Anda di halaman 1dari 30

Nafsul Insan ( Nafsu Manusia )

Posted: September 4, 2011 in Catatan Dakwah


0
Semoga hidayah Allah tetap menyertai kita semua. Mari pererat lagi jabatan tangan kita,
mendekatlah lagi, bersama-sama menghimpun tekad untuk melangkah bersama melewati
dinding hidup dan jalan perjuangan yang semakin terjal.
Sesungguhnya perang antara seorang hamba dan nafsunya merupakan perang yang paling besar
dan keras di dunia. Karena hal itu akan sangat menentukan perjalanan manusia baik di dunia
maupun di akhirat. Hawa nafsu seperti didefinisikan oleh para ulama adalah sesuatu yang
disenangi oleh jiwa. Apabila manusia menunaikan seluruh keinginan hawa nafsunya, maka tidak
mustahil bahwa dia akan terjerumus ke dalam kehancuran.
Akibat dari perperangan melawan nafsu itu, membagi manusia ke dalam tiga golongan. Yaitu,
mereka yang menempatkan ruh di atas hawa nafsu. Mereka menyatakan jihad sampai ia bisa
menaklukan nafsunya maka nafsu mengikutinya, dan inilah hamba Allah yang sebenarnya.
Mereka yang menempatkan ruh di atas hawa nafsu, maka orientasinya adalah dzikir. Mereka
senantiasa mengingat Allah kapan pun, di mana pun, dan dalam keadaan apapun.
(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan
berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): Ya
Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka
peliharalah kami dari siksa neraka.(QS. Ali-Imran:191)
Mereka yang selalu mengingat Allah akan memiliki jiwa yang tenang. Mereka merasa dekat
dengan Allah. Dalam keadaan lapang ia mengingat Allah dengan bersyukur dan dalam keadaan
sempit ia mengingat Allah dengan bersabar. Itu semua memberikan kebaikan untuk dirinya.
(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah.
Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram(QS Ar raad:28)

Golongan yang selanjutnya adalah manusia yang menempatkan ruh yang didominasi oleh hawa
nafsu. Mereka menyerahkan hatinya kepada nafsu, jadilah ia pengikut hawa nafsunya, berbuat
sekehendak hawa nafsunya. Inilah yang akan mengantarkan kita kepada jurang kehancuran.
Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan
Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan
hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya
petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil
pelajaran?(QS Al Jaatsiyah:23)
Ruh yang didominasi oleh hawa nafsu, maka orientasinya kepada syahwat. Mereka hanya akan
menjadi budak dari hawa nafsunya. Jiwa mereka selalu menyuruh kepada kejahatan yang akan
membawa mereka ke dalam seburuk-buruknya tempat, yaitu neraka.
Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu
menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya
Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang.(QS Yusuf:53)
Ketiga adalah ruh yang tarik-menarik dengan hawa nafsu. Jadi, mereka berjuang memerangi
hawa nafsu pada suatu kesempatan, tapi kadang-kadang ia bersahabat denngan hawa nafsu pada
kesempatan lain. Suatu hari kemenangan untuknya, di hari lain kemenangan itu untuk nafsunya.
Sesungguhnya orang-orang yang beriman kemudian kafir, kemudian beriman (pula), kamudian
kafir lagi, kemudian bertambah kekafirannya, maka sekali-kali Allah tidak akan memberi
ampunan kepada mereka, dan tidak (pula) menunjuki mereka kepada jalan yang lurus (QS
Annisa:137)
Mereka dalam keadaan ragu-ragu antara yang demikian (iman atau kafir): tidak masuk kepada
golongan ini (orang-orang beriman) dan tidak (pula) kepada golongan itu (orang-orang kafir),
maka kamu sekali-kali tidak akan mendapat jalan (untuk memberi petunjuk) baginya
(QS.Annisa:143)
Ruh yang tarik-menarik dengan hawa nafsu maka orientasinya ada pada akal

. Mereka menjadikan akal sebagai panglima dalam menentukan kebenaran. Ini adala sebuah
kekeliruan, karena sesungguhnya kebenaran itu hanyalah milik Allah. Karena ketika kebenaran
itu dikembalikan/ditentukan oleh akal manusia, maka akan begitu banyak kebenaran yang akan
muncul, dan mereka masing-masin akan merasa dirinyalah yang paling benar dan bukan tidak
mungkin itu akan menyebabkan perpecahan. Maka dari itu, kebenaran yang sejati hanyalah milik
Allah Tuhan semesta alam.
Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak
(menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala
sesuatu(QS Al-baqarah:29)
Akibat dari ruh yang tarik-menarik dengan hawa nafsu adalah jiwa yang selalu menyesali
dirinya. Ia akan menyesali akan kekalahan atas hawa nafsunya ketikadirinya menang atas hawa
nafsunya disuatu kesempatan, namun di lain kesempatan ia kembali dikalahkan hawa nafsunya.
Saudaraku, mari kita renungkan termasuk ke dalam golongan yang manakah diri kita??? Mari
kita perbaiki mulai dari diri sendiri, mulai dari yang terkecil, dan mulai saat ini juga. Sekarang
kita di sini. Di detik, menit, jam, hari, pecan, dan tahun ini. Mari berdoa semoga keadaan kita
lebih baik dari yang lalu. Mari bersungguh-sunguh, karena hanya disini kesempatan kita
mengukir amal.
Sumber:
Materi tarbiyah, 38 sifat generasi unggulan, Mencari mutiara di dasar hati
https://dirtyfaces.wordpress.com/2011/09/04/nafsul-insan-nafsu-manusia/
Dalam diri manusia, ada dua unsur, yaitu unsur ruh dan nafsu.
Ada tiga kondisi manusia terkait dengan kedua unsur di atas.
Yang pertama, adalah ketika unsur nafsu lebih mendominasi dibanding ruh.
Kondisi ini disebut nafsu amara bis su'. Artinya didalam dirinya cuma tersisa nafsu yang selalu

menyuruhnya kepada kemaksiatan.


Ketika nafsu menjadi tuhan dari si manusia. Segala tindakan, perbuatan,
perilaku, pemikiran, ideologi, sampai kebiasaannya, hanya berlandaskan hawa nafsu semata.
Jika ini terjadi, maka jangan heran, kalau manusia bisa sampai pada posisi lebih bejat dari
binatang.

Yang kedua, adalah ketika unsur nafsu tarik menarik dengan ruh.
Ada saat dimana nafsu menang, tapi kadang-kadang, tarikan ruh juga menang.
Kondisi ini disebut nafsu lawamah. Lawamah artinya yang menyesali.
Dikatakan menyesali, karena terkadang si manusia menyadari keadaannya yang telah bermaksiat,
lalu diapun beristighfar, dan menyesali dirinya yang telah telanjur berbuat dosa. Maka diapun
melakukan ketaatan kembali. Di lain waktu, dia kembali tenggelam dalam dosanya, dan tidak
berapa lama dia tersadar kembali.
Begitu terus, berulang, dan kembali lagi.
Keadaan ini terlukis dalam firman Allah swt di surat Ali Imran ayat 135.
Yang ketiga, adalah ketika unsur ruh lebih mendominasi dibanding nafsu.
Inilah yang disebut dengan nafsul muthmainnah. Yaitu suatu keadaan, dimana seorang manusia,
mencapai puncak ketenangan jiwanya. Dan dia terus istiqomah di atas jalan kebenaran sampai
akhir hayatnya. Sampai ketika malaikat maut menjemputnya, dalam keadaan tenang dan bahagia,
sebagaimana firman Allah di surat Al-Fajr.
*****
Nafsu manusia, tidak dapat dihilangkan. Karena justru dengan adanya nafsu, kehidupan manusia
bisa berlangsung. Tetapi nafsu, seharusnya dikendalikan. Itulah gunanya aturan-aturan yang
Allah turunkan dalam Islam. Tanpa aturan, apa bedanya manusia dengan hewan?
Semoga Allah senantiasa membimbing kita dan menjadikan nafsu kita menjadi nafsul
muthmainnah, sampai ajal menjelang. Amin.
http://namasayarina.blogspot.co.id/2012/02/nafsul-insan.html
Rabu, 27 April 2011
Ma'rifatul Insan-Nafsul Insan
Nafsu Manusia
Sasaran :

Ruh di atas hawa nafsu


Dalil : ruh menguasai hawa nafsu (QS. 29 : 45)
berorientasi dzikr (QS. 3 : 191, 13 : 28)
jiwa yang tenang (QS. 89 : 27-30)

Ruh tarik menarik dengan hawa nafsu


Dalil : ruh senantiasa tarik menarik dengan hawa nafsu (QS. 4 : 137, 143)
berorientasi akal/akal-akalan (QS. 2 : 9)
jiwa yang selalu menyesali dirinya (QS. 75 : 2)

