Disusun Oleh:
Kelompok 3
Aila Auliya Adliyah 021.041.0071
Iis Latifah 021.041.0115
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT karena telah melimpahkan rahmat,
taufiq, hidayah dan inayahnya kepada kami, serta petunjuk-Nya sehingga memberikan
kemampuan dan kemudahan bagi kami dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
demi kesempurnaan, di masa akan datang.
Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua dan kami selaku penyusun
dan bagi pembaca penulis minta maaf jika terjadi kesalahan. Akhir kata kami ucapakan
terimakasih.
i
i
Daftar Isi
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
Bab 1 Pendahuluan 1
1.1 Latar Belakang 1-2
1.2 Perumusan Masalah 2
1.3 Tujuan Pembahasan 2-3
1.4 Tujuan 3
Bab 2 Pembahasan 4
2.1 Pengertian Perkembangan Fisik 4
2.1.1 Tahap Perkembangan Fisik4-5
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Dalam perkembangan kognitif di sekolah, guru sebagai tenaga kependidikan yang
bertanggung jawab dalam melaksanakan interaksi edukatif dan pengembangan kognitif peserta
didik, perlu memiliki pemahaman yang sangat mendalam tentang perkembangan kognitif pada
anak didiknya.
Orang tua juga tidak kalah penting dalam kognitif anak karena perkembangan dan
pertumbuhan anak dimulai di lingkungan keluarga. Namun, sebagian pendidik dan orang tua
belum terlalu memahami tentang perkembangan kognitif anak, karakteristik perkembangan
kognitif, dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah perkembangan kognitif anak.
Oleh karena itu, mengingat pentingnya perkembangan kognitif bagi peserta didik,
diperlukan penjelasan perkembangan kognitif lebih detail baik pengertian maupun tahap-tahap
karakteristik perkembangan kognitif peserta didik.
2
d. Mengetahui implikasi perkembangan fisik terhadap penyelenggaraan pendidikan.
e. Mengetahui pengertian perkembangan kognitif peserta didik.
2
f. Mengetahui proses perkembangan kognitif peserta didik.
g. Mengetahui karakteristik perkembangan kognitif peserta didik dan tahap-tahapnya.
h. Mengetahui masalah seputar karakteristik perkembangan kognitif peserta didik dan
solusinya.
1.4 Tujuan
1. Bagi penulis makalah ini memberikan manfaat yang sangat besar, karena dengan adanya
penyusunan makalah mengenai perkembangan fisik dan kognitif peserta didik, dapat
menambah wawasan dan pengetahuan mengenai perkembangan fisik dan kognitif.
2. Bagi pembaca khususnya para peserta didik, makalah ini dapat memberikan wawasan
mengenai perkembangan fisik dan kognitif. Dengan adanya makalah ini peserta didik
dapat berpartisipasi dalam meningkatkan kemampuan kognitif yang dimilikinya.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
3. Masa anak-anak merupakan masa dimana anak mengalami proses pertumbuhan dan
perkembangan yang pesat dalam berbagai aspek bagi kehidupan selanjutnya.
4. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, dimana
pada masa ini remaja ditandai oleh adanya perubahan seperti fisik, psikis, dan psikososial.
5. Masa dewasa biasanya dimulai dari usia 18 tahun hingga kira-kira usia 40 tahun dan
biasanya ditandai dengan selesainya pertumbuhan pubertas dan organ kelamin anak
yang telah berkembang dan mampu berproduksi.
2.1.2 Jenis-jenis perkembangan fisik
1. Perkembangan dan pertumbuhan, yaitu pertumbuhan manusia ditandai dengan
bertambahnya ukuran berat badan dan tinggi badan. Sementara perkembangan
manusia ditandai dengan perubahan keterampilan, kematangan fisik, emosi, dan
pikiran menuju kedewasaan.
2. Perkembangan fisik dan psikomotorik adalah perkembangan mengontrol gerakan-
gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinasi antara saraf pusat dan otot.
Dimulai dengan gerakan kasar yang melibatkan bagian besar dari tubuh, seperti
duduk, berjalan, berlari, meloncat, dan lain- lain.
3. Perkembangan kognitif mengacu kepada kemampuan yang dimiliki seorang anak
untuk memahami sesuatu.
4. Perkembangan sosial adalah proses saat anak belajar berinteraksi atau bersosialisasi dengan
orang lain yang ada di sekitarnya.
