Anda di halaman 1dari 15

TEORI SISTEM

ProgramStudi: ManajemenPendidikan Nama : Vika Anjana


Jenjang : S1
Dosen : Dr. Suryadi Mata Kuliah : Teori Sistem
Pengampu Nani Rahmah, M.Pd Hari/Tanggal : Senin, 18 April 2022

1. Decision Support System (DSS) merupakan salah satu pemanfaatan teknologi yang dapat
memudahkan pelaku organisasi dalam pengambilan keputusan.
a. Jelaskan mengapa DSS dibutuhkan dalam sistem manajemen?
Jawab :
Sebelum itu, kita perlu mengetahui terlebih dahulu apa itu sistem pendukung
pengambilan keputusan kelompok atau Decision Support System (DSS). Menurut
Jogiyanto (2003: 327), Decision Support System (DSS) ialah suatu sistem informasi
yang membantu membantu manajer level menengah untuk proses pengambilan
keputusan setengah terstruktur (semi structured) supaya lebih efektif dengan
menggunakan modelmodel analitis dan data yang tersedia. Hal ini sejalan dengan
pernyataan Turban dan Aronson (2011:75) yang mendefinisikan DSS merupakan sistem
yang digunakan untuk mendukung pembuat keputusan manajerial dalam keputusan
semi-struktur maupun terstruktur. Berdasarkan pernyataan para ahli tersebut, saya
mensintesakan DSS adalah sistem berbasis komputer yang interaktif, berguna untuk
menyelesaikan masalah yang tidak terstruktur yakni dengan cara membantu pengambil
keputusan dalam menggunakan data dan model. DSS dalam rangka meningkatkan
kualitas pengambilan keputusan menggabungkan sumber daya intelektual seorang
individu dengan kemampuan komputer serta pada pengambilan keputusan lebih
menekankan atas situasi yang dengan cepat mengalami perubahan, kondisi yang
memerlukan fleksibilitas, dan berbagai keputusan untuk respon yang segera.
Menurut saya DSS dibutuhkan dalam sistem manajemen karena, DSS merupakan
suatu sistem yang menyediakan fasilitas untuk melakukan suatu analisis sehingga setiap
proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh para manajer akan lebih berkualitas
karena DSS ini sangat membantu manajer dalam mengumpulkan data baik data-data dari
luar perusahaan serta data-data privat dari pengambil keputusan, menganalisis data,
kebiasaan, kejadian, rekap kegiatan perusahaan pada masa lampau serta. Dengan
terkumpulnya data ini tentunya manajer akan lebih dimudahkan dalam mengambil suatu
keputusan baik yang semi terstruktur maupun yang tidak terstruktur. Hal inipun sejalan
dengan pendapat (Raymond McLeod dan George Schell, 2004) yang menjelaskan bahwa
“DSS menyediakan informasi pemecahan masalah maupun kemampuan komunikasi
dalam memecahkan masalah semi-terstruktur. Informasi dihasilkan dalam bentuk
laporan periodik dan khusus, dan output dari model matematika dan sistem pakar.
Dalam banyak kasus, berbagai sistem informasi yang digunakan tidak memadai untuk
membuat keputusan yang spesifik guna memecahkan permasalahan yang spesifik.
Refernsi :
• Saliman, S. (2010). Mengenal DEcision Support System (DSS). Efisiensi: Kajian
Ilmu Administrasi, 10(1).
• Whetyningtyas, A. (2011). PERANAN DECISION SUPPORT SYSTEM (DSS)
BAGI MANAJEMEN SELAKU DECISION MAKER. Analisis Manajemen Vol. 5
No. 1 Juli, 102-108.