Ruh di bawah pengaruh hawa nafsu


Dalil : ruh dibawah pengaruh dan dikuasai hawa nafsu (QS. 25 : 43, 45 : 23)
berorientasi syahwat (QS. 3 : 14)
jiwa yang selalu menyuruh kepada kejahatan (QS. 12 : 53)
Pemateri: Ibu Ulya
Tanggal: 15 November 2007
MATERI
Insya Allah hari ini saya akan membawakan materi tentang nafsul insan, nafsu manusia. Sebuah
materi yang mungkin sudah sering kita dengar dan lebih ditujukan sebagai nasehat dan tausiah
bagi diri sendiri. Mudah-mudahan bagi yang sudah pernah mendengar/mendapatkannya bisa

menjadi materi untuk mengingatkan lagi. Bagi yang belum pernah, jadi tausiah bagi diri
akhwatfillah rahimakumullahu.
Sebagai mahluk ciptaan Allah SWT, setiap manusia jiwanya diberi dua jalan, yaitu jalan takwa
dan fujur (kesesatan). Kita diberi kebebasan untuk memilih yang baik atau yang buruk.
Sebagaimana difirmankan Allah SWT dalam QS 91:8 > maka Allah mengilhamkan kepada jiwa
itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Allah mengatakan bahwa beruntunglah orang2 yang
selalu membersihkan jiwanya (tazkiyatun nafs) dan merugilah yang mengotorinya.
Dalam hadist dikatakan: Rasulullah SAW bersabda, Allah Ta`ala berfirman, Aku telah
menciptakan hamba-hambaKu dalam keadaan hanif, lalu syaithan datang kepada mereka,
kemudian menyimpangkan mereka dari agama mereka (HR Muslim)
Bila Ruh manusia dapat menguasai hawa nafsunya, maka nafsunya akan menjadi nafsu yang
tenang (muthmainnah).
Namun ada juga yang manusia yang dikuasai oleh hawa nafsunya serta cenderung kepadanya,
sehingga kecenderugannya pada kejahatan dan kerusakan. Hawa nafsu yang seperti ini dikatakan
sebagai nafsu amarah. Di antara keduanya, ada juga nafsu lawwaamah yang menggambarkan
adanya tarik menarik antara ruh dan hawa nafsu.
Mari kita lihat ciri dari ketiga nafsu di atas.
1. Ruh di atas hawa nafsu (nafsu muthmainnah)
Cirinya: jiwanya selalu tenang dan pribadi yang nafsunya tenang ini selalu berorientasi untuk
berzikir kepada Allah SWT. Mereka juga sangat rajin beribadah. Ada beberapa ayat AQ yang
menjadi dalil naqli dari poin di atas.
QS 29:45 > Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan
dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan
mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari
ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.
QS 13:28 > (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan
mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.
Juga hadist: Dari Abu Umamah bahwa Rasulullah SAW bersabda, Katakanlah , Ya Allah,
aku memohon kepadaMu jiwa yang tenang dan keimanan akan pertemuan denganMu, ridha
atas ketentuanMu dan rasa puas atas pemberianMu (HR Ibnu Asakir)
2. Ruh yang ada tarik menarik dengan hawa nafsu
Cirinya: selalu berorientasi pada akal, jiwanya dikatakan jiwa yang selalu menyesali diri (nafsul
lawwaamah). Kadang tertarik godaan syaithan sehingga hawa nafsu menguasai dirinya,
terkadang ia teringat dan kemudian kembali kepada Allah. Mereka senantiasa ragu dengan apa
yang dikerjakannya dan bimbang/ragu dalam beramal.

Dalil naqlinya:
QS 4:137 > Sesungguhnya orang-orang yang beriman kemudian kafir, kemudian beriman
(pula), kamudian kafir lagi, kemudian bertambah kekafirannya, maka sekali-kali Allah tidak
akan memberi ampunan kepada mereka, dan tidak (pula) menunjuki mereka kepada jalan yang
lurus.
QS 4:143 > Mereka dalam keadaan ragu-ragu antara yang demikian (iman atau kafir): tidak
masuk kepada golongan ini (orang-orang beriman) dan tidak (pula) kepada golongan itu (orangorang kafir), maka kamu sekali-kali tidak akan mendapat jalan (untuk memberi petunjuk)
baginya.
Dari Ibnu Umar RA Rasulullah SAW bersabda, Perumpamaan orang munafik itu seperti
domba yang tersesat di antara dua kambing. Kadang ia bergabung dengan kambing ini dan
kadang bergabung dengan kambing yang satu lagi, dan tidak tahu mengikuti kambing yang
mana (HR Ibnu Jarir)
3. Ruh yang di bawah pengaruh hawa nafsu
Cirinya: selalu berorientasi pada syahwat, jiwanya selalu menyuruh pada kejahatan (nafsul
amarah). Hawa nafsunya selalu dipenuhi dengan keinginan untuk mengalahkan ketaatan dan
kepentingan ibadah. Manusia pada dasarnya berorientasi pada syahwat, namun diperlukan
pengendalian terhadap syahwat itu melalui dzikrullah.
Ada beberapa dalil naqlinya:
QS 45:23 > Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai
tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati
pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang
akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak
mengambil pelajaran?
QS 12:53 > Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu
itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku.
Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang.
Rasulullah SAW bersabda, Tiada aku tinggalkan fitnah yang lebih berbahaya bagi kaum laki2
daripada fitnah wanita.
Rasulullah SAW bersabda, Dunia merupakan harta benda, dan harta benda yang paling baik
ialah wanita yang shalehah. Jika dipandang, ia menyenangkannya, jika disuruh ia taat, jika
ditinggal ia menjaga kehormatan dirinya dan harta suaminya.
Demikian akhwatfillah rahimakumullahu. Mudah-mudahan dengan mengetahui ciri-ciri dari
ketiga nafsu tsb. kita dapat semakin bercermin, melihat dalam kondisi apa ruh kita sekarang.
Semoga Allah SWT selalu menjaga dan mengingatkan kita untuk selalu menjaga hati2 dan ruh
kita. Dan kita selalu dapat menjadi orang-orang yang beristiqomah dalam menjaga ketaatan
kepada Allah SWT. Amin. Wallahu`lam bishawab.

***************************************************************
DISKUSI
Desi: kalau posisi sekarang jujur aja kayanya masih di posisi ke2
Desi: karna u/ menggapai posisi pertama itu susah bgt
Desi: iman itu turun naik
Desi: ga ada habis2nya
Desi: gimana ya mba biar posisinya ada di nafsu yg 1 truzz
Desi: karna serem juga dengan ayat yg ini
Desi: Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya
dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran
dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya
petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil
pelajaran?
Desi: qs 45:23
Ibu Ulya: memang sulit utk terus berada pada posisi ruh yang pertama.kebanyakan kita
mungkin berada pada yang kedua..
Ibu Ulya: oleh karena itu penting bagi kita untuk mengetahui dulu kondisi ruhiyah
kita..kemudian setelah mengetahuinya, mencari obatnya
Ibu Ulya: jagnan sampai, kita tidak tahu, dan merasa baik2 sajapadahal ternyata sudah berada
pada kondisi nafsul lawwaamah atau amarahastaggfirullahal`adziim
Ibu Ulya: ada bbrp caranyadi antaranya:
Ibu Ulya: selalu berusaha membersihkan hati, dgn tazkiyatun nafs
Ibu Ulya: ada banyak jalan pembersihan hati atau diri ini, misalnya dgn banyak bersyukur,
bersabar thd cobaan Allah, suka bertaubat, bersikap lemah lembut, menyantuni dan menyayangi
sesama
Ibu Ulya: bergaul dengan para orang shalih/ah.agar tertular shalihnyarajinnyadengan
melihat mereka kita ingat kepada ALlah
Ibu Ulya: banyak melakukan muhasabah/perenungan diri
Ibu Ulya: dalam shalat2 malam kita.di akhir shalat2 kita
Ibu Ulya: kemudian yang pasti selalu berdoa kepada ALlahagar jiwa kita selalu dijagaNya
selalu dalam keadaan muthmainnah.shg kelak kita dpt menghadap, kembali kepada Allah dlm
keadaan yang tenang lagi dirihdoiNya
Ibu Ulya: qs 89:27-30 > Hai jiwa yang tenang, Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang
puas lagi diridhai-Nya, Maka masuklah ke dalam jamaah hamba-hamba-Ku, masuklah ke dalam
syurga-Ku.
Ibu Ulya: oya..satu lagi
Ibu Ulya: dalam hadist arbain ke-42, selama kita tidak menyekutukan ALlah swt dan selalu

berdoa kepadaNya, insya ALlah, masih ada kesempatan bunyinya spt ini :
Ibu Ulya: Diriwayakan dari Anas ra, ia berkata, Kudengar Rasulullah swt bersabda, Allah swt
berfirman; Wahai anak Adam, selama engkau berdoa dan berharap kepadaKu, maka Aku akan
mengampunimu atas apa yang ada padamu dan Aku tidak peduli. Wahai anak Adam, jika dosamu
memenuhi awan yang ada di langit kemudian engkau minta ampunan kepadaKu, tentu Aku
mengampunimu. wahai anak Adam, jika engkau datang kepadaKu dengan kesalahan yang
memenuhi bumi, kemudian engkau bertemu denganKu dalam keadaan tidak menyekutukan Aku
sedikitpun, maka akan Aku berikan kepadamu pengampunan sepenuh bumi. (HR Tirmidzi)
Desi: Allah memang Maha Pemurah ya..
Ibu Ulya: iya
Aya: menyekutukan Allah itu berarti kafir (misalnya yg menyembah selain Allah) atau punya
arti lain juga?
Aya: misalnya orang yg lebih besar cintanya pada dunia, atau pada keluarganya, melebihi
cintanya pada Allah SWT, apa itu disebut menyekutukan juga ga?
Ibu Ulya: secara umum memang menyekutukan Allah itu artinya menyembah selain Allah
Ibu Ulya: tapi perlu diingat pula bahwa Allah Maha pencemburu
Ibu Ulya: saya lupa dan tidak berhasil mencari hadistnya
Ibu Ulya: tapi kurang lebih, kita tidak boleh mencintai yang lain, termasuk di dalamnya keluarga,
harta, dllmelebihi Allah swt dan RasulNya
Ibu Ulya: mungkin kalau yg lain ingat..bisa dibantu
Desi: qs attaubah bukan?
Desi: ayat 24
Ibu Ulya: aaiyah, itu yang di AQ ya mba dessy jazakillah khair
Ibu Ulya: bunyinya Katakanlah: jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum
keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya,
dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari
berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah
tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.
Ibu Ulya: tapi yang hadist seingat saya juga pernah baca di riyadhus shalihin..tapi ngga berhasil
mencarinya
Icha: Hadits dari Sayyidah Aisyah ra yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhori
menyebutkan:
Maa Ahadun Aghyaru MinalLaahi Taalaa, Wa Min ghiirotihi Harromal Fawaahisya
Maa Dzahara Minha Wamaa Bathona. (Tidak ada yang lebih pencemburu daripada
Allah SWT. Di antara bentuk cemburu-Nya adalah Dia melarang perbuatan keji,
baik kekejian yang lahir maupun kekejian yang batin.)
Icha: yg ini ya mba??

