Anda di halaman 1dari 17

ARTIKEL DECISION SUPPORT SYSTEM

Nama : Wildan Cahyo Arsito

Kelas : 3KA32

NPM : 17115149

Mata Kuliah :Peng. Teknologi Sistem Cerdas #

Sistem Informasi
Universitas Gunadarma
2017
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Definisi Pengambilan keputusan

Pengambilan keputusan merupakan proses pemilihan alternatif tindakan


untuk mencapai tujuan atau sasaran tertentu. Pengambilan keputusan dilakukan
dengan pendekatan sistematis terhadap permasalahan melalui proses pengumpulan
data menjadi informasi serta ditambah dengan faktor – faktor yang perlu
dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan. Menurut Herbert A. Simon
(Kadarsah, 2002:15-16), tahap – tahap yang harus dilalui dalam proses
pengambilan keputusan sebagai berikut :

1. Tahap Pemahaman ( Inteligence Phace )

Tahap ini merupakan proses penelusuran dan pendeteksian dari lingkup


problematika serta proses pengenalan masalah. Data masukan diperoleh,
diproses dan diuji dalam rangka mengidentifikasikan masalah.

2. Tahap Perancangan ( Design Phace )

Tahap ini merupakan proses pengembangan dan pencarian alternatif


tindakan / solusi yang dapat diambil. Tersebut merupakan representasi kejadian
nyata yang disederhanakan, sehingga diperlukan proses validasi dan vertifikasi
untuk mengetahui keakuratan model dalam meneliti masalah yang ada.

3. Tahap Pemilihan ( Choice Phace )

Tahap ini dilakukan pemilihan terhadap diantaraberbagai alternatif


solusi yang dimunculkan pada tahap perencanaan agar ditentukan / dengan
memperhatikan kriteria – kriteria berdasarkan tujuan yang akan dicapai.

4. Tahap Impelementasi ( Implementation Phace )

2
Tahap ini dilakukan penerapan terhadap rancangan sistem yang telah
dibuat pada tahap perancanagan serta pelaksanaan alternatif tindakan yang telah
dipilih pada tahap pemilihan.

2.2 Sistem Pendukung Keputusan

Sistem Pendukung Keputusan merupakan suatu sistem interaktif yang


mendukung keputusan dalam proses pengambilan keputusan melalui alternatif–
alternatif yang diperoleh dari hasil pengolahan data, informasi dan rancangan
model. Dari pengertian sistem pendukung keputusan maka dapat ditentukan
karakteristik antara lain :

1. Mendukung proses pengambilan keputusan, menitikberatkan pada


management by perception.

2. Adanya interface manusia / mesin dimana manusia (user) tetap memegang


control proses pengambilan keputusan.

3. Mendukung pengambilan keputusan untuk membahas masalah terstruktur,


semi terstruktur dan tak struktur.

4. Memiliki kapasitas dialog untuk memperoleh informasi sesuai dengan


kebutuhan.

5. Memiliki subsistem – subsistem yang terintegrasi sedemikian rupa sehingga


dapat berfungsi sebagai kesatuan item.

6. Membutuhkan struktur data komprehensif yang dapat melayani kebutuhan


informasi seluruh tingkatan manajemen

Dalam sistem pendukung keputusan terdapat tiga keputusan tingkatan


perangkat keras maupun lunak. Masing – masing tingkatan berdasarkan tingkatan
kemampuan berdasarkan perbedaan tingkat teknik, lingkungan dan tugas yang akan
dikerjakan. Ketiga tingkatan tersebut adalah :

3
a. Sistem Pendukung Keputusan (Specific DSS)

b. Pembangkit Sistem Pendukung Keputusan (DSS Generator)

c. Peralatan Sistem Pendukung Keputusan

Dalam sistem pendukung keputusan terdapat tiga jenis keputusan, yaitu :


