Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

RUPTUR PERINEUM

A. KONSEP MEDIS

1. Defenisi

Ruptur perineum adalah luka pada perineum yang diakibatkan oleh rusaknya

jaringan secara alamiah karena proses desakan kepala janin ata bahu pada saat proses

persalinan. Bentuk ruptur biasanya tidak teratur sehingga jaringan yang robek sulit

dilakukan penjahitan (Rukiyah, 2010).

Robekan jalan lahir adalah perdarahan dalam keadaan dimana plasenta telah lahir

lengkap dan kontraksi rahim baik, dapat dipastikan bahwa perdarahan tersebut

berasal dari perlukaan jalan lahir (Rukiyah, 2012).

2. Etiologi

Ruptur pada perineum diakibatkan oleh rusaknya jaringan secara alamiah karena

proses desakan kepala janin atau bahu pada saat proses persalinan (Rukiyah, 2010).

3. Tingkatan luka perineum

Menurut Sarwono (2011) bahwa perlukaan pada perineum dapat dibagi dalam 3

tingkatan, yaitu :

a. Tingkat I, bila perlukaan perineum hanya terbatas pada mukosa vagina atau kulit

perineum. Pada perlukaan tingkat I, bila hanya berupa luka lecet, tidak diperlukan

penjahitan.
b. Tingkat II, jika perlukaan yang lebih dalam dan bisa meluas ke vagina

dengan melukai fasia serta otot-otot diafragma urogenital.

c. Tingkat III, perlukaan yang lebih luas dan lebih dalam dari tingkat II yang

menyebabkan muskulus sfingter ani eksternus terputus.

4. Anatomi Reproduksi Wanita

Gambar 1 : Anatomi Reproduksi Wanita (Eddyman, 2012)

Alat reproduksi wanita dibagi atas 2 (dua) bagian yaitu bagian dalam

(genitalia interna) dan bagian luar (genitalia eksterna) (Joseph, 2010).

Bagian luar (genitalia eksterna) terdiri atas :

1) Vulva

Tampak dari luar (mulai dari mons pubis sampai tepi perineum), terdiri dari mons

pubis, labia mayora, labia minora, clitoris, hymen, vestibulum, orifisium urethra

externum, dan kelenjar – kelenjar pada dinding vagina.

2) Mons Pubis (Mons Veneris)

Lapisan lemak di bagian anterior simfisis pubis. Pada masa pubertas daerah ini

mulai ditumbuhi oleh rambut pubis (kemaluan).

3) Bibir Kemaluan (Labia Mayora)


Lapisan lemak lanjutan mons pubis ke arah bawah dan belakang, banyak

mengandung pleksus vena. Homolog embriologik dengan skrotum pada pria.

Ligamentum rotudum uteri berakhir pada batas atas labia mayora. Di bagian

bawah perineum, labia mayora menyatu (Commisura posterior). Labia mayora

merupakan daerah yang berambut.

4) Bibir dalam kemaluan (Labia minora)

Lipatan jaringan tipis di balik labia mayora, yang tidak berambut dan memiliki

jaringan serat sensorik yang luas dan sangat peka karena mengandung ujung saraf

dan terdiri atas otot polos.

5) Clitoris

Terdiri dari caput/glans clitoridis yang terletak di bagian superior vulva, dan

corpus clitoridis yang tertanam di dalam dinding anterior vagina. Homolog

embriologik dengan penis pada pria. Terdapat juga reseptor androgen pada

clitoris. Banyak pembuluh darah dan ujung serabut saraf, dan sangat sensitif

6) Vestibulum

Daerah dengan batas atas clitoris, berasal dari sinus urogenitalia. Terdapat 6

lubang (orifisium) yaitu orifisium urethra externum, introitus vaginae,

ductus glandulae bartolini kanan dan kiri dan duktus skene kanan dan kiri.

7) Introitus/orifisium vagina

Terletak di bagian bawah vestibulum. Pada gadis (virgo) tertutup lapisan tipis

bermukosa yaitu selaput dara/hymen, utuh tanpa robekan. Hymen


normal tedapat lubang kecil untuk aliran darah menstruasi, dapat berbentuk bulan

sabit, bulat, oval, dll. Akibat coitus atau trauma lain, hymen dapat robek dan

bentuk lubang menjadi tidak beraturan dengan robekan.

