Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM

Decision Supporting System (DSS)


(GPW 0115)

ACARA I
Pengenalan, Instalasi, dan Uji instrument (kuesioner)
untuk DSS

Disusun oleh :

Nama : Ratu Belladina Kismawardani


Nim : 14/364966/GE/07756
Hari/Tanggal : 16 Maret 2017
Jam : Pkl. 11.00 13.00 WIB
Asisten : 1. Fikri Intizhar, S.Si
2. Aisyah, S.Si.

LABORATORIUM TATA RUANG WILAYAH


FAKULTAS GEOGRAFI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2017
ACARA I
Pengenalan, Instalasi, uji instrument (kuesioner) untuk
DSS

I. TUJUAN
1. Membuktikan bahwa AHP (Analytical Hierarchy Process) dapat
menyederhanakan masalah yang kompleks dan tidak terstruktur
menjadi bagiannya, serta menjadikan variabel dalam suatu hierarki
(tingkatan).
2. Membuktikan bahwa persoalan kompleks dapat dipecahkan dengan
membuat struktur suatu hierarki kriteria, pihak yang berkepentingan,
hasil dan dengan menarik berbagai pertimbangan guna
mengembangkan bobot atau prioritas.
3. Menentukan prioritas strategi kebijakan pengembangan wilayah
Kabupaten Bantul menggunakan teknik AHP (Analytical Hierarchy
Process).

II. ALAT DAN BAHAN


Alat
1. Seperangkat alat Komputer dan alat tulis seperlunya.
2. Modul Petunjuk Praktikum DSS untuk Pengembangan Wilayah
Menggunakan Metode AHP.
Bahan
1. Lembar Kuesioner Pendapat Masyarakat, LSM dan Pemerintah
atas Strategi Kebijakan Pengembangan Wilayah dari Masyarakat,
LSM dan Pemerintah.
2. Lembar Hasil Jawaban Responden Terhadap Strategi Kebijakan
Pengembangan Wilayah dari Masyarakat, LSM dan Pemerintah.

III. PENDAHULUAN
Sistem pengambilan keputusan juga membutuhkan teknologi
informasi, hal ini dikarenakan adanya era globalisasi, yang menuntut
sebuah perusahaan untuk bergerak cepat dalam mengambil suatu
keputusan dan tindakan. Dengan mengacu kepada solusi yang diberikan
oleh metode AHP (Analytical Hierarchy Process) dalam membantu
membuat keputusan, seorang decision maker dapat mengambil
keputusan tentang pemilihan supplier secara objektif berdasarkan multi
kriteria yang ditetapkan.
DSS merupakan suatu sistem yang menyediakan fasilitas untuk
melakukan suatu analisis sehingga setiap proses pengambilan keputusan
yang dilakukan oleh para pelaku akan lebih berkualitas dengan melihat
keadaan bisnis yang sedang berjalan dan data-data dari luar
perusahaan serta data-data privat dari pengambil keputusan. Hal ini
sesuai dengan pendapat (Raymond McLeod dan George Schell, 2004)
yang menjelaskan bahwa DSS menyediakan informasi pemecahan
masalah maupun kemampuan komunikasi dalam memecahkan masalah
semi-terstruktur. Informasi dihasilkan dalam bentuk laporan periodik dan
khusus, dan output dari model matematika dan sistem pakar. Dalam
banyak kasus, berbagai sistem informasi yang digunakan tidak memadai
untuk membuat keputusan yang spesifik guna memecahkan
permasalahan yang spesifik. Sistem pendukung keputusan sengaja
dibuat sebagai suatu cara untuk memenuhi kebutuhan ini.
Dalam pengambilan sebuah keputusan, khususnya untuk
menentukan strategi pengembangan wilayah Kabupaten Bantul. Adapun
aktor pembangunan yang terlibat adalah pemerintah, LSM dan
masyarakat untuk menilai indikator-indikator mana yang paling
diprioritaskan. Indikator yang digunakan untuk menentukan strategi
tersebut adalah pengembangan SDM, peningkatan promosi daerah,
kecukupan infrastruktur dan tentunya pelayanan publik.
Para aktor diharapkan mampu memberikan penilaian se-objektif
mungkin yang dituangkan dalam bentuk pengumpulan data kuesioner.
Kuesioner ini adalah sebuah instrumen yang biasa digunakan untuk
mengambil dan mengumpulkan data namun karenanya dibutuhkan usaha
untuk menguji instrumen ini. Melalui metode dan teknik AHP, pelaku
pengembang wilayah harus mampu menempatkan dirinya dalam
menentukan keputusan (strategi) dalam pengembangan wilayah
Kabupaten Bantul.

