Anda di halaman 1dari 2

a.

Judul artikel:

 TEORI-TEORI KEBENARAN DALAM FILSAFAT Urgensi dan Signifikansinya dalam Upaya


Pemberantasan Hoaks

b. Kapan diterbitkan :

 Artikel ini diterbitkan pada juli 2019

c. Siapa Penulis Artikel:

 Penulis artikel ini adalah Abdul Aziz Farad

d. APA DAN BAGAIMANA ISI/INTI DARI ARTIKEL TERSEBUT:

Artikel ini membedah teori-teori kebenaran dalam filsafat dan kemungkinan penerapannya di
tengah penyebaran hoaks dan berita palsu yang semakin luas dalam masyarakat Indonesia.
Pembahasan dimulai dari latar belakang sosial politik yang memicu hilangnya nalar kritis masyarakat
yang tidak bisa lagi memilah antara fakta dan berita palsu. Hilangnya Nalar Kritis Masyarakat Di
tengah sengkarut iklim politik yang tidak berlandaskan pada kebenaran faktual, kondisi masyarakat
diperparah dengan minimnya, (untuk tidak mengatakan tidak ada), basis epistemologis dalam
masyarakat untuk memperoleh kebenaran. Masyarakat tidak bisa memberikan garis demarkasi yang
jelas antara kebenaran dan bukan karena terbiasa menerima kebenaran sebagai sebuah produk jadi.
Di sinilah kemudian letak tugas penting filsafat untuk mengembalikan nalar kritis dan rasional
masyaraka

d. 1. Inti Latar Belakang/ Masalah yang diangkat:

inti masalah yang diangkat dalam artikel ini adalah Berbagai teori kebenaran yang telah dipaparkan
sebelumnya, sekali lagi, menunjukkan pluralitas kebenaran dalam filsafat. Selanjutnya, pembahasan
terfokus pada perspektif kebenaran dan teori-teori kebenaran yang muncul dan berkembang dalam
tradisi filsafat. Pada akhirnya artikel ini diakhiri dengan kemungkinan penerapan teori-teori kebenaran
tersebut dalam masyarakat terutama dalam internet dan media sosial.

d.2 Diskusi/ Solusi yang diangkat (ada pesan apa dari artikel tersebut)?

Aplikasinya Dalam Masyarakat, solusi dan pesan yang diambil mengeyahui kebenaran dalam hoaks
terutama dari internet sosial media melalui teori kebenaran filsafat, Dalam konteks dunia maya,
pembuktian kebenaran dilakukan melalui gambar atau video. Tetap ada kemungkinan bahwa gambar
atau video tersebut adalah palsu sehingga diperlukan fakta lain sebagai pendukung atau pembanding.
Selain itu, dibutuhkan penjelasan lebih lanjut dari pakar telematika untuk membuktikan validitas data
faktual (gambar atau video) tersebut. Dalam hal ini penerapan teori performatif jelas signifikansinya.
Teori performatif juga bisa diterapkan untuk menyaring sumber berita. Jika terdapat berita yang terkait
dengan isu-isu tertentu, akanlebih bijak jika kita melakukan konfirmasi kepada pihak yang memiliki
otoritas di bidang tersebut. Ketika kita mendapatkan dua atau lebih pernyataan atau yang
bertentangan, maka penerapan teori koherensi sangat diperlukan.

d.3 Bagaimana manfaat bahasan artikel ini pada kehidupan seseorang (manfaat dari sisi psikologisnya)?

Psikologi adalah sebuah ilmu telah diterima oleh banyak pihak. Namun demikian, tulisan-tulisan yang
mendiskusikan secara tandas dan elaboratif relasi antara filsafat ilmu dengan psikologi dalam teks
berbahasa Indonesia masih langka. Di samping itu, dalam kenyataannya, belum banyak psikolog dan
ilmuwan psikologi yang mengajarkan matakuliah Filsafat Ilmu di fakultas-fakultas dan program studi
psikologi. Hal-hal tersebut memberikan gambaran bahwa ada satu dunia, yakni dunia psikologi, dan ada
"dunia lain", yakni dunia filsafat. Pengotakan semacam ini bukan hanya tidak perlu, melainkan juga
berbahaya karena sesungguhnya filsafat ilmu bersifat inheren dalam setiap pembahasan psikologis.
pengembangan ilmu psikologi, dan memperlihatkan betapa erat hubungan antar keduanya. Psikolog
diajak untuk lebih banyak mengambil peran dalam memeriksa asumsi-asumsi pengetahuan dan nilai
pengetahuan dalam psikologi, sehingga mampu menghindari jebakan simplifikasi psikologi sebagai
teknik psikodiagnostik. Kekayaan reflektif manusia, lewat olah nalar, menghasilkan pengetahuan yang
dikembangkan selain itu tetap ada misteri dalam belantara pengetahuan dan ilmu psikologi. Melalui
filsafat pula menjadi disadari bahwa semua dan seluruh proses tersebut membutuhkan etika. Kebenaran
mutlak perlu dicintai dengan kebijaksanaan yang dituntut oleh moralitas yang mengusung harkat
manusia dan Sang Pencipta. Etika dan moralitas menghantar manusia pada fitrahnya untuk menjadi
rendah hati sebagai ciptaan Sang Khalik. Justru dalam konteks keseluruhan pembahasan itulah, filsafat
pada umumnya dan filsafat ilmu pada khususnya merangsang dan menunjang pertumbuhan psikologi
sebagai sebuah ilmu

Anda mungkin juga menyukai