1. Keputusan Terstruktur
Keputusan terstruktur adalah keputusan yang dilakukan secara
berulang-ulang dan bersifat rutin. Informasi yang dibutuhkan spesifik,
terjadwal, sempit, interaktif, real time, internal, dan detail. Prosedur yang
dilakukan untuk pengambilan keputusan sangat jelas. Keputusan ini terutama
dilakukan pada manajemen tingkat bawah. Contoh: Keputusan pemesanan
barang dan keputusan penagihan piutang; menentukan kelayakan lembur,
mengisi persediaan, dan menawarkan kredit pada pelanggan.
2. Keputusan Semiterstruktur
Keputusan semiterstruktur adalah keputusan yang mempunyai sifat
yakni sebagian keputusan dapat ditangani oleh komputer dan yang lain tetap
harus dilakukan oleh pengambil keputusan. Informasi yang dibutuhkan folus,
spesifik, interaktif, internal, real time, dan terjadwal. Contoh: Pengevaluasian
kredit, penjadwalan produksi dan pengendalian sediaan, merancang rencana
pemasaran, dan mengembangkan anggaran departemen.
3. Keputusan Tidak Terstruktur
Keputusan tak terstruktur adalah keputusan yang penanganannya rumit
karena tidak terjadi berulang-ulang atau tidak selalu terjadi. Keputusan ini
menuntut pengalaman dan berbagai sumber yang bersifat eksternal. Keputusan
ini umumnya terjadi pada manajemen tingkat atas. Informasi yang dibutuhkan
umum, luas, internal, dan eksternal. Contoh: Pengembangan teknologi baru,
keputusan untuk bergabung dengan perusahaan lain, perekrutan eksekutif.

BAB II

4
SISTEM PENNUNJANG KEPUTUSAN UNTUK MANNAJEMEN BEBAN
KERJA AKADEMIK

1. Pendahuluan

Mengelola beban kerja staf fakultas selalu menjadi tugas yang sulit. Pekerjaan
mereka adalah independen dan karena itu sulit untuk merencanakan dan mengukur.
Untuk mencapai itu tugas manajer memerlukan informasi yang tepat waktu, dapat
diandalkan dan lengkap tentang alokasi beban kerja untuk fakultas. Manajer
bertanggung jawab untuk mengalokasikan pekerjaan ke fakultas dengan cara yang
paling efisien dan untuk menyediakan fakultas dengan kompensasi yang memadai.
Informasi tentang beban kerja akademik biasanya didistribusikan di antara departemen
yang berbeda dan sistem informasi.

Bahkan jika informasi ini dibagi. itu masih cukup menjadi tantangan untuk
menggunakannya dengan cara yang dapat membantu untuk pengelolaan suatu
universitas. Mengenai kendala teknis biasanya merupakan bagian lebih mudah. Yang
sulit adalah mengadopsi aturan dari peraturan dan kebijakan universitas. yang
menyediakan gambaran lengkap dari beban kerja akademik bagi manajer. Sebuah studi
kasus membangun dan menerapkan Sistem Pendukung Keputusan (DSS) untuk
fakultas dengan sekitar 3000 siswa. 100 anggota staf fakultas dan lebih dari 100.000
jam kerja beban kerja tahunan disajikan dalam makalah ini.

2 Manajemen Beban Kerja Akademik: Gambaran Umum

Manajemen beban kerja akademik adalah disiplin yang mengkhususkan diri


dalam alokasi pekerjaan untuk anggota fakultas dan dalam memberikan kompensasi
untuk pekerjaan yang dilakukan oleh anggota fakultas. Oleh karena itu beberapa
penulis menggunakan istilah beban kerja dosen sebagai gantinya. Untuk menghindari
kebingungan beban kerja akademik istilah digunakan dalam makalah ini secara
konsisten.