5. Perkembangan moral merupakan Perubahan yang berkaitan dengan pikiran,
emosional, kebiasaan dan sikap yang dimilki seseorang berdasarkan standar benar
atau salahnya perilaku yang ditetapkan dalam kehidupan masyarakat.
5
mampu melanjutkan fungsinya dengan wajar dalam interaksinya dengan masyarakat dan
lingkungan.
Sehingga dapat dipahami bahwa perkembangan kognitif adalah salah satu aspek
perkembangan peserta didik yang berkaitan dengan pengetahuan, yaitu semua proses
psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari dan memikirkan
lingkungannya, sesuai buku karangan (Desmita, 2009).
Teori perkembangan kognitif, menurut Pieget Perkembangan kognitif seorang anak
terjadi secara bertahap, lingkungan tidak tidak dapat mempengaruhi perkembangan
pengetahuan anak. Seorang anak tidak dapat menerima pengetahuan secara langsung dan
tidak bisa langsung menggunakan pengetahuan tersebut, tetapi pengetahuan akan didapat
secara bertahap dengan cara belajar secara aktif dilingkungan sekolah.
Kemudian, pandangan perkembangan kognitif menurut Vygotsky berbeda dengan
piaget. Vygotsky lebih menekankan pada konsep sosiokultural, yaitu konteks sosial dan
interaksi dengan orang lain dalam proses belajar anak. Vygotsky juga yakin suatu
pembelajaran tidak hanya terjadi saat disekolah atau dari guru saja, tetapi suatu
pembelajaran dapat terjadi saat siswa bekerja menangani tugas-tugas yang belum pernah
dipelajari disekolah namun tugas-tugas itu bisa dikerjakannya dengan baik, misalnya di
masyarakat.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan dan dapat dipahami bahwa
kognitif atau pemikiran adalah istilah yang digunakan oleh ahli psikologi untuk
menjelaskan semua aktivitas mental yang berhubungan dengan persepsi, pikiran, ingatan
dan pengolahan informasi yang memungkinkan seseorang memperoleh pengetahuan,
memecahkan masalah, dan merencanakan masa depan, atau semua proses psikologis
yang berkaitan bagaimana individu mempelajari, memperhatikan, mengamati,
membayangkan, memperkirakan, menilai dan memikirkan lingkungannya. (Desmita,
2009).
2.2.1 Proses Perkembangan Kognitif
Dalam pembahasan proses perkembangan kognitif, ada dua alternative proses
perkembangan kognitif yaitu pada teori dan tahap-tahap perkembangan yang
dikemukakan oleh Piaget dan proses perkembangan kognitif oleh para pakar psikologi
pemprosesan informasi.
6
1. Teori Perkembangan Kognitif Piaget
Piaget meyakini bahwa pemikiran seorang anak berkembang dari bayi sampai dia
dewasa. Menurut teori Piaget, setiap individu pada saat tumbuh mulai dari bayi yang
baru di lahirkan
6
sampai menginjak usia dewasa mengalami empat tingkat perkembangan kognitif, yaitu tahap
sensori-motorik (dari lahir sampai 2 tahun), tahap pra-operasional (usia 2 sampai 7 tahun), tahap
konkret-operasional (usia 7 sampai 11 tahun), dan tahap operasional formal (usia 11 tahun ke
atas), dalam buku karangan Desmita (2009:101) dan (Anwar Holil,2008).
2.2.2 Karakteristik Perkembangan Kognitif Peserta Didik
Karakteristik perkembangan kognitif peserta didik dibagi menjadi 3, yaitu:
1. Masa kanak-kanak awal
a) Pengertian perkembangan kognitif masa kanak-kanak awal
Jean Piaget menanamkan masa kanak-kanak awal. Dari sekitar usia 2 sampai 7 tahun,
sebagai tahap praoperasional, karena anak-anak belum siap untuk terlibat dalam operasi atau
manipulasi mental yang mensyaratkan pemikiran logis. Karakteristik perkembangan dalam tahap
kedua adalah perluasan penggunaan pemikiran simbolis, atau kemampuan representional, yang
pertama kali muncul pada akhir tahap sensorimotor. Menurut Montessori ( Hurlock, 1978) anak
usia 3-6 tahun adalah anak yang sedang berada dalam periode sensitif atau masa peka, yaitu
suatu periode dimana suatu fungsi tertentu perlu dirangsang, diarahkan sehingga tidak terhambat
perkembangannya. Anak taman kanak-kanak adalah anak yang sedang berada dalam rentang usia
4-6 tahun, yang merupakan sosok individu yang sedang berada dalam proses perkembangan.
