Metode simulasi atau bermain peran biasanya disukai mahasiswa oleh karena
mereka dapat mengaplikasikan pengetahuan yang bersifat teoritis menjadi suatu
kegiatan yang lebih nyata walaupun hanya dalam bentuk simulasi. Metode ceramah
yang dikombinasikan dengan metode simulasi akan melatih kompetensi mahasiswa
dari tingkat pemahaman ke tingkat penerapan dan analisis. Jadi dari proses teoritis
berubah menjadi proses praktis, bukan hanya mendengar saja, tapi
mengaplikasikan konsep, sehingga pemahaman terhadap konsep menjadi lebih
tinggi.
Menurut Pusat Bahasa Depdiknas (2005) simulasi adalah satu metode pelatihan yang
memperagakan sesuatu dalam bentuk tiruan (imakan) yang mirip dengan keadaan yang
sesungguhnya; simulasi: penggambaran suatu sistem atau proses dengan peragaan memakai
model statistic atau pemeran.
Udin Syaefudin Sa’ud [4], Simulasi adalah sebuah replikasi atau visualisasi dari
perilaku sebuah sistem, misalnya sebuah perencanaan pendidikan, yang berjalan pada kurun
waktu yang tertentu. Jadi dapat dikatakan bahwa simulasi itu adalah sebuah model yang
berisi seperangkat variabel yang menampilkan ciri utama dari sistem kehidupan yang
sebenarnya. Simulasi memungkinkan keputusan-keputusan yang menentukan bagaimana
ciri-ciri utama itu bisa dimodifikasi secara nyata.
Metode simulasi merupakan salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakan
dalam pembelajaran kelompok.Proses pembelajaran yang menggunakan metode simulasi
cenderung objeknya bukan benda atau kegiatan yang sebenarnya, melainkan kegiatan
mengajar yang bersifat pura-pura. Kegiatan simulasi dapat dilakukan oleh siswa pada kelas
tinggi di sekolah dasar.[5]
Dalam pembelajaran yang menggunakan metode simulasi, siswa dibina
kemampuannya berkaitan dengan keterampilan berinteraksi dan berkomunikasi dalam
kelompok. Di samping itu, dalam metode simulasi siswa diajak untuk dapat bermain peran
beberapa perilaku yang dianggap sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Metode simulasi merupakan salah satu metode mengajar yang dapat digunakan dalam
pembelajaran kelompok. Proses pembelajaran yang menggunakan simulasi cenderung
objeknya bukan benda atau kegiatan yang sebenarnya, melainkan kegiatan mengajar yang
bersifat pura-pura. Kegiatan simulasi dapat dilakukan oleh siswa pada kelas tinggi di Sekolah
Dasar.
Dalam pembelajaran, siswa akan dibina kemampuannya berkaitan dengan
keterampilan berinteraksi dan berkomunikasi dalam kelompok. Disamping itu, dalam metode
simulasi siswa diajak untuk bermain peran beberapa perilaku yang dianggap sesuai dengan
tujuan pembelajaran.
B. Tujuan Metode Simulasi
1. Melatih keterampilan tertentu baik bersifat profesional maupun bagi kehidupan
sehari-hari.
2. Memperoleh pemahaman tentang suatu konsep atau prinsip.
3. Melatih memecahkan masalah.
4. Meningkatkan keaktifan belajar.
5. Memberikan motivasi belajar kepada siswa.
6. Melatih siswa untuk mengadakan kerjasama dalam situasi kelompok.
7. Menumbuhkan daya kreatif siswa.
8. Melatih siswa untuk mengembangkan sikap toleransi.[6]
C.Jenis- jenis Metode Simulasi
1. Bermain peran (role playing)
Dalam proses pembelajarannya metode ini mengutamakan pola permainan dalam
bentuk dramatisasi. Dramatisasi dilakukan oleh kelompok siswa dengan mekanisme
pelaksanaan yang diarahkan oleh guru untuk melaksanakan kegiatan yang telah ditentukan /
direncanakan sebelumnya. Simulasi ini lebih menitik beratkan pada tujuan untuk mengingat
atau menciptakan kembali gambaran masa silam yang memungkinkan terjadi pada masa yang
akan datang atau peristiwa yang aktual dan bermakna bagi kehidupan sekarang.[7]
2. Sosiodrama
Sosiodrama adalah metode pembelajaran bermain peran untuk memecahkan masalah-
masalah yang berkaitan dengan fenomena sosial, permasalahan yang menyangkut hubungan
antara manusiaDalam pembelajarannya yang dilakukan oleh kelompok untuk melakukan
aktivitas belajar memecahkan masalah yang berhubungan dengan masalah individu sebagai
makhluk sosial. Misalnya, hubungan anak dan orangtua, antara siswa dengan teman
kelompoknya.
3. Permainan simulasi (Simulasi games)
Dalam pembelajarannya siswa bermain peran sesuai dengan peran yang
ditugaskan sebagai balajar membuat suatu keputusan.
1. 2. Metode Diskusi
Metode ini merupakan interaksi antara mahasiswa atau antara dosen dengan
mahasiswa untuk menganalisis, memecahkan masalah dari suatu topic. Metode
diskusi tepat digunakan untuk:
1. Mahasiswa yang telah memiliki konsep atau pengalaman terhadap bahan yang akan
didiskusikan.
2. Memperdalam konsep yang telah dikuasai oleh mahasiswa
3. Melatih mahasiswa agar dapat mengidentifikasi, memecahkan masalah dan
mengambil keputusan.
4. Melatih mahasiswa menghadapi masalah secara berkelompok
5. Membiasakan mahasiswa berhadapan dengan berbagai pendekatan, interpretasi dan
kepribadian.
Metode diskusi adalah cara penyajian pelajaran, di mana siswa-siswa dihadapkan kepada suatu
masalah, yang bisa berupa pernyataan atau pertanyaan yang bersifat problematis untuk dibahas dan
dipecahkan bersama. (Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain : 2006). Metode diskusi adalah suatu
cara penyampaian materi pelajaran melalui sarana pertukaran pikiran untuk memecahkan persoalan
yang dihadapai (Semiwan, 9990:76).Sedangkan menurut Suryosubroto (1997:179) mengemukakan
metode diskusi adalah suatu cara penyajian bahan pengajaran dengan guru memberikan
kesempatan kepada siswa atau kelompok-kelompok untuk mengadakan perbincangan ilmiah guna
mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun ke berbagai alternatif pemecahan
suatu masalah.
Berdasarkan pengertian tersebut dapat dirumuskan bahwa metode diskusi memiliki ciri-ciri sebagai
berikut:
2. Mencari kebenaran secara jujur melalui pertimbangan pendapat yang mungkin saja berbeda
antara satu dengan yang lain.
4. Memberikan kehidupan kelas yang lebih mendekati kegiatan hidup yang sebenarnya.
1. Guru mengemukkan masalah yang akan didiskusikan dan memberikan pengarahan seperlunya
mengenai cara-cara pemecahannya.
2. Para siswa membentuk kelompok-kelompok diskusi memilih pimpinan diskusi (ketua, sekretaris,
pelapor) mengatur tempat duduk, ruangan, sarana,dan sebagainya dengan bimbingan
guru.Pimpinan diskusi sebaiknya berada di tangan siswa yang :
c) Lancar berbicara
3. Para siswa berdiskusi dalam kelompoknya masing-masng, sedangkan guru berkeliling dari
kelompok yang satu ke kelompok yang lain, menjaga ketertiban, serta memberikan dorongan dan
bantuan agar anggota kelompok berpartisipasi aktif dan diskusi dapat berjalan lancar. Setiap siswa
hendaknya, mengetahui secara persis apa yang akan didiskusikan dan bagaimana caranya berdiskusi.
4. Setiap kelompok harus melaporkan hasil diskusinya. Hasil diskusi dilaporkan ditanggapi oleh
semua siswa, terutama dari kelompok lain. Guru memberikan ulasan atau penjelasan terhadap
laporan tersebut.
5. Akhirnya siswa mencatat hasil diskusi, sedangkan guru menyimpulkan laporan hasil diskusi dari
setiap kelompok.
1) Whole group
Kelas merupakan satu kelompok diskusi.Whole group yang ideal apabila jumlah anggota tidak lebih
dari 15 orang.
2) Buzz group
Satu kelompok besar dibagi menjadi beberapa kelompok kecil, terdiri atas 4-5 orang.Tempat diatur
agar siswa dapat berhadapan muka dan bertukar pikiran dengan mudah.Diskusi diadakan di tengah
pelajaran atau di akhir pelajaran dengan maksud menajamkan kerangka bahan pelajaran,
memperjelas bahan pelajaran atau menjawab pertanyaan-pertanyaan.Hasil belajar yang diharapkan
ialah agar segenap individu membandingkan persepsinya yang mungkin berbeda-beda tentang
bahan pelajaran, membandingkan interpretasi dan informasi yang diperoleh masing-masing.Dengan
demikian masing-masing individu dapat saling memperbaiki pengertian, persepsi, informasi,
interpretasi sehingga dapat dihindarkan kekeliruan-kekeliruan.
3) Panel
Suatu kelompok kecil, biasanya3-6 orang, mendiskusikan satu subjek tertentu, duduk dalam suatu
susunan semi melingkar, dipimpin oleh seorang moderator.Panel ini secara fisik dapat berhadapan
dengan audience, dapat juga secara tidak langsung (misalnya panel di televisi).Pada suatu panel yang
murni, audience tidak ikut serta dalam diskusi.
