Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN

Implementasi AHP Pada Penilaian Kinerja Karyawan

DOSEN PENGAMPU
Indra Gita Anugrah, S.Kom., M.Kom.

DISUSUN OLEH

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GRESIK
2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan komunikasi dan penggunaan internet di Indonesia semakin meningkat.Salah


satu perusahaan yang menyediakan layanan Internet adalah PT.Telkom Akses, PT. Telkom Akses
(PTTA) merupakan salah satu anak perusahaan PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk (Telkom) yang
sahamnya dimiliki sepenuhnya oleh PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk. PTTA bergerak dalam
bisnis penyediaan layanan konstruksi dan pengelolaan infrastruktur jaringan.Pendirian PTTA
merupakan bagian dari komitmen Telkom untuk terus melakukan pengembangan jaringan
broadband untuk menghadirkan akses informasi dan komunikasi tanpa batas bagi seluruh
masyarakat indonesia.Telkom berupaya menghadirkan koneksi internet berkualitas dan terjangkau
untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia sehingga mampu bersaing di level dunia.Untuk
mewujudkan upaya tersebut PT TA terus meningkatkan mutu pelayanan terhadap pelanggan,agar
mutu pelayanan terhadap pelanggan bisa terjaga maka di butuhkan teknisi yang handal dan
kompeten. Untuk menghasilkan Teknisi yang handal dan kompeten maka teknisi tersebut harus
mengetahui Key Perfomace Indikator (KPI) ,poin-poin KPI tersebut adala Total Gangguan,Valdat
Tangibel (Validasi Data dan Kerapian),dan Unspec(kualitas jaringan yang belum memenuhi
syarat).
BAB II

DASAR TEORI

2.1. Tinjauan Pustaka

Teori yang digunakan sebagai landasan mengenai sistem pendukung Keputusan

Pemilihan Paket Internet Operator Telekomunikasi dengan menggunakan Metode

Analytical Hierarchy Process (AHP)

A. Sistem

Menurut Turban, dkk (2007:54), “ Sistem adalah kumpulan objek seperti orang,

sumber daya, konsep dan prosedur yang dimaksudkan untuk melakukan suatu

fungsi yang dapat diidentifikasi atau melayani suatu tujuan.

B. Pengertian Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan merupakan proses alternatif tindakan untuk mencapai

tujuan atau sasaran tertentu. Pengambilan keputusan dilakukan dengan pendekatan

sistematis terhadap permasalahan melalui proses pengumpulan data menjadi

informasi serta ditambhakn dengan faktor- faktor yang perlu dipertimbangkan

dalam pengambilan keputusan.

Menurut turban dkk (2007:3)”, pengambilan keputusan adalah proses pemilih

tindakan (diantara bagian alternatif) untuk mencapai suatu tujuan atau beberapa

tujuan”.

1. Sistem Pendukung Keputusan (SPK) membantu pengambilan keputusan dalam

memproses data atau informasi bagi pemakainya.

2. Sistem Pendukung Keputusan (SPK) membatu pengambilan keputusan untuk

memecahkan masalah terutama bagi masalah yang sangat kompleks dan tidak

terstruktur.
3. Sistem Pendukung Keputusan (SPK) menghasilkan solusi dengan lebih cepat serta

hasilnya dapat diandalkan.

4. Walaupun suatu Sistem Penunjang Keputusan, mungkin saja tidak mampu

memecahkan masalah yang dihadapi oleh pengambil keputusan namun Sistem

Pendukung Keputusan (SPK) dapat menjadi stimulan bagi pengambil keputusan

dalam memahami persoalnnya, karena mampu menyajikan berbagai altenatif

pemecahan masalah.

Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) merupakan suatu model pendukung

keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty. Model pendukung

keputusan ini akan menguraikan masalah- masalah multi faktor atau multi kriteria

yang kompleks menjadi suatu hirarki –hirarki yang didefenisikan sebagai suatu

representasi dari sebua permasalahan, yang kompleks dalam suatu multi struktur

multi level pertama adalah tujuan, yang diikuti oleh level terakhir dari alternatif.

Dengan hirarki, suatu masalah akan kompleks dapat diuraikan kelompok-

kelompoknya, yang kemudian diatur menjadi sebua bentuk hirarki sehingga

permasalahan akan tampak lebih terstruktur dan sistematis.

Sistem Pendukung Keputusan (SPK) pertama kali diungkapkan pada awal tahun

1970-an oleh Michael S. Scott Marton dengan istila Managemen Decision System.

Sistem tersebut adalah suatu sistem yang berbasis komputer yang ditunjukan

untuk membantu pengambilan keputusan dengan memanfaatkan data dan model

tertentu untuk memecahkan berbagai persoalan yang tidak terstruktur.