b. Pilih salah satu studi kasus masalah terkait pembiayaan pendidikan atau
kepemimpinan pendidikan, dan jelaskan gagasan Saudara bagaimana peranan
dan cara kerja DSS dalam menangani masalah tersebut. Jawab :
Peranan
Seperti yang kita ketahui, bahwasanya DSS atau Sistem Pendukung Keputusan
(SPK) digunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang tidak terstruktur. Maksud
dari tidak terstruktur itu yakni suatu permasalahan yang jarang terjadi dan kalaupun
terjadi solusinya akan unik untuk setiap permasalahan, variable bergantungnya cukup
banyak dan terkadang intangible (sesuatu yang tidak berwujud atau sesuatu aset yang
tidak bersifat fisik), jadi tidak dapat di klasifikasikan .
Untuk Studi kasus yang saya ambil yakni mengenai masalah terkait pembiayaan
pendidikan, lebih tepatnya yakni mengenai “Penyeleksian Beasiswa Bidik Misi”.
Beasiswa dapat dikatakan sebagai pembiayaan yang tidak bersumber dari pendanaan
sendiri atau orang tua, akan tetapi diberikan oleh pemerintah, perusahaan swasta,
kedutaan, universitas, kopertis, serta lembaga pendidik atau peneliti, atau juga dari
kantor tempat bekerja karena prestasi seorang karyawan, dan dapat diberikan
kesempatan untuk meningkatkan kapasitas sumber daya manusianya melalui
pendidikan. Biaya tersebut diberikan kepada yang berhak menerima, terutama
berdasarkan klasifikasi, kualitas, dan kompetensi si penerima beasiswa.
Demikian halnya dengan Universitas Potensi Negeri Jakarta yang telah memiliki
program pemberian beasiswa terhadap mahasiswa yang dananya diperoleh dari
pemerintah setempat yaitu beasiswa bidik misi. Oleh karena itu sudah menjadi
keharusan bahwasanya beasiswa harus diberikan kepada penerima yang layak dan pantas
untuk mendapatkannya. Akan tetapi, dalam melakukan seleksi beasiswa bidik misi
tersebut karena banyaknya pelamar beasiswa dan banyaknya kriteria yang digunakan
untuk menentukan keputusan penerima beasiswa bidik misi sesuai yang diharapkan
tentu akan mengalami kesulitan. Untuk itu diperlukan adanya DSS atau suatu Sistem
Pendukung Keputusan (SPK) yang dapat memperhitungkan segala kriteria yang
mendukung
pengambilan keputusan guna membantu, mempercepat dan mempermudah proses
pengambilan keputusan.
Cara Kerja
Ada beberapa metode yang bisa digunakan untuk membangun DSS salah satunya
yakni Multiple Attribute Decision Making (MADM) adalah suatu metode yang
digunakan untuk mencari alternative optimal dari sejumlah alternatif dengan kriteria
tertentu. Inti dari Multiple Attribute Decision Making (MADM) adalah menentukan nilai
bobot untuksetiap atribut, kemudian dilanjutkan dengan proses perankingan yang akan
menyeleksi alternatif yang sudah diberikan.
Dalam kasus kali ini saya memilih menggunakan model Simple additive weighting
(SAW), dikenal juga dengan istilah Weighted Sum Model (WSM) atau Scoring Method
(SM) dan paling sering digunakan dalam teknik MADM. Model ini dipilih karena model
SAW merupakan suatu bentuk model pendukung keputusan dimana input utamanya
menggunakan konsep dasar mencari penjumlahan terbobot dari rating kinerja pada
setiap alternatif pada semua atribut. Model SAW membutuhkan proses normalisasi
matriks keputusan (X) ke suatu skala yang dapat diperbandingkan dengan semua rating
alternatif yang ada.Yang mana pada kasus ini dilakukan dengan mencari nilai bobot
untuk setiap kriteria, kemudian dilakukan proses perangkingan yang akan menentukan
alternatif optimal yaitu mahasiswa terbaik yang akan dipertimbangkan oleh pengambil
keputusan untuk memperoleh beasiswa bidik misi.

Langkah Penyelesaian kasus Simple Additive Weighting (SAW) sebagai berikut :


1) Menentukan kriteria-kriteria yang akan dijadikan acuan dalam pengambilan
keputusan, yaitu Ci.
2) Menentukan rating kecocokan setiap alternatif pada setiap kriteria.
3) Membuat matriks keputusan berdasarkan kriteria(Ci), kemudian melakukan
normalisasi matriks berdasarkan persamaan yang disesuaikan dengan jenis atribut
(atribut keuntungan ataupun atribut biaya) sehingga diperoleh matriks ternormalisasi
R.
4) Hasil akhir diperoleh dari proses perankingan yaitu penjumlahan dari perkalian
matriks ternormalisasi R dengan vektor bobot sehingga diperoleh nilai terbesar yang
dipilih sebagai alternatif terbaik (Ai)sebagai solusi.

