HUBUNGAN INDUSTRIAL
Pembina ex President
Hana Shoes Mesitech
International HR
Association
Chairman
Pendiri
Pendiri
KM Expert
Dewan Pakar
MSDM
Kemampuan Dasar
Klaster/Unit Kompetensi
4
Komunikasi
dengan Pekerja
Manfaat Komunikasi dalam Organisasi
• Membangun persepsi yang tepat;
• Menyelesaikan masalah secara lebih cepat;
• Memutuskan secara lebih baik;
• Mengalirnya pekerjaan secara lancar;
• Membangun hubungan bisnis yang kuat;
• Membentuk citra profesional lebih baik;
• Menyelesaikan konflik;
• Mempermudah proses manajemen dalam organisasi.
Kebutuhan Komunikasi Dalam Organisasi
• Menciptakan team work yang solid;
• Menyampaikan, menyalurkan,
kebijakan/ide/saran/masukan/keluhan dalam
organisasi;
• Membangun hubungan yang harmonis;
• Membangun bisnis yang berkelanjutan;
• Meningkatkan produktifitas;
• Membangun keterlekatan (engagement).
Peran Komunikasi dalam
Kinerja Bisnis
KORPORASI Target Korporasi Strategi Korporasi
Komunikasi
Pencapaian
Target Divisi/Dept. Strategi Divisi/Dept.
Target Seksi/Unit
•Top Down;
•Bottom Up;
•Individual;
•Group.
Sarana Komunikasi Organisasi
Mengumpulkan
Membuat SK Pimpinan Membuat tim rencana
masukan dari semua
Organisasi penyusunan PP
pemangku kepentingan
Mengajukan rancangan
Menyusun dan
ke instansi
Sosialisasi setelah mengajukan rancangan
ketenagakerjaan yang
disetujui dan disahkan PP ke pimpinan
berwenang untuk
organisasi
pengesahan
Proses Dan Prosedur Penyusunan PP
• Membuat SK Pimpinan Organisasi untuk penunjukkan tim penyusun PP
termasuk perwakilan pekerja;
• Tim membuat rencana penyusunan PP termasuk sumber daya yang diperlukan;
• Tim mengumpulkan masukan dari semua pemangku kepentingan;
• Jika diperlukan, tim melakukan benchmarking;
• Tim menyusun dan mengajukan rancangan PP ke pimpinan organisasi;
• Tim mengajukan rancangan ke instansi ketenagakerjaan yang berwenang untuk
pengesahan;
• Tim melakukan sosialisasi setelah disetujui dan disahkan.
MATERI PP
(sesuai Ketentuan Perundangan Ketenagakerjaan Normatif)
• Hubungan kerja;
• Waktu dan lokasi kerja;
• Kerja lembur;
• Pengupahan;
• Cuti dan izin meninggalkan pekerjaan;
• PHK dan kompensasinya;
• Jaminan dan perlindungan kerja;
• Disiplin dan tindakan disiplin;
• Keluh kesah;
• Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).
KEBIJAKAN ORGANISASI
DALAM MEMBUAT PP
• Pilihannya
⁻ Normatif saja;
⁻ Lebih dari normatif.
• Menggunakan masukan internal dan eksternal;
• Menyesuaikan dengan kemampuan finansial organisasi;
• Situasi pasar kerja;
• Kondisi pertumbuhan organisasi.
Penyusunan Perjanjian Kerja
Bersama (PKB)
PERJANJIAN KERJA BERSAMA
(PKB)
Perjanjian Kerja Bersama (PKB) adalah perjanjian yang merupakan
hasil perundingan antara Serikat Pekerja (SP)/Serikat Buruh (SB) atau
beberapa SP/SB yang tercatat pada instansi yang bertanggung jawab
di bidang ketenagakerjaan dengan pengusaha, atau beberapa
pengusaha atau perkumpulan pengusaha yang memuat syarat-syarat
kerja, hak dan kewajiban kedua belah pihak.
DASAR HUKUM PKB
1. Undang - undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
2. Keputusan MK No.115/PPU-VII/2009 tanggal 10 November 2010.
3. Permenaker No. 28 Tahun 2014 tentang Tata Cara dan Pembuatan dan
Pengesahan PP Serta Pembuatan dan Pendaftaran PKB.
4. Dalam hal di satu perusahaan terdapat lebih dari satu serikat
pekerja/serikat buruh, maka jumlah serikat pekerja/serikat buruh
yang berhak mewakili dalam melakukan perundingan dengan
pengusaha dalam suatu perusahaan adalah maksimal tiga serikat
pekerja/serikat buruh atau gabungan serikat pekerja/serikat buruh
yang jumlah anggotanya minimal 10% (sepuluh perseratus) dari
seluruh pekerja/buruh yang ada dalam perusahaan.
