Anda di halaman 1dari 3

Bismillahirrahmaanirrohim, Assalamu’alaikum wr.

wb

‫ َأمَّا َبعْ ُد‬، ‫صحْ ِب ِه َو َمنْ َوااَل َه‬


َ ‫هللا َو َع َلى آلِ ِه َو‬
ِ ‫صاَل ةُ َوال َّساَل ُم َع َلى َرس ُْو ِل‬ ِ ‫الـح ْم ُد‬
َّ ‫هلل َوال‬ َ
Alhamdilillahi was sholatu was salaamu ‘alaa rosulillahi wa’alaa aalihi wa sohbihi wa
maw waalaah. Amma ba’du.

Alhamdulillah pada hari ini kita masih diberikan kekuatan untuk melaksankan ibdah
puasa di hari ke 7 Ramadhan, semoga Puasa kita hari ini mendapatkan keberkahan
berkualitas serta penuh keikhlasan kepada Allah swt. Aamiin YRA

Tidak lupa solawat dan salam tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW,
keluarganya, beserta sahabat. Semoga kita semua mendapatkan syafaatnya dan
mendapat petunjuk hingga hari kiamat nanti.

Pada kesempatan yang berbahagia ini saya akan menyampaikan Kultum yang
berjudul “Puasa untuk Kendalikan Hawa Nafsu”

Seorang tokoh sufi agung dan pengarang kitab tasawuf terkenal, Kashful Mahjub
menyatakan esensi puasa ialah menahan diri dari segala larangan Allah SWT. Pada
dasarnya, menjauhi larangan Allah SWT adalah hal yang sukar dan berat bagi manusia.

Kenapa? Karena manusia memiliki hawa nafsu (keinginan jiwa). Sebagaimana


dimaklumi, manusia selain dianugerahi akal oleh Allah SWT juga diberi nafsu.
Kebanyakan dari hal-hal yang dilarang oleh Allah adalah disukai oleh nafsu (syahwat),
sedangkan hal-hal yang diperintahkan oleh Allah yang akan mengantarkan manusia
kepada keselamatan abadi di akhirat kelak, tidak disukai sama sekali oleh nafsu.

Seorang tokoh sufi agung periode awal, Imam al-Harits bin Asad al-Muhasibi dalam
kitabnya yang terkenal, al-Ri’ayah li-Huquq Allah, mengemukakan sebuah
hadis:“Neraka dikelilingi oleh syahwat.”
(Hadis diriwayatkan oleh Muslim (nomor 2822) dari Anas bin Malik)

Hadis ini dijelaskan oleh sebuah hadis lainnya,"Sesungguhnya Allah SWT menciptakan
neraka, kemudian Ia berkata kepada jibril: Pergilah ke neraka dan lihatlah. Maka, Jibril
pun pergi ke neraka, lalu ia berkata: Demi kemuliaan-Mu, tiada seorang yang akan
memasukinya. Kemudian Allah menghiasi neraka dengan syahwat, dan Ia berkata
kepada Jibril: Pergilah ke neraka dan lihatlah apa-apa yang disediakan di dalam neraka
untuk ahlinya.

Maka Jibril pun pergi ke neraka lalu berkata: Demi kemuliaan-Mu, sungguh aku
khawatir tidak seorang pun manusia yang akan selamat dari neraka. Dan Allah SWT
menciptakan surga, lalu dia berkata kepada Jibril: Pergilah dan lihatlah ke dalamnya
dan apa-apa yang aku sediakan di dalamnya untuk ahlinya. Maka Jibril pergi ke surga
dan melihatnya, lantas ia berkata: Demi kemuliaan-Mu mungkin semua manusia akan
memasukinya. Maka Allah menghiasi surga dengan yang tidak disukai, lalu ia berkata
kepada Jibril: Pergilah dan lihatlah. Maka Jibril pun pergi dan melihat ke dalamnya, lalu
ia berkata: Demi kemuliaan-Mu aku khawatir tiada seorang pun yang akan
memasukinya."
(Hadis riwayat Ahmad)

Dari hadis di atas sangat jelas bahwa hal-hal yang bisa menjerumuskan manusia ke
neraka identik dengan keinginan nafsu (syahwat), sedangkan amalan-amalan yang bisa
memasukkan manusia ke surga, tidak disukai oleh nafsu. Karena itu puasa diperlukan
sebagai latihan (training) pengendalian hawa nafsu.

