Anda di halaman 1dari 2

Pentingnya Literasi Digital bagi Siswa Sekolah Dasar

Oleh: Puput Alfrianti, S.Pd.


Guru SD Negeri Sadeng 03 Semarang

Literasi digital merupakan salah satu literasi dasar yang harus dikuasai oleh para siswa
pada zaman milenial. Apalagi di masa pandemi covid-19 seperti ini membuat kita menjadi
terdorong lagi untuk dapat menerapkan literasi digital. Literasi digital yang diterapkan di
Sekolah Dasar (SD) merupakan suatu bentuk perwujudan secara nyata dari Gerakan Literasi
Sekolah (GLS) yang sudah dijalankan pemerintah baru-baru ini yang disebabkan akan kurangnya
literasi yang dimiliki oleh siswa Sekolah Dasar.
Dikutip dari buku Peran Literasi Digital di Masa Pandemik (2021) karya Devri Suherdi,
literasi digital merupakan pengetahuan serta kecakapan pengguna dalam memanfaatkan media
digital, seperti alat komunikasi, jaringan internet dan lain sebagainya. Kecakapan pengguna
dalam literasi digital mencakup kemampuan untuk menemukan, mengerjakan, mengevaluasi,
menggunakan, membuat serta memanfaatkannya dengan bijak, cerdas, cermat serta tepat sesuai
kegunaannya.
Sebelumnya banyak orang yang berprasangka buruk bahwa Literasi digital di Sekolah
dasar (SD) hanya menggunakan internet untuk mencari informasi atau hiburan semata. Akan
tetapi pada kenyataannya Literasi digital menjadi sebuah langkah baru untuk membentuk
kemampuan yang dimiliki oleh seorang  peserta didik dalam berpikir secara logis,  analisis,
kritis, imajinatif, inovatif, kreatif, dan juga efisien.
Dengan mewujudkan program literasi digital ini juga dapat dijadikan suatu alternatif
untuk menciptakan iklim pembelajaran yang menarik dan menyenangkan dengan menggunakan
sumber digital yang tentunya akan menarik minat para siswa. Literasi digital dapat dijadikan
langkah baru dalam bersosialisasi terlebih di situasi sekarang yang mempersulit kita sebagai
mahkluk sosial untuk dapat bersosialisasi di sekolah, maka hal ini juga bermanfaat untuk
menunjang suatu pembelajaran.
Pengenalan Literasi Digital

Literasi digital perlu diperkenalkan sejak sekolah dasar karena banyak anak-anak
Indonesia yang sudah aktif memakai media sosial. Apalagi sejak pembelajaran daring
diterapkan, anak anak aktif mengakses informasi di internet. Dalam perkembangannya, tidak
semua informasi yang tersebar luas di internet positif. Tak sedikit pula berisi informasi negatif,
contohnya penyebaran berita bohong, radikalisme, ujaran kebencian, dan penipuan. Diperlukan
kebijakan dan kemampuan dari setiap pengguna gawai dalam mengendalikan informasi yang
mereka dapat di jaringan internet.

Literasi digital diperlukan anak untuk memilih berita yang dipresentasikan di media
sosial. Literasi digital dimaknai sebagai kompetensi memahami, menganalisis, mengatur,
mengevaluasi informasi dengan memakai teknologi digital. Literasi yang tidak baik bisa
mengganggu pada psikologis anak. Hal ini diakibatkan oleh emosi anak yang masih labil. Anak
dalam menerima informasi belum mempunyai filter yang bagus, mereka menerima secara instan
karena tidak didasari tentang kebenaran dan asal informasi tersebut. Ketidakmampuan anak
mengartikan literasi digital berakibat pada watak dan sikap anak.

Anak sudah terbiasa membaca, memberikan pernyataan (statement) berita-berita yang


terdapat di media sosial. Statement-statement tersebuat bermacam-macam. Jika berita tersebut
dianggap buruk, mereka secara cepat menulis statement yang bermakna membully,
merendahkan, dan menenggelamkan. Jika berita tersebut dinilai baik, mereka dengan segera
mengirim informasi tersebut ke akun miliknya atau status media sosialnya. Gejala ini tentunya
sangat tidak diinginkan. Oleh sebab itu jalan keluar terbaik yang wajib dilaksanakan pada anak
adalah mengajarkan literasi digital karena lambat laun literasi digital yang negatif akan berefek
terhadap watak dan psikologis anak.
Literasi digital perlu kita dukung bersama, baik literasi digital sebagai tatacara
pembelajaran yang masuk dalam sistem kurikulum, atau setidaknya terhubung dengan sistem
belajar-mengajar. Selain melalui lembaga pembelajaran, promosi literasi digital juga perlu
melibatkan kelompok-kelompok kreatif dan organisasi masyarakat berakar pendidikan yang bisa
menyalurkan ide, memperbanyak keahlian dan memilih gerakan massif untuk cerdas dalam
bersosial media.

Anda mungkin juga menyukai