Maka dalam kasus ini langkah-langkah atau cara kerjanya yakni :


1) Penentuan Kriteria
Tahap pertama yang dilakukan adalah penentuan kriteria dan pemberian bobot pada
masing-masing sub kriteria serta penentuan nilai status pada bobot tersebut apakah
termasuk benefit atau cost. Pada penelitian ini terdapat 4 (empat) kriteria, yaitu : 1).
Ranking, 2). Usia, 3). Penghasilan Orang Tua dan 4). Tanggungan.
2) Penentuan Rating Kecocokan Alternatif
Pada langkah ini, yang dilakukan adalah menginputkan nama-nama dan juga data
calon mahasiswa yang akan didaftarkan untuk memperoleh beasiswa dengan
dipetakan pemberian nilai setiap alternatif untuk setiap kriteria.
3) Pengkonversian
Tahap pengkonverisan yaitu tahapan dimana seluruh nilai yang telah diinputkan ke
dalam tabel alternatif dikonversikan ke dalam bentuk bobot yang sudah di tentukan
pada langkah pertama. Kemudian menentukan nilai maksimal/minimal pada
masingmasing kriteria.
4) Normalisasi
Yakni merupakan tahap dimana masing-masing nilai konversi dibagi dengan nilai
maksimal/minimal yang terdapat pada masing-masing kriteria.
5) Weight (Bobot Akhir)
Pada tahap ini yang harus dilakukan, yakni menentukan bobot akhir pada
masingmasing kriteria, dimana bobot yang akan diberikan pada tahap akhir ini akan
dikalikan denagn nilai yang sudah dinormalisasi sebelumnya

Flowchart Sistem/Programnya yakni :

Referensi :
• Verina, W., & Dewi, R. (2016). Penerapan Metode Fuzzy SAW Untuk Penyeleksian
Beasiswa Bidik Misi (Studi Kasus: Universitas Potensi Utama). Journal of Applied
Intelligent System, 1(3), 167-178.
• Jaenudin, T. S. M. T. A. (2017). Penerapan Metode SAW (Simple Additive
Weighting) dalam Sistem Pendukung Keputusan untuk Menentukan Penerima
Beasiswa. Prosiding Saintiks FTIK Unikom, 2.
• Wanto, A., & Damanik, H. (2015, November). Analisis Penerapan Sistem Pendukung
Keputusan Terhadap Seleksi Penerima Beasiswa BBM (Bantuan Belajar Mahasiswa)
Pada Perguruan Tinggi Menggunakan Metode Simple Additive
Weighting (SAW)(Studi Kasus: AMIK Tunas Bangsa Pematangsiantar).
In Prosiding Seminar Nasional Rekayasa (SNTR) II (Vol. 2, No. 25, pp. 323-333).

2. Tetapkanlah masalah yang tengah terjadi dalam praktik manajemen pendidikan dasar
atau pendidikan menengah di era transformasi digital yang berkaitan dengan
implementasi manajemen sistem. Sertakan data sebagai bukti bahwa masalah tersebut
benar adanya.
Masalah pendidikan di Indonesia memiliki yang kompleksitas membutuhkan suatu
solusi yang harus di tinjau dari sudut pandang sistem. Masalah yang tengah terjadi dalam
praktik manajemen pendidikan dasar yakni secara global, Indonesia menduduki kategori
peringkat ke-71 dari 77 negara, di tinjau dari nilai rata-rata matematika, IPA dan membaca.
Persentase tingkat Pendidikan suatu negara yang telah menyelesaikan Pendidikan tinggi usia
25-64 tahun, terdapat 5 negara paling berpendidikan di dunia yaitu Kanada sebanyak 56,7 %,
Jepang 51,4%, Israel 50,9%, Korea 47,7%, dan Amerika 46,5%, dengan rata-rata nilai
keseluruhan negara OECD sebanyak 36,9%. Indonesia berada pada tingkat 11,9 %. Tingkat
Pendidikan di Indonesia lebih rendah dari rata-rata tingkat Pendidikan di negara OECD.
Sejalan dengan kondisi tersebut, dimana tuntutan global dari perspektif Pendidikan,
Indonesia masih jauh dari rata-rata.