IV. TINJAUAN PUSTAKA


4.1. Pengertian DSS
Sistem pendukung pengambilan keputusan kelompok (DSS)
adalah sistem berbasis komputer yang interaktif, yang membantu
pengambil keputusan dalam menggunakan data dan model untuk
menyelesaikan masalah yang tidak terstruktur. Sistem pendukung ini
membantu pengambilan keputusan manajemen dengan menggabungkan
data, model-model dan alat-alat analisis yang kompleks, serta perangkat
lunak yang akrab dengan tampilan pengguna ke dalam satu sistem yang
memiliki kekuatan besar (powerful) yang dapat mendukung pengambilan
keputusan yang semi atau tidak terstruktur.
DSS menyajikan kepada pengguna satu perangkat alat yang
fleksibel dan memiliki kemampuan tinggi untuk analisis data penting.
Dengan kata lain, DSS menggabungkan sumber daya intelektual seorang
individu dengan kemampuan komputer dalam rangka meningkatkan
kualitas pengambilan keputusan. DSS diartikan sebagai tambahan bagi
para pengambil keputusan, untuk memperluas kapabilitas, namun tidak
untuk menggantikan pertimbangan manajemen dalam pengambilan
keputusannya (Anonim, 2005).

4.2. Pengertian AHP


Metode Analytic Hierarchy Process (AHP) dikembangkan oleh
Thomas L. Saat pada tahun 70 an ketika di Warston school. Metode AHP
merupakan salah satu metode yang dapat digunakan dalam sistem
pengambilan keputusan dengan memperhatikan faktor faktor persepsi,
preferensi, pengalaman dan intuisi. AHP menggabungkan penilaian
penilaian dan nilai nilai pribadi ke dalam satu cara yang logis.
Analytic Hierarchy Process (AHP) dapat menyelesaikan masalah
multi kriteria yang kompleks menjadi suatu hirarki. Masalah yang
kompleks dapat di artikan bahwa kriteria dari suatu masalah yang begitu
banyak (multi kriteria), Struktur masalah yang belum jelas, ketidakpastian
pendapat dari pengambil keputusan, pengambil keputusan lebih dari satu
orang, serta ketidakakuratan data yang tersedia. Menurut Saat, hirarki
didefinisikan sebagai suatu representasi dari sebuah permasalahan yang
kompleks dalam suatu struktur multilevel dimana level pertama adalah
tujuan, yang diikuti level faktor, kriteria, sub kriteria, dan seterusnya ke
bawah hingga level terakhir dari alternatif. Dengan hirarki, suatu masalah
yang kompleks dapat diuraikan ke dalam kelompok-kelompoknya yang
kemudian diatur menjadi suatu bentuk hirarki sehingga permasalahan
akan tampak lebih terstruktur dan sistematis.
Metode ini adalah sebuah kerangka untuk mengambil keputusan
dengan efektif atas persoalan dengan menyederhanakan dan
mempercepat proses pengambilan keputusan dengan memecahkan
persoalan tersebut kedalam bagian bagiannya, menata bagian atau
variabel ini dalam suatu susunan hirarki, memberi nilai numerik pada
pertimbangan subjektif tentang pentingnya tiap variabel dan mensintesis
berbagai pertimbangan ini untuk menetapkan variabel yang mana yang
memiliki prioritas paling tinggi dan bertindak untuk mempengaruhi hasil
pada situasi tersebut. Metode ini juga menggabungkan kekuatan dari
perasaan dan logika yang bersangkutan pada berbagai persoalan, lalu
mensintesis berbagai pertimbangan yang beragam menjadi hasil yang
cocok dengan perkiraan kita secara intuitif sebagaimana yang
dipersentasikan pada pertimbangan yang telah dibuat.