5
Doost (1997) membahas kenaikan kepentingan publik untuk akuntabilitas yang
lebih baik bagi para dosen universitas. Soliman (1999) disajikan prinsip-prinsip
panduan untuk alokasi beban kerja akademik dan dua model untuk mengukur beban
kerja, yang didasarkan pada waktu dan yang lain berdasarkan penghasilan. Tanggapan
staf akademik dengan prinsip-prinsip yang diusulkan dan model juga dipertimbangkan.
Comm dan Mathaisel (2003) menggambarkan bagaimana informasi mengenai beban
kerja akademik. gaji dan tunjangan dapat digunakan ntuk meningkatkan kualitas
akademik. Houston dkk. (2006) mempresentasikan tantangan yang dihadapi oleh
fakultas universitas peningkatan akuntabilitas, dan membahas beberapa beban kerja
alokasi model isu-isu implementasi. Tombol dan Devine (2006) disurvei persepsi
fakultas usaha yang terkait dengan tugas-tugas pengajaran yang berbeda.

Tujuan manajer adalah untuk mencapai produktivitas maksimum dan kualitas


kerja fakultas. Tugas yang paling sulit adalah mengukur berbagai komponen beban
kerja akademik (Barlas dan Diker.2000). Prinsip-prinsip kesetaraan dan transparansi
harus dipertimbangkan untuk mencapai distribusi optimal beban kerja antara staf
pengajar (Burgess dkk. 2003).

Fakultas harus melakukan lebih dari sekedar mengajar dan melakukan riset
dalam rangka untuk berhasil memenuhi kewajiban pekerjaan mereka (Gappa dkk.
2007). Proporsi antara pengajaran dan penelitian, sebagai dua komponen utama dari
pekerjaan fakultas, bervariasi sesuai dengan status kepemilikan fakultas dan jenis
institusi. Kegiatan profesional dan administrasi lainnya juga diperlukan untuk
mencapai status kepemilikan yang dibutuhkan dan untuk memenuhi tekanan eksternal
untuk akuntabilitas.

Mengukur beban kerja akademik untuk memberikan distribusi beban kerja yang
merata dan kompensasi yang memadai. sehingga meningkatkan kualitas akademik.
adalah tugas yang paling penting dari manajemen beban kerja akademik. Ini berarti
penggunaan beberapa jenis kinerja sistem rating (Burkholder dkk.. 2007) berdasarkan
peraturan universitas dan policies.1. 2,3 Beberapa lembaga pendidikan tinggi

6
menerapkan penilaian kinerja fakultas plans.4 Masalah hukum dan respon fakultas
untuk metrik kinerja juga harus diperhatikan. terutama ketika ukuran kinerja yang
digunakan secara langsung untuk perhitungan gaji.

Beberapa penulis menggunakan kuesioner untuk menentukan beban kerja


akademik (Comm dan Mathaisel. 2003). Cowdery dan Agho (2007) menggunakan
survei mail untuk menilai metodologi yang digunakan oleh berbagai universitas untuk
menentukan dan menetapkan beban kerja akademik dalam pendidikan kesehatan.
Menurut penelitian mereka. sebagian besar universitas menggunakan jam kredit
sebagai ukuran utama beban kerja akademik (Stringer. 2007). sementara beberapa
menggunakan jam kontak.

3 Sistem Pendukung Keputusan Akademik

Menurut Turban dkk.. (2005), SPK adalah pendekatan berbasis komputer atau
metodologi untuk mendukung pengambilan keputusan. Bagian paling penting dari SPK
khas adalah data warehouse, yang merupakan subjek berorientasi, terpadu, waktu-
varian, non-normalisasi, koleksi non-volatile data yang memungkinkan menganalisis
sejumlah besar data dari berbagai sumber dengan hasil yang cepat.

Sistem pendukung keputusan memainkan peran yang semakin penting dalam


lembaga pendidikan tinggi. Doost (1997) dijelaskan akademik sistem database potensi
beban kerja.