Referensi :
• Gafar, T. F. (2017). Manajemen Perubahan dalam Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK) Pemerintahan di Indonesia (Sebuah Pemikiran dalam
Menyongsong Peralihan E-Government Menjadi E-Governance). Cosmogov: jurnal
ilmu pemerintahan, 3(2), 153-170.
• Margaretha, E., & Simanjuntak, R. A. (2020). DAMPAK BELANJA SEKTOR
PENDIDIKAN TERHADAP KUALITAS PENDIDIKAN DI INDONESIA. Info
Artha, 4(2), 155-166.
• Handayani, N. N. L., & Muliastrini, N. K. E. (2020, December). Pembelajaran Era
Disruptif Menuju Era Society 5.0 (Telaah Perspektif Pendidikan Dasar). In
Prosiding Seminar Nasional IAHN-TP Palangka Raya (No. 1, pp. 1-14).
a. Beri penjelasan mengapa hal tersebut dipilih sebagai masalah yang penting untuk
dibahas.
Jawab :
Hal ini dipilih sebagai masalah yang penting untuk di bahas karena untuk
meningkatkan daya saing global tersebut maka Indonesia perlu segera berbenah, salah
satunya dengan menganalisis metode pembelajaran dan kesiapan Sumber Daya Manusia
Indonesia dalam menghadapi sebuah tantangan yang cukup berat, tetapi tetap harus
dijalankan yakni era revolusi industry 4.0 dan bersiap untuk memasuki society 5.0.
Tantangan tersebut saat ini dihadapkan pada generasi milenial Indonesia. Dimana
penduduk Indonesia berusia muda pada tahun 2025 diperkirakan mencapai 75 juta, oleh
karena itu perlu perhatian khusus dari pemerintah untuk hal tersebut, dimana era revolusi
industri 4.0 akan semakin mengurangi keterlibatan operator manusia dalam industri dan
akan menghilangkan banyak lapangan pekerjaan.
Referensi :

• Handayani, N. N. L., & Muliastrini, N. K. E. (2021, October). Membangun


Scientific Literacy Menuju Era Society 5.0. In Prosiding Seminar Nasional
Pascasarjana (pp. 37-44).
• Handayani, N. N. L., & Muliastrini, N. K. E. (2020, December). Pembelajaran Era
Disruptif Menuju Era Society 5.0 (Telaah Perspektif Pendidikan Dasar). In
Prosiding Seminar Nasional IAHN-TP Palangka Raya (No. 1, pp. 1-14).

b. Lakukan analisis masalah, kemukakan gagasan dan solusi Saudara terhadap


masalah tersebut.
Jawab :
Hal ini semakin mengkhawatirkan hingga dapat menimbulkan masalah serius yakni
“Akankah Pendidikan Indonesia mampu untuk menciptakan generasi unggul?” , dimana
fakta yang diketahui bersama Institusi pendidikan yang dikategorikan unggulan di
Indonesia pun belum menerapkan sistem industri 4.0 dan society 5.0 ini. Dari mulai
sistem pendidikannya, cara berinteraksi pendidik dan yang terdidik, serta pemupukan
paradigma berpikir modernnya.

