Anda di halaman 1dari 4

Ahmad Kinan Trigustara

10070319052
Metodologi Penelitian D
Tugas 5

Judul : Evaluasi Penerapan Program Kang Pisman dalam Mengurangi Produksi Sampah di
Kota Bandung

1. Isu actual
1) Isu 1 (Permasalahan Sampah di Kota Bandung)
Kota Bandung yang merupakan ibu kota Provinsi Jawa Barat, terdiri dari 30
kecamatan dengan luas 167,44 km² , jumlah populasi penduduk sebanyak 2.536.649
jiwa dengan tingkat kepadatan penduduk 14.710 jiwa/km² juga mengalami masalah
sampah yang terjadi hampir di setiap sudut daerah. Penambahan sampah yang
cepat tidak dibarengi dengan penambahan jumlah TPA yang memadai. Di kota
Bandung, sampah ditampung di TPA Sarimukti yang terletak di Kabupaten Bandung
Barat, Kecamatan Cipatat. TPA Sarimukti menampung 1200 ton sampah setiap
harinya, dan kota Bandung sendiri menyumbang 700 ton sampah per hari, sisanya
dari Cimahi dan Bandung Barat

2) Isu 2 (Walikota Bandung memperkenalkan program zero waste “Kang


Pisman”)
Wali Kota Bandung Oded M Danial memperkenalkan program kampanye
pengentasan masalah sampah yang dimiliki Pemerintah Kota Bandung bernama
Kang Pisman (kurangi, pisahkan, manfaatkan) di konferensi internasional Zero
Waste City Conference (ZWCC), Penang, Malaysia, 14 hingga 15 Oktober 2019
kemarin.
Konferensi ini digelar oleh Gobal Alliance for Incinerator Alternatives (GAIA)
Asia Pasific dan Consumers' Association of Penang (CAP) berkolaborasi dengan
Dewan Kota Seberang Perai. Tahun ini, ZWCC mengangkat tema 'Solutions to Plastic
Pollution in Asia' yang mendorong kebijakan untuk mengurangi sampah plastik dan
menggerakkan kota tanpa sampah secara berkelanjutan.
Kang Pisman menjadi satu dari sembilan model pengelolaan sampah terbaik
di 5 negara. Sembilan kota yang menjadi percontohan antara lain Kota Tacloban,
Fort Bonifacio, Kota Taguig, San Fernando, Malabon (Filipina), Kota Seoul, Korea
Selatan; Kota Bandung, Indonesia; Kota Kamikatsu, Jepang; Kota
Thiruvananthapuram, India dan Kota Penang, Malaysia.
Oded mengklaim, program Kang Pisman telah mendorong pertumbuhan
bank sampah baru di Kota Bandung. Saat ini, ada 30 bank sampah induk dan 382
bank sampah unit di tiap kecamatan. Pertumbuhan nasabah bank sampah pun
menurutnya terus meningkat dari 978 pada September 2018 menjadi 3.390 pada
Juli 2019 atau naik sekitar persen.
Lebih jauh, Kang Pisman merupakan pengenalan konsep gaya hidup yang
ramah lingkungan dan lebih bijak terhadap penggunaan benda-benda sekali pakai.

3) Isu 3 (Manfaat Kang Pisman)


Mang Oded mengaku tak ingin Kota Bandung kembali mengalami masa
kelam saat sampah tak bisa diangkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) seperti
yang terjadi di tahun 2015 lalu. Maka solusi yang terbaik ialah dengan menjalankan
program Kang Pisman. “Kita tahu, produksi sampah di Kota Bandung sehari cukup
tinggi. Saya tak mau julukan Bandung Lautan Sampah di tahun 2015 kembali
terulang. Dengan Kang Pisman kita wujudkan sebuah budaya peduli lingkungan,”
tuturnya. Manfaat dari program Kang Pisman, kata Mang Oded, menyadarkan
masyarakat bahwa dengan sampah anorganik (sampah kering) memiliki nilai
ekonomi. Sehingga dapat ditukarkan melalui bank sampah dengan sejumlah uang.
Melalui bank sampah tersebut, masyarakat bisa menyetorkan sampah
anorganik. Setelah jumlah saldonya setara dengan harga pasaran emas, masyarakat
dapat memilih untuk menukarkannya dengan tabungan haji atau tabungan emas.
Termasuk juga jika ingi langsung diuangkan. Sebelumnya, sejumlah bank sampah di
Kota Bandung telah melayani pembayaran listrik, PDAM, atau keperluan lainnya
dengan sampah. Saldo yang terkumpul dapat digunakan untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari.