Deniz dan Ersan (2001, 2002) mengusulkan DSS bagi siswa, kursus dan program
penilaian. Dasgupta dan Khazanchi (2005) dijelaskan agen cerdas diaktifkan DSS
untuk penjadwalan perkuliahan. Vinnik dan Scholl (2005) mengusulkan beban kerja
akademik

DSS manajemen yang berfokus pada pemanfaatan kapasitas akademik


menggunakan proses menyeimbangkan permintaan dan penawaran pendidikan di
perguruan tinggi.

7
Bagian penting dari DSS akademik akademik Sistem Perencanaan Beban Kerja (WPS)
yang berfokus pada keseimbangan beban terhadap kapasitas. Menurut Burgess dkk.
(2003), tujuan strategis dari WPS adalah sebagai berikut:

• Tujuan dalam bidang pendidikan

1. Untuk memaksimalkan produktivitas (untuk meminimalkan upaya staf yang


diperlukan untuk melayani tingkat tertentu pendanaan)

2. Untuk memaksimalkan kualitas (untuk memaksimalkan pilihan siswa kursus atau


modul)

• Tujuan penelitian:

1. Untuk memaksimalkan dana penelitian dengan sumber daya yang diberikan

2. Untuk memaksimalkan penilaian lembaga atau unit

Tombol dan Devine (2006) mengusulkan pembangunan masa depan sistem


praktis untuk manajemen beban kerja akademik menggunakan bobot ekuitas untuk
tugas beban kerja. Dalam tulisan ini, sebuah studi kasus implementasi DSS tersebut,
didasarkan pada akademik gudang data beban kerja, dibahas.

4 Metodologi

Langkah pertama adalah analisis kebutuhan yang meliputi analisis persepsi


manajemen fakultas beban kerja akademis dan analisis peraturan dan kebijakan beban
kerja. Langkah berikutnya, penilaian sumber data yang tersedia, adalah yang paling
penting dalam setiap proyek data warehouse. Kenyataan bahwa sumber data kualitas
yang diperlukan tidak tersedia dapat membawa sebuah proyek untuk berhenti. Setelah
bahwa desain data warehouse menggunakan pendekatan pemodelan dimensi dilakukan
(Kimball, 1996). Langkah selanjutnya adalah transformasi data dan pembersihan, yang
merupakan bagian paling memakan waktu dari setiap proyek data warehouse. Setelah
data warehouse didesain dan dihuni, basis data multi-dimensi dapat dibangun dengan
menggunakan Analytical Processing (OLAP) teknologi On-Line.

8
Setelah prototipe telah dibangun itu harus diuji. Keterlibatan manajemen
fakultas dan staf pengajar lain yang diperlukan. Setiap masalah teknis atau konten harus
dianalisis. Setelah penyebab masalah ditentukan perubahan harus dibuat baik pada
prototipe atau peraturan dan kebijakan beban kerja. Proses evaluasi tidak pernah selesai
karena keadaan yang mempengaruhi tingkat beban kerja akademik sering berubah.

5 Persyaratan

Pengelolaan universitas menghadapi tugas yang sulit untuk mendistribusikan


beban kerja antar fakultas mempertimbangkan berbagai aspek:

• Profil penelitian staf fakultas dan bidang keahlian

• Jumlah siswa dan pilihan mereka pelajaran atau modul

• Penelitian peluang dan hibah

• Transparansi penggunaan kebijakan beban kerja universitas

• Persepsi fakultas pemerataan distribusi beban kerja

• Kebutuhan masyarakat untuk universitas profesor akuntabilitas

• Persyaratan beban kerja akademik hukum.

Dalam Gambar 1, proses manajemen beban kerja akademik disajikan. Langkah


pertama adalah penilaian beban kerja. Langkah kedua adalah alokasi beban kerja
kepada staf fakultas. Alokasi beban kerja mengajar harus dibandingkan dengan
persyaratan beban kerja hukum (jika ada) dalam ketergantungan fakultas habilitasi staf
(pangkat akademik). Komitmen Fakultas untuk menyelesaikan tugas yang diberikan
adalah dasar untuk kompensasi. Selama beban kerja dialokasikan istilah harus
dibandingkan dengan beban kerja yang sebenarnya untuk membantu manajer dengan
beban kerja realokasi bila diperlukan. Perbedaan antara beban kerja akademik
direncanakan dan aktual harus ditentukan secara berkala, sehingga perubahan kontrak
kerja yang menjamin kompensasi yang memadai bagi staf fakultas.