TUJUAN PEMBUATAN PKB
1. Mempertegas dan memperjelas hak – hak dan kewajiban
pekerja dan pengusaha;
2. Memperteguh dan menciptakan hubungan industrial yang
harmonis dalam perusahaan;
3. Memetapkan secara bersama syarat – syarat kerja keadaan
industrial yang harmonis dan atau hubungan ketenagakerjaan
yang belum diatur dalam peraturan perundang –undangan.
PROSES DAN PROSEDUR
PENYUSUNAN PKB
• Verifikasi keanggotaan SP/SB;
• Membuat SK Pimpinan Organisasi untuk penunjukkan tim
perunding PKB dari perusahaan dan SP/SB;
• Tim Perunding menyepakati tata tertib dan jadwal
perundingan;
• Masing-masing menyiapkan usulan materi perundingan;
• Tim mengumpulkan masukan dari semua pemangku
kepentingan;
Jika diperlukan, tim
melakukan
benchmarking
PROSES DAN PROSEDUR
PENYUSUNAN PKB
Perselisihan
Antar SP/SB
4 3 Perselisihan
PHK
Perselisihan Hak
• Perselisihan hak, yaitu perselisihan yang
timbul karena tidak, dipenuhinya hak,
akibat adanya perbedaan pelaksanaan atau
penafsiran terhadap ketentuan peraturan
perundang-undangan, perjanjian kerja,
peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja
bersama
Perselisihan Kepentingan
• Perselisihan kepentingan, yaitu perselisihan
yang timbul dalam hubungan kerja karena
tidak adanya kesesuaian pendapat
mengenai pembuatan dan atau perubahan
syarat-syarat kerja yang ditetapkan dalam
perjanjian kerja atau peraturan perusahaan
atau perjanjian kerja bersama
Perselisihan PHK
• Perselisihan pemutusan hubungan kerja,
yaitu perselisihan yang timbul karena tidak
adanya kesesuaian pendapat mengenai
pengakhiran hubungan kerja yang dilakukan
oleh salah satu pihak
Perselisihan Antar SP/SB
• Perselisihan antar serikat pekerja/serikat
buruh, yaitu perselisihan antara serikat
pekerja/serikat buruh dengan serikat
pekerja/serikat buruh lain dalam satu
perusahaan, karena tidak adanya
persesuaian paham mengenai keanggotaan,
pelaksanaan hak dan kewajiban
keserikatpekerjaan
Penyelesaian Perselisihan di Luar PHI
• Dalam UU PHI, penyelesaian perselisihan dapat dilakukan di
luar pengadilan ( Pengadilan Hubungan Industrial)
• Mekanisme ini lebih cepat dan dapat memenuhi rasa keadilan
para pihak karena penyelesaiannya berdasarkan musyawarah
untuk mencapai mufakat
1
Dalam waktu 30 hari
Sepakat
(PB)
Mengikat dan wajib
dilaksanakan
2
Dalam hal Perjanjian Bersama(PB) tidak
dilaksanakan oleh salah satu pihak, maka
pihak yang dirugikan dapat mengajukan
permohonan eksekusi pada PHI pada
Pengadilan Negeri di wilayah Perjanjian
Bersama (PB) didaftar untuk mendapat
penetapan eksekusi
TIDAK SEPAKAT
X Gagal, dan salah satu atau kedua belah pihak
memberitahukan perselisihannya kepada instansi yang
bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan
setempat untuk proses Mediasi atau lainnya
Maks. 30 hari
Dasar Hukum Bipartit
Catatan :
Risalah harus ditandatangani para pihak, jika salah satu pihak menolak menandatangani maka
diberikan catatan dibawah risalah
9. Rancangan risalah akhir dibuat oleh pengusaha dan ditandatangani oleh kedua belah pihak
atau salah satu pihak bilamana pihak lainnya tidak bersedia menandatanganinya;
Tahapan Bipartit
C. Tahap setelah selesai perundingan:
1. Dalam hal para pihak mencapai kesepakatan, maka dibuat Perjanjian Bersama
yang ditandatangani oleh para perunding dan didaftarkan pada Pengadilan
Hubungan Industrial di Pengadilan Negeri wilayah para pihak mengadakan
Perjanjian Bersama;
2. Apabila perundingan mengalami kegagalan maka salah satu atau kedua belah
pihak mencatatkan perselisihannya kepada instansi yang bertanggung jawab di
bidang ketenagakerjaan kabupaten/kota tempat pekerja/buruh bekerja dengan
melampirkan bukti bahwa upaya-upaya penyelesaian melalui perundingan bipartit
telah dilakukan.