4.3. Keputusan
Pengambilan keputusan merupakan hal yang pokok bagi
pemegang jabatan manajer. Karena keputusan merupakan rangkaian
tindakan yang perlu diikuti dalam memecahkan masalah untuk
menghindari atau mengurangi dampak negatif atau untuk memanfaatkan
kesempatan di dalam perusahaan. Model sistem yang dipergunakan
untuk mengambil keputusan dapat bersifat tertutup atau terbuka. Ada 4
tahapan dalam pengambilan keputusan menurut Herbert A. Simon yaitu :
1. Kegiatan Inteligen yaitu proses pencarian informasi dan data dari
lingkungan yang berguna bagi pemecahan masalah,
2. Kegiatan Merancang yaitu menemukan, mengembangkan, dan
menganalisa arah tindakan yang mungkin dapat dipergunakan. Dalam
hal ini mengandung proses-proses untuk memahami masalah, untuk
menghasilkan cara pemecahan masalah dan untuk menguji apakah
cara pemecahan tersebut dapat dilaksanakan.
3. Kegiatan Memilih yaitu memilih arah tindakan tertentu dari semua
arah tindakan yang ada. Pilihan ditentukan dan dilaksanakan.
4. Kegiatan Menelaah disebut juga pemahaman yaitu menyelidiki
lingkungan tentang kondisi-kondisi yang memerlukan keputusan. Data
mentah yang diperoleh diolah dan diperiksa untuk dijadikan petunjuk
yang dapat menentukan masalahnya.

4.4. Geometric Mean


Salah satu aspek yang paling penting untuk menggambarkan
distribusi data adalah nilai pusat data pengamatan (Central Tendency).
Setiap pengukuran geometrik yang ditujukan untuk menggambarkan
suatu nilai yang mewakili nilai pusat atau nilai sentral dari suatu gugus
data (himpunan pengamatan) dikenal sebagai ukuran pemusatan data
(tendensi sentral). Terdapat tiga ukuran pemusatan data yang sering
digunakan, yaitu: Mean (Rata-rata hitung/rata-rata geometric), Median
dan Mode.
Dalam matematika, rata-rata geometrik adalah jenis rata-rata atau
rata-rata, yang menunjukkan tendensi sentral atau nilai khas dari
himpunan bilangan dengan menggunakan produk dari nilai-nilai mereka
(sebagai lawan dari aritmetika berarti yang menggunakan jumlah
mereka). The geometris rata-rata didefinisikan sebagai n th akar (di mana
n adalah hitungan angka) (Breinstern, 1999).

4.5. Matriks Pair Wise


Penilaian ini merupakan inti dari AHP karena akan berpengaruh
terhadap urutan prioritas dari elemen-elemennya. Hasil dari penilaian ini
lebih mudah disajikan dalam bentuk matriks pairwise comparisons yaitu
matriks perbandingan berpasangan memuat tingkat preferensi beberapa
alternatif untuk tiap kriteria. Skala preferensi yang digunakan yaitu skala 1
yang menunjukkan tingkat yang paling rendah (equal importance) sampai
dengan skala 9 yang menunjukkan tingkatan yang paling tinggi (extreme
importance). Model AHP didasarkan pada pairwise comparison matrix,
dimana elemen-elemen pada matriks tersebut merupakan judgment dari
decision maker. Seorang decision maker akan memberikan penilaian,
memberi persepsi, ataupun memperkirakan kemungkinan dari sesuatu
hal/peristiwa yang dihadapi. Matriks tersebut terdapat pada setiap level of
hierarchy dari suatu struktur model AHP yang membagi habis suatu
persoalan (Anonim, 2011).

4.6. Matriks Priority Vector


Metode pairwise comparison AHP mempunyai kemampuan
untuk memecahkan masalah yang diteliti multi objek dan multi kriteria
yang berdasar pada perbandingan preferensi dari tiap elemen dalam
hierarki. Jadi model ini merupakan model yang komprehensif. Pembuat
keputusan menentukan pilihan atas pasangan perbandingan yang
sederhana, membangun semua prioritas untuk urutan alternatif. Pairwise
comparison AHP menggunakan data yang ada bersifat kualitatif
berdasarkan pada persepsi, pengalaman, intuisi sehingga dirasakan dan
diamati, namun kelengkapan data numerik tidak menunjang untuk
memodelkan secara kuantitatif.
Konsep dasar AHP adalah penggunaan matriks pairwise
comparison (matriks perbandingan berpasangan) untuk menghasilkan
bobot relative antar kriteria maupun alternative. Suatu kriteria akan
dibandingkan dengan kriteria lainnya dalam hal seberapa penting
terhadap pencapaian tujuan di atasnya (Saaty, 1993).