Ibu Ulya: bukan sih, cha..tp jazakillah khair ya


Aya: oiya surat At-Taubah ayat 24 itu juga aku jd ingat trims
Aida: Mbak ulya, saya ingin menanyakan atau lebih tepatnya penjelasan mengenai > jiwanya
dikatakan jiwa yang selalu menyesali diri (nafsul lawwaamah), apakah yang dimaksud dengan
selalu menyesali diri ini adalah yang selalu mengulang ngulang kesalahan atau boleh di
katakan tobatnya bukan tobatan nasuha?, mohon penjelasannya
Ibu Ulya: terus pertanyaan mba aida, ttg jiwa yang selalu menyesali diri ya
Ibu Ulya: nafsul lawwaamah itu, maksudnya dalam batinnya selalu berperang baik dan buruk
kalau salah beristighfar dan bertaubat, tapi bisa juga lemah dan kalah thd godaan hawa nafsu dan
syaithan
Ibu Ulya: ya, bisa dikatakan ketika bertaubat, bukan taubatan nasuha, shg kmkn utk mengulangi
kesalahan itu kembali ada
Ibu Ulya: karena adanya tarik menarik antara hawa nafsu dan ruh itulah, mewujudkan pribadi
yang tidak komitmen dan tdk stabilbahkan kadang futur, dsb.
Ibu Ulya: begitu ya mba aida
Aida: iya mbak, kebanyakan manusia pada kondisi ini yaa, kalo gag berusaha sekuat tenaga
untuk mengekang godaan hawa nafsu dan syaiton
Desi: makin dijelasin Desi makin takut nih mba.. mohon doa ya dari semua biar bisa upgrade ke
nafsu Mutmainnah
Icha: amiin..
Ibu Ulya: sama2 ya mba dessy
Definisi (tarif) Insan
Manusia dapat didefinisikan sebagai makhluk Allah SWT yang terdiri dari ruh dan jasad yang
muliakan Allah SWT dengan posisi sebagai khalifah di muka bumi dan bertugas untuk mengabdi
kepada-Nya.
Hakekat Insan (Manusia)
Manusia itu terdiri dari ruh dan jasad. Dan ruh yang hidup dalam daging dan tulang-belulang, ia
memiliki nilai lebih besar daripada seluruh alam kebendaan. Meskipun ruh dan jiwa berkaitan
dengan jasad yang berupa benda, namun adanya manusia adalah berkat adanya ruh. Dan ruh
adalah asal dan sumber kepribadian manusia, seolah-olah seluruh alam wujud ini diciptakan
Allah SWT untuk membentuk manusia agar dapat mengenal hakekat dirinya.
Ruh manusia itu berasal dari alam arwah (alam yang hakikatnya tidak dapat diketahui oleh
manusia di mana tempatnya), sedangkan jasmani berasal dari tanah. Setelah keduanya digabung
menjadi satu, manusia dimasukkan ke alam yang ke dua yaitu alam rahim (alam kandungan).
Setelah terlahir dari perut ibunya, manusia memasuki alam ke tiga yaitu alam dunia (alam fana).
Di alam dunia ini manusia akan tinggal untuk sementara sesuai dengan jatah umur yang
diberikan oleh Allah SWT.



.
Dan mengapa mereka tidak memikirkan tentang (kejadian) diri mereka?, Allah tidak menjadikan
langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya melainkan dengan (tujuan) yang benar dan
waktu yang ditentukan.Dan sesungguhnya kebanyakan diantara manusia benar-benar ingkar akan
pertemuan dengan Rabbnya. (QS. Ar-Rum (30) : 8).
Kemudian setelah manusia mati, baik secara husnul khatimah maupun suul khatimah, ia akan
memasuki alam ke empat, yaitu alam kubur (alam barzakh). Di alam ke empat ini manusia akan
tinggal sampai tiba hari kiamat atau hari kebangkitan (yaumul bats). Setelah dibangkitkan
kembali, manusia akan memasuki alam yang ke lima yaitu padang Mahsyar. Dan di padang
Mahsyar inilah semua manusia akan mempertanggungjawabkan seluruh amal perbuatannya
selama hidup di dunia.
Apabila ia berbuat baik selama hidupnya, maka surgalah bagiannya, dan apabila selama
hidupnya banyak berbuat maksiat, maka nerakalah yang akan menjadi tempat kedudukannya.
Surga dan neraka adalah alam yang ke enam setelah alam Mahsyar.
Islam menghendaki supaya manusia, selama hidup di dunia selalu berada pada martabat yang
luhur. Islam memandang, bahwa manusia sebagai makhluk hidup yang memiliki roh, akal dan
hati. Islam juga hendak meningkatkan manusia dari makhluk yang hanya memiliki rasa indra
seperti alam tumbuh-tumbuhan, alam hewani dan terus meningkatkannya, sehingga menjadi
makhluk yang berakal, berperasaan dan rasa indra. Islam menghendaki, agar manusia menjadi
anggota yang berdaya guna bagi masyarakatnya.
Dengan akal yang dimilikinya, dalam pandangan Islam, manusia tidak hanya dimuliakan karena
ia berbeda dari makhluk yang lainnya, akan tetapi ia dimuliakan karena kualitas kehidupannya di
dunia. Kualitas kehidupan manusia tersebut, ditentukan oleh kualitas dan kuantitas
pengabdiannya kepada sang pencipta, Allah SWT; karena pada dasarnya manusia diciptakan
hanya untuk mengabdikan diri kepada Allah SWT. Semakin baik pengabdiannya kepada Allah
SWT, maka ia akan semakin baik dan mulia kedudukannya di sisi Allah SWT. Akan tetapi
apabila manusia itu tidak sanggup memerankan sebagai hamba Allah yang baik yang selalu
meningkatkan pengabdian kepada-Nya, maka ia akan lebih hina sekalipun harus dibandingkan
dengan makhluk Allah yang bernama hewan.
Oleh karena itu, maka sudah seharusnya sebagai manusia yang beriman mengoptimalkan
anugerah Allah SWT berupa pendengaran, penglihatan dan hati untuk mendengar, melihat dan
memahami ayat-ayat Allah SWT, agar keimanan senantiasa bertambah, sehingga terus
bersemangat untuk membelkali diri dengan ketakwaan atau pengabdian kepada Allah SWT
dalam rangka menyongsong kehidupan yang abadi di akhirat kelak dengan penuh kebahagiaan
dan kesejahteraan.
Sesungguhnya, tidak ada lagi perbekalan yang akan meninggikan derajat manusia di dunia dan di

akhirat kelak, kecuali bekal ketakwaan, sebagaimana firman Allah SWT,


.

Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah taqwa dan bertaqwalah kepada-Ku hai
orang-orang yang berakal. (QS. Al-Baqarah (2) :197)
Potensi Manusia (Thaqatul insan)
Di antara potensi-potensi yang telah dianugerahkan Allah SWT kepada manusia adalah :
Pendengaran, Penglihatan dan Hati

.
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun,
dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur. (QS. An-Nahl
(16) :78)
Akal
Di antara semua makhluk yang ada di dunia, manusia adalah makhluk yang paling sempurna,
baik dari segi fisik maupun pemikiran. Makhluk yang mendekati kesemurnaan manusia adalah
hewan, namun ia hanya sanggup mendekati tidak mungkin menyamai kesempurnaan manusia.
Kesempurnaan manusia adalah karena manusia diberi akal oleh Allah SWT, sehingga ia memiliki
kemampuan untuk memahami siapa dirinya, dan siapa Allah SWT dan untuk sebenarnya ia
diciptakan, di mana dengan pemahaman ini akan menghantarkannya kepada kemuliaan yang
sesungguhnya, dan bukan hanya mulia dari sisi penciptaannya saja.
Jasad
Jasad atau anggota tubuh merupakan bagian dari potensi yang dimiliki oleh manusia, untuk
membuktikan keimanan dan keislamannya dengan perbuatan. Apa yang telah dilihat oleh hamba,
didengar dan difahami dengan akalnnya dari syriat Islam melalui ayat-ayat Allah SWT,
kemudian ditentukan oleh hatinya mana yang harus dipilih dan dilakukan, maka giliran jasadlah
selanjutnya untuk membuktikan dengan perbuatan.
Dengan demikian sesungguhnya potensi yang diberikan kepada manusia sudah sangat sempurna,
tinggal bagaimana manusia itu mengoftimalkan potensi tersebut untuk menjadi manusi yang
paling mulia baik didunia ataupun diakhirat kelak dihadapan mahkamah Allah SWT.
Kisah Teladan Seputar Marifatul Insan
Dalam Al-Quran dikisahkan mengenai kehidupan seorang Nabi Allah yang bernama Yusuf bin
Yaqub ketika ia berada di lingkungan istana tempat di mana ia dirawat dan dibesarkan. Yusuf
adalah seorang nabi yang sangat tanpan, sehingga dengan ketampanannya, istri majikan yang
merawatnya sampai tergoda dan tergila-gila olehnya.
Pada suatu ketika istri majikannya bermaksud menggoda Yusuf untuk melakukan perbuatan tidak
senonoh dengan Yusuf, dan Yusuf pun bermaksud (melakukan pula) dengannya, andaikata dia
tidak melihat tanda (dari) Rabbnya, seingga ia berpaling dari kemungkaran dan kekejian
tersebut.
Dan keduanya berlomba-lomba menuju pintu dan istri majikannya itu menarik baju gamis Yusuf
dari belakang hingga koyak dan kedua-duanya mendapati suami wanita itu dimuka pintu. Wanita
itu berkata:"Apakah pembalasan terhadap orang yang bermaksud serong dengan isterimu, selain
dipenjarakan atau (dihukum) dengan azab yang pedih". Yusuf berkata:"Dia menggodaku untuk
menundukkan diriku (kepadanya)",
Dalam pada itu, seorang saksi dari keluarga wanita itu memberikan kesaksiannya:"Jika baju
gamisnya koyak di muka, maka istri majikannya itu benar, dan Yusuf termasuk orang-orang yang