Gagasan & Solusi


Dilihat dari sumber daya manusia, dimana pendidik harus mengupgrade kompetensi
Pendidikan 4.0; Peserta didik, sebagai generasi milenial yang tidak asing lagi dengan
dunia digital harus dimanfaatkan potensi ini melalui berbagai cara, baik metode, media,
dan proses pembelajarannya; selain itu peserta didik juga terbiasa dengan arus informasi
dan teknologi industry 4.0; selanjutnya produk sekolah berupa lulusan harus mampu
menjawab tantangan industri 4.0
Berbagai tantangan, tuntutan kompetensi yang telah disebutkan di atas, maka semua
pihak harus mempersiapkan diri dan berbenah dalam melakukan perbaikan dan
perubahan dengan tujuan meningkatkan mutu Pendidikan, dimana pendidikan merupakan
sebuah sistem maka perubahan juga harus dimulai secara sistemik. Indonesia perlu
menyiapkan Sumber Daya Manusia Unggul era revolusi Industri 4.0 menuju Masyarakat
5.0 melalui
Intervensi Pendidikan. Indonesia pada tahun 2025, akan menghasilkan Sumber Daya
Manusia (SDM) usia produktif yang melimpah. Meskipun demikian tidak semua manusia
usia produktif tersebut memiliki kompeten yang baik. SDM yang memiliki kompetensi
maka dapat menjadi modal pembangunan, tetapi bagi yang tidak kompeten akan menjadi
beban pembangunan bagi Indonesia.
Oleh karena itu untuk menyiapkan sumber daya manusia unggul era revolusi Industri
4.0 menuju Masyarakat 5.0 perlu dilakukan melalui Intervensi Pendidikan, mencakup
kurikulum, Pendidik dan tenaga Kependidikan, Sarana Prasarana, Pendanaan, dan
pengelolaan Pendidikan. Strategi pengembangan Pendidikan untuk meningkatkan Sumber
Daya Manusia era revolusi industri 4.0, untuk menjawab tantangan dan kompetensi masa
depan. Maka diperlukan pendekatan strategis dalam setiap jalur, jenjang, dan jenis
Pendidikan, dengan tujuan untuk pengembangan SDM yang beriman, bertaqwa,
berpengetahuan, memiliki pribadi integral, mandiri, kreatif, nasionalis
Pembelajaran yang direncanakan, tujuannya adalah untuk dapat membentuk tahap
berpikir menjadi lebih baik/berpikir kritis. Berpikir kritis sangat penting untuk
keberhasilan akademis dan merujuk pada jenis keterampilan yang perlu dipelajari peserta
didik agar mereka dapat berpikir secara efektif dan rasional tentang apa yang ingin
mereka lakukan dan apa yang mereka yakini sebagai tindakan terbaik. Ini dapat
melibatkan pengidentifikasian tautan antara gagasan, analisis sudut pandang, evaluasi
argumen, bukti pendukung, penalaran, dan menarik kesimpulan.
Taksonomi Bloom, menurut (Puspendik, 2019) tahap berpikir dan dimensi proses
kognitif terbagi menjadi tiga yakni, (1) Lower order thinking skill (LOTS), terdiri dari
mengingat (level kognitif 1), (2) Midle order thinking skill (MOTS), terdiri dari
memahami (level kognitif 1), mengaplikasikan (level kognitif 2), (3) Higher order
thinking, terdiri dari (menganalisis, mengevaluasi, dan mengkreasi (level kognitif 3)
Implementasi industri 4.0 sudah tentu akan menimbulkan berbagai dampak yang
tidak bisa dihindari, misalnya saja masalah sumber daya. Seperti halnya dalam
penggunaan mesin produksi yang terintegrasi dengan internet tentu memerlukan tenaga
kerja ahli terlatih yang mampu mengoperasikan mesin automasi tersebut. Oleh karena itu
hal pertama dan yang paling utama untuk membentuk Integrasi tenaga kerja ahli dan
automasi mesin di era industri 4.0 yakni dengan memperbaiki SDM yang ada dengan
memulai pengimplementasian pembelajaran dalam pembelajaran Pendidikan 4.0, dengan
pendekatan HOTS. Selain itu dengan pengimplementasian seperti ini yang nantinya
diharapkan dapat memangkas proses produksi di negara-negara berkembang, seperti
Indonesia. Hal tersebut dilakukan untuk merealisasikan masyarakat Indonesia 5.0.
Pembelajaran diera revolusi industry 4.0 menuju masyarakat 5.0 dalam perspektif
manajemen Pendidikan dilakukan dengan cara mengintegrasikan berbagai aspek yang
berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pendidikan nasional. Selanjutnya dibingkai
melalui kebijakan reformasi dalam delapan bidang standar nasional pendidikan, yang
memasukkan muatan-muatan yang sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan pendidikan
di era revolusi industry 4.0. Keterampilan yang menjadi fokus kompetensi pembelajaran
pada Abad 21 adalah keterampilan dalam menguasai media informasi dan teknologi
(TIK) saran yang bisa diberikan dalam hal ini yakni, dengan adanya kerjasama antara
industri dan sekolah sebagai upaya untuk melakukan link and match pendidikan terhadap
kompetensi yang paling sesuai dengan kebutuhan diera revolusi industry 4.0 atau abad
ke-21 ini. Nah, jika kondisi ini dapat berjalan dengan baik, maka diharapkan sistem
pendidikan nasional kita akan mampu menciptakan tatanan masyarakat 5.0, yakni tatanan
masyarakat berbasis teknologi informasi, yang super cerdas, sejahtera, dan berkeadaban
Referensi keseluruhan No. 2 :
• Wijaya, E. Y., Sudjimat, D. A., Nyoto, A., & Malang, U. N. (2016). Transformasi
pendidikan abad 21 sebagai tuntutan pengembangan sumber daya manusia di era global.
In Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika (Vol. 1, No. 26, pp. 263-278).
• Handayani, N. N. L., & Muliastrini, N. K. E. (2020, December). Pembelajaran Era
Disruptif Menuju Era Society 5.0 (Telaah Perspektif Pendidikan Dasar). In Prosiding
Seminar Nasional IAHN-TP Palangka Raya (No. 1, pp. 1-14).
• Achyanadia, S. (2016). Peran Teknologi Pendidikan Dalam Meningkatkan Kualitas SDM.
Jurnal Teknologi Pendidikan, 5(1).
• Wijayanti, W., Yunarti, S., & Harmaningsih, D. (2022). Proyeksi Masyarakat 5.0 Melalui
Model Pembelajaran Berlandaskan Hots Di Perguruan Tinggi. IKRA-ITH HUMANIORA:
Jurnal Sosial dan Humaniora, 6(1), 94-101.