Proses pendidikan bagi anak usia 4-6 tahun secara formal dapat ditempuh di taman kanak-kanak.
7
Berpikir simbolik yaitu kemampuan untuk berpikir tentang objek dan peristiwa
walaupun objek dan peristiwa tersebut tidak hadir secara fisik (nyata) di hadapan
anak. Subfase fungsi simbolis terjadi pada usia 2 - 4 tahun. Pada masa ini, anak telah
memiliki kemampuan untuk menggarnbarkan suatu objek yang secara fisik tidak hadir.
2. Berpikir Egosentris
Aspek berpikir secara egosentris, yaitu cara berpikir tentang benar atau tidak
benar, setuju atau tidak setuju, berdasarkan sudut pandang sendiri. Oleh sebab itu, anak
belum dapat meletakkan cara pandangnya di sudut pandang orang lain. Menurut Piaget,
pemikiran itu khas bersifat egosentris, anak pada tahap ini sulit membayangkan
bagaimana segala sesuatunya tampak dari perspektif orang lain. Subfase berpikir secara
egosentris terjadi pada usia 2-4 tahun. Berpikir secara egosentris ditandai oleh
ketidakmampuan anak untuk memahami perspektif atau cara berpikir orang lain. Anak
berasumsi bahwa orang lain berpikir, menerima dan merasa sebagaimana yang mereka
lakukan.
3. Berpikir lntuitif
Fase berpikir secara intuitif, yaitu kemarnpuan untuk menciptakan sesuatu, seperti
menggambar atau menyusun balok, akan tetapi tidak mengetahui dengan pasti alasan
untuk melakukannya. Subfase berpikir secata intuitif tenadi pada usia 4 - 7 tahun. Masa
ini disebut subfase berpikir secara intuitif karena pada saat ini anak kelihatannva
mengerti dan mengetahui sesuatu. Contoh: Ani menyusun balok meniadi rumah-
rumahan, akan tetapi pada hakikatnya Ani tidak mengetahui alasan-alasan yang
menyebabkan balok itu dapat disusun meniadi rumah. Dengan kata lain, anak belum
memiliki kemampuan untuk berpikir secara kritis tentang apa yang ada dibalik suatu
kejadian.
Kemampuan lain yang dikuasai anak tahap ini adalah:
a. Memahami identitas
Anak memahami bahwa perubahan di permukaan tidak mengubah karakter alamiah
sesuatu.
Contoh: Boris mengetahui bahwa gurunya sedang berbusana bajak laut tetapi orang itu tetap
gurunya yang berada di dalam kostum.
b. Memahami sebab akibat
8
Anak mengetahui bahwa peristiwa memiliki sebab dan akibat.
Contoh: Anas melihat bola menggelinding dari balik tembok, lalu dia melihat belakang
tembok untuk mencari siapa yang menendang bola tersebut.
8
c. Mampu mengklasifikasi
Anak mengorganisir objek, orang, dan peristiwa kedalam kategori yang memiliki makna.
Contoh: Susan memilah mainannya ke kelompok bagus dan jelek.
d. Memahami angka
Anak dapat berhitung dan bekerja dengan angka.
Contoh: Rosa membagi permen kepada teman-temannya dan menghitung permen yang dia
punya untuk memastikan setiap orang mendapatkan permen yang sama.
e. Empati
Anak menjadi lebih mampu untuk membayangkan apa yang dirasakan oleh orang lain.
Contoh: Budi mencoba untuk menenangkan temannya yang sedang kecewa dan menangis.
f. Teori pikiran
Anak menjadi lebih dasar akan aktivitas mental dan fungsi pikirannya.
Contoh: Putri ingin menyimpan beberapa potong coklat untuk dirinya sendiri, karena itu ia
menyimpan coklat dari adiknya ke dalam kotak pensil. Dia mengetahui bahwa coklatnya akan
aman didalam kotak tersebut karena sang adik tidak akan mencarinya ke tempat yang
biasanya tidak terdapat coklat.