9
Gambar 1 proses manajemen beban kerja Akademik

Peraturan beban kerja Univrsitas dan kebijakan harus dianalisis secara


menyeluruh. Inkonsistensi harus dihilangkan agar proses pengukuran beban kerja yang
sepenuhnya seragam dan transparan. Jika perlu, perubahan peraturan beban kerja harus
diusulkan. Peraturan harus dilengkapi dengan dokumentasi tambahan metrik beban
kerja yang digunakan. Komponen beban kerja akademik yang berbeda harus
dimasukkan. Penggunaan bobot ekuitas dalam jam kerja membuat diukur komponen
beban kerja aditif. Bila data yang akurat tidak tersedia, beberapa asumsi harus
dipertimbangkan. Tabel 1 menunjukkan daftar komponen beban kerja akademik yang
diusulkan.

6 Membangun Data Warehouse

10
Prasyarat yang paling penting untuk membangun data warehouse adalah adanya
sumber data yang berkualitas. Adelman dkk.. (2005) menjelaskan beberapa
permasalahan yang harus dinilai ketika berhadapan dengan data kotor :

• Kelengkapan (penilaian hasil identifikasi sumber data yang hilang)

• Konsistensi (hasil penilaian dalam definisi rutinitas penanganan eksepsi)

• Kebenaran (hasil penilaian dalam definisi deteksi kesalahan dan koreksi rutinitas).

Sumber data utama untuk akademik gudang data beban kerja adalah Sistem
Informasi Akademik (SIA) (Sastry. 2007). Secara umum, AIS mendukung semua
fungsi yang diperlukan universitas harus melakukan dalam proses pendidikan.
Beberapa proses seperti perencanaan beban kerja biasanya tidak cukup didukung.
Ketika data hilang ditemukan itu harus ditentukan mana sumber data yang paling sesuai
untuk suplementasi sumber data utama. Hilang data dapat diperoleh dari sistem
informasi universitas lain atau dari sumber data di luar. dan kemudian diintegrasikan
dengan data dari AIS. Jika tidak ada kemungkinan seperti itu ada ada kebutuhan untuk
upgrade AIS. Jika itu juga tidak mungkin penggunaan AIS yang berbeda harus
dipertimbangkan. Sebuah entri data langsung ke dalam gudang data dapat menjadi
solusi sementara. tetapi hanya layak bila perubahan data yang hilang terjadi secara
berkala. misalnya setahun sekali.

Ketika pengecualian untuk aturan umum dalam proses transformasi data yang
ditemukan. mereka harus dievaluasi untuk mencegah hilangnya transparansi. Bila
perlu. rutinitas penanganan eksepsi harus diletakkan di tempat dan didokumentasikan.
Semua pengecualian harus ditangani secara otomatis. Hal yang sama berlaku untuk
prosedur transformasi data keseluruhan, yang telah menjadi sepenuhnya otomatis.

Sebuah gudang data harus dirancang untuk deteksi mudah dan koreksi
kesalahan dalam menggunakan sumber-sumber data. Setiap informasi yang berasal
dari DSS berdasarkan data warehouse harus dapat dilacak item sumber data tunggal.
Setelah koreksi data yang salah. informasi dalam DSS harus berubah sesuai.