dusta. Dan jika baju gamisnya koyak di belakang, maka istri majikannya itulah yang dusta, dan
Yusuf termasuk orang-orang yang benar".
Maka tatkala majikan Yusuf itu melihat baju gamis Yusuf koyak di belakang berkatalah
dia:"Sesungguhnya (kejadian) itu adalah di antara tipu daya kamu, sesungguhnya tipu daya kamu
adalah besar". Selanjutnya majikan Yusuf berkata,(Hai) Yusuf :"Berpalinglah dari ini, dan kamu
hai isteriku mohon ampunlah atas dosamu itu kepada Allah; karena kamu sesungguhnya
termasuk orang-orang yang berbuat salah".
Kejadian tersebut diam-diam telah tersiar ke luar istana, sehingga wanita-wanita di kota
berkata:"Isteri Al-Aziz menggoda bujangnya untuk menundukkan dirinya (kepadanya),
sesungguhnya cintanya kepada bujangnya itu adalah sangat mendalam. Sesungguhnya kami
memandangnya dalam kesesatan yang nyata".
Maka tatkala istri majikan yusuf mendengar cercaan mereka, diundangnyalah wanita-wanita itu
dan disediakannya bagi mereka tempat duduk, dan diberikannya kepada masing-masing mereka
sebuah pisau (untuk memotong jamuan), kemudian dia berkata (kepada Yusuf):"Keluarlah
(nampakkanlah dirimu) kepada mereka". Maka tatkala wanita-wanita itu melihatnya, mereka
kagum kepada (keelokan rupa)nya, dan mereka melukai (jari) tangannya dan berkata:"Maha
sempurna Allah, ini bukanlah manusia. Sesungguhnya ini tidak lain hanyalah malaikat yang
mulia".
Singkat cerita, Yusuf pun dipenjarakan oleh majikannya, namun hal itu tidak membuat Yusuf
bersedih atau berontak, akan tetapi ia segera memohon kepada Allah SWT,"Wahai Rabbku,
penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku. Dan jika tidak Engkau
hindarkan daripadaku tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung untuk ( memenuhi keinginan
mereka ) dan tentulah aku termasuk orang-orang yang bodoh".
Dari kisah tersebut, dapat diambil hikmahnya, bahwa secara fitrah memang manusia memiliki
kecendrungan untuk melakukan hal-hal yang menurut perasaan dan hawa nafsunya baik lagi
menyenangkan. Seandainya tanpa ada bimbingan wahyu dan kecerdasan akalnya, maka sudah
barang tentu hawa nafsu tersebut sudah terlampiaskan, meskipun sudah diketahui dampak atau
akibat yang ditimbulkannya.
Manusia dituntut agar senantiasa menggunakan akalnya dengan baik, senantiasa memikirkan
akibat baik dan buruk dari suatu amal yang hendak dilakukannya, agar supaya tidak menyesal
dikemudian hari. Dan disamping itu, ia tidak lupa untuk selalu memohon pertolongan dan
hidayah Allah SWT.
Yusuf adalah sosok manusia yang cerdas dalam berfikir, tidak terburu-buru dalam menentukan
sikapnya; karena ia menyadari bahwa hal yang demikian itu akan menjadikannya menyesal
seumur hidup. Dengan kesabaran dan kecerdasan yang dimilikinya, ia mampu bangkit menjadi
orang yang terpandang di tengah-tengah masyarakat banyak dan kisahnya senantiasa dikenang
sepanjang masa. Wallahu Alam bish-Shawwab.
TARIFUR RASUL
Rasul adalah seorang lelaki yang terpilih dan yang diutus oleh Allah dengan risalah kepada
manusia. Definisi rasul ini menggambarkan kepada kita bagaimana manusia sebagai Rasul yang
terbaik diantara manusia lainnya. Sehingga apa yang dibawa, dibincangkan dan dilakukan adalah
sesuatu yang terpilih dan mulia dibandingkan dengan manusia lainnya. Rasul sebagai pembawa
risalah yang Allah berikan kepadanya dan juga Rasul sebagai contoh dan teladan bagi aplikasi
Islam di dalam kehidupan seharian. Untuk lebih jelasnya bagaimana mengenal Rasul yang
menjalankan peranan pembawa risalah dan sebagai model, maka kita perlu mengenal apakah

ciri-ciri dari Rasul tersebut. Ciri-ciri Rasul adalah mempunyai sifat-sifat yang asas, mempunyai
mukjizat, sebagai pembawa berita gembira, ada berita kenabian dan memiliki ciri kenabian, juga
nampak hasil perbuatannya.
Penjelasan Rasmul Bayan
1. Ar Rasul.
Penjelasan :
Rasul adalah lelaki yang dipilih dan diutus Allah dengan risalah Islam kepada manusia. Rasul
adalah manusia pilihan yang kehidupannya semenjak kecil termasuk ibu bapanya sudah
dipersiapkan untuk menghasilkan ciri-ciri kerasulannya yang terpilih dan mulia. Mengenal rasul
mesti mengetahui apakah peranan dan fungsi rasul yang dibawanya. Terdapat dua peranan rasul
iaitu membawa risalah dan sebagai model.
Rasul sebagai manusia biasa yang diberikan amanah untuk menyampaikan risalah kepada
manusia.
Dalil :
Q.18:110, Rasul sebagai manusia biasa seperti kamu.
110. Katakanlah: Sesungguhnya Aku Ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan
kepadaku: "Bahwa Sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa". barangsiapa
mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan
janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya".
Q.6:9, Rasul dalam bentuk Rajul bukan Malaikat.
9. Dan kalau kami jadikan Rasul itu malaikat, tentulah kami jadikan dia seorang laki-laki dan
(kalau kami jadikan ia seorang laki-laki), tentulah kami meragu-ragukan atas mereka apa yang
mereka ragu-ragukan atas diri mereka sendiri.
Maksudnya: kalau Allah mengutus seorang malaikat sebagai rasul, tentu Allah mengutusnya
dalam bentuk seorang manusia, Karena manusia tidak dapat melihat malaikat, dan tentu juga
mereka akan berkata: Ini bukan malaikat, Hanya manusia seperti kami juga, jadi mereka akan
tetap ragu-ragu.
Q.33:40, Muhammad SAW sebagai Rasul Allah.
40. Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu., tetapi dia
adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. dan adalah Allah Maha mengetahui segala sesuatu.
Maksudnya: nabi Muhammad s.a.w. bukanlah ayah dari salah seorang sahabat, Karena itu janda
Zaid dapat dikawini oleh Rasulullah s.a.w.
2. Hamilu Risalah.
Penjelasan :
Rasul membawa risalah kepada manusia, banyak disampaikan di dalam ayat Al-Quran. Tugas
menyampaikan wahyu dan risalah ini adalah tugas dan amanah wajib bagi setiap Rasul. Apa
sahaja yang Rasul terima dari Allah maka disampaikan wahyu tadi kepada manusia.
Rasul dan orang yang menyampaikan risalah Islam tidak akan takut dengan segala bentuk
ancaman karena ia yakin bahawa yang dibawa dan disampaikannya adalah milik Allah yang
memiliki alam semesta dan seisinya. Dengan demikian apabila kita menyampaikan pesan sang
pencipta maka pencipta (Allah) akan melindungi dan menolongnya.
Dalil :
Q.5:67, Rasul menyampaikan apa-apa yang diterimanya dari Allah.
67. Hai rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. dan jika tidak kamu

kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah
memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk
kepada orang-orang yang kafir.
Maksudnya: tak seorangpun yang dapat membunuh nabi Muhammad s.a.w.
Q.33:39, orang yang menyampaikan risalah Allah, mereka tidak takut kepada siapapun kecuali
hanya kepada Allah sahaja.
39. (yaitu) orang-orang yang menyapaikan risalah-risalah Allah, mereka takut kepada-Nya dan
mereka tiada merasa takut kepada seorang(pun) selain kepada Allah. dan cukuplah Allah sebagai
pembuat perhitungan.
Maksudnya: para Rasul yang menyampaikan syari'at-syari'at Allah kepada manusia.
3. Qudwatu fi Tatbiq Risalah.
Penjelasan :
Dalam menjalankan dan mengamalkan Islam, tidak akan mungkin seorang manusia dapat
memahami langsung apa-apa yang ada di dalam Al-Quran kecuali apabila dapat petunjuk dan
contoh dari Nabi. Muhammad dan para rasul lainnya mempunyai peranan dalam menjembatani
pesan-pesan Allah agar dapat diaplikasikan kepada manusia. Nabi Ibrahim AS sebagai contoh
dalam mengelakkan diri dari menyembah sembahan berhala. Walaupun demikian sebagai ummat
Muhammad yang wajib diikuti hanya kepada Nabi Muhammad sebagai penutup para nabi dan
yang sesuai dengan pendekatan bagi manusia sekarang.
Dalil :
Q.33:21, Muhammad (Rasul) sebagai qudwah yang baik.
21. Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi
orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut
Allah.
Q.60:4, Ibrahim AS sebagai ikutan dalam melaksanakan Aqidah.
Sesungguhnya Telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang
bersama dengan Dia; ketika mereka Berkata kepada kaum mereka: "Sesungguhnya kami
berlepas diri daripada kamu dari daripada apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari
(kekafiran)mu dan Telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selamalamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja. kecuali perkataan Ibrahim kepada bapaknya:
"Sesungguhnya Aku akan memohonkan ampunan bagi kamu dan Aku tiada dapat menolak
sesuatupun dari kamu (siksaan) Allah". (Ibrahim berkata): "Ya Tuhan kami Hanya kepada
Engkaulah kami bertawakkal dan Hanya kepada Engkaulah kami bertaubat dan Hanya kepada
Engkaulah kami kembali."
nabi Ibrahim pernah memintakan ampunan bagi bapaknya yang musyrik kepada Allah : Ini tidak
boleh ditiru, Karena Allah tidak membenarkan orang mukmin memintakan ampunan untuk
orang-orang kafir (lihat surat An Nisa ayat 48).
4. Alamatu Risalah.
Penjelasan :
Agar memahami peranan Rasul lebih mendalam maka kita perlu mengetahui apakah ciri-ciri
Rasul sebenarnya. Rasul yang membawa peranan dan amanah yang cukup berat dalam
menjalankan tugasnya mempunyai beberapa keistimewaan yang dijelaskan dalam ciri-ciri Rasul
itu sendiri, sifat asa, mukjizat, basyirat, nubuwah dan tsamarat.
5. Sifatul Asasiyah.
Penjelasan :
Sifat asas Rasul adalah akhlak mulia yang terdiri dari sidiq, tabligh, amanah dan fatanah. Sifat

asas dan utama ini mesti dipunyai oleh setiap rasul dan orang yang beriman. Tanpa sifat ini maka
seorang mukmin kurang mengikuti Islam yang sebenarnya bahkan dapat menggugurkan
keislamannya. Misalnya sifat dasar sidiq, Rasulullah menekankan bahawa kejujuran sebagai
akhlak yang utama, tanpa shidiq maka akan gugur keislamannya. Dengan kejujuran yang
dimiliki walaupun ia berbuat dosa seperti merogol atau mencuri, masih dapat dimaafkan apabila
ia masih mempunyai sifat shidiq. Dengan sifat asas ini maka manusia dijamin hidupnya di dunia
dan di akhirat akan bahagia. Sifat asas juga bersifat universal ini sangat strategik bagi setiap
mukmin dalam menjalankan Islam dan memelihara dirinya dari segala cabaran.
Dalil :
Q.68:4, Rasul mempunyai akhlak yang mulia.
Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.
6. Mukjizat.
Sarahan :
Banyak mukjizat yang dibawa oleh para Rasul. Setiap Rasul membawa mukjizat yang diberi
Allah berbeda-beda seperti nabi Ibrahim yang tidak terbakar, nabi Musa yang membelah lautan,
nabi Sulaiman dapat bercakap dengan segala makhluk, nabi Daud yang mempunyai kekuasaan
dan lainnya. Nabi Muhammad sendiri banyak mukjizat yang Allah SWT berikan misalnya
membelah bulan ketika dicabar oleh orang kafir, Al-Quran makluman awal terhadap segala
peristiwa yang berlaku dan sebagainya.
Dengan mukjizat ini maka manusia semakin yakin dengan apa yang diberikan oleh para Rasul
kepada manusia.
Dalil :
Q.54:1, Rasul membelah bulan
1. Telah dekat datangnya saat itu dan Telah terbelah bulan yang dimaksud dengan saat di sini
ialah terjadinya hari kiamat atau saat kehancuran kaum musyrikin, dan "terbelahnya bulan" ialah
suatu mukjizat nabi Muhammad SAW.
Q.15:9, Al-Quran yang dipelihara oleh Allah.
19. Dan kami Telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-gunung dan kami
tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran.
7. Al Mubasyarat.
Penjelasan :
Ciri kerasulan adalah sudah dimaklumkan oleh manusia-manusia sebelumnya mengenai
kedatangannya. Nabi Muhammad SAW sudah dimaklumkan ketika zaman Nabi Isa AS, bahawa
akan datang seorang Rasul yang bernama Ahmad (terpuji).
Dalil :
Q.61:6, berita gembira yang memaklumkan kedatangan nabi Muhammad SAW.
6. Dan (Ingatlah) ketika Isa ibnu Maryam berkata: "Hai Bani Israil, Sesungguhnya Aku adalah
utusan Allah kepadamu, membenarkan Kitab sebelumku, yaitu Taurat, dan memberi khabar
gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad
(Muhammad)." Maka tatkala Rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti
yang nyata, mereka berkata: "Ini adalah sihir yang nyata."
8. An Nubuwah.
Sarahan :
Ciri-ciri rasul lainnya adalah adanya berita kenabian seperti membawa perintah dari Allah untuk
manusia keseluruhan seperti perintah haji (pada zaman Nabi Ibrahim) dan perintah-perintah
Allah di dalam Al-Quran (pada zaman Nabi Muhammad).

Dalil :
Q.22:26-27, Nabi Ibrahim disuruh oleh Allah untuk memberitahukan kepada manusia agar
berhaji.
26. Dan (ingatlah), ketika kami memberikan tempat kepada Ibrahim di tempat Baitullah (dengan
mengatakan): "Janganlah kamu memperserikatkan sesuatupun dengan Aku dan sucikanlah
rumahKu Ini bagi orang-orang yang thawaf, dan orang-orang yang beribadat dan orang-orang
yang ruku' dan sujud.
27. Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang
kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap
penjuru yang jauh, Unta yang kurus menggambarkan jauh dan sukarnya yang ditempuh oleh
jemaah haji.
Q.6:19, Al-Quran adalah wahyu kepada rasul dan sebagai berita kenabiannya.
19. Katakanlah: "Siapakah yang lebih Kuat persaksiannya?" Katakanlah: "Allah". dia menjadi
saksi antara Aku dan kamu. dan Al Quran Ini diwahyukan kepadaku supaya dengan dia Aku
memberi peringatan kepadamu dan kepada orang-orang yang sampai Al-Quran (kepadanya).
apakah Sesungguhnya kamu mengakui bahwa ada tuhan-tuhan lain di samping Allah?"
Katakanlah: "Aku tidak mengakui." Katakanlah: "Sesungguhnya dia adalah Tuhan yang Maha
Esa dan Sesungguhnya Aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan (dengan Allah)".
Q.25:30, Rasul mengajak ummatnya kepada Al-Quran tetapi mereka meninggalkannya.
30. Berkatalah Rasul: "Ya Tuhanku, Sesungguhnya kaumku menjadikan Al Quran itu sesuatu
yang tidak diacuhkan".
9. Attsamarat.
Penjelasan :
Kader Nabi iaitu para sahabat adalah bukti nyata yang menjadikan perubahan-perubahan di
jazirah Arab dan seluruh dunia.
Dalil :
Q.48:29, hasil tarbiyah dan dakwah Rasul adalah kader-kader yang tangguh.
29. Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras
terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. kamu lihat mereka ruku' dan
sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka
dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil,
yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya Maka tunas itu menjadikan tanaman itu Kuat
lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati
penanam-penanamnya Karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan
kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar.
Maksudnya: pada air muka mereka kelihatan keimanan dan kesucian hati mereka.
Ringkasan Dalil :
Rasul adalah lelaki yang dipilih dan diutus Allah dengan risalah Islam kepada manusia (5:67,
33:39)
67. Hai rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. dan jika tidak kamu
kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah
memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk
kepada orang-orang yang kafir.
Maksudnya: tak seorangpun yang dapat membunuh nabi Muhammad s.a.w.
39. (yaitu) orang-orang yang menyapaikan risalah-risalah Allah, mereka takut kepada-Nya dan

mereka tiada merasa takut kepada seorang(pun) selain kepada Allah. dan cukuplah Allah sebagai
pembuat perhitungan.
Maksudnya: para Rasul yang menyampaikan syari'at-syari'at Allah kepada manusia.
Teladan dalam melaksanakan risalah (33:21, 56, 60:4)
56. Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang
yang beriman, bershalawatlah kamu untuk nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.
Bershalawat artinya: kalau dari Allah berarti memberi rahmat: dari malaikat berarti memintakan
ampunan dan kalau dari orang-orang mukmin berarti berdoa supaya diberi rahmat seperti dengan
perkataan:Allahuma shalli ala Muhammad, dengan mengucapkan perkataan
seperti:Assalamu'alaika ayyuhan Nabi artinya: semoga keselamatan tercurah kepadamu Hai nabi.
Tanda-tanda kerasulan :
Sifat (68:4)
Mukjizat (54:1, 15:9)
Berita kedatangan (61:6)
Berita kenabian (25:30, 22:26-27)
Hasil-hasil perbuatan (48:29)
29. Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras
terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. kamu lihat mereka ruku' dan
sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka
dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil,
yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya Maka tunas itu menjadikan tanaman itu Kuat
lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati
penanam-penanamnya Karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan
kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar.