3. Terlampir salah satu contoh artikel jurnal yang membahas tentang penelitian dan
pengembangan (R&D) manajemen sistem informasi di Sekolah. Buatlah suatu
kerangka analisis yang berisi: identitas jurnal, analisis intisari latar belakang masalah,
metode penelitian, dan hasil penelitian, serta kemukakan pendapat Anda terkait
keunggulan dan kelemahan artikel jurnal tersebut. Buat kerangka analisis tersebut
dalam bentuk tabel Jawab :

Identitas Jurnal
Aplikasi Sistem Informasi Manajemen Sekolah Dasar Pilar Bangsa Untuk
1. Judul Artikel Meningkatkan Layanan Pendidikan

2. Nama Jurnal Jurnal Administrasi Pendidikan


3. Penulis Honkis (Universitas Pendidikan Indonesia)
4. Bulan &
Oktober 2017
Tahun Terbit
5. Volume dan
Halaman Vol.XXIV, No.2. Hal 51 – 61
6. Tempat
Sekolah Pilar Bangsa
Penelitian
7. Sistem Informasi Manajemen (SIM), Sistem Informasi Manajemen Pendidikan
Kata Kunci (SIMP), Pengembangan Model, Aplikasi Android, Appy Pie.
8. Sumber Soal Ujian
Latar Belakang, Tujuan, Metode, dan Hasil
9. Latar Belakang Berawal dari pesatnya kemajuan teknologi informasi yang menjadi salah
Permasalahan satu penyebab terjadinya perubahan sistem pendidikan. Hal ini membuat
masyarakat cenderung terlibat langsung dalam mengakses teknologi informasi.
Seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi informasi, diharapkan guru,
orang tua siswa, bahkan masyarakat luas dapat dengan mudah mengakses dan
mengetahui segala sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan sekolah, secara
cepat. Informasi mengenai kegiatan tersebut biasanya diperoleh di sekolah dan
di awal semester saja. Artinya akan sulit bagi para orang tua siswa untuk
memperoleh informasi yang diinginkan pada saat kapanpun dan dimanapun.
Selain itu, timbulnya kekurangan waktu untuk mengawasi putra-putri
karena kesibukan sehari-hari juga merupakan permasalahan yang dihadapi
orang tua siswa, keluhan-keluhan ketika ingin mengakses informasi dan ketika
ingin bertemu dengan wali kelas menjadi kendala dan permasalahan dalam
pelayanan informasi sekolah.
10. Tujuan Penelitian ini ditujukan untuk memfasilitasi pihak sekolah dan orang tua
Penelitian siswa dalam pemanfaatan teknologi informasi, serta untuk mengetahui produk
atau layanan apa yang dibutuhkan oleh pihak sekolah dan orang tua siswa
dalam pengembangan model sistem informasi manajemen pendidikan di
Sekolah Pilar Bangsa.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Research and
Development (R&D) dengan mengembangkan model sistem informasi
Metode manajemen pendidikan di sekolah pilar bangsa, penelitian ini dibatasi hingga
11. tahap pengembangan model, sedangkan pendekatan yang digunakan untuk
Penelitian menganalisis kebutuhan informasi mengenai pembuatan program SIM adalah
pendekatan kualitatif deskriptif
12. Hasil Penelitian Untuk mendapatkan informasi tentang kebutuhan sistem informasi
manajemen di sekolah pilar bangsa, dilakukan dengan cara pengamatan dan
wawancara. Untuk sarana dan prasarananya, sekolah pilar bangsa terdapat dua
tenaga operator komputer yang secara khusus menangani pengelolaan informasi
sekolah. Jumlah komputer yang ada di sekolah pilar bangsa terdiri dari 3 buah
PC desktop dan 2 buah notebook. Dimana 2 PC desktop digunakan untuk
keperluan administrasi guru, dan 1 buah PC desktop digunakan untuk
penginputan nilai, mengisi jadwal pelajaran dan sebagainya. Sedangkan
notebook digunakan guru untuk mengajar. Selain itu, dalam pengembangan
sistem informasi manajemen pendidikan di sekolah Pilar Bangsa yaitu sistem
informasi manajemen yang dijalankan oleh sekolah Pilar Bangsa selama ini
masih secara konvensional, belum mengoptimalkan fungsi komputer secara
penuh, komputer digunakan hanya untuk pengetikan dan pencetakan, sedangkan
data informasi sekolah masih disimpan dalam sebuah binder khusus yang
diletakan dalam rak.
Oleh karena itu, sekolah pilar bangsa membutuhkan suatu sistem informasi
manajemen pendidikan yang berbasis teknologi (android) yang dapat dikelola
sendiri. Keberadaan sistem itu akan sangat membantu sehingga apabila kepala
sekolah atau yayasan membutuhkan data dan informasi yang diperlukan, dapat
diperoleh dengan mudah, cepat dan tepat. Selain itu, sistem tersebut harus
memuat beberapa fitur seperti profil sekolah, visi misi, fasilitas, jadwal mata
pelajaran, jadwal ulangan harian, jadwal MID test, Jadwal final test, program
kegiatan, dan lainnya. Dengan tersedianya layanan sistem informasi manajemen
pendidikan di sekolah Pilar Bangsa diharapkan dapat memudahkan orang tua
siswa untuk mengetahui seluruh informasi kegiatan sekolah dan juga dapat
menjadi peluang untuk meningkatkan daya saing dilingkungan sekitarnya.
Sekolah Pilar Bangsa dalam penyediaan layanan sistem informasi
manajemen membutuhkan beberapa alat pendukung seperti komputer jaringan,
kebutuhan software berupa perangkat lunak sistem informasi dan kebutuhan
sumber daya manusia (SDM) berupa staf administrasi IT yang berkompetensi. .
Dari pengembangan model yang telah dilaksanakan, penelitian ini
menghasilkan sebuah produk aplikasi Sistem Informasi Manajemen Pendidikan
Sekolah Dasar Pilar Bangsa dan setelah diuji coba, produk inipun berjalan
dengan baik di Smartphone Android.