11
Gambar 2 menunjukkan model dimensi disederhanakan akademik gudang data
beban kerja. Tabel fakta mengandung semi- aditif mengukur ' Kuantitas di unit beban
kerja ' dan aditif mengukur ' Beban Kerja hour'. Dimensi ' versi Data' berisi satu atau
lebih anggota untuk beban kerja direncanakan dan salah satu anggota untuk beban kerja
yang sebenarnya. Beberapa dimensi disajikan secara perlahan berubah dimensi.
terutama ' Fakultas staf ' dimensi.

7. Pelaksanaan DSS

12
Standar OLAP alat browsing yang digunakan untuk antarmuka DSS. Sebelum
penerapan DSS. beberapa metrik dan Key Performance Indicator (KPI) yang
digunakan untuk mengukur beban kerja akademik. Mereka metrik dan KPI dimasukkan
sebagai tindakan yang diperkirakan. sehingga pengguna DSS bisa mulai bekerja
dengan konten akrab.

Setelah keadaan untuk menentukan tingkat perubahan beban kerja akademik, peraturan
beban kerja dan kebijakan harus diubah sesuai. Pada saat yang sama analisis perubahan
kelayakan DSS harus dilakukan sehingga perubahan yang sesuai dalam rutinitas
transformasi data dan perubahan AIS jika diperlukan.

Penerimaan Fakultas otomatisasi diperkenalkan ke dalam proses pengukuran beban


kerja akademik merupakan salah satu faktor kunci keberhasilan untuk proyek tersebut.
Untuk mencapai fakultas WPS penerimaan harus transparan dan harus menjamin
pemerataan alokasi beban kerja (Burgess dkk.. 2003).

Pekerjaan pengadilan adalah dasar untuk keberhasilan pelaksanaan sistem informasi


baru (Natek dan Lesjak. 2006). Dalam proyek ini. fakultas pertama diberi laporan
beban kerja yang direncanakan. sesuai dengan kebijakan beban kerja. Setiap item tidak
jelas laporan beban kerja mereka kemudian dibahas dan dijelaskan. Setiap perbedaan
dengan kebijakan beban kerja dihilangkan sebelum penggunaan DSS punya
konsekuensi kompensasi fakultas. Selama tahun akademik item beban kerja yang sama
kemudian diukur dan kompensasi untuk.

Jadi apa yang kita capai dengan implementasi DSS ? Fakultas sekarang termasuk dalam
proses perencanaan beban kerja dan karena itu dapat memahami tujuan strategis
universitas yang jauh lebih baik. Itu adalah langkah pertama menuju keselarasan
perilaku staf dengan tujuan strategis dari institusi pendidikan tinggi.

8. Kesimpulan

13
Sebuah manajemen beban kerja data warehouse akademik telah dibangun untuk
memberikan manajer universitas dengan dukungan keputusan yang tepat. Manajemen
Universitas ini dilengkapi dengan alat yang memungkinkan mereka untuk
merencanakan dan mengalokasikan beban kerja akademik yang lebih baik dan
memberikan kompensasi yang memadai bagi staf fakultas mereka. Langkah yang
diperlukan untuk membangun sebuah gudang data yang dibahas. Pentingnya penerapan
kebijakan beban kerja akademik universitas ditekankan. Implikasi dari penggunaan
DSS dirancang pada staf fakultas dianggap.

Implementasi DSS Dibahas berfokus pada kebijakan beban kerja fakultas


tunggal. Di masa depan. kami berencana untuk memasukkan semua fakultas lain dari
universitas. Terlepas dari desain DSS terbuka. beberapa perubahan yang diharapkan
tergantung pada kebijakan beban kerja akademik yang berbeda. Perbedaan kebijakan
beban kerja akademik akan dianalisis dan dikonsolidasikan. Dengan demikian
pengelolaan universitas akan diberikan dengan satu gambar tunggal beban kerja
akademik untuk seluruh universitas. serta dengan semua informasi yang diperlukan
untuk pertukaran staf pengajar antara fakultas dan departemen. Akibatnya universitas
akan dapat membuat lebih baik menggunakan sumber daya manusia.