4.7. Indeks Konsistensi


Dalam teori matriks dapat diketahui kesalahan kecil pada koefisien
akan menyebabkan penyimpangan kecil pada eigenvalue. Dengan
melakukan kombinasi apa yang telah diuraikan sebelumnya, jika diagonal
utama dari matriks A bernilai satu dan jika A konsisten maka
penyimpangan kecil akan tetap menunjukkan eigenvalue terbesar maks,
nilainya akan mendekati n dan eigenvalue sisanya akan mendekati nol.
Apabila CI bernilai nol, berarti matriks konsisten, batas
ketidakkonsistensian (inconsistency) yang ditetapkan saat diukur dengan
menggunakan Rasio Konsistensi (CR), yakni perbandingan indeks
konsistensi dengan nilai random indeks (RI (Anonim, 2011).

V. LANGKAH KERJA
Pengumpulan Data
1. Menentukan aktor terlibat (pemerintah, Masyarakat dan LSM).
2. Menentukan Indikator Penentuan Strategi Kebijakan Pengembangan
Wilayah di Kabupaten Bantul.
3. Menjaring aspirasi pemerintah, LSM dan Masyarakat terhadap
indikator berkembangnya suatu wilayah berdasarkan persepsi
masing-masing guna menentukan strategi kebijakan yang tepat.

Pengolahan Data
4. Menstabulasikan hasil wawancara penelitian dalam bentuk tabel.
5. Menghitung nilai geomean yaitu nilai sentral yang dianggap mewakili
nilai seluruh data yang diperoleh dari nilai kualifikasi persepsi
dikalikan satu dengan yang lainnya.
6. Mencari pangkat dari jumlah responden.
7. Membentuk matrix pair-wise comparison.
8. Membandingkan antara berbagai faktor dalam menentukan strategi
dan kebijakan wilayah dengan menggunakan prinsip kebalikan.
9. Mengisi dengan angka geomean yang diperoleh dari tabulasi.
10. Menghitung rasio tiap elemen terhadap nilai total elemen pada matrix
pair-wise dan dipindahkan untuk diubah menjadi matrix priority vector.
11. Bobot nilai masing-masing faktor akan diperoleh dengan mencari nilai
rata-rata baris dari matrix priority vektor.
12. Menghitung weighted sum vector yang diperoleh dari penjumlahan
antara perkalian nilai rata-rata pada matrix priority vector dengan nilai
elemen dalam matrix priority vector sehingga akan diperoleh
konsistensi vektor.
13. Mencari lambda () yang diperoleh dari nilai rata-rata konsistensi
vektor.

Analisis Data
14. Menguji indeks konsistensi data.
15. Analisis Pair-Wise Comparison.
16. Analisis prioritas indikator pengembangan wilayah.
17. Analisis strategi kebijakan pengembangan wilayah.

VI. HASIL PRAKTIKUM (LAMPIRAN)


1. Tabel Geomean (Terlampir).
2. Tabel Matrik Pairwise comparison (Terlampir).
3. Tabel Matrik Priority (Terlampir).
4. Tabel Consistency Index (Terlampir).
5. Tabel Pilihan Kebijakan Pengembangan Wilayah (Terlampir).
6. Tabel Prioritas Kebijakan Pengembangan Wilayah (Terlampir).

IX. DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2005. Managerial Decision Making and Decision Support


System.
http://library.gunadarma.ac.id/files/disk1/5/jbptgunadarma-gdl-
course2005-timpengaja-202-dss.doc. diakses oleh Ratu
Belladina Kismawardani Pada Tanggal 15 Maret 2017 Pkl. 07.44
WIB.
Anonim. 2011. Analytical Hierarchy Process (AHP).
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20560/3/Chapter
%20II.pdf diakses oleh Ratu Belladina Kismawardani Pada
Tanggal 15 Maret 2017 Pkl. 07.44 WIB.

Raymond McLeod, Jr. dan George Schell. 2004. Sistem Informasi


Manajemen (terjemahan). Jakarta: PT Indeks

Saaty, T. Lorie. 1993. Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin,


Proses Hirarki Analitik untuk Pengambilan Keputusan dalam
Situasi yang Kompleks. Pustaka Binama Pressindo.

Simon, Herbert. (1960). Decision Making and Organizational Design.PT


Gramedia Pustaka Utama. 2004.

Stephen Bernstein and Ruth Bernstein. 1999. Elements of Statistics I:


Descriptive Statistics and Probability. The McGraw-Hill
Companies, Inc.

Anda mungkin juga menyukai