Pendapat Kritis Mengenai Keunggulan dan Kelemahan, serta Saran akan Artikel Jurnal
13. 1. Antara masalah dengan teori
Keunggulan Pada Jurnal ini, kesesuaian antara pemilihan berbagai teori dengan
masalah yang dibahas pada penelitian yakni mengenai Sistem Informasi
Manajemen Sekolah Dasar Pilar Bangsa sudah tepat, karena teori yang
digunakan saling berkesinambungan. Dimulai teori sistem informasi
manajemen yang peranan besar dan juga berpengaruh dalam organisasi,
khususnya organisasi pendidikan. Selain itu terdapat pula teori akan konsep
pengembangan model sistem informasi manajemen dan konsep pelayanan
pendidikan

2. Antara masalah dengan Metodologi


Metodologi yang digunakan pada jurnal ini yakni metode Research and
Development (R&D) yang dibatasi hingga tahap pengembangan model, dan
menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif, sudah sesuai dengan masalah yang
diangkat. Karena dengan metode Research and Development (R&D)
permasalahannya atau fenomena dapat dikaji secara terstuktur dan juga jelas,
kegiatan research dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang kebutuhan
pengguna (needs assessment) dalam penelitian ini yakni kebutuhan informasi
mengenai pembuatan program SIM, sedangkan kegiatan development dilakukan
untuk menghasilkan pengembangan Sistem Informasi Manajemen (SIM). Serta
dengan pendekatan yang digunakan, peneliti dapat menggunakannya untuk menggali
informasi melalui observasi dan wawancara (interview) di sekolah pilar bangsa.

3. Novelty
Jurnal ini mengandung Novelty (keterbaruan) yang membedakan dan menjadi
kelebihan dari penelitiannya, yakni dilakukannya library research untuk
mengumpulkan literatur yang relevan, pengumpulan data mengenai kondisi awal dan
analisis kebutuhan, dan perancangan di sekolah Pilar Bangsa, kemudian peneliti
melakukan pembuatan aplikasi sistem informasi manajemen pendidikan. Pada tahap
pembuatan aplikasi peneliti melakukan pembuatan rancangan layout, rancangan
grafis, dan rancangan source code. dan bahkan dibahas pula mengenai proses
pengembangan sistem informasi manajemen hingga siap untuk digunakan

