Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN INFEKSI SALURAN KEMIH

I. Konsep Dasar Penyakit


A. Definisi
Infeksi Saluran Kemih adalah merupakan infeksi traktus urinarius yang
disebabkan karena adanya mikroorganisme patogenik dalam traktus urinarius dengan
atau disertai tanda dan gejala, infeksi ini sering mengenai kandung kemih, prostate,
uretra, dan ginjal. (Brunner & Suddarth, 2002: 1438)

B. Penyebab/Faktor Predisposisi
Mikroorganisme penyebab infeksi pada saluran kemih ialah :
1. Esherichia Coli
adalah penyebab yang paling lazim dari infeksi saluran kemih dan merupakan
penyebab infeksi saluran kemih pertama pada kira-kira 90% wanita muda.
2. Klebsiella
Klebsiella kadang-kadang menyebabkan infeksi saluran kemih dan
bakteremia. Ditemukan pada selaput lendir saluran napas bagian atas, usus dan
saluran kemih dan alat kelamin. Tidak bergerak, bersimpai, tumbuh pada
perbenihan biasa dengan membuat koloni berlendir yang besar.
3. Enterobacter Aerogenes
Organisme ini mempunyai simpai yang kecil , dapat hidup bebas seperti dalam
saluran usus, serta menyebabkan infeksi saluran kemih dan sepsis. Infeksi
saluran kemih terjadi melalui infeksi nosokomial.
4. Proteus
Kuman ini adalah kuman patogen oportunis. Spesies proteus dapat
menyebabkan infeksi pada manusia hanya bila bakteri itu meninggalkan
saluran usus. Spesies ini ditemukan pada infeksi saluran kemih dan
menyebabkan bakterimia. Proteus mirabilis menyebabkan infeksi saluran
kemih dan kadang-kadang infeksi lainnya. Karena itu, pada infeksi saluran
kemih oleh Proteus, urine bersifat basa, sehingga memudahkan pembentukan
batu. Pergerakan cepat oleh Proteus mungkin ikut berperan dalam invasinya
terhadap saluran kemih. Spesies Proteus menghasilkan urease mengakibatkan
hidrolisis urea yang cepat dengan pembebasan amonia
5. Providensia
Spesies Providensia (Providensia rettgeri, Providencia alcalifaciens dan
Providensia stuartii) adalah anggota flora usus normal. Semuanya
menyebabkan infeksi saluran kemih dan sering resisten terhadap pengobatan
antimikroba.
6. Citrobacter
Citrobacter dapat menyebabkan infeksi saluran kemih dan sepsis.