JANGAN JADIKAN AIR ITU BERHENTI


Posted by Thoha Firdaus at 1:15 AM

Perang Ahzab atau perang Khandaq adalah salah satu pertempuran yang sangat
melelahkan. Memang pertempuran dalam arti saling bunuh membunuh dalam jarak dekat tidak
banyak terjadi. Namun, 10000 pasukan multinasional yang mengepung Madinah telah membuat
kaum muslimin tidak sempat melakukan shalat Zhuhur, Ashar, dan Maghrib. Bahkan "hanya"
sekedar kencing saja juga tidak sempat.
Selesai perang yang sangat melelahkan secara phisik dan psikis ini, Rasulullah saw
hendak beristirahat barang sejenak. Karenanya, beliau sarungkan dan gantungkan pedang dan
senjata beliau.

Namun Allah swt tidak menginginkan beliau dan kaum muslimin beristirahat. Karenanya, Allah
utus malaikat Jibril asuntuk menemui Rasulullah saw.
Sambil tetap berada di atas bighal, malaikat Jibril asberkata: "Sepertinya engkau sudah
meletakkan senjatamu, wahai Rasulullah saw? Padahal para malaikat belum meletakkan senjata
mereka ...".
Rasulullah saw sadar bahwa Allah swt, melalui Jibril, telah memerintahkannya untuk
melanjutkan jihad, kendatipun ia belum sempat beristirahat barang sejenak.(Tahdzib Sirah Ibnu
Hisyam).
Riwayat ini menggambarkan kepada kita agar kita "tidak berhenti" dalam dan dari berjihad.
Pada suatu hari, ada beberapa orang Anshar sedang berkumpul-kumpul. Salah seorang
diantara mereka, yaitu Abul Ayyub Al-Anshari, berkata: "Sekarang Islam telah jaya, telah eksis,
dan telah kokoh. Sebaiknya kita kembali ke ladang-ladang kita, kebun-kebun kita, kita urus lagi
harta kekayaan kita yang selama ini "terbengkalai" dan kita garap lagi lahan-lahan itu dengan
serius, lahan yang selama ini telah kita "tinggalkan" dalam rangka berjihad fi sabilillah, dan
hasilnya kita infaqkan fi sabilillah juga, sementara jihad di medan laga biar ditangani oleh
saudara-saudara kita lainnya".
Pada saat itu pula Allah swt menurunkan firman-Nya:
"Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu
sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orangorang yang berbuat baik. "(QS Al Baqarah: 195).
Sedangkan riwayat yang satu ini menggambarkan kepada kita bahwa kehancuran, atau
kebinasaan, atau istilah Al Qur'annyatahlukah akan terjadi manakala kita meninggalkan jihad.
Kalau dua riwayat ini kita hubungkan dengan sirah Rasulullah saw lainnya, kita akan
temukan data-data berikut:
?Peperangan yang dipimpin oleh Rasulullah saw secara langsung (ghozwah) ada 26 ghozwah.
?Peperangan yang tidak dipimpin oleh Rasulullah saw secara langsung (sariyyah) ada
38 sariyyah.

Maka kita akan dapat menarik satu kesimpulan bahwa manuver Rasulullah saw dan para
sahabatnya itu tiada henti dan tanpa putus. Bagaimana tidak, waktu yang kurang lebih sepuluh
tahun itu terisi oleh peperangan 64 kali peperangan.
Sungguh, sebuah manuver yang menggambarkan betapa Rasulullah saw dan para
sahabatnya senantiasa menumpahkan segala potensi dan kemampuan yang dimilikinya secara
maksimal dan tiada henti, sehingga "tidak ada" waktu lagi untuk bersitirahat dan "meng-andaiandaikan" hal-hal yang sifatnya duniawi.
Kalau hal itu kita ibaratkan sebagai air yang mempunyai potensi besar untuk menerjang
apa saja, maka aliran air itu tiada pernah berhenti.
Kalau Al Qur'an surat Al Baqarah ayat 195 itu kita hubungkan dengan pengibaratan air
ini, kita bisa katakan bahwa justru kalau air itu berhenti, dan tidak lagi mengalir, maka air itu
akan menjadi rusak, kotor, sarang nyamuk, dan sumber penyakit, serta berubah warnanya. Begitu
juga dengan potensi jihad yang ada pada kita. Bila potensi jihad itu kita berhentikan, baik jihad
da'awi, jihad ta'limi, jihad irsyadi, jihad tarbawi, jihad bina-I (jihad membina), jihad qitali dan
jihad-jihad lainnya, maka potensi itupun akan bernasib sama dengan air itu. Karenanya wajar
bila Allah swt memperingatkan para sahabat akan datangnya tahlukahkepada mereka bila
mereka meninggalkan jihad, dan menyibukkan diri dengan urusan pertanian, kehutanan dan
perkebunan.
Firman Allah swt diatas dipertegas juga oleh hadits Rasulullah saw yang menyatakan:
"Jika kalian telah berjual beli secara 'ienah (rekayasa dan akal-akalan dalam praktek riba),
kalian telah mengambil ekor sapi dan puas (asyik) dengan pertanian serta meninggalkan jihad,
niscaya Allah swt akan menjadikan kehinaan menguasai kalian yang tidak akan dicabut
sehingga kalian kembali kepada agama kalian." (HR Abu Daud dan Ahmad, dan Syekh
Nashirud-Din Al Al Bani menilainya hasan).
Berkenaan dengan hal ini simaklah apa yang dikatakan oleh Sayyid Qutub dalam salah
satu bukunya:
"Yang demikian ini karena, hakikat iman tidak akan sempurna dalam hati, melainkan setelah:
Bermujahadah dalam menghadapi orang banyak dalam urusan iman ini;

Mujahadah dengan hati; bentuknya: membenci kebatilan mereka, jahiliyyah mereka dan
bertekad memindahkan mereka dari kebatilan dan jahiliyyah itu kepada kebenaran dan Islam.
Mujahadah dengan lisan; bentuknya:
Tabligh.dan bayan (penerangan).
Menolak kebatilan mereka yang merupakan kepalsuan itu.
Menegaskan kebenaran yang dibawa Islam.
Dan mujahadah dengan tangan atau pisik; bentuknya: menolak dan menyingkirkan merekamereka yang melakukan penghadangan terhadap jalan hidayah dengan mempergunakan kekuatan
yang melampaui batas dan penghancuran yang curang.
Merasakan melalui mujahadah-nya itu:
Ujian (ibtila' atau tribulasi) dan rasa sakit. Bersabar atasibtila' dan rasa sakit itu. Bersabar atas
kekalahan. Dan
Bersabar atas kemenangan, karena, bersabar atas kemenangan lebih berat (sulit) dari pada
bersabar atas kekalahan. Kemudian
Tetap Tsabat (tegar) dan tidak ragu-ragu, istiqamah dan tidak menolah-noleh dan terus maju
meniti jalan iman dengan terus menanjak dan tidak tersesat".
Selanjutnya Sayyid Qutub mengatakan:
"Dan

hakikat

iman

tidak

untuk mujahadah menghadapi

sempurna
orang

banyak

dalam
dalam

hati

sehingga

urusan

iman

menghadapkannya
ini,

sebab,

saat

ia mujahadahmenghadapi orang banyak itu:


Ia sendiri bermujahadah melawan dirinya sendiri.
Dan akan terbuka baginya wawasan dan pemandangan keimanan yang belum pernah terbuka
baginya selamanya bila ia hanya duduk (diam) dengan aman dan tenang.
Akan jelas baginya hakekat-hakekat tentang manusia dan kehidupan yang belum pernah manjadi
jelas baginya selamanya tanpa adanya wasilah (sarana) ini.

Dan ia sendiri -dengan jiwanya, segala perasaannya, persepsi-persepsinya, kebiasaannya,


tabiatnya, emosinya dan responnya- akan sampai pada sesuatu yang tidak mungkin sampai
kepadanya tanpa pengalaman berat dan sulit ini".
Lebih lanjut Sayyid Qutub mengatakan:
"Inilah sebagian dari yang diisyaratkan firman swt:
Seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebahagian manusia dengan sebagaian yang lain,
pasti rusaklah bumi ini.(QS Al Baqarah: 251).
Dan kerusakan yang pertama kali terjadi adalah kerusakan jiwa manusia (nafsul insan),
kerusakan yang terjadi karenarukud (diam, tidak bergerak, atau istilahnya berharakah, tidak
mengalir), rukud yang menyebabkan:
Ruhnya membusuk akibat adanya stagnasi.
Himmah (semangat)-nya istirkha' (mengendor, lembek, loyo, tidak kenceng).
Nafs (jiwa)-nya

rusak

dikarenakan

adanya rakha'(bergelimangnya

harta

dunia)

dan tharawah (tidak teruji dan terlatihnya jiwa itu dengan hal-hal yang berat).
Yang pada akhirnya seluruh kehidupanpun menjadi rusak gara-gara rukud tadi. Atau karena
hanya bergerak pada bidang syahwat saja, sebagaimana yang terjadi pada bangsa-bangsa yang
mendapatkan cobaan dalam bentuk kemewahan hidup".
(Lihat : Hadzad-diin, Sayyid Qutub, hal: 12 13).
Terdapat Tiga Jenis Nafsu Manusia di Jelaskan Oleh Al-Quran
22 Januari 2011 pukul 0:26
Terdapat Tiga Jenis Nafsu Manusia di Jelaskan Oleh Al-Quran

by Abu Basyer on Friday, January 21, 2011 at 10:55pm


Sahabat yang dirahmati Allah,

Setiap manusia yang diciptakan oleh Allah S.W.T mempunyai nafsu. Nafsu yang terdapat pada
manusia adalah ujian Allah S.W.T. Jika manusia mampu menguasai nafsunya bermakna dia telah
berjalan mengatasi salah satu ujian Allah S.W.T. yang cukup berat ini.

Sekiranya nafsu dididik ke arah kejahatan dan melalui sistem yang jahat, maka nafsu akan
menjadi jahat dan liar. Maka akan lahirlah orang yang pandai tetapi jahat, orang bodoh yang
jahat, pemimpin yang jahat dan pendidik yang jahat. Ini amat bahaya kepada kehidupan
manusia. Sebab itu nafsu perlu dikenali tahap-tahapnya dan tingkatannya. Nafsu secara fitrahnya
berwatak jahat, kalau dibiarkan ia tetap jahat, betapalah kalau dididik ke arah kejahatan oleh
sistem pendidikan yang jahat dan yang mengajar pun adalah orang yang jahat maka masyarakat
akan menuju kepada kehancuran.

Sebab itu Tuhan ingatkan kita tentang ini di dalam firman-Nya: Maksudnya: Mereka yang
berjuang ke jalan Kami, nescaya Kami akan tunjukkan jalan jalanKami. Sesungguhnya Tuhan
berserta dengan orang-orang yang berbuat baik. (Surah al- Ankabut ayat 69)

Sesiapa yang bermujahadah terhadap nafsu, ditingkatkannya daripada jahat kepada baik, maka
Allah S.W.T. akan memberi petunjuk kepada jalan yang baik. Itu janji-Nya, sebab itu nafsu perlu
dididik dan diasuh mengikut telunjuk iman. Nafsu adalah musuh utama manusia dan musuh
kedua manusia baru syaitan. Nafsu adalah musuh dalaman sedangkan syaitan hanya musuh
luaran. Bila nafsu sudah ditundukkan dan ia taat kepada perintah Allah S.W.T maka barulah
syaitan akan dapat di kalahkan.

Dalam sirah ketika Rasulullah S.A.W dan para sahabat balik dan peperangan Badar, Rasulullah
bersabda maksudnya : Kita baru balik dari peperangan yang kecil kepada peperangan yang
maha besar.

Para Sahabat bertanya : "Apakah peperangan yang maha besar itu ya Rasulullah?
Jawab baginda : Perang melawan nafsu. (Hadis Riwayat Baihaqi)

Sahabat yang dimuliakan,


Dalam Al Quran, nafsu manusia boleh dibahagikan kepada tiga jenis iaitu :

1. Nafsu Ammarah Bissu'

2. Nafsu Lawwamah.

3. Nafsu Mutmainnah

Huraiannya adalah seperti berikut :

Pertama : Nafsu Ammarah Bissu' .

Nafsu ini sangat berbahaya apabila melekat pada diri seseorang manusia sebab ia suka
mengarahkan manusia kepada perbuatan dan perilaku yang dilarang agama.

Firman Allah S.W.T. maksudnya : Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), kerana
sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat
oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
(Surah Yusof ayat 53)

Nafsu yang paling jahat dan paling zalim. Jika berbuat kejahatan, dia berbangga dengan
kejahatannya. Kalau terpaksa susah kerana kejahatannya, dia sanggup. Jika ada orang
mengingatkannya tentang kejahatannya, dia akan menjawab, Siapa yang cuba nak mengalang
tindakan ku akan menanggung akibatnya! Bayangkanlah, kalau orang macam ini jadi pemimpin
dan berkuasa.

Nafsu amarah tidak dapat dikawal dgn sempurna oleh hati. Sekiranya hati tidak dapat meminta
bantuan ilmu, hikmah kebijaksanaan dan akal, hati akan binasa. Justeru itu, seseorang itu mudah
terjerumus ke arah perbuatan yang melanggar syariat, tidak beradab, tidak berperi kemanusiaan,

bertindak mengikut sesuka hati, zalim serta pelbagai keburukan dan bencana kepada diri serta
persekitaran.

Susah nak tegur orang yang yang sebegini kerana tidak peka dengan kesilapan atau kesalahan
yang dilakukan. Keras kepala! Nafsu ammarah menduduki tahap paling rendah dalam kehidupan
manusia, malah sebenarnya lebih rendah daripada binatang. Ini kerana binatang tidak
mempunyai akal, sedangkan manusia mempunyai akal. Minta Allah jauhkan kita dari nafsu
amarah.

Kedua : Nafsu Lawwamah.

Nafsu ini adalah nafsu yang sudah mengenal baik dan buruk. Nafsu tercela kerana kelalaian
tuannya melaksanakan peraturan-peraturan Allah.

Nafsu ini mengarahkan pemiliknya untuk menentang kejahatan, tetapi suatu saat jika ia lalai
beribadah kepada Allah S.W.T, maka ia akan terjerumus kepada dosa. Orang yang memiliki
nafsu ini tidak tetap pendirian untuk menjalankan ketaatan dan meninggalkan perbuatan dosa.

Firman Allah S.W.T. maksudnya : (Tetapi) kerana mereka melanggar janjinya, Kami kutuk
mereka, dan Kami jadikan hati mereka keras membatu. Mereka suka merobah perkataan (Allah)
dari tempat-tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka telah
diperingatkan dengannya, dan kamu (Muhammad) senantiasa akan melihat kekhianatan dari
mereka kecuali sedikit di antara mereka (yang tidak berkhianat), maka maafkanlah mereka dan
biarkanlah mereka, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik. (Surah alMaidah ayat 13)

Orang yang memiliki nafsu lawwamah sebegini memiliki jiwa menyesali perbuatan salah
lakunya dan berinisiatif untuk kembali ke landasan yang benar.

Contohnya semalam melakukan dosa dan perkara maksiat yang dilarang di sisi agama . Hari ini
dia sedar akan kesilapannya kerana terlalu mengikut nafsu, lalu ia insaf dan bertekad untuk tidak

mengulanginya lagi. Orang yang banyak dikuasai nafsu lawwamah juga mudah membaiki diri
dan mudah terima teguran org lain.

Ia juga tidak mudah hanyut dalam kesesatan yang membinasakan diri baik dalam kehidupan
dunia mahupun akhirat. Selain dari itu, nafsu lawwamah juga sering memikirkan baik buruk,
halal haram, betul salah, berdosa ataupun tidak dalam segala tindakan. Jelas nafsu Lawwamah ini
lebih baik dari nafsu amarah bissu'.

Ketiga : Nafsu Mutmainnah

Nafsu ini adalah nafsu yang membuat pemiliknya tenang dalam ketaatan. Nafsu ini telah
mendapat rahmat Allah S.W.T. dan manusia yang mendapatkan nafsu ini akan mendapat reda
Allah S.W.T. di dunia dan akhirat. Orang ini akan mendapat "husnul Khatimah" di akhir
hidupnya sebagai pintu menuju syurga Allah S.W.T.

Firman Allah S.W.T.: Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas
lagi diredai-Nya. Maka masuklah ke dalam jemaah hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam
surga-Ku. (Surah al-Fajr ayat 27-30)

Orang yang memiliki nafsu mutmainnah dapat mengawal nafsu syahwat dengan baik dan
sentiasa cenderung melakukan kebaikan. Juga mereka mudah bersyukur dan qanaah di mana
segala kesenangan hidup tidak membuat dia lupa diri, menerima anugerah Ilahi seadanya dan
kesusahan yang dialami pula tidak menjadikan dirinya gelisah. Ini disebabkanhatinya ada ikatan
yang kuat kepada Allah. Mereka juga mudah reda dengan ketetapan dan ujian Allah.

Imam Al-Ghazali meletakkan nafsu ini di tahap yang tertinggi dalam kehidupan manusia.
Semoga Allah S.W.T. golongkan kita dalam nafsu yang hebat ini.

Sahabat yang dikasihi,


Marilah sama-sama kita didik hati dan jiwa kita kepada nafsu mutmainnah iaitu nafsu yang
terbaik dan yang paling dicintai Allah.