Kegagalan manusia dalam mengendalikan hawa nafsu bisa berakibat fatal bagi diri
manusia itu sendiri. Secara garis besar, hawa nafsu perlu dikendalikan karena:

1. Keinginan dari nafsu (syahwat) hanyalah hal-hal yang bersifat kelezatan duniawi,
menyenangkan bagi jasad dan bersifat fisik material, sebagaimana firman Allah
SWT,"Dijadikan indah pada pandangan manusia kecintaan kepada syahwat, yaitu
wanita-wanita, anak-anak dan harta yang banyak berupa emas, perak, kuda-kuda yang
tampan, dan binatang ternak dan sawah ladang atau tanam-tanaman. Demikian itu
merupakan kesenangan hidup dunia dan di sisi Allahlah tempat kembali yang baik.”
(Alquran al-Imran 3:14)

Dengan demikian, orang yang tidak bisa mengendalikan nafsu cenderung mengabaikan
kehidupan akhirat, kebutuhan rohani dan hal-hal yang bersifat spiritual. Akibatnya
terjadi kesenjangan dalam diri seseorang dan terlena dengan kehidupan dunia.

2. Hawa nafsu cenderung membawa manusia kepada kejahatan sebagaimana


dinyatakan oleh Nabi Yusuf AS,"Aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan-
kesalahan), karena sesungguhnya nafsu (hawa nafsu) selalu menyuruh kepada
kejahatan kecuali orang yang diberi rahmat oleh Tuhanku." (Alquran Yusuf 12:53)

Dari ayat ini, dipahami nafsu cenderung menjerumuskan manusia kepada kejahatan,
perbuatan dosa (maksiat) dan kefasikan.

3. Hawa nafsu cenderung membawa manusia kepada kesesatan, sebagaimana firman


Allah SWT,“Janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, maka ia akan menyesatkanmu dari
jalan Allah. (Alquran Shad 38:26)

4. Orang yang dikalahkan oleh hawa nafsu disifatkan Allah sebagai telah menjadi
hamba bagi nafsunya (menjadikan hawa nafsu sebagai Tuhan) karena ia menaati
nafsunya dan mendurhakai Allah SWT, Tuhan yang mesti ditaatinya, sebagaimana
firman Allah SWT,"Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa
nafsunya sebagai tuhannya. Maka, apakah kamu dapat menjadi pemeliharanya?”
(Alquran al-Furqan 25:43)

5. Orang yang dirinya didominasi oleh nafsu hewani akan turun derajatnya dan
mendapatkan kehinaan. Itulah beberapa alasan mengapa pengendalian hawa nafsu itu
sangat penting sekali. Kegagalan dalam pengendalian hawa nafsu akan membuat
manusia terjerumus ke dalam kejahatan, dosa, maksiat dan kesesatan yang
mengakibatkan manusia jauh dari Allah dan mendapat murka-Nya serta jatuh ke jurang
kehinaan.

Di sinilah peran penting puasa sebagai latihan (training) pengendalian hawa nafsu.
Puasa bukan untuk membunuh atau mematikan hawa nafsu, karena bagaimana pun
manusia memerlukannya. Dengan adanya hawa nafsu manusia bisa meneruskan
kehidupan di bumi, membangun bumi dan menciptakan peradaban di bumi, yang
merupakan tugas manusia sebagai khalifah (wakil) Allah di bumi.

Manusia dituntut untuk mengendalikan hawa nafsu agar tidak diperbudak olehnya.
Hawa nafsu yang terkendali disebut dengan nafs al-muthma’innah (jiwa yang tenang),
sebagaimana firman Allah SWT,"Wahai jiwa yang tenang! Kembalilah kepada Tuhanmu
dengan hati yang puas (rida) lagi diridai. Maka, masuklah ke dalam golongan hamba-
hamba-Ku. Dan masuklah ke dalam surga-Ku.” (Alquran al-Fajr 89:27-30)

Nafsu muthmainnah adalah nafsu yang sudah ditundukkan dan dikendalikan, sehingga
bisa berjalan di jalan yang lurus dan di atas rel yang benar, sehingga tidak
membahayakan pemiliknya.

Demikianlah pentingnya puasa sebagai momen latihan pengendalian hawa nafsu.


Apabila seorang mukmin sukses dalam mengendalikan hawa nafsu, maka ia akan
mampu menahan diri dari segala larangan Allah SWT dan tidak berat dalam
melaksanakan semua perintah-Nya. Jika hal ini sudah terwujud, maka sesungguhnya
seorang Muslim tersebut telah mencapai derajat takwa, suatu derajat yang paling mulia
di sisi Allah SWT.

Cukup sekian Kultum dari saya semoga bermamfaat, mohon maaf jika ada
kesalahan
Billahi Taufiq WalHidayah Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh

Anda mungkin juga menyukai