4. Dampak dari riset/jurnal


Dampak dari penelitian yang dilakukan berdasarkan jurnal ini adalah kita jadi
mengetahui bahwa sistem informasi manajemen yang dijalankan oleh sekolah Pilar
Bangsa selama ini masih secara konvensional, belum mengoptimalkan fungsi
komputer secara penuh, komputer digunakan hanya untuk pengetikan dan
pencetakan, sedangkan data informasi sekolah masih disimpan dalam sebuah binder
khusus yang diletakan dalam rak.
Oleh karena itu dibutuhkanlah pengembangan sistem informasi manajemen
pendidikan di Sekolah Pilar Bangsa yang mana membutuhkan beberapa alat
pendukung seperti komputer jaringan, kebutuhan software berupa perangkat lunak
sistem informasi dan kebutuhan sumber daya manusia (SDM) berupa staf
administrasi IT yang berkompetensi,
Diketahui pula bahwa didalam melakukan pengembangan sistem informasi
manajemen diperlukan beberapa tahapan yaitu tahapan analisis kebutuhan sistem
informasi, tahapan perencanaan, tahapan desain atau perancangan, tahapan
implementasi, dan tahapan evaluasi. Apabila tahapan ini dilaksanakan dengan benar
maka sistem informasi manajemen pendidikan yang dibuat dapat membantu,
memperlancar dan mempermudah pelaksanaan administrasi ketatausahaan sekolah,
administrasi guru dan proses kegiatan belajar mengajar. Serta dengan tersedianya
sistem informasi manajemen pendidikan tersebut secara otomatis pekerjaan akan lebih
efektif dan efisien, sehingga pada akhirnya sistem informasi manajemen pendidikan
yang dibuat dapat menjadi salah satu solusi untuk meningkatkan pelayanan informasi
di Sekolah Pilar Bangsa.
Selain itu, penelitian ini juga memiliki dampak untuk memperluas pengetahuan
mengenai metode lain dalam pengembangan sitem dan bisa dijadikan sebagai
bahan referensi bagi para peneliti selanjutnya yang ingin meneliti hal yang sama atau
memanfaatkan hasil pengembangan untuk keperluan pengembangan selanjutnya baik
di lokasi yang sama ataupun di lokasi yang berbeda

5. Model Tulisan Jurnal


Jurnal ini menggunakan metode penulisan IMRaD (Introduction, Material and
Methods, Results, and Discussion) yang dapat diindonesiakan menjadi Pendahuluan,
Bahan dan Metode, Hasil, dan Pembahasan. IMRD, yakni pertama menggunakan
Introduction yang berisi latar belakang penelitian dan permasalahannya berisi temuan
fakta yang menjadi dasar dari permasalahan yang diangkat, serta terdapat tinjauan
pustaka yang membahas berbagai teori-teori yang berhubungan dengan sistem
informasi manajemen pendidikan, konsep pengembangan model sistem informasi
manajemen dan konsep pelayanan pendidikan. Serta terdapat alasan mengapa
dilakukannya penelitian tersebut.
Kedua dalam jurnal terdapat Methodology untuk mengkaji penelitiannya,
digunakan metode Research and Development (R&D) dengan mengembangkan model
sistem informasi manajemen pendidikan di sekolah pilar bangsa, penelitian ini
dibatasi hingga tahap pengembangan model, sedangkan pendekatan yang digunakan
untuk menganalisis kebutuhan informasi mengenai pembuatan program SIM adalah
pendekatan kualitatif deskriptif.
Ketiga dan keempat yaitu terdapat Result and Discussion merupakan hasil
penelitian dan pembahasan dari apa yang telah dilakukan oleh peneliti disajikan dalam
bentuk penjabaran atau deskripsi.

14. Kelemahan Dalam State of the art (Introduction)/ Keilmuan


Didalam jurnal ini tidak dicantumkan penelitian sebelumnya yang dapat menjadi bahan
keilmuan

15. Saran Sebaiknya dalam penelitian selanjutnya, sertakanlah hasil dari berbagai penelitian lain
yang telah dilakukan sebelumnya supaya dapat menambah keilmuan, serta disarankan
lebih dijelaskan lagi dalam implementasi R&D khususnya pada tahap pra penelitian
dan paska penelitian, dan tidak dibatasi hingga tahap tiga saja yaitu hingga tahap
pengembangan model, tapi dilanjut hingga tahapan, tahapan setelahnya.

Referensi :
• Prasetyo, I. (2012). Teknik analisis data dalam research and development. Jurusan PLS FIP
Universitas Negeri Yogyakarta.
• Zaluchu, S. E. (2021). Metode Penelitian Di Dalam Manuskrip Jurnal Ilmiah Keagamaan.
Jurnal Teologi Berita Hidup, 3(2), 249-266.
• Haryati, S. (2012). Research and Development (R&D) sebagai salah satu model penelitian
dalam bidang pendidikan. Majalah Ilmiah Dinamika, 37(1), 15.

Anda mungkin juga menyukai