Nafsu ini adalah nafsu yang paling di redai Allah. Keredaan tersebut terlihat pada anugrah yang
diberikan-Nya berupa senantiasa berzikir, ikhlas, mempunyai karomah, dan memperoleh
kemuliaan, sementara kemuliaan yang diberikan Allah S.W.T itu bersifat universal, ertinya jika
Allah memuliakannya, siapa pun tidak akan boleh enghinakannya, demikian pula sebaliknya
orang yang dihinakan oleh Allah S.W.T, siapa pun tidak boleh memuliakannya.
9 NAFSU, 1 PIKIRAN ATAU SEBALIKNYA (RABI'AH AL 'ADAWIYAH BIOGRAPHY)
Bismillahirrahmannirrahim
"Wanita diciptakan dengan 9 nafsu dan 1 pikiran, sedangkan pria diciptakan dengan 9 pikiran
dan 1 nafsu. Dengan 1 pikiran wanita dapat menahan 9 nafsunya, namun pria dengan 9
pikirannya tidak dapat mengendalikan 1 hawa nafsunya." Rabiah Al Adawiyah
Al Quran jelas tidak pernah mencantumkannya, Hadits juga belum Ashar temukan, dan yang aku
temukan terakhir adalah sebuah Kisah yang memang menggunakan ungkapan tersebut. Jadi bisa
dikatakan bahwa itu adalah untaian kata dari seorang pujangga dan bukan dasar yang mendasari
Islam sebenarnya yang tidak lain dan tidak bukan berasal dari Al Quran dan As-sunnah. Dialah
sufi wanita yang bernama Rabi'ah Al 'Adawiyah.
Cuplikan Kisah Rabi'ah Al 'Adawiyah dan Hasan Al-Basri
Rabiatul Adawiyah : Hai Hassan,dalam berapa bagiankah Allah menciptakan akal?
Hasan Al-Basri : 10 bagian, 9 untuk lelaki 1 untuk wanita.
Rabiatul Adawiyah : Dalam berapa bagiankah Allah menciptakan nafsu?
Hasan Al-Basri : 10 bagian, 9 untuk wanita 1 untuk lelaki.
Rabiatul Adawiyah : Hai Hasan, aku dapat menguasai 9 nafsu dengan 1 akal,sedangkan kamu,
pihak lelaki tidak dapat menguasai 1 bagian nafsu dengan 9 akal yang kamu dapat.
BIOGRAFI
Rabiah adalah salah satu tokoh sufi wanita pada zamannya, Beliau dilahirkan di kota Basrah
tahun 95 hijriyah dan putri ke 4 dari seorang lelaki bernama Ismail Adawiyah. Beliau hidup
dalam kemiskinan dan lingkungan yang serba kurang bahkan ketika Rabiah lahir lampu untuk
menerangi saat kelahirannyapun tidak ada. Ayahnya hanya seorang yang bekerja mengangkut
penumpang menyeberangi Sungai Dijlah dengan menggunakan sampan.
Pada akhir kurun pertama Hijrah, keadaan hidup masyarakat Islam dalam pemerintahan Bani
Umaiyah yang sebelumnya terkenal dengan ketaqwaan mulai berubah. Pergaulan semakin bebas
dan orang ramai berlomba-lomba mencari kekayaan. Sebab itu kejahatan dan maksiat tersebar
luas. Pekerjaan menyanyi, menari dan berhibur semakin diagung-agungkan. Maka ketajaman
iman mulai tumpul dan zaman hidup wara serta zuhud hampir lenyap sama sekali. Namun
begitu, Allah telah memelihara sebahagian kaum Muslimin agar tidak terjerumus ke dalam fitnah
tersebut.

Pada masa itulah muncul satu gerakan baru yang dinamakan Tasawuf Islami yang dipimpin oleh
Hasan al-Bashri. Pengikutnya terdiri daripada lelaki dan wanita. Mereka menghabiskan waktu
dan tenaga untuk mendidik jiwa dan rohani mengatasi segala tuntutan hawa nafsu demi
mendekatkan diri kepada Allah sebagai hamba yang benar-benar taat. Ayahanda Rabiah
merupakan hamba yang sangat taat dan taqwa, hidup jauh dari kemewahan dunia dan tidak
pernah berhenti bersyukur kepada Allah. Beliau mendidik anak perempuannya menjadi
muslimah yang berjiwa bersih. Pendidikan yang diberikannya bersumberkan al-Quran sematamata. Natijahnya Rabiah sendiri begitu gemar membaca dan menghayati isi al-Quran sehingga
berhasil menghafal kandungan al-Quran.
Sejak kecil Rabiah sudah berjiwa halus, mempunyai keyakinan yang tinggi serta keimanan yang
mendalam. Memasuki masa kedewasaannya, kehidupannya menjadi serba sempit dan semakin
sulit setelah beliau ditinggal ayah dan ibunya dipanggil Allah. Dan ujian-ujian lain yang menguji
keteguhan imannya sampai dia sanggup untuk menjadi hamba sahaya dari seorang kaya raya
pada zaman itu. Hal itu terjadi karena penderitaan kemiskinan yang dideritanya. Cobaan demi
cobaan dilalui Rabiah dalam menjalani hidupnya yang sarat akan penderitaan dan karena beliau
pandai memainkan alat musik, maka majikannya semakin menjadikannya sumber mencari uang
dengan keahlian yang dimiliki Rabiah.
Dalam keadaan hidup yang keras dan serba terkekang sebagai hamba sahaya, Rabiah
mendekatkan diri kepada Allah dan selalu menyempatkan waktunya yang luang untuk terus
memohon kepada Allah. Amalannya tidak hanya sebatas berdoa saja tapi sepanjang hari dan
sepanjang ada waktu dia senantiasa selalu berzikir dan berdoa. Dia juga selalu melaksanakan
amalan-amalan sunat lainnya dan saat melakukan sholat sepanjang sholat air matanya selalu
membasahi sajadahnya. Air mata kerinduan kepada Allah sang Khaliq yang di rinduinya.
Ada yang mengatakan beliau telah terjebak dalam dunia maksiat. Namun dengan limpah hidayah
Allah, dengan dasar keimanan yang kuat dan belum padam di hatinya, dia dipermudahkan oleh

Allah untuk kembali bertaubat. Saat-saat taubat inilah yang mungkin dapat menyadarkan serta
mendorong hati bagaimana merasai cara berkomunikasi yang baik antara seorang hamba rabiah
dengan sang Khaliq Allah swt dan selayaknya seorang hamba bergantung harapan kepada ihsan
Rabbnya.
Kecintaan Rabiah kepada Allah mengalahkan hidup dan kecintaannya kepada dunia dan isinya.
Hari-harinya habis untuk berkomunikasi dengan Allah betapa dia merasa dirinya adalah milik
Allah hingga ada beberapa pemuda ingin melamarnya di tolaknya dengan halus. Beliau selalu
berbicara dengan Allah seolah-olah dekat sekali dengan Allah dengan bahasa-bahasa yang indah
dah doa-doa yang sangat menusuk hati dan kata pujian seperti layaknya kerinduan seseorang
kepada kekasih hatinya. Salah satu kata-kata Rabiah ketika ber munajat sambil air matanya
mengalir,
"Kekasihku tiada menyamai kekasih lain biar bagaimanapun, Tiada selain Dia di dalam hatiku
mempunyai tempat manapun, Kekasihku ghaib daripada penglihatanku dan peribadiku
sekalipun, Akan tetapi Dia tidak pernah ghaib di dalam hatiku walau sedetik pun.
"Ya Tuhanku!
Tenggelamkanlah aku di dalam kecintaan-Mu
supaya tiada suatupun yang dapat
memalingkan aku daripada-Mu.
Rabiah banyak menolak lamaran yang datang kepada nya
dengan inilah alasannya: Perkawinan itu memang perlu bagi siapa yang mempunyai pilihan.
Adapun aku tiada mempunyai pilihan untuk diriku. Aku adalah milik Tuhanku dan di bawah
perintah-Nya. Aku tidak mempunyai apa-apa pun. Rabiah seolah-olah tidak mengenali yang
lain daripada Allah. Oleh itu dia terus-menerus mencintai Allah semata- mata. Dia tidak
mempunyai tujuan lain kecuali untuk mencapai keridhaan Allah. Rabiah telah mematikan
akalnya, pemikirannya dan perasaannya hanya kepada akhirat semata-mata.
Selama 30 tahun, doa ini senantiasa selalu diulang dalam sholatnya
Ya Tuhanku!
Tenggelamkanlah aku di dalam kecintaan-Mu
supaya tiada suatupun yang dapat memalingkan aku daripada-Mu.
Antara syairnya yang masyhur berbunyi:
Kekasihku tiada menyamai kekasih lain biar bagaimanapun, Tiada selain Dia di dalam hatiku
mempunyai tempat manapun, Kekasihku ghaib daripada penglihatanku dan peribadiku
sekalipun, Akan tetapi Dia tidak pernah ghaib di dalam hatiku walau sedetik pun.
Rabiah sangat luar biasa di dalam mencintai Allah. Dia menjadikan kecintaan pada Ilahi itu
sebagai satu cara untuk membersihkan hati dan jiwa. Dia memuliakan pemahamannya tentang
sufinya dengan menanamkan rasa takut dari murka Allah seperti yang pernah diungkapkan dalam
doa-doanya.
Wahai Tuhanku!

Apakah Engkau akan membakar dengan api hati yang mencintai-Mu dan lisan yang menyebutMu dan
hamba yang takut kepada-Mu?
Kecintaan Rabiah kepada Allah bukan karena pengharapan untuk beroleh syurga Allah sematamata, tapi sudah menjadi kewajiban baginya.
Jika aku menyembah-Mu kerana takut daripada api neraka-Mu maka bakarlah aku di
dalamnya! Dan jika aku menyembah-Mu karena mengharap syurgaMu maka jauhkan aku dari
syurgaMu! Tetapi jika aku menyembah-Mu karena kecintaanku kepada-Mu maka berikanlah aku
balasan yang besar, ijinkan aku melihat wajah-Mu yang Maha Besar dan Maha Mulia itu.
Begitulah keadaan kehidupan Rabiah yang ditakdirkan Allah untuk diuji dengan keimanan serta
kecintaan kepada- Nya. Rabiah meninggal dunia pada 135 Hijrah yaitu ketika usianya
menjangkau 80 tahun.
Indah bukan? Namun apa jadinya apabila semua Orang seperti itu? Orang yang tidak mengenal
Orang lain dan berketurunan. Begitulah adanya ^^

Anda mungkin juga menyukai