Istilah Sistem Pendukung Keputusan (SPK) mengacu pada sustu sistem yang

memanfaatkan dukungan kompter dalam proses pengambil keputusan. Untuk


memberikan pengertian yang lebih maka ada beberapa defenisi mengenai Sistem

Pendukung Keputusan (SPK), oleh para ahli antara lain sebagai berikut:

1. Menurut Turban dkk (2010:10) Sistem Pendukung Keputusan (SPK) merupak

sistem informasi yang berbasis komputer yang fleksibel, interaktif, dan dapat

diadaptasi dan dikembangkan untuk mendukung solusi untuk masalah manajemen

spesifik yang tidak terstruktur. Sistem Pendukung Keputusan (SPK)

menggunakan data, memberikan antar muka pengguna yang mudah dan dapat

menggabungkan pemikiran pengambilan keputusan.

2. Menurut Kusrini, (2007:1) Sistem Pendukung Keputusan (SPK) merupakan suatu

sistem informasi yang menyediakan informasi permodelan dan pemanipulasia

data.

C. Fase –fase Pengambilan Keputusan

Menurut Turban dkk (2011:35) mengatakan bahwa didalam fase pengambilan

keputusan terdapat empat fase antara lain sebagai berikut:

1. Fase Inteligensi

Pada tahap ini, masalah diidentifikasi ditentukan tujuan dan sasarannya,

penyebebnya dan besarnya. Langka ini sangat penting karena sebelum tindakan

diambila, persoalan yang dihadapi harus dirumuskan secara jelas terlebih dahulu.

Masalah yang dijabarkan secara lebih rinci dan dikategorikan apakah termasuk

program atau non program.

2. Fase Desain

Pada fase desain ini, dikembangkan tindakan alternatif, menganalisis solusi yang

potensial membuat model dan membuat uji kelayakan dan memvalidasikan

hasilnya.

3. Fase Choice
Pada fase Choice menjelaskan pendekatan solusi, yang dapat diterimah dan

memilih alternatif keputusan terbaik. Pemilihan alternatif ini akan mudah

dilakukan jika hasilnya yang diinginkan memiliki nilai kuatitas terntentu.

4. Fase Implementasi

Pada fase implementasi ini solusi yang telah diperoleh pada fase Choice yg

diimplementasikan . pada tahap ini perlu disusun serangkaian tindakan yang

terencana, sehingga hasil keputusan dapat dipantau dan disesuaikan apabila

diperlukan perbaikan- perbaikan. Penulis menggunakan Metode Analytical

Hierarchy Process (AHP), sebagai model pengambilan keputusan dengan

Software Expert Choice2000.

D. Analytical Hierarchy Process (AHP)

Menurut Kadarsah (2008:1) “ mengatakan bahwa Proses Hirarki Analitik atau

dalam bahasa ingris disebut sebagai Analytical Hierarchy Process (AHP)

pertama kali dikembangkan oleh Thomas L. Saaty, seorang ahli matematika dari

Universitas Pittsburg Amerika Serikat pada tahun 1970-an”,. Analytical

Hierarchy Process (AHP) pada dasarnya didisain untuk menangkap secara

rasional persepsi orang yang berhubungan sangat erat dengan permasalahan

tertentu mulai dari prosedur yang didesai untuk sampai pada suatu skala

preferensi diantara berbagai set alternatif. Analisis ini ditunjukan untuk membuat

suatu model permasalahan yang tidak mempunyai struktur, biasanya ditetapkan

untuk memecahkan masalah yang terstruktur (kuantitatif), masalah yang

memerlukan pendapat maupun situasi yang kompleks atau tidak terkerangka,

pada situasi dimana data dan informasi statistik sangat minim atau tidak

terkerangka, pada situasi dimana data dan informasi statistik sangat minim atau

tidak ada sama sekali


dan hanya besifat kualitatif yang didasari oleh presepsi pengalaman, ataupun

intuisi. Analytical Hierarchy Process (AHP) ini juga banyak digunakan pada

keputusan untuk banyak kriteria, perencanaan, alokasi sumber daya dan

penentuan perioritas dari strategis yang dimiliki pemain dalam situasi konflik.

Analytical Hierarchy Process (AHP) dibangun berdasarkan fakta- fakta dan

pemikiran fundamental yang dilandasi oleh prinsip- prinsip dasar manusia dalam

berpikir analistis sebagai berikut:

1. Pikiran manusia mampu membandingkan dua objek berbeda terkait dengan sifat

umumnya.

2. Perbandingan berpasangan adalah cara paling akurat untuk mendapatkan

perioritas relatif dan sekumpulan objek.

3. Pikiran manusia tidak konsisten, namun individu yang memiliki baik akan

memiliki pemikiran yang koheren (bertahan secara logis) menjadi tidak konsisten

adalah lebih baik penting untuk membuat keputusan.