Perundingan Bipartit
Bila perundingan mencapai kesepakatan penyelesaian, maka kesepakatan
tersebut harus dituangkan dala PERJANJIAN BERSAMA (PASAL 7)
Perjanjian Bersama memuat:
1. Nama dan alamat para pihak
2. Jabatan para Pihak
3. Masa Kerja
4. Gaji Terakhir
5. Waktu Pembuatan perjanjian
6. Tempat Pembuatan Perjanjian
7. Nama Perselisihan
8. Tanda tanga para pihak
Apabila bukti sebagaimana dimaksud diatas tidak dilampirkan, maka instansi yang
bertanggungjawab di bidang ketenagakerjaan mengembalikan berkas untuk dilengkapi
paling lama 7 hari sejak diterimanya berkas pengembalian
Dalam hal para pihak tidak memilih, maka penyelesaianya diserahkan ke Mediator
(PASAL 4 AYAT 1-6)
Tujuan Perundingan
Undangan untuk perundingan Bipartit (Surat undangan ini bersifat absolut,
artinya penentuan jadwal bipartit sepenuhnya dari pengusaha, kalau pekerja
tidak hadir langsung dianggap tidak memenuhi undangan), undangan
disampaikan maks. 3 kali rentang waktu 3 hari kerja
Tanda terima
Alat dan prasaran Perundingan ( Tempat, Berkas2 dan altu)
Pencatat Perundingan ( Risalah Perundingan)
Saksi minimal 2 ( sifatnya pasif )
Fokus Ke Perundingan (tidak ada gangguan dari alat komunikasi dll)
Lay-out Ruangan Perundingan Bipartit
BERKAS- KEBIJAKAN2
BERKAS KETENAGA-
PEKERJA KERJAAN
PENDAMPING
PENGUSAHA PEKERJA
BERKAS BERKAS
KASUS (Surat Kuasa,
kronologis, bukti2)
SAKSI SAKSI
Mediasi
+7 +10 +3 max 30
Mediator P Mediator PB
Penelitian dan segera Mengiat
B secara Mengeluarkan anjuran Para pihak menyetujui
sidang mediasi hukum tertulis anjuran
+7 +10 max 30
+1 +10
Konsiliator P Konsiliator PB
Penelitian dan segera Mengiat
B secara Mengeluarkan anjuran Para pihak menyetujui
sidang mediasi hukum tertulis anjuran
• Konsiliator ditunjuk oleh Menteri atau Pejabat Kemnaker dan disepakati para pihak. Dapat honor.
Syarat Konsiliator
• Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME;
• Warga negara Indonesia;
• Berumur sekurang-kurangnya 45 tahun;
• Pendidikan minimal lulusan Strata Satu (S.1);
• Berbadan sehat menurut surat keterangan dokter;
• Berwibawa, jujur, adil, dan berkelakuan tidak tercela;
• Memiliki pengalaman di bidang hubungan industrial
sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun;
• Menguasai peraturan perundang-undangan di bidang
ketenagakerjaan; dan
• Syarat lain yang ditetapkan oleh Menteri.
Arbitrase
1 atau gasal, bersifat final
max 30
+14 perpanjangan
Akte Perdamaian, +3
jika dapat
didamaikan
+1
+30
Arbiter Para Pihak Ketua Pengadilan Pihak atau Kuasa Para Pihak Mahkamah Agung
Menunjuk Arbiter ke-3 Menunjuk Arbiter jika Tidak hadir tanpa Melaksanakan Membatalkan jika ada pihak
sebagai Ketua Majelis tidak ada kesepakatan alasan yang sah Keputusan yang dirugikan karena
Arbitrase alasan yang kuat
Kepentingan SP/SB
Ada pernyataan para pihak
untuk tunduk dan menjalankan
keputusan arbiter
UNSUR
• Adanya upah
• Adanya pekerjaan
• Adanya perintah
Pengaturan Hubungan Kerja
• Perjanjian Kerja
• Peraturan Perusahan
• Perjanjian Kerja Bersama
• Peraturan Per-UU-an Ketenagakerjaan
• SK-Dir/Manual/Prosedur Perusahaan
Penyelesaian Perselisihan
Hubungan Industrial
Perselisihan HI (Umum)
1. Melanggar syarat-syarat norma kerja (terjadi karena tidak memahami Ketentuan
Per-UU-an)
2. Melanggar isi PP/PKB (tidak dipahami dengan baik, dibaca hanya kalau ada
masalah)
3. Melakukan Proses PHK yang tidak sesuai dengan ketentuan PP/PKB
4. Karyawan tidak menjalankan pekerjaannya dengan baik (lemahnya Fungsi
Supervisi, tidak ada proses pembinaan karyawan yang baik)
5. Memperlakukan pekerja hanya sebagai alat (tidak memahami Kodrat Manusia
dalam HAM dan Manusia sebagai Mahluk Sosial).
