Anda di halaman 1dari 4

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Alhamdulillaahi robbil ‘aalamiin, wabihi nasta’inu ‘alaa


umuriddunya waddiin. Wassholatu wassalamu ‘alaa asyrofil
mursaliin, wa’alaa aalihi wa sohbihi ajma’iin. Amma ba’du.
Marilah kita panjatkan puji dan syukur atas ke hadirat
Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, yang telah
memberikan nikmat sehingga kita semua dapat berkumpul
ditempat ini dalam keadaan yang sehat. Shalawat serta salam,
marilah kita panjatkan kepada junjungan kita yaitu habibana
wanabiyana wa maulana Muhammad SAW.
Terimakasih kepada MC dan juri yang sudah memberikan
kesempatan bagi saya untuk berpidato disini. Saya akan
membawakan pidato yang berjudul “Pengendalian Hawa Nafsu”.
Hadirin yang dirahmati Allah, dikutip dari buku Menggapai
Ridha Illahi oleh Sayyid Muhammad Nuh, dkk., hawa nafsu berarti
suatu keinginan yang bertujuan kepada hal-hal yang bertentangan
dengan syariat Allah. Perihal hawa nafsu juga dijelaskan dalam
Alquran pada surat Yusuf ayat 53 yang berbunyi:

Artinya: Dan aku tidak (menyatakan) diriku bebas (dari


kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu mendorong
kepada kejahatan, kecuali (nafsu) yang diberi rahmat oleh
Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun, Maha
Penyayang.
Kita harus mengendalikan hawa nafsu yaitu karena:
1. Keinginan dari nafsu (syahwat) hanyalah hal-hal yang bersifat
kelezatan duniawi, menyenangkan bagi jasad dan bersifat fisik
material
2. Hawa nafsu cenderung membawa manusia kepada kesesatan,
sebagaimana firman Allah SWT,“Janganlah kamu mengikuti hawa
nafsu, maka ia akan menyesatkanmu dari jalan Allah. (Alquran
Shad 38:26)
3. Orang yang dikalahkan oleh hawa nafsu disifatkan Allah sebagai
telah menjadi hamba bagi nafsunya (menjadikan hawa nafsu
sebagai Tuhan) karena ia menaati nafsunya dan mendurhakai Allah
SWT, Tuhan yang mesti ditaatinya, sebagaimana firman Allah
SWT,"Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan
hawa nafsunya sebagai tuhannya. Maka, apakah kamu dapat
menjadi pemeliharanya?” (Alquran al-Furqan 25:43)
4. Diriwayatkan oleh Abdullah bin Amr bin Al Ash ra, Rasulullah
SAW bersabda

“Tidak beriman seseorang sampai hawa nafsunya ia tundukkan


demi mengikuti apa yang aku bawa” (HR. At-Thabrani)
Lalu mengapa Allah menciptakan hawa nafsu yang jelas
akan membuat kita lalai akan perintahNya?. Setiap yang Allah
ciptakan pasti memiliki hikmahnya, begitu juga dengan hawa
nafsu. Allah menciptakan hawa nafsu karena manusia tidak akan
bisa hidup tanpa adanya keinginan, seperti keinginan untuk makan,
mencari harta, dan lainnya.
Lalu bagaimana kita dapat mengendalikan hawa nafsu kita? Yaitu
dengan berpuasa. Pengarang Kitab Tanbihul Ghafilin (peringatan
bagi orang yang lalai) Abu Laits As-Samarqandi menceritakan
kisah penciptaan Akal (al-Aql) dan Nafsu (Nafsun atau Nufusun).
Saat penciptaan keduanya, ternyata Nafsu memiliki karakter yang
degil, keras dan membangkang kepada Allah Ta'ala.
Dalam paparannya, Abu Laits As-Samarqandi menukil sebuah
kitab karangan 'Ustman bin Hasan bin Ahmad Asy-Syaakir Al-
Khaubawiyi, seorang ulama yang hidup pada abad ke 13 Hijrah.
Beliau menerangkan ketika Allah Ta'ala menciptakan Akal, maka
Allah berfirman yang artinya: "Wahai Akal menghadaplah
engkau." Maka Akal pun menghadap ke hadapan Allah. Kemudian
Allah berfirman: "Wahai Akal berbaliklah engkau!", lalu Akal pun
berbalik menuruti perintah Allah.
Kemudian Allah Ta'ala berfirman lagi: "Wahai Akal! Siapakah
aku?". Lalu Akal pun berkata, "Engkau adalah Tuhan yang
menciptakan aku dan aku adalah hamba-Mu yang dhaif dan
lemah". Lalu Allah Ta'ala berfirman: "Wahai Akal, tidak Ku-
ciptakan makhluk yang lebih mulia daripada engkau."
Setelah itu, Allah Ta'ala menciptakan Nafsu, dan berfirman
kepadanya: "Wahai Nafsu, menghadaplah kamu!". Nafsu tidak
menjawab dan sebaliknya mendiamkan diri. Kemudian Allah
Ta'ala berfirman lagi: "Siapakah engkau dan siapakah Aku?". Lalu
nafsu berkata, "Aku adalah aku, dan Engkau adalah
Engkau."Setelah itu, Allah Ta'ala menyiksanya di dalam neraka
jahim selama 100 tahun, dan kemudian mengeluarkannya.
Kemudian Allah Ta'ala berfirman: "Siapakah engkau dan siapakah
Aku?". Lalu Nafsu berkata, "Aku adalah aku dan Engkau adalah
Engkau."Lalu Allah Ta'ala memasukkan Nafsu ke dalam neraka
Juu' (neraka yang penuh dengan rasa lapar) selama 100 tahun.
Setelah dikeluarkan maka Allah Ta'ala berfirman: "Siapakah
engkau dan siapakah Aku?". Akhirnya Nafsu mengakui dengan
berkata, "Aku adalah hamba-Mu dan Engkau adalah Tuhanku."
Dari penjelasan tersebut maka cara untuk mengendalikan
hawa nafsu yaitu dengan berpuasa. Dengan berpuasa kita harus
menahan hawa nafsu kita, maka hal ini dapat membantu kita dalam
mengendalikan hawa nafsu. Nafsu yang sangat keras kepala
ditaklukan oleh rasa lapar, dan dengan berpuasa kita harus
menahan lapar dan menolak untuk memenuhi hawa nafsu yang
membuat puasa kita batal. Maka dari itu kita harus melaksanakan
puasa terutama puasa ramadhan agar dapat mengendalikan nafsu
kita.
Sekian pidato yang dapat saya sampaikan, semoga pidato
ini dapat bermanfaat, dan bisa menjadi pembelajaran terutama
tentang mengendalikan nafsu kita. Mohon maaf apabila ada
kesalahan dalam kata kata saya, dan mohon maaf apabila
penyampaian saya terkait materi ada yang tidak dimengerti. Mari
kita tutup dengan membaca doa penutup majlis

Terimakasih, wassalamu’alaikum wr wb

Anda mungkin juga menyukai