Berikut faktor risiko yang membuat seseorang bisa terkena infeksi saluran kemih
(ISK).
1. Kesalahan dalam cara membersihkan alat kelamin.
Kurang menjaga kebersihan dan kesehatan daerah seputar saluran kencing,
bisa memicu ISK. Apalagi dengan cara membersihkan alat kelamin yang
salah, yaitu dari belakang ke depan. Cara membersihkan alat kelamin seperti
ini sama saja menarik kotoran ke daerah vagina atau saluran kencing.
2. Kebiasaan menahan kencing.
Pada perempuan, jika menahan kencing, uretra jadi semakin pendek dan
memungkinkan kuman masuk ke dalam saluran kencing. Sedangkan pada pria,
meski dia menahan kencing, uretranya tetap panjang.
3. Tidak kencing sebelum melakukan hubungan seks.
Hal ini menyebabkan uretra penuh. Jika uretranya pendek, terkena gesekan
saat berhubungan seks, bisa menyebabkan kuman-kuman gampang terdorong
masuk ke saluran kencing dan mengakibatkan infeksi yang disebut sistitis.
4. Penyakit kelamin.
Yaitu berhubungan seksual dengan orang yang punya penyakit kelamin seperti
penyakit kencing nanah. Hal ini akan menyebabkan infeksi pada uretra dan
menghasilkan nanah. Karena itu disebut kencing nanah. Kadang-kadang pada
perempuan tidak terlihat gejalanya, tidak seperti pada pria. Pada pria, 3-4 hari
setelah terkena penyakit kelamin, gejalanya bisa terasa dan terlihat, seperti
sakit dan mengeluarkan nanah. Karena itu, pria yang terkena penyakit kelamin
bisa cepat berobat.
5. Batu di daerah saluran kencing.
Keberadaan batu di saluran kencing bisa menjadi fokus infeksi dan
menyebabkan infeksi berulang.
D. Klasifikasi
Jenis Infeksi Saluran Kemih, antara lain:
1. Kandung kemih (sistitis)
2. uretra (uretritis)
3. prostat (prostatitis)
4. ginjal (pielonefritis)
Berdasarkan lokasinya, infeksi saluran kemih (ISK) dibedakan menjadi 2, yaitu:
1. ISK bawah, infeksi pada uretra dan kandung kemih
2. ISK atas, infeksi pada ginjal
Berdasarkan gejalanya, ISK dibedakan menjadi 2, yaitu:
1. Bakteriuria asimptomatis (tanpa disertai gejala)
2. Bakteriuria simptomatis (disertai gejala). ISK yang tidak bergejala terhitung
lebih berbahaya, karena tanpa disadari, penyakit tersebut akan menggerogoti
terus-menerus. Jadi, orang yang bersangkutan terinfeksi tetapi dia tidak tahu
dan biasanya malah menjadi kronis.
Berdasarkan komplikasi yang ditimbulkan, ISK dibedakan menjadi 2, yaitu:
1. ISK uncomplicated (simple)
ISK sederhana yang terjadi pada penderita dengan saluran kencing baik,
anatomi maupun fungsional normal. ISK ini pada usia lanjut terutama
mengenai penderita wanita dan infeksi hanya mengenai mukosa superficial
kandung kemih.
2. ISK complicated
Sering menimbulkan banyak masalah karena sering kali kuman penyebab sulit
diberantas, kuman penyebab sering resisten terhadap beberapa macam
antibiotika, sering terjadi bakterimia, sepsis dan shock. ISK ini terjadi bila
terdapat keadaan-keadaan sebagi berikut:
 Kelainan abnormal saluran kencing, misalnya batu, reflex vesiko
uretral obstruksi, atoni kandung kemih, paraplegia, kateter kandung
kencing menetap dan prostatitis.
 Kelainan faal ginjal: GGA maupun GGK.
 Gangguan daya tahan tubuh
 Infeksi yang disebabkan karena organisme virulen sperti prosteus spp
yang memproduksi urease.
E. Gejala Klinis
Tanda-tanda ISK tidak khas, sebagian diantaranya bahkan tanpa gejala. Biasanya,
keluhan yang sering dijumpai antara lain:
- Nyeri saat kencing (disuria)
- Kencing sedikit-sedikit dan sering (polakisuria)
- Nyeri di atas tulang kemaluan atau perut bagian bawah
(suprapubik)
- Mengompol
- Kencing mengedan
- Sakit pinggang
Tanda-tanda tersebut dapat dikelompokkan berdasarkan bagian saluran kencing yang
terinfeksi.
1. Tanda dan gejala ISK pada bagian bawah (sistitis):
- Nyeri yang sering dan rasa panas ketika berkemih (disuria)
- Spasame pada area kandung kemih dan suprapubis
- Hematuria
- Nyeri punggung dapat terjadi
- Urine tampak pekat dan keruh karena adanya sel darah putih dan bakteri
2. Tanda dan gejala ISK bagian atas (pielonefritis)
- Demam
- Menggigil
- Nyeri panggul dan pinggang
- Nyeri ketika berkemih
- Malaise
- Pusing
- Mual dan muntah

F. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
- Kultur urin : Diagnosis pasti ditegakkan dengan kultur organisme melalui
urine, terutama sample dari urine porsi tengah atau pancar tengah. Bila sulit
dilakukan, ambil urine yang pertama kali dikeluarkan pada pagi hari. Karena
penyimpanan semalam dalam kandung kemih dapat meningkatkan jumlah
bakteri.
- Urin lengkap : Untuk mengetahui apakah urine tersebut mengandung
mikroorganisme positif atau negative, mengetahui apakah terdapat darah di
dalam urine tersebut.
2. USG
Untuk investigasi lanjutan terutama renal imaging prosedur untuk mengetahui
factor predisposisi ISK yang dilakukan berdasarkan indikasi klinis yang kuat
3. Radiologi
- Foto polos perut
- Pielografi IV
- Micturating cystogram
4. Isotop scanning

G. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan ISK dibedakan menjadi 2
1. ISK bawah
Prinsip manajemen ISK bawah meliputi intake cairan yang banyak, antibiotika
yang adekuat dan bila perlu terapi simtomatik untuk alkalinisasi urine:
- Antibiotic tunggal yang diberikan seperti ampisilin 3 gram, trimetropin
200 mg.
- Bila infeksi menetap disertai kelainan urinalisis (leukosuria) diperlukan
terapi konvensional selama 5-10 hari
- Pemeriksaan mikroskopik urine dan biakan urine tidak diperlukan bila
semua gejala hilang dan tanpa leukosuria.
Apabila terjadi reinfeksi berulang:
- Bila disertai factor predisposisi berikan terapi antimikroba yang intensif
diikuti koreksi factor resiko
- Bila tanpa factor predisposisi berikan asupan cairan yang adekuat dan
anjurkan menjaga kebersihan saluran kemih dan diikuti terapi antimikroba
takaran tunggal (trimetoprim 200 mg)
- Terapi antimikroba jangka lama sampai 6 bulan
2. ISK atas
Pada umumnya pasien dengan pielonefritis akut memerlukan rawat inap untuk
memelihara status hidrasi dan terapi antibiotika parenteral paling sedikit 48 jam.
Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah infeksi saluran kemih,
antara lain :
1. Minumlah banyak cairan (dianjurkan untuk minum minimal 8 gelas air putih
sehari).
2. Segera buang air kecil sebelum dan sesudah melakukan hubungan seksual.
3. Jika membersihkan kotoran, bersihkan dari arah depan ke belakang, agar
kotoran dari dubur tidak masuk ke dalam saluran kemih.
4. Periksa air seni secara rutin selama kehamilan. Dengan pemeriksaan tersebut
akan dapat segera diketahui apakah terinfeksi atau tidak
5. Jangan terlalu lama menahan keinginan buang air kecil
6. Hindari penggunaan cairan yang tidak jelas manfaatnya pada alat kelamin.
Cairan ini dapat mengiritasi uretra.