Tantangan masa depan lainnya adalah mengubah sumber data utama. Hasil dari
proyek ini membuat jelas bahwa AIS ada perlu beberapa perubahan untuk
menyediakan semua informasi yang diperlukan untuk proses perencanaan beban kerja.
Karena dukungan yang diperlukan tidak tersedia. perubahan AIS diusulkan. Perubahan
ini tidak akan mempengaruhi desain data warehouse logis. namun akan memicu
kebutuhan untuk perubahan mayoritas prosedur transformasi data. Perubahan AIS
harus benar-benar transparan bagi para pengguna DSS. Setiap informasi beban kerja
akademik dari DSS harus disajikan secara terpisah dari sumber data yang mendasarinya

BAB III

14
KESIMPULAN & SARAN

1. Kesimpulan

Sistem pendukung keputusan dirancang memiliki sifat yang dinamis dan


fleksibel dalam perusahaan. Sistem pendukung keputusan membantu memberikan
alternatif-alternatif pada proses pengambilan keputusan, tetapi tidak menggantikan
pemakai sebagai pengambil keputusan. Konsep DSS merupakan sebuah sistem
interaktif berbasis komputer yang membantu pembuatan keputusan memanfaatkan
data dan model untuk menyelesaikan masalah-masalah yang bersifat tidak terstruktur
dan semi terstruktur.
Terdapat sepuluh karakteristik dasar SPK yang efektif, yaitu:

1. Mendukung proses pengambilan keputusan, menitikberatkan pada management by


perception

2. Adanya interface manusia/mesin dimana manusia (user) tetap mengontrol proses


pengambil keputusan

3. Mendukung pengambil keputusan untuk membahas masalah-masalah terstruktur,


semi terstruktur, dan tidak terstruktur

4. Menggunakan model-model matematis dan statistik yang sesuai

5. Memiliki kapabilitas dialog untuk memperoleh informasi sesuai dengan kebutuhan-


model interaktif

6. Output ditujukan untuk personil organisasi dalam semua tingkatan

7. Memiliki subsistem-subsistem yang terintegrasi sedemikian rupa sehingga dapat


berfungsi sebagai kesatuan sistem

8. Membutuhkan struktur data komprehensif yang dapat melayani kebutuhan


informasi seluruh tingkatan manajemen

9. Pendekatan easy to use

15
10. Kemampuan sistem beradaptasi secara tepat

Menurut pandangan penulis makalah mengenai penelitian DSS ini sudah


menunjukkan hasil yang baik, peneliti mengunakan sistem metriks yang sudah modern
dan bisa mendapatkan hasil yang cukup akurat, namun kelemahannya adalah kalkulasi
metriks tersebut tidak ditampilkan dalam makalah ini sehingga kurang dapat diketahui
kinerja dan proses DSS tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

16
Adelman, S., Moss, L.T. and Abai, M. (2005) Data Strategy,
Pearson Education, Inc., Upper Saddle River, New Jersey.
Barlas, Y. and Diker, V.G. (2000) ‘A dynamic simulation game for
strategic Univrsitas management (UNIGAME)’, Simulation
Gaming, Vol. 31, pp.331–358.
Burgess, T.F., Lewis, H.A. and Mobbs, T. (2003) ‘Academic
workload planning revisited’, Higher Education, Vol. 46, pp.215–
233.
Burkholder, N.C., Golas, S. and Shapiro, J. (2007) Ultimate
Performance: Measuring Human Resources at Work, John Wiley &
Sons, Inc., New Jersey

DSS for academic workload management

Dejan Zilli*

Nova Vizija, Information Engineering and Consulting, Vrečerjeva 8,


3310 Žalec, Slovenia
Email: dejan.zilli@vizija.si
*Corresponding author

Nada Trunk-Širca
Faculty of Management Koper, Univrsitas of
Primorska, Cankarjeva 5,
6104 Koper, Slovenia
Email: nada.trunk@guest.arnes.si

17

Anda mungkin juga menyukai