8) Vagina

Vagina merupakan rongga muskulomembranosa berbentuk tabung mulai dari tepi

serviks uteri yaitu rongga di bagian cranial dorsal sampai ke vulva dibagian

caudal ventral. Daerah di sekitar serviks disebut fornix. Vagina memiliki dinding

ventral dan dinding dorsal yang elastic. Dilapisi oleh epitel skuamosa berlapis,

berubah mengikuti siklus haid. Bagian atas vagina terbentuk ductus Mulleri,

bawah dari sinus urogenitalis. Batas dalam secara klinis yaitu fornices anterior,

posterior dan lateralis di sekitar cerviks uteri.

9) Perineum

Daerah antara tepi bawah vulva dengan tepi depan anus. Batas otot diafragma

pelvis (muskulus levator ani, muskulus coccygis) dan diafragma urogenitalis

(muskulus perinealis tranversus profunda dan muskulus constrictor urethra).

Perineum meregang pada persalinan, kadang perlu dipotong (episiotomy) untuk

memperbesar jalan lahir dan mencegah robekan (ruptur).

Alat Reproduksi Wanita Bagian Dalam (Genitalia Interna) terdiri atas

1) Uterus
Suatu organ muscular berbentuk seperti buah pir, dilapisi peritoneum (serosa).

Selama kehamilan berfungsi sebagai tempat implantasi , retensi dan nutrisi

konseptus. Pada saat persalinan dengan adanya kontraksi dinding uterus dan

pembukaan serviks uterus , isi konsepsi dikeluarkan. Uterus terdiri dari corpus,

fundus, cornu, isthmus dan serviks uteri.

2) Serviks Uteri

Bagian terbawah uterus, terdiri dari pars vaginalis (berbatasan/menembus

dinding dalam vagina) dan pars supravaginalis. Terdiri dari 3 komponen utama

yaitu : otot polos, jaringan ikat (kolagen dan glikosamin) dan elastin. Bagian luar

di dalam rongga vagina yaituportio servicis uteri (dinding) dengan lubang ostium

externum (luar, arah vagina) dilapisi epitel skuamokolumnar mukosa serviks, dan

osteum uteri internum (dalam, arah cavum). Sebelum melahirkan

(nullipara/primigravida) lubang osteum externum bulat kecil, setelah

pernah/riwayat melahirkan (primipara/ multigravida) berbentuk garis melintang.

Posisi serviks mengarah ke kaudal–posterior, setinggi spina ischiadika. Kelenjar

mukosa serviks menghasilkan lendir getah serviks yang mengandung glikoprotein

kaya karbohidrat (musin) dan larutan berbagai garam, peptide dan air. Ketebalan

mukosa dan viskositas lendir serviks dipengaruhi siklus haid.

3) Corpus Uteri

Terdiri dari : paling luar lapisan serosa/peritoneum yang melekat pada ligamentum

latum uteri di intra abdomen, tengah lapisan muscular/


miometrium berupa otot polos tiga lapis (dari luar ke dalam arah serabut otot

longitudinal, anyaman dan sirkular), serta dalam lapisan endometrium yang

melapisi dinding cavum uteri, menebal dan runtuh sesuai siklus haid akibat

pengaruh hormone–hormone ovarium. Posisi corpus intraabdomen mendatar

dengan fleksi ke anterior, fundus uteri berada di atas vesica urinaria. Proporsi

ukuran corpus terhadap isthmus dan serviks uterus bervariasi selama pertumbuhan

dan perkembangan wanita.

4) Ligamentum penyangga uterus

Ligamentum latum uteri, ligamentum rotundum uteri, ligamentum cardinal,

ligamentum ovarii, ligamentum sacrouterina propium, ligamentum infundi-

bulopelvicum, ligamentum vesicouterina dan ligamentum rectouterina.

5) Vaskularisasi uterus

Terutama dari arteri uterine cabang arteri hypogastrica / iliaca interna, serta arteri

ovarica cabang aorta abdominalis.

6) Tuba Fallopii

Embriologik uterus dan tuba berasal dari ductus Mulleri. Sepasang tuba kiri

dan kanan, panjang 8–14 cm, berfungsi sebagai jalan transfortasi ovum dari

ovarium sampai cavum uteri. Dinding tuba terdiri atas 3 lapisan

: serosa, muscular (longitudinal dan sirkular) serta mukosa dengan epitel bersilia.

Tuba Fallopii terdiri atas pars interstitialis, pars isthmica, pars ampularis dan pars

infundibulum dengan fimbria, dengan karakteristik silia dan ketebalan dinding

yang berbeda–beda pada setiap bagiannya.

7) Ovarium
Ovarium adalah organ endokrin berbentuk oval, terletak di dalam rongga

peritoneum, sepasang kiri dan kanan. Dilapisi oleh mesovarium, sebagai jaringan

ikat dan jalan pembuluh darah dan saraf. Terdiri atas korteks dan medulla.

Ovarium berhubungan dengan pars infundibulum tuba Fallopii melalui perlekatan

fimbriae. Fimbriae “menangkap“ ovum yang dilepaskan pada saat ovulasi.

Ovarium terfiksasi oleh ligamentum ovarii proprium, ligamentum

infundibulopelvicum dan jaringan ikat mesovarium. Vaskularisasi dari cabang

aorta abdominalis inferior terhadap arteri renalis.

b. Fisiologi Reproduksi Wanita

1) Bagian luar (genitalia eksterna) terdiri atas :

a) Vulva terdiri dari mons pubis, labia mayora, labia minora, clitoris, hymen,

vestibulum, orifisium urethra externum, dan kelenjar – kelenjar pada dinding

vagina. Labia mayora merupakan daerah yang berambut, berfungsi sebagai

pelindung dan menjaga agar bagian dalam tetap lembab. Bibir dalam

kemaluan (Labia minora) memiliki jaringan serat sensorik yang luas dan

sangat peka karena mengandung ujung saraf. Pada Clitoris terdapat reseptor

androgen, banyak pembuluh darah dan ujung serabut saraf, dan sangat

sensitif. Hymen normal tedapat lubang kecil untuk aliran darah menstruasi,

dapat berbentuk bulan sabit, bulat, oval, dll. Akibat coitus atau trauma lain,

hymen dapat robek dan bentuk lubang menjadi tidak beraturan dengan

robekan.
b) Perineum

Perineum meregang pada persalinan, kadang perlu dipotong (episiotomy) untuk

memperbesar jalan lahir dan mencegah robekan (ruptur).

5. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan diagnostik ruptur perineum ditegakkan dengan pemeriksaan

langsung pada tempat terjadinya perlukaan dimana akan timbul perdarahan yang bisa

bersifat perdarahan arterial (Sarwono, 2011).

6. Penatalaksanaan

a. Lakukan eksplorasi untuk mengidentifikasi lokasi laserasi dan sumber perdarahan.

b. Lakukan irigasi pada tempat luka dan bubuhi larutan anti septik

c. Jepit dengan ujung klem sumber perdaraan dan ikat dengan benang yang dapat

diserap.

d. Lakukan penjahita luka mulai dari yang paling distal terhadap operator.

e. Khusus ruptur perineum komplit (hingga anus dan sebagian rektum) dilakukan

penjahitan lapis demi lapis dengan bantuan busi pada rektum, sebagai berikut:

1) Setelah prosedur aseptik dan anti septik, pasang busi rektum hingga ujung

robekan.

2) Mulai penjahitan dari ujung robekan dengan jahitan dan simpul submukosa,

menggunakan benang poliglikolik no.2/0 (Dexon/vicryl)


hingga ke sfingter ani. Jepit kedua sfingter ani dengan klem dan ahit dengan

benang no. 2/0.

3) Lanjutkan penjahitan ke lapisan otot perineum dan submukosa dengan benang

yang sama (atau kromik 2/0) secara jelujur.

4) Mukosa vagina dan kulit perineum dijahit secara submukosal dan subkutikuler.

5) Berikan antibiotika profilaksis (Ampisilin 2 gr dan metronidazol 1 gr per oral).

Terapi penuh antibiotika hanya diberikan apabila luka tampak kotor atau

dibubuhi ramuan tradisional atau terdapat tanda-tanda infeksi yang jelas

(Prawirohardjo, 2010).