2.2.3 Pokok Bahasan Kognitif
a. Perkembangan Memori
Cara otak menyimpan informasi dipercaya bersifat universal, walaupun efisiensi dari
sistem tersebut bervariasi dari orang ke orang (Siegler, 1998). Model pemrosesan informasi
menggambarkan otak memiliki tiga “gudang”, yaitu:
1. Memori sensoris (sensory memory) adalah sistem penyimpanan awal “tangki penampungan”
sementara bagi informasi sensoris yang masuk. Ingatan sensoris menunjukkan sedikit
perubahan berkaitan dengan usia; sebagaimana yang telah kita saksikan, bayi pun memilii
ingatan sensoris.
2. Memori kerja (working memory) adalah sebuah “gudang” jangka pendek bagi informasi
yang sedang dikerjakan oleh seseorang pada saat ini; dan informasi tersebut adalah informasi
yang berusaha untuk dipahami, diingat, atau dipikirkan.
3. Memori jangka panjang (long-term memory) adalah sebuah “gudang” dengan kapasitas
penyimpanan yang tidak terbatas, yang menyimpan informasi dalam jangka waktu yang lama.
9
2.2.4 Masalah Perkembangan Kognitif Peserta Didik
a. Masa kanak-kanak awal
Permasalahan membaca pada masa ini masih dengan cara dieja, pemahamannya hanya satu
kata dan terkadang anak sulit diajak belajar membaca.
Solusi: Membaca diikuti kata-kata bergambar agar menari anak untuk membaca.
b. Masa kanak-kanak akhir
Permasalahan membaca dan pemahaman di SD saat ini umumnya menggunakan sistem
klasikal yang menempatkan kecepatan memahami isi bacaan berdasarkan kecepatan rata-rata
memahami isi buku atau siswa merasa bahwa pembelajaran membaca pemahaman yang
dilakukan oleh guru terlalu cepat.
Solusi: Guru mengefektifkan pembelajaran membaca interpretatif dengan mengelompokkan
siswa menjadi 8 kelompok dengan memahami isi bacaan & sharing.
c. Masa Remaja
Permasalahan membaca pemahaman di masa SMP/SMA lebih ke kurang memahami isi
bacaan.
Solusi: Seharusnya dengan membaca pemahaman secara serius
10
10
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Perkembangan peserta didik dipengaruhi oleh kondisi-kondisi seperti pengaruh keluarga,
pengaruh gizi, kematangan, gangguan emosional, jenis kelamin, status sosial ekonomi,
keshatan,dan stimulasi lingkungan. Perkembangan fisik peserta didik akan mempengaruhi proses
belajar peserta didik, sehingga sangat penting bagi pendidik untuk memahami karakteristik
perkembangan fisik peserta didiknya.
Perkembangan kognitif pada peserta didik merupakan suatu pembahasan yang cukup
penting bagi pengajar maupun orang tua. Perkembangan kognitif pada anak merupakan
kemampuan anak untuk berpikir lebih kompleks serta kemampuan melakukan penalaran dan
pemecahan masalah yang termasuk dalam proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana
individu mempelajari dan memikirkan lingkungannya.
Dalam memahami perkembangan kognitif, kita harus mengetahui proses perkembangan
kognitif tersebut. Selain itu karakteristik perkembangan kognitif peserta didik juga harus dapat
dipahami semua pihak. Dengan pemahaman pada karakteristik perkembangan peserta didik,
pengajar dan orang tua dapat mengetahui sebatas apa perkembangan yang dimiliki anak didiknya
sesuai dengan usia mereka masing-masing, sehingga pengajar dan orang tua dapat menerapkan
ilmu yang sesuai dengan kemampuan kognitif masing-masing anak didik.
Meskipun banyak hal dan kendala dalam perkembangan kognitif anak, setidaknya kita
sebagai calon pengajar maupun sebagai orang tua harus memahami tentang perkembangan
kognitif dan tahap-tahap karakteristik perkembangan kognitif agar kita mampu mengetahui
perkembangan kemampuan kognitif masing-masing anak.
3.2 Saran
Bagi pendidik perlu memahami perkembangan fisik peserta didik guna memfasilitasi peserta
didik agar dapat berkembang secara optimal. Semoga makalah ini dapat dijadikan salah satu
referensi dalam pembelajaran Perkembangan Fisik Peserta Didik.
Diharapkan kepada peserta didik dan pengajar maupun orang tua agar dapat ikut
berpartisipasi dalam memahami tentang perkembangan kognitif.
11
Peran serta pemerintah, masyarakat, pengajar orangtua juga perlu untuk mengawasi
perkembangan kognitif setiap anak dan peserta didik sesuai karakteristik perkembangan
kognitif anak.
12
Daftar Pustaka
iii