Anda di halaman 1dari 1

Edge of Wound (Tepi Luka)

Penilaian tepi luka (kemajuan epitelisasi), adanya undermining tepi luka, dan kondisi kulit
sekitar luka menandakan efikasi perawatan luka serta kemajuan kontraksi dan epitelialisasi.
Majunya epitelialisasi adalah tanda penyembuhan luka yang paling jelas. Setelah 2-4 minggu,
area luka seharusnya berkurang 20-40%. [1] Tepi luka yang menebal (hiperkeratosis dan callus)
akan memperlambat kontraksi dan epitelialisasi luka. [3,5]

Modalitas terbaru yang bertujuan meningkatkan kemajuan penyembuhan luka antara lain EMT
(terapi elektromagnetik), laser, ultrasound, terapi oksigen sistemik, dan NPWT. [1]

Aspek Lain

Intervensi bedah mungkin dibutuhkan untuk menghilangkan jaringan nekrotik, penilaian struktur
yang lebih dalam, dan rekonstruksi penutupan defek. Tindakan bedah diindikasikan bila
penyembuhan luka lambat, terdapat komplikasi infeksi rekuren, atau penampilan estetik tidak
optimal. Debridemen dapat dilakukan di ruangan rawat bila intervensi luka tidak menimbulkan
nyeri atau pasien memiliki komorbiditas multipel sehingga berisiko tinggi bila dilakukan anestesi
umum. [3]

Masalah psikososial juga merupakan isu yang umum terjadi pada pasien dengan luka kronik.
Stres dan kegelisahan sering dialami oleh pasien luka kronik, biasanya disebabkan oleh nyeri
(terutama saat penggantian balutan), penampilan luka, bau tidak sedap, dan durasi penyembuhan
yang lama. Pasien dilibatkan dalam manajemen luka dengan edukasi dan pengambilan keputusan
terapi. Terapi nonfarmakologis dapat digunakan untuk membantu meringankan nyeri, misalnya
terapi perilaku kognitif, hipnosis, akupuntur, distraksi, dan meditasi. [1,4]

Kesimpulan

Luka kronik misalnya ulkus diabetikum, ulkus vena, dan ulkus tekan, memerlukan tata laksana
yang holistik. Pemilihan tata laksana haruslah spesifik terhadap masalah klinis masing-masing
pasien.

Sebelum menentukan pilihan tata laksana yang sesuai, perlu dilakukan evaluasi luka termasuk
mekanisme terjadinya luka, risiko kontaminasi, cedera struktur yang lebih dalam, defisit perfusi,
status tetanus, gangguan fungsi, dan banyaknya jaringan yang hilang. Bila terjadi trauma, dapat
dilakukan rontgen dan USG. Compliance pasien juga perlu dipertimbangkan,

Prinsip TIME dapat digunakan untuk membantu evaluasi dan tata laksana luka. Prinsip TIME
terdiri dari tissue, infection and inflammation, moisture, dan edge of wound. Selain itu, aspek
estetik, kenyamanan pasien, dan masalah psikososial juga harus dipertimbangkan.

Anda mungkin juga menyukai