Di Puskesmas Sentul Tahun 2019

Perempuan Laki Laki

46%
54%

Dari Diagram diatas dapat disimpulkan bahwa Laki laki lebih banyak terkena DBD dari
pada perempuan, hal ini terjadi diduga karena laki laki kurang aware terhadap resiko
terkena penyakit DBD sehingga kurang adanya kesadaran dalam melakukan upaya
pencegahan gigitan nyamuk yang merupakan vector penyakit DBD.
Distribusi Penyakit DBD Menurut Desa di
Puskesmas Sentul Tahun 2017 - 2019
20
15
10
5 2017
0 2018
2019

Dari Diagram diatas dapat disimpulkan bahwa Laki laki lebih banyak terkena DBD dari pada
perempuan, hal ini terjadi diduga karena laki laki kurang aware terhadap resiko terkena
penyakit DBD sehingga kurang adanya kesadaran dalam melakukan upaya pencegahan
gigitan nyamuk yang merupakan vector penyakit DBD.
Distribusi Penyakit DBD Menurut Bulan
di Puskesmas Sentul Tahun 2017-2019
14
12
10
8
2017
6
2018
4 2019
2
0

Dari grafik distribusi penyakit menurut waktu di atas, dapat disimpulkan bahwa pola atau kecenderungan kejadian
penyakit DBD mulai timbul pada awal musim penghujan dan akhir bulan kemarau. Hal tersebut disebabkan karena Pada
musim hujan tempat perkembang biakan Aedes aegypti yang pada musim kemarau tidak terisi air, mulai terisi air. Telur- telur
yang tadinya belum sempat menetas akan menetas. Selain itu pada musim hujan semakin banyak tempat
penampungan air alamiah yang terisi air hujan dan dapat digunakan sebagai tempat berkembangbiaknya
nyamuk Aedes aegypti. Oleh karena itu pada musim hujan populasi nyamuk Aedes aegypti terus meningkat. Bertambahnya
populasi nyamuk ini merupakan salah satu faktor yang menyebabkan peningkatan penularan penyakit dengue.
Distribusi Angka Bebas Jentik di
Puskesmas sentul Tahun 2017-2019
90%
88%
86%
84%
82%
80%
78% 2017
76% 2018
74%
2019

Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa ABJ setiap tahun masih dibawah target yaitu >95%
meskipun tren setiap tahun mengalami peningkatan disetiap desanya. Akan tetapi ini tetap
menjadi factor resiko yang membuat tren penyakit DBD meningkat dari tahun ke tahun,hal ini
menjadi masukan untruk program P2DBD agar melakukan peningkatan pengendalian vector.
Desa Sasakpanjang dan Desa Tajurhalang merupakan desa Endemis dimana
penyumbang kasus DBD terbanyak terdapat di desa tersebut. Selain itu Desa
Sasakpanjang dan Tajurhalang merupakan desa yang penduduknya terbanyak
diantara desa yang ada di wilayah kerja Puskesmas Tajurhalang.
KESIMPULAN
1. Pendekatan Upaya kesehatan di Puskesmas :
Continuum of care across life cycle, Pendekatan
Keluarga Sehat, Integrasi UKM-UKP
2. Upaya kesehatan di Puskesmas : UKM (Esensial &
Pengembangan), UKP tingkat pertama
3. Manajemen Upaya Pelayanan Kesehayan di
Puskesmas dengan 3 langkah : P1, P2 dan
P3
4. Bentuk penyelenggaraan surveilans : surv. Berbasis
indikator dan surv. Berbasis kejadian  Indikator
Keluarga Sehat
Pusat Promosi Kesehatan Departemen Kesehatan RI, 2008

Anda mungkin juga menyukai