ACARA I
Pengenalan, Instalasi, dan Uji instrument (kuesioner)
untuk DSS
Disusun oleh :
I. TUJUAN
1. Membuktikan bahwa AHP (Analytical Hierarchy Process) dapat
menyederhanakan masalah yang kompleks dan tidak terstruktur
menjadi bagiannya, serta menjadikan variabel dalam suatu hierarki
(tingkatan).
2. Membuktikan bahwa persoalan kompleks dapat dipecahkan dengan
membuat struktur suatu hierarki kriteria, pihak yang berkepentingan,
hasil dan dengan menarik berbagai pertimbangan guna
mengembangkan bobot atau prioritas.
3. Menentukan prioritas strategi kebijakan pengembangan wilayah
Kabupaten Bantul menggunakan teknik AHP (Analytical Hierarchy
Process).
III. PENDAHULUAN
Sistem pengambilan keputusan juga membutuhkan teknologi
informasi, hal ini dikarenakan adanya era globalisasi, yang menuntut
sebuah perusahaan untuk bergerak cepat dalam mengambil suatu
keputusan dan tindakan. Dengan mengacu kepada solusi yang diberikan
oleh metode AHP (Analytical Hierarchy Process) dalam membantu
membuat keputusan, seorang decision maker dapat mengambil
keputusan tentang pemilihan supplier secara objektif berdasarkan multi
kriteria yang ditetapkan.
DSS merupakan suatu sistem yang menyediakan fasilitas untuk
melakukan suatu analisis sehingga setiap proses pengambilan keputusan
yang dilakukan oleh para pelaku akan lebih berkualitas dengan melihat
keadaan bisnis yang sedang berjalan dan data-data dari luar
perusahaan serta data-data privat dari pengambil keputusan. Hal ini
sesuai dengan pendapat (Raymond McLeod dan George Schell, 2004)
yang menjelaskan bahwa DSS menyediakan informasi pemecahan
masalah maupun kemampuan komunikasi dalam memecahkan masalah
semi-terstruktur. Informasi dihasilkan dalam bentuk laporan periodik dan
khusus, dan output dari model matematika dan sistem pakar. Dalam
banyak kasus, berbagai sistem informasi yang digunakan tidak memadai
untuk membuat keputusan yang spesifik guna memecahkan
permasalahan yang spesifik. Sistem pendukung keputusan sengaja
dibuat sebagai suatu cara untuk memenuhi kebutuhan ini.
Dalam pengambilan sebuah keputusan, khususnya untuk
menentukan strategi pengembangan wilayah Kabupaten Bantul. Adapun
aktor pembangunan yang terlibat adalah pemerintah, LSM dan
masyarakat untuk menilai indikator-indikator mana yang paling
diprioritaskan. Indikator yang digunakan untuk menentukan strategi
tersebut adalah pengembangan SDM, peningkatan promosi daerah,
kecukupan infrastruktur dan tentunya pelayanan publik.
Para aktor diharapkan mampu memberikan penilaian se-objektif
mungkin yang dituangkan dalam bentuk pengumpulan data kuesioner.
Kuesioner ini adalah sebuah instrumen yang biasa digunakan untuk
mengambil dan mengumpulkan data namun karenanya dibutuhkan usaha
untuk menguji instrumen ini. Melalui metode dan teknik AHP, pelaku
pengembang wilayah harus mampu menempatkan dirinya dalam
menentukan keputusan (strategi) dalam pengembangan wilayah
Kabupaten Bantul.
4.3. Keputusan
Pengambilan keputusan merupakan hal yang pokok bagi
pemegang jabatan manajer. Karena keputusan merupakan rangkaian
tindakan yang perlu diikuti dalam memecahkan masalah untuk
menghindari atau mengurangi dampak negatif atau untuk memanfaatkan
kesempatan di dalam perusahaan. Model sistem yang dipergunakan
untuk mengambil keputusan dapat bersifat tertutup atau terbuka. Ada 4
tahapan dalam pengambilan keputusan menurut Herbert A. Simon yaitu :
1. Kegiatan Inteligen yaitu proses pencarian informasi dan data dari
lingkungan yang berguna bagi pemecahan masalah,
2. Kegiatan Merancang yaitu menemukan, mengembangkan, dan
menganalisa arah tindakan yang mungkin dapat dipergunakan. Dalam
hal ini mengandung proses-proses untuk memahami masalah, untuk
menghasilkan cara pemecahan masalah dan untuk menguji apakah
cara pemecahan tersebut dapat dilaksanakan.
3. Kegiatan Memilih yaitu memilih arah tindakan tertentu dari semua
arah tindakan yang ada. Pilihan ditentukan dan dilaksanakan.
4. Kegiatan Menelaah disebut juga pemahaman yaitu menyelidiki
lingkungan tentang kondisi-kondisi yang memerlukan keputusan. Data
mentah yang diperoleh diolah dan diperiksa untuk dijadikan petunjuk
yang dapat menentukan masalahnya.
V. LANGKAH KERJA
Pengumpulan Data
1. Menentukan aktor terlibat (pemerintah, Masyarakat dan LSM).
2. Menentukan Indikator Penentuan Strategi Kebijakan Pengembangan
Wilayah di Kabupaten Bantul.
3. Menjaring aspirasi pemerintah, LSM dan Masyarakat terhadap
indikator berkembangnya suatu wilayah berdasarkan persepsi
masing-masing guna menentukan strategi kebijakan yang tepat.
Pengolahan Data
4. Menstabulasikan hasil wawancara penelitian dalam bentuk tabel.
5. Menghitung nilai geomean yaitu nilai sentral yang dianggap mewakili
nilai seluruh data yang diperoleh dari nilai kualifikasi persepsi
dikalikan satu dengan yang lainnya.
6. Mencari pangkat dari jumlah responden.
7. Membentuk matrix pair-wise comparison.
8. Membandingkan antara berbagai faktor dalam menentukan strategi
dan kebijakan wilayah dengan menggunakan prinsip kebalikan.
9. Mengisi dengan angka geomean yang diperoleh dari tabulasi.
10. Menghitung rasio tiap elemen terhadap nilai total elemen pada matrix
pair-wise dan dipindahkan untuk diubah menjadi matrix priority vector.
11. Bobot nilai masing-masing faktor akan diperoleh dengan mencari nilai
rata-rata baris dari matrix priority vektor.
12. Menghitung weighted sum vector yang diperoleh dari penjumlahan
antara perkalian nilai rata-rata pada matrix priority vector dengan nilai
elemen dalam matrix priority vector sehingga akan diperoleh
konsistensi vektor.
13. Mencari lambda () yang diperoleh dari nilai rata-rata konsistensi
vektor.
Analisis Data
14. Menguji indeks konsistensi data.
15. Analisis Pair-Wise Comparison.
16. Analisis prioritas indikator pengembangan wilayah.
17. Analisis strategi kebijakan pengembangan wilayah.