7. Waktu perawatan perineum

Menurut Rukiyah (2010) Waktu perawatan perineum yaitu :

a. Saat mandi

b. Setelah buang air kecil

c. Pada saat buang air besar

8. Dampak perawatan luka perineum yang tidak benar

Perawatan perineum yang dilakukan dengan baik dapat menghindarkan hal

berikut ini :

a. Infeksi: Kondisi perineum yang terkena lokhia dan lembab akan sangat menunjang

perkembangbiakan bakteri yang dapat menyebabkan timbulnya infeksi pada

perineum.
b. Komplikasi: munculnya infeksi pada perineum dapat merambat pada saluran

kandung kemih ataupun pada jalan lahir yang dapat berakibat munculnya infeksi

kandung kemih maupun infeksi pada jalan lahir.

c. Kematian ibu post partum : Penanganan komplikasi yang lambat dapat

menyebabkan kematian pada ibu post partum mengingat kondisi ibu post partum

masih lemah (Rukiyah, 2010).

B. KONSEP KEPERAWATAN

1. Pengkajian

Biodata yang perlu dikaji adalah biodata ibu dan suami yang terdiri dari :

Nama, suku, agama, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, lamanya menikah,

dan alamat sekarang.

a. Data Biologis – fisiologis

Data biologi – fisiologis mencakup tentang riwayat kesehatan ibu pada saat

sekarang dan masa lalu.

b. Riwayat Keluarga

Riwayat keluarga yang ditanyakan adalah tentang adanya penyakit keturunan

baik menular atau tidak. Begitu juga dengan status genogram keluarga yang

terdiri dari 3 generasi., yaitu :

1) Generasi I : Kakek dan nenek

2) Generasi II : Ayah dan ibu

3) Generasi III : Ibu / klien

c. Riwayat Reproduksi
Hal yang ditanyakan pada klien atau keluarga adalah siklus haid, durasi haid,

riwayat haid : kapan pertama haid dan terakhir haid, ini dilakukan untuk

mengetahui kelahiran sesuai bulan atau tidak. Hal yang perlu ditanyakan adalah

riwayat obstetric yang terdiri atas apakah pernah hamil dan melakukan persalinan

pada masa lalu, jumlah anak, keadaan ibu dan anak, dan bagaimana jenis

persalinannya. Hal lain yang perlu ditanyakan adalah apakah ibu pernah ber –

KB , apa jenisnya dan apa ada keluhan saat menggunakannya.

d. Riwayat Aktivitas sehari – hari (Rukiyah, 2010)

1) Kebutuhan nutrisi

Ibu biasanya lapar segera setelah melahirkan, sehingga ia boleh

mengkonsumsi makanan ringan.

2) Kebutuhan istirahat

Kegembiraan yang dialami setelah melahirkan seorang bayi bisa membuat

ibu sulit untuk beristirahat. Ibu baru biasa merasa cemas akan

kemampuannya dalam merawat bayinya atau sering merasa nyeri . Hal ini

bisa membuatnya sukar untuk tidur.

3) Personal Hygiene

Klien yang harus istirahat di tempat tidur ( misalnya: karena hipertensi,

pemberian infus, Sectio Cesarea ) harus dimandikan setiap hari dengan

pencucian daerah perineum pada waktu sesudah selesai membuang hajat.

Setelah ibu mampu mandi sendiri, biasanya daerah perineum dicuci sendiri

dengan menggunakan botol atau


wadah lain. Penggantian tampon harus sering dilakukan sedikitnya setelah

pencucian perineum dan setiap kali habis ke belakang.

4) Kebutuhan eliminasi

a) Kebutuhan eliminasi BAB :

Buang Air Besar secara spontan bisa tertunda selama dua sampai tiga

hari setelah ibu melahirkan.

b) Kebutuhan eliminasi BAK :

Kombinasi trauma akibat kelahiran, peningkatan kapasitas kandung

kemih setelah bayi lahir, dan efek konduksi anastesi menyebabkan

keinginan untuk berkemih menurun

e. Pemeriksaan Fisik

1) Pemeriksaan fisik umum

a) Pemeriksaan fisik terdiri atas penampilan ibu, kesadaran ibu, TB / BB

ibu

b) Tanda – tanda vital

Beberapa perubahan tanda – tanda vital bisa terlihat jika wanita dalam

keadaan normal. Peningkatan kecil sementara, baik peningkatan tekanan

darah sistole maupun diastole dapat timbul dan dapat berlangsung

selama sekitar 4 hari setelah wanita melahirkan

c) Fungsi pernafasan kembali ke fungsinya saat wanita tidak hamil pada

bulan ke – 6 setelah melahirkan. Suhu badan ibu dikaji saat masuk ke

ruang pemulihan dan di ulang 1 jam kemudian.


d) Kulit

Kloasma yang muncul pada masa hamil biasanya menghilang saat

kehamilan berakhir. Hiperpigmentasi diareola dan linea nigra tidak

menghilang seluruhnya setelah bayi lahir. Diaforesis ialah perubahan

yang paling jelas terlihat pada sistem integumen.

e) Inspeksi Wajah

Wajah pada umumnha tidak ada edema namun ekspresi wajah akan

cemas dan nyeri akan terlihat.

f) Inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi daerah perut:

- Payudara

Konsentrasi hormon yang menstimulasi perkembangan payudara

selama hamil (estrogen, progesteron, human chorionik gonadotropin,

prolaktin, kortisol dan insulin) menurun dengan cepat setelah bayi

lahir

Denyut jantung dan curah jantung meningkat sepanjang masa hamil.

- Perut

Striae masih tampak. Dalam 2 minggu setelah melahirkan, dinding

abdomen wanita itu akan rileks. Kulit memperoleh elatisitasnya,

tetapi sejum menetap. Nyeri after pain biasa ditemukan pada

multipara karena uterus yang teregang penuh dua kali lipat jauh

lebih kendur daripada uterus primipara dan


harus berkontraksi lebih kuat untuk menghasilkan involusi

(Rukiyah,2010)

Panggul / vagina/ serviks/ perineum/ anus :

- Serviks :

Serviks menjadi lunak segera setelah ibu melahirkan. 18 jam pasca

partum, serviks memendek dan konsistensinya menjadi lebih padat

dan kembali ke bentuk semula

- Topangan otot panggul :

Struktur penopang uterus dan vagina bisa mengalami cedera sewaktu

melahirkan dan masalah ginekologi dapat timbul di kemudian hari.

Jaringan penopang dasar panggul yang terobek atau teregang saat ibu

melahirkan memerlukan waktu sampai 6 bulan untuk kembali ke

tonus otot semula.

- Vagina dan perineum :

Vagina yang teregang akan kembali secara bertahap ke ukuran

sebelum hamil, 6 – 8 minggu setelah bayi lahir. Pada awalnya,

introitus mengalami eritematosa dan edematosa, terutama pada

daerah episiotomi atau jahitan laserasi.

- Perineum diperiksa 2 kali sehari dengan penerangan yang baik.

Perawat / bidan melakukan observasi untuk menemukan eritema,

edema, memar, pengeluaran sekret, atau tarikan pada bekas jahitan

di daerah perineum.

- Anus : Hemoroid umumnya terlihat.


g). Inspeksi dan palpasi tungkai bawah

Adaptasi sistem muskuloskeletal ibu yang terjadi selama hamil berlangsung

secara terbalik pada masa pascapartum. Akan tetapi, walaupun semua

sendi lain kembali ke keadaan normal sebelum hamil, kaki wanita tidak

mengalami perubahan setelah melahirkan.

f. Pemeriksaan Laboratorium : Hematokrit dan hemoglobin

Selama 72 jam pertama setelah bayi lahir, volume plasma yang hilang lebih

besar daripada sel darah yang hilang. Penurunan volume plasma dan epningkatan

sel darah merah dikaitkan dengan peningkatan hematokrit pada hari ke -3 sampai

hari ke -7 pascapartum.

g. Pengobatan : Pemberian antibiotik dan analgetik.


2. Pathway

faktor penyebab

( factor ibu, factor janin, factor persalinan pervaginam)

kala persalinan

rupture perineum

derajat 1( robek pada jaringan derajat 2 ( robek mengenai derajat 3( otot yang robek luar
dan jaringan kulit ) otot-otot) sampai dengan elevator ani

cidera jaringan lunak setelah persalinan


rupture jaringan

trauma mekanis personal hygine kurang baik pembulu darah rusak

nyeri akut genetalia kotor pendarahan

resiko infeksi syok hipovolemik


3. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul adalah sebagai berikut:

a. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan, trauma mekanis,

edema/pembesaran jaringan atau distensi, efek–efek hormonal.

b. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan dan/atau kerusakan kulit,

penurunan Hb, prosedur invasif, ruptur ketuban lama, malnutrisi.

c. Syok hipovolemik berhubungan dengan terjadinyan pendarahan

4. Perencanaan

a. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan, trauma mekanis,

edema/pembesaran jaringan atau distensi, efek–efek hormonal. Tujuan : Klien

dapat mengungkapkan berkurangnya nyeri

Kriteria hasil : klien mengatakan nyeri berkurang

Intervensi :

1) Kaji skala nyeri

Rasional : mengetahui persepsi pasien mengenai tingkat nyeri yang dirasakan

2) Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam

Rasional : indikator tingkat nyeri dan mengetahui perkembangan pasien

terutama pilse dan tekanan darah

3) Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi

Rasional : relaksasi dan distraksi dapat mengurangi tingkat nyeri

4) Minimalkan stressor nyeri dan kondisikan lingkungan tenang dan nyaman


Rasional : mencegah persepsi pasien tentang tingkat nyeri bertambah

b. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan dan/atau kerusakan kulit,

penurunan Hb, prosedur invasif, ruptur ketuban lama, malnutrisi. Tujuan : Klien

menunjukkn tidak adanya tanda – tanda infeksi yang

ditandai dengan luka yang bebas dari drainase purulent, bebas infeksi, tidak

febris, dan mempunyai aliran lokhia dengan karakter normal.

Kriteria hasil : kondisi kulit membaik

Intervensi :

1) Kaji adanya perubahan suhu

Rasional : peningkatan suhu setelah melahirkan menandakan infeksi

2) Obsesvasi kondisi rupture perineum, seperti adanya luka kemerahan, nyeri

tekan yang berlebihan dan eksudat yag berlebihan

Rasional : dapat menunjukan trauma berlebihan pada

jaringanparenital atau terjadinya komplikasi

3) Anjurkan pada pasien untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah

menyentuh genetal

Membantu mencegah penyebaran infeksi

4) Ajarkan pada klien tentang cara perawatan luka perineum

Rasional :meningkatkan penyetahuan klien tentang perawatan

vulva/perineum

c. Syok hipovolemik berhubungan dengan terjadinya pendarahan

Tujuan : tidak terjadi syok hipovolemik


Kriteria hasil :tidak terjadi penurunan kesadaran

Intervensi :

1) Kaji tanda-tanda vital

Rasional : perubahan vital sign menunjukan perubahan colume cairan yang

tidak adekuat

2) Monitor status sirkulasi, warna kulit, turgo kulit,suhu kulit, ritm nadi dan

CRT

Rasional : mengidentifikasi keadaan pendarahan, serta penurunan sirkulasi

volume cairan menyebabkan kekeringan mukosa dan pemekatan urin

3) Monitor tanda-tanda syok

Deteksi dini memungkinan tindakan segera


DAFTAR PUSTAKA

Ai Yeyeh Rukiyah, 2012, Asuhan Kebidanan Patologi, Trans Info Media, Jakarta

Aqila,2013,Buku Ajar Ginekologi Untuk Mahasiswa Kebidanan, EGC,Jakarta

Eddyman, 2012.Biologi Sel Dan Organ Reproduksi.EGC.Jakarta

Hamid Prasetyo Subagja.2014.Waspada Kanker-kanker Ganas Pembunuh


Wanita. Edisi 1 .FlashBooks.Jakarta

Ika,2010,Buku Ajar Ginekologi Untuk Mahasiswa Kebidanan, EGC,Jakarta

Marmi, 2015.Asuhan Keperawatan Patologi.Pustaka Pelajar.Jakarta

Marilynn E. Doenges, 2014, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3 EGC,Jakarta

Sarwono Prawirohardjo, 2010, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan


Maternal Dan Neonatal.Bina Pustaka. Jakarta

Sarwono Prawirohardjo, 2011, Ilmu Kandungan.Bina Pustaka. Jakarta

Yoseph HK.2010.Ginekologi dan Obstetri Untuk Keperawatan dan Kebidanan.


Nuha Medika.Yogyakarta

http://id.m.Wikipedia.org. Sistem Reproduksi. 2015

http://www.google.phena of phice:korpus utery.Langgocity.blogspot.com.


diakses tanggal12 juni 2010

http://.www.wsasyaratulmaulinalina.blogspot.com,diakses tanggal 25 Desember 2012

(http://www.google.harnawatiaj.wordpress.com.diakses 22 Maret 2012).

Anda mungkin juga menyukai