6. Perilaku HAM tidak sejalan dengan nilai-nilai budaya perusahaan (tidak
memahami Visi dan Misi perusahaan dengan baik, tidak ada sertifikasi tentang
pemahaman nilai-nilai budaya serta visi dan misi perusahaan dengan baik dan
benar)
Filosofi PPHI
Prinsip musyawarah untuk mufakat dan penyelesaian di pengadilan
hubungan industrial haruslah menjadi pegangan bagi para pihak dalam
menghadapi dan menyelesaikan perselisihan hubungan industrial,
sehingga sedapat mungkin setiap terjadi perselisihan selalu
mengedepankan musyawarah melalui perundingan Bipartit di tingkat
perusahaan
• Mediasi (1234)
Tahap 2 • Konsiliasi (234)
• Arbitrase (24
Penyelesaian Bipartit
1. Surat Kuasa Khusus harus diberi tanggal dan ditandatangani oleh Pemberi
Kuasa sebagai Pihak Materil dan Penerima Kuasa sebagai Pihak Formil,
2. Menyebut Identitas dan kedudukan para pihak,
3. Menyebut dengan jelas dan spesifik surat kuasa untuk berperan di Pengadilan,
4. Menyebut dengan Jelas kompetensi relatif Pengadilan,
5. Menyebut secara ringkas dan konkrit pokok dan objek sengketa yang
diperkarakan,
Surat Gugatan
Mengacu pada ketentuan Pasal 118, Pasal 119 dan Pasal 120 HIR Jo Pasal 8 RV serta
perkembangan praktek peradilan, syarat–syarat formil untuk merumuskan atau membuat
formulasi sebuah surat gugatan adalah sebagai berikut:
Bagi pihak yang hadir terhitung sejak putusan dibacakan dalam sidang oleh
Majelis Hakim;
Bagi pihak yang tidak hadir, terhitung sejak tanggal menerima pemberitahuan
putusan;
Upaya Hukum
1. Kasasi
14 Hari kerja sejak keputusan dikeluarkan
2. Perlawanan Pihak Ketiga
Biasanya menyangkut Sita Jaminan
3. Peninjau kembali
Ada unsur/bukti keputusan didasari kebohongan
Ada bukti-bukti baru
Keputusan melebihi tuntutan, dikabulkan yang tidak ada dalam tuntutan
Ditemukan utk hal yang sama keputusannya beda
Nyata terdapat kekeliruan/kekhilafan hakim
Pengakhiran Hubungan Kerja
Hubungan Hukum Dalam Hubungan Kerja
Hubungan Hukum dapat dikualifikasikan dalam beberapa kelompok besar:
1. Pada prinsipnya dengan mengacu kepada pasal 1 ayat 15 UUK no.13 tahun
2003 tentang hubungan kerja “MEMULAI DAN MENGHAKHIRI HUBUNGAN
KERJA“ adalah hak para pihak dalam hubungan kerja
2. Dengan mengacu kepada UUK, tidak ada suatu ketentuan apapun yang
menjamin pekerja dipekerjakan seumur hidup begitu pula sebaliknya tidak
ada suatu ketentuan apapun yang mengharuskan pekerja untuk bekerja
diperusahaan seumur hidupnya.
KEPASTIAN HUKUM
KEPASTIAN HIDUP
CATATAN
Pengusaha, pekerja, dan pemerintah semaksimal mungkin mengusahakan jangan
terjadi PHK, apabila telah dilakukan pembinaan PHK kerja tidak dapat dihindari
maka maksud PHK wajib dirundingkan terlebih dahulu.
2. PHK tanpa kesalahan atau adanya program pensiun sebelum usia pensiun dan atau
adanya penerapan strategi pola alih daya di perusahaan, dapat dilakukan dengan
mengacu ke UUK pasal 151 s/d 156, dengan benefit PHK normal sama dengan benefit
PHK karena pensