Anda di halaman 1dari 3

MEMBIMBING ANAK

DENGAN PENUH PENGHARGAAN

Guru harus memiliki pengetahuan yang mendalam mengenai tingkah laku anak,
untuk dapat membimbing anak dengan penuh respek. Dalam pelaksanaannya harus
diterapkan tehnik-tehnik bimbingan yang positif serta dapat berkomunikasi secara
efektif dengan anak.

Dalam hal ini perlu diketahui bahwa :


 Cara yang paling baik untuk mengetahui tingkah laku anak adalah melihatnya
dari sudut pandang anak bukan dari sudut pandang orang dewasa.
 Sangatlah penting bagi guru untuk dapat membedakan antara mengkritik tingkah
laku anak dengan mengkritik anak.
 Tingkah laku guru sangat berpengaruh terhadap tingkah laku anak didiknya.
 Tehnik-tehnik yang tepat untuk mengendalikan tingkah laku anak didik dapat
dipelajari dan dikuasai melalui training.

I. Syarat bagi guru untuk dapat mengerti tingkah laku anak


Guru harus mempunyai pengetahuan yang mendalam mengenai :
(a) Perkembangan anak dan kebutuhan
(b) Cara anak belajar
(c) Iterprestasi anak terhadap pesan orang dewasa.

Appendix A.

a. Kebutuhan perkembangan anak : 1. Memiliki teman sebaya


2. Merasa berhasil disekolah
3. Merasa di hargai.

Tingkah laku anak yang tidak menunjang kebutuhan tersebut :


1) Malu untuk berinteraksi dengan anak sebaya dalam kelompok besar
2) Manolak melakukan kegiatan yang ia pikir tidak dapat dilakukan dengan baik
3) Menangis jika temannya dapat mengerjakan sesuatu dengan lebih baik.

Reaksi guru tidak mendukung (guru melihat dari sudut pandangnya sendiri) :
1) Guru memarahi anak karena merasa anak terlalu merepotkan soal kecil seperti
itu.
2) Guru “meneriaki” anak karena ia menolak untuk mencoba
3) Guru membiarkan anak untuk membandingkan dirinya dengan teman-temanya.

Reaksi guru yang mendukung (guru melihat dari sudut pandang anak) :
1) Mengajar anak untuk mengurangi rasa malunya
2) Memberi dorongan positif kepada anak untuk mau mencoba meskipun ada
kemungkinan ia tidak berhasil
3) Menunjukkan bahwa anak tersebut mempunyai keistimewaan lain.

Catatan : lihat Appendix A.


b. Cara anak belajar.

Cara anak belajar tingkah laku sosial didasari oleh “learning theory”, yaitu :
1) Jika reaksi langsung dari tingkah laku anak dipandangnya positif maka ada
kemungkinan besar ia akan mengulang tingkah laku tersebut dimasa
mendatang.
2) Jika reaksi langsung dari tingkah laku anak dipandangnya negatif maka hanya
ada kemungkinan kecil ia akan mengulang tingkah laku tersebut dimasa
mendatang.
3) Anak dapat menyukai sesuatu kegiatan meskipun gurunya mengira bahwa ia
tidak menyukainya.
4) Seorang anak akan mengidentifikasi dirinya dengan seorang dewasa yang ia
hormati (respek) serta kasihi dan dia akan mengikuti sebagian tingkah laku
orang tersebut.

c. Interprestasi anak terhadap orang dewasa

1) Jika dalam suatu kelompok, seorang anak ditegur (misal A) bisa saja anak lain
(B) ikut merasa bersalah atau satu kelompok ikut merasa ditegur.
2) Pemakaian/pemilihan kata-kata yang sederhana dan intonasi suara bisa
diterjemahkan berbeda oleh tiap anak.

Catatan : lihat Appendix B.

II. Tehnik-tehnik positif dalam membimbing tingkah laku anak.

a. Memberi bimbingan positif dalam mengendalikan tingkah laku anak.

Catatan : lihat Appendix C dan D.

b. Menggunakan kata-kata positif dan tepat dalam memberi bimbingan.

 Kata-kata dan nada suara yang tepat sangatlah penting dalam membimbing
anak, termasuk ketika mendisplin anak.
 Kata-kata yang negatif dan insensif akan menimbulkan rasa sedih, melakukan,
kesal, marah bagi anak.
 Kata-kata yang dipergunakan secara positif akan membantu menimbulkan
selfdicipline pada anak.
 Anak yang mendengar kata-kata yang diucapkan dengan nada suara tegas,
akan merasa aman dan terlindungi. Sebaliknya, kata-kata yang diucapkan
dengan berteriak hanya akan mengagetkan dan membingungkan anak.
 Berada setingi anak ketika sedang berkomunikasi atau melakukan pendekatan
padanya sangatlah penting.
 Hindari berkata-kata dari jarak jauh.
 Beri perintah/bimbingan secara positif dan berilah pilihan yang memang dapat
dilaksanakan.
Pertanyaan-pertanyaan pada anak :

 Haruslah jelas
 Katakan apa yang terjadi
 Tingkah laku apa yang diperbolehkan/dapat diterima
 Tingkah laku apa yang tidak diperbolehkan/dapat diterima
 Menyarankan pemecahan persoalan
 Hindarilah mengulang apa yang telah dikatakan sehingga harga diri anak dapat
tetap dihormati.

Catatan : lihat Appendix E.

c. Atur ruangan sedemikian rupa sehingga menimbulkan self-dicipline.


Periksalah pengaturan ruangan atau mebel yang ada untuk memastikan
keadaan tidak justru memancing tingkah laku yang tidak diinginkan.

d. Buat peraturan-peraturan.
Peraturan dibuat untuk membantu anak,
 Mengetahui apa yang diharapkan darinya
 Mengantisipasi tingkah laku anak lain
 Memberi rasa aman.

Peraturan dibuat untuk membantu guru,


 Mengetahui apa yang diharapkan dari anak-anak
 Mengantisipasi tingkah laku anak-anak
 Dalam melaksanakan tugasnya sehingga terasa lebih mudah.

Peraturan sebaiknya :
 Jumlah tidak terlalu banyak (karena anak akan lupa) atau terlalu sedikit (karena
akan tidak aman).
 Sesuai dengan taraf perkembangan anak.
 Memiliki konsekwensinya, beri penjelasan pada murid mengapa diadakan
peraturan tertentu, dalam hal-hal tertentu dapat mengikutsertakan anak dalam
membuat peraturan.
 Terapkan peraturan secara konsisten.
 Anak perlu diberi tahu lebih dari sekali, namun tetaplah bersikap positif.
 Jika anak telah menunjukan perkembangan, maka peraturan dapat dirubah.

e.Beri dorongan agar anak memperlihatkan tingkah laku sosial yang positif.
Tingkah laku sosial yang positif terjadi jika seorang anak melakukan sesuatu
yang tidak hanya bermanfaat baginya tetapi juga orang lain.

Terdapat tiga bagian tingkah laku sosial :


1) Berbagi : jika anak membagi bagian dari milik pribadinya meskipun ia tidak akan
mendapat imbalan.
2) Kerjasama : jika anak berusaha untuk mendapat sebuah imbalan yang dapat
dinikmati oleh anak dan yang lainnya.
3) Empati : jika anak dapat merasakan apa yang dirasakan orang lain dan mengerti
perasaanya.

Anda mungkin juga menyukai