4) Isu 4 (Dua Tahun Berjalan, Program Kang Pisman Sudah Sejauh Apa?)
Sejak awal program Kang Pisman ini diniatkan sebagai gerakan mengubah
budaya warga dalam mengelola sampah. Ia mengajak semua pihak terlibat.
Hingga awal tahun 2020 ini, terdapat delapan kelurahan di Bandung yang
berkomitmen menerapkan KBS, yakni Gempol Sari, Kebon Pisang, Sukamiskin,
Kujang Sari, Sukaluyu, Neglasari, Cihaurgeulis, dan Babakan Sari. Penerapan KBS
merupakan replikasi dari apa yang sudah dikerjakan di RW 9 Kelurahan Sukaluyu
secara swadaya oleh warga dan komunitas pendamping. Saat ini warga di RW
tersebut berhasil mengurangi produksi sampah hingga 60 persen.
Akan tetapi Bandung memproduksi sampah 1.600 ton setiap harinya. Saat
ini sebanyak 1.200 ton di antaranya diangkut ke TPA Sarimukti, Kabupaten Bandung
Barat. Sejak Kang Pisman dijalankan sepanjang dua tahun, diklaim terjadi
peningkatan volume sampah organik yang terolah dari 80 ton menjadi 100 ton per
hari.
Karena tidak memiliki cukup lahan untuk mengolah sampah, Bandung
menggantungkan sebagian pengolahan sampahnya pada kerja sama kawasan. Saat
ini Pemerintah Provinsi Jawa Barat sedang mematangkan pengoperasian TPA Legok
Nangka, Kabupaten Bandung sebagai pengganti TPA Sarimukti. Ditargetkan,
infrastruktur baru tersebut bisa dibuka pada 2023 mendatang.
Bandung ikut dalam skema pengolahan sampah regional itu. Dalam
komitmennya, Pemkot Bandung bakal menyetor sedikitnya 1.200 ton sampah per
hari. Jumlah yang sama dengan volume sampah yang saat ini dikirimkan ke TPA
Sarimukti.
Tidak sedikit kalangan mengkritik komitmen ini karena dinilai berlawanan
dengan semangat Kang Pisman yang hendak mengurangi volume sampah lewat
pemilahan sejak dari sumber. Kalau ada keharusan menyetor sampah sejumlah itu
setiap harinya, pemilahan sampah di tingkat rumah tangga menjadi percuma saja.
Komitmen ini dikhawatirkan bakal membuat kendur semangat menerapkan Kang
Pisman.

5) Isu 5 (3 Tahun Berjalan, Program Kang Pisman Belum Berhasil Atasi Sampah
Kota Bandung)
Kang Pisman merupakan program yang sudah digulirkan selama kurang
lebih 3 tahun ini dinilai belum berjalan optimal. Pasalnya hingga saat ini masih
ditemukan sampah-sampah yang mengotori sungai dan sudut kota lainnya.
Manajer Advokasi Wahana Lingkungan (Walhi) Jabar Wahyudin Iwang
menyatakan untuk mengatasi permasalahan sampah tidak hanya dijawab dengan
program Kang Pisman saja. Perlu upaya lebih agar masalah ini bisa diselesaikan
dengan maksimal. Saat ini kesadaran warga dalam menjaga lingkungan belum
terbangun dengan baik. Kondisi itu membuat program yang dijalankan belum bisa
mengatasi masalah yang ada, Iwang mengatakan jika saat ini masih ditemukan
sampah dibuang sembarangan.
Anggota Komisi C DPRD Kota Bandung, Uung mengakui program ini
berdampak pada pengurangan sampah di Kota Bandung tapi belum signifikan.
Apabila dilaksanakan serentak dan masif di Kota Bandung lebih signifikan, selama ini
belum signifikan karena hanya dilakukan masyarakat hanya di beberapa titik saja.
Selain itu, penegakan hukum, terhadap pelanggar pembuang sampah di Kota
Bandung belum masif dilakukan. Menurut Uung, program Kang Pisman harus
ditunjang dengan bank sampah. Ketika sudah ada bank sampah, maka program ini
akan berjalan dengan baik.

2. Identifikasi dan Rumusan Masalah


1) Identifikasi
Kota Bandung memiliki permasalahan persampahan yang tidak kunjung usai, mulai dari
berhenti beroperasinya tempat pengelolaan sampah akhir (TPA) Sari Mukti, tumpukan
sampah yang menggunung, dan julukan “Bandung The City of Pigs”. Untuk menyelesaikan
permasalahan tersebut Pemerintah Kota Bandung membuat Program yang dinamakan
“Kang Pisman” yang artinya kurangi, pisahkan, manfaatkan, akan tetapi seiring berjalannya
waktu program ini tidak menunjukan hasil yang signifikan, maka dari itu dibuatlah penelitian
mengenai evaluasi penerapan program tersebut.

2) Rumusan Masalah
i. Bagaimana kondisi program Kang Pisman saat ini?
ii. Sejauh apa Kang Pisman berperan dalam pengurangan jumlah sampah di
Kota Bandung?
iii. Apakah program Kang Pisman efektif untuk mengurangi jumlah sampah di
Kota Bandung?
iv. Bagaimana Rekomendasi kedepannya dalam penyelesaian masalah sampah
di Kota Bandung?
3. Tujuan
i. Mengetahui kondisi program Kang Pisman di Kota Bandung.
ii. Mengetahui peran Kang Pisman dalam usaha pengurangan jumlah sampah
di Kota Bandung.
iii. Mengetahui efektifitas Kang Pisman terhadap pengurangan jumlah sampah
di Kota Bandung.
iv. Memberikan rekomendasi terhadap program Kang Pisman sehingga dapat
berjalan lebih optimal.
4. Definisi Operasional
No Variabel Indikator Definisi operasional
Efektivitas Kebijakan dan Keefektifan kebijakan dan program
Evaluasi Program Kang Pisman tersebut mengenai pengendalian atas
1
Program timbulan sampah sehingga terjadi
pengurangan dalam volume timbulannya
Pengurangan timbulan Terdapat tindakan pengurangan
sampah penggunaan barang yang berpotensi
menjadi sampah
Program Pemisahan sampah Kegiatan pemilahan dan pemisahan
2
Kang Pisman sampah sesuai dengan jenisnya
Efektivitas kegiatan Keefektifan lembaga swadaya setempat
pemanfaatan sampah dalam memanfaatkan dan mengolah
sampah agar menjadi barang bernilai jual
Pengurangan Terdapat volume Terdapat pengurangan volume timbulan
3 volume timbulan sampah yang sampah dengan adanya program Kang
sampah berkurang Pisman

Anda mungkin juga menyukai