4. Data kuantitatif tentang masalah harusdiubah menjadi data yang dapat

diintegrasikan dengan informasi kuantitatif lainnya yang diperlukan untuk

memikirkan rencana secara konsisten. Data kuantitatif dalam bentuk mentah tidak

dapat digunakan untuk tujuan ini, namun ditentukan dari pengukuran yang alami.

Untuk alasan ini Saaty membuaat skala fundamental Analytical Hierarchy

Process (AHP) dan menjaga bahwa objektifitas disetujui dibandingkan dengan

subjektifitas Saaty (2008:4).

E. Prinsisp Dasar Analytical Hierarchy Process (AHP)

Menurut Kusrini (2007:13, ada beberapa prinsip yang harus dipahami dalam

Analytical Hierarchy Process (AHP).


1. Membuat Hirarki

Sistem yang kompleks bisa dipahami dengan memecahkan menjadi elemen-

elemen pendukung, agar bisa mendapat akurat, persoalan yang dipecahkan secara

terus menerus sampai tidak mungkin dilakukan pemecahan lebih lanjut, sehingga

diperoleh beberapa tingkatan dari persoalan tersebut.

2. Penilaian Kriteria dan Alternatif

Penilaian ini merupakan Analytical Hierarchy Process (AHP) karena akan

berpengaruh kepada urutan perioritas dari elemen- elemennya. Hasil penilaian ini

lebih mudah disajikan dalam bentuk matriks perbandingan berpasangan yang

berguna untuk melihat kepentingan relatifnya dengan tingkatan diatasnya.

Tabel II.1. Skala Penilaian Perbandingan Berpasangan

Identitas Keterangan

Kepentingan

1 Kedua elemen sama pentingnya

3 Elem yang satu lebih penting dari pada elemen lainnya

5 Elemen yang satu lebih penting dari pada elemen lainnya

7 Satu elemen jelas lebih mutlak penting dari pada elemen

lainnya

9 Satu elemen mutlak penting dibanding elemen lainnya

2,4,6,8 Nilai –nilai antara dua nilai pertimbangan-pertimbangan

Kebalikan yang berdekatan, jika aktifitas i mendapat satu angka,

dibandingkan dengan aktifitas j, maka j memiliki nilai

kebalikan dengan i atau aij = I/aji


Perbandingan ini dilakukan berdasarkan kebijaksanaan pembuat keputusan

dengan menilai tingkat kepentingan satu elemen terhadap elemen lainnya, proses

perbandingan berpasangan dimulai dari level hirarki paling atas yang ditunjukan

untuk memilih kriteria. Misalnya A1, A2, A3. Maka susunan elemen- elemen

yang akan dibandingkan tersebut maka akan tampak seperti pada tabel dibawah

ini.

Tabel II.2 Elemen –Elemen Perbandingan

x A1 A2 .... An

A1 1 a12 .... a1n

A2 a21 1 .... a2n

.... .... .... .... ....

An an1 an2 .... 1

Sumber : Kusrini ( 2007:113)

X adalah kriteria yang digunakan sebagai dasar perbandingan dan A1, A2, , An

adalah elemen - elemen pada suatu tingkat dibawah X. Setiap elemen yang ada

dikolom sebelah kiri selalu dibandingkan dengan elemen- elemen yang ada

dipuncak. Perbandingan terhadap elemen itu sendiri pada matriks ini terdapat pada

diagonal utama dan bernilai 1.

3. Menentukan Perioritas

Untuk setiap kriteria dan alternatif, perlu dilakukan perbandingan berpasangan.

Nilai - nilai perbandingan relatif kemudian diulang untuk menentukan peringkat

alternatif dari seluruh alternatif baik kriteria kualitatif, maupun kriteria kuantitatif,

dapat dibandingkan sesuai dengan penilaian yang telah ditentutakn untuk

menghasilkan bobot dan perioritas. Bobot dan perioritas bisa dihasilkan dengan

memanipulasi matriks atau melalui penyelesaian persamaan matematika yaitu


dengan menggunakan eigen vektor method agar mendapat bobot relative

untuk unsur- unsur pengambil keputusan.

F. Expert Choice

Mengapa dalam penelitian ilmiah ini menggunakan metode Analytical

Hierarchy Process (AHP), ini saya menggunakan Expert Choice 2011

sebagai tools. Software atau perangkat lunak yang penulis gunakan dalam

pengambilan keputusan berdasarkan metode Analytical Hierarchy Process

(AHP) adalah Expert Choice 2000. Expert Choice 20011 adalah sebua

sebua perangkat lunak yang mendukung collaborativedecision dan

sistemperangkat keras yang memfasilitasi group membuat keputusan yang

lebih efisien, analitis, dan dapat dibenarkan.

Anda mungkin juga menyukai