Anda di halaman 1dari 1

Sudahkah Nafsu Kita Ikut Berpuasa?

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

‫َو َم ا ُأَبِّرُئ َنْف ِس يۚ ِإَّن الَّنْف َس َأَلَّم اَر ٌة ِبالُّس وِء ِإاَّل َم ا َر ِح َم َر يِّب ۚ ِإَّن َر يِّب َغُفوٌر َّر ِح يٌم‬
Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu banyak
menyuruh kepada perbuatan buruk, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Rabbku. Sesungguhnya
Rabbku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang. (QS Yusuf: 53)
Saudaraku yang dirahmati oleh Allah, ketahuilah bahwa Allah subhanahu wa ta’ala menciptakan
manusia dengan akal dan nafsu. Dengan akal manusia bisa memahami segala hal, dari mana, akan
kemana, dan untuk tujuan apa manusia itu diciptakan. Dengan akal manusia dapat mengkaji dan
memahami segala ilmu yang Allah ajarkan baik itu ilmu agama dan ilmu pengetahuan dunia.
Dengan akal juga manusia bisa memahami baik dan buruk. Karena itulah Allah subhanahu wa
ta’ala mencela orang-orang yang tidak menggunakan akalnya dengan benar dengan berfirman:
“Kami tidak mengutus sebelummu, melainkan orang laki-laki yang Kami berikan wahyu kepadanya
diantara penduduk negeri. Maka tidakkah mereka bepergian di muka bumi lalu melihat bagaimana
kesudahan orang-orang sebelum mereka (yang mendustakan Rasul). Sesungguhnya negeri akhirat
lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kalian memikirkannya?” (QS Yusuf:
109)
Sedangkan dengan adanya nafsu, manusia memiliki keinginan-keinginan yang sesuai dengan apa
yang diharapkan untuk meraih kebahagiaan dan ketenangan lahir dan batin. Dengan nafsu manusia
berusaha siang dan malam untuk mendapatkan keinginan itu. Akal dan nafsu adalah dua sisi yang
bisa menjadikan manusia terpuji dan tercela. Namun celakanya nafsu banyak menyuruh kepada
perbuatan keji dan dosa-dosa. Nafsu adalah kendaraan tunggangan setan untuk mempengaruhi
psikologis manusia untuk menyesatkannya. Dari pintu nafsu inilah setan masuk menguasainya.
Ketika nafsu ini sudah dikendalikan oleh setan maka berbagai macam kerusakan akan timbul di
muka bumi. Bukankah permusuhan, kezhaliman, keserakahan mengeksploitasi hasil alam, saling
fitnah dan menjatuhkan untuk sampai pada pucuk pimpinan, egoisme pribadi dan kelompok, tidak
peduli pada kesengsaraan rakyat, menganjurkan perbuatan dosa dan melarang dari kebajikan,
korupsi, kolusi, dan nepotisme dan berbagai macam kerusakan lainnya itu timbul karena nafsu yang
dikendalikan oleh setan?
Saudaraku yang dirahmati oleh Allah, walaupun demikian di sisi lain masih ada nafsu yang diberi
rahmat oleh Allah. Nafsu yang tidak lagi dikendalikan oleh setan. Nafsu yang merasa tenang kepada
Rabbnya. Nafsu yang menyambut seruan petunjuk dan menolak ajakan untuk sesat. Bukankah
masih ada orang-orang yang berjihad, berdakwah, dan menganjurkan kebajikan dan melarang dari
perbuatan dosa, membela orang-orang yang terzhalimi, dan memerangi segala bentuk
penyimpangan?
Saudaraku, ketahuilah bahwa nafsu bisa mencapai derajat seperti ini atas karunia dan rahmat Allah,
bukan semata-mata usaha dan kemampuan diri maka mohonlah kepada Allah agar berkenan
menjadikan nafsu kita termasuk nafsu yang mendapatkan rahmat-Nya! Kemudian tempuhlah jalan
untuk meluruskan nafsu dan menghindarkannya dari kendali setan. Ketahuilah bahwa diantara
jalannya adalah ibadah puasa yang kita lakukan saat ini!
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
‫ِإَّن الَّش ْيَطاَن ْجَيِر ِم ِن اْبِن آَد ْجَم ى الَّد ِم‬
‫َم َر‬ ‫ْي‬
Sesungguhnya setan mengalir di dalam tubuh anak Adam (manusia) di tempat mengalirnya darah.
(HR Bukhari dan Muslim)
Karena itulah sebagian ulama salaf berkata: “Persempitlah gerak setan dengan berpuasa!”

Materi. 9

Anda mungkin juga menyukai