4) Syndicate group
Suatu kelompok (kelas) dibagi menjadi beberapa kelompok klecil terdiri dari 3-6 orang.Masing-
masing kelompok kecil melaksanakan tugas tertentu. Guru menjelaskan garis besarnya problema
kepada kelas:ia menggambarkan aspek-aspek masalah, kemudian tiap-tiap kelompok (syndicate)
diberi tugas untuk mempelajari suatu aspek tertentu. Guru menyediakan referensi atau sumber-
sumber informasi lain.Setiap sindikat bersidang sendiri-sendiri atau membaca bahan, berdiskusi, dan
menyusun laporan yang berupa kesimpulan sindikat.Tiap laporan dibawa ke sidang pleno untuk
didiskusikan lebih lanjut.
6) Simposium
Beberapa orang membahas tentang berbnagai aspek dari suatu subjek tertentu, dan membacakan di
muka peserta symposium secara singkat (5-20 menit).Kemudian diikuti dengan sanggahan dan
pertanyaan dari para penyanggah, dan juga dari pendengar.Bahasan dan sanggahan itu selanjutnya
dirumuskan oleh panitia perumus sebagai hasil simposium.
7) Informal debate
Kelas dibagi menjadi dua tim yang agak sama besarnya, dan mendiskusikan subjek yang cocok untuk
diperdebatkan tanpa memperhatikan peraturan perdebatan normal. Bahan yang cocok untuk
diperdebatkan ialah yang bersifat problematic, bukan yang bersifat aktual.
8) Colloquium
Seseorang atau beberapa orang manusia sumber menjawab pertanyaan dari audience. Dalam
kegiatan belajar mengajar, siswa atau mahasiswa menginterviu manusia sumber, selanjutnya
mengundang pertanyaan lain atau tambahan dari siswa atau mahasiswa lain. Hasil belajar yang
diharapkan ialah para siswa atau mahasiswa akan memperoleh pengetahuan dari tangan pertama.
9) Fish bowl
Beberapa orang peserta dipimpin oleh seorang ketua mengadakan suatu diskusi untuk mengambil
suatu keputusan.Tempat duduk diatur merupakan setengah lingkaran dengan dua atau tiga kursi
kosong menghadap peserta diskusi.Kelompok pendengar duduk mengelilingi kelompok diskusi,
seolah-olah melihat ikan yang berada dalam sebuah mangkuk (fish bowl).
Sedang kelompok diskusi berdiskusi, kelompok pendengar yang ingin menyumbangkan pikiran dapat
masuk duduk di kursi kosong. Apabila ketua diskusi mempersilakan berbicara, ia dapat langsung
berbicara, dan meninggalkan kursi setelah selesai berbicara.
1. Merangsang kreativitas siswa dalam bentuk ide, gagasan – prakarsa, dan terobosan baru dalam
pemecahan suatu masalah.
3. Memperluas wawasan
a. Menentukan masalah (topik) yang dijangkau oleh taraf berfikir siswa. Artinya siswa sudah
memiliki pengetahuan tentang pemecahan masalah yang diharapkan. Sehingga siswa dapat menilai,
menganalisa dan mencari alternatif pemecahan dari topik yang diberikan oleh guru.
c. Guru membentuk kelompok dengan murid dan dipilih pula ketua, wakil, penulis, mengatur
tempat duduk, menjelaskan tata tertib dan lain-lain.
e. Tiap kelompok melaporkan hasil-hasilnya. Lebih baik dalam laporan itu diajukan selain secara
tertulis juga secara lisan (dibacakan) dab semua siswa diharapkan memberi tanggapan dan guru
berusaha sebagai penengah apabila ada perbedaan (pertentangan) pendapat dan memberi usulan
serta penjelasan sebagai kesimpulan.
f. Akhirnya semua siswa mencatat hasil dari diskusi dan masing-masing ketua kelompok
mengumpulkan hasil diskusinya kepada guru.
3. Mungkin dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara atau ingin menonjolkan diri.
Untuk meminimalisir kekurangan metode ini, maka guru atau murid sebagai pemimpin diskusi
mempunyai peranan sebagai berikut :
Tugas pemimpin disini ialah memberikan pengarahan kepada anggota tentang masalah yang akan
didiskusikan (ruang lingkup diskusi). Sehingga dengan demikian tidak timbul pertanyaan-pertanyaan
yang menyimpang.
Disini tugas pemimpin diskusi ialah penerima pertanyaan-pertanyaan dari anggota kemudian
melemparkannya kembali kepada anggota. Jangan sampai terjadi tanya jawab antar kelompok kecil
saja. Usahakan seluruh anggota kelompok aktif berpartisipasi.
Metode diskusi dalam proses belajar mengajar mempunyai beberapa kegunaan, antara lain :
3. Membantu siswa untuk dapat mengetrapkan pengalaman teoritis dan pengalaman praktis dalam
berbagai pengetahuan di sekolah.
4. Membantu siswa untuk dapat menilai kemampuan dirinya, teman-temannya dan juga siswa
dapat menghargai pendapat teman.