H. Komplikasi
1. Pielonefritis akut
2. Infeksi ginjal
3. Sepsis

II. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


A. Pengkajian
1. Data Biografi.
a. Identitas pasien yaitu nama, umur, jenis kelamin, agama, suku atau bangsa,
status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, alamat, tanggal masuk rumah sakit,
tanggal pengkajian,catatan kedatangan.
b. Keluarga terdekat yang dapat dihubungi
2. Riwayat kesehatan atau perawatan.
a. Keluhan utama/ alasan masuk RS Biasanya klien mengeluhkan nyeri pada saat
miksi, pasien juga mengeluh sering buang air kecil berulang ulang terbangun
untuk miksi pada malam hari, perasaan ingin miksi yang sangat mendesak.
b. Riwayat kesehatan sekarang
1) pasien mengeluh sakit pada saat miksi dan harus menunggu lama, dan harus
mengedan.
2) Pasien mengeluh sering bak berulang.
3) Pasien mengeluh sering miksi di malam hari
c. Riwayat kesehatan terdahulu
Apakah pasien pernah menderita infeksi saluran kencing sebelumnya, dan
apakah pasien pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya dengan keluhan yang
sama.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Mungkin diantara keluarga pasien sebelumnya ada yang pernah menderita
penyakit yang sama dengan penyakit pasien sekarang.
3. Pola fungsi kesehatan.
Meliputi pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan, pola nutrisi dan metabolisme,
pola eliminasi, pola aktivitas dan latihan, pola istirahat dan tidur, pola kongnitif
dan persepsi, persepsi diri dan konsep diri, pola peran hubungan, pola seksual dan
reproduksi, pola koping dan toleransi stress, keyakinan dan kepercayaan.
4. Pemeriksaan Fisik
Pada waktu mlakukan inspeksi keadaan umum pasien mengalami tanda-tanda
penurunan mental seperti neuropati perifer, Pada waktu palpasi adanya nyeri tekan
pada bagian kandung kemih.
a. Data dasar pengkajian pasien
1) Sirkulasi
Tanda : Peningkatan tekanan darah (efek pembesaran ginjal )
2) Eliminasi
a) Penurunan kekuatan/dorongan aliran urin tetsan
b) Keraguan pada berkemih awal
c) Ketidakmampuan untuk mengosongkan kandung kemih dengan lengkap ,
dorongan dan frekuensi berkemih
d) Nokturia , disuria, dan hematuria
e) Duduk untuk berkemih
f) Infeksi saluran kencing berulang, dan riwayat batu
g) konstipasi (prostrusi prostat kedalam rectum)
3) Makanan/cairan
a) Anoreksia, mual dan muntah
b) Penurunan berat badan
4) Nyeri/kenyamanan
a) Nyeri suprapubik, panggul atau punggung, tajam, kuat (pada prostales
akut)
b) Nyeri punggung bawah
5) Seksualitas
gejala :
a) Masalah tentang efek kondisi/ penyakit kemampuan seksual
b) Takut inkontinensia/ menetes selama hubungan intim
c) Penurunan kekuatan kontraksi ejakulasi
6) Aktivitas istirahat
a) Riwayat pekerjaan
b) Lamanya istirahatAktivitas sehari-hari
c) Pengaruh penyakit terhadap aktivitas
d) Pengaruh penyakit terhadap istirahat
7) Higine
a) Penampilan umum
b) ADL (Activity Daily Live)
c) Kebersiahn mandi
d) Frekuensi Mandi
8) Integritas ego
a) Pengaruh penyakit terhadap stress
b) gaya hidup
c) Masalahfinancial
9) Neurosensori
a) Apakah ada sakit kepala
b) Status mental
c) Ketajaman pengelihatan
10) Pernapasan
a) Apakah ada sesak napas
b) Riwayat merokok
c) Frekuensi pernapasan
d) Bentuk dada
e) Auskultasi suara napas
11) Interaksi sosial
a) Status perkawinan
b) Hubungan dalam masyarakat
c) Pola interaksi keluarga
B. Diagnosa Keperawatan
1) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan asidosis metabolik
2) Hipertermi berhubungan dengan reaksi inflamasi: terganggunya termostat
hipotalamus
3) Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
4) Perubahan pola eliminasi urine berhubungan dengan nyeri saat berkemih
5) Risiko cedera berhubungan dengan penurunan kesadaran
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2001. Keperawatan Medical Bedah Volume 2. Edisi 8. Jakarta:
EGC

Bulechek, G.M. Butcher, H.K. Dochterman, J.M. Wagner, C.M. 2016. Nursing
Interventions Classification (NIC). Singapore: Elsevier Global Rights.

Capernito, Linda Juall. 1999. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan.


Jakarta: EGC

Dongoes, Marylin E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC

Guyton & Hall. 2001. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta: EGC

Hudak & Gallo, 1997. Keperawatan Kritis Volume II. Jakarta : EGC

Moorhead, S. Johnson, M. Maas, M.L. Swanson, E. 2016. Nursing Outcomes


Classification (NOC). Singapore: Elsevier Global Rights.

Potter & Perry. 2005. Fundamental Keperawatan Volume 2. Edisi 4. Jakarta: EGC

Price, Sylvia. A, dkk. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.


Edisi 6. Jakarta: EGC

Sudoyo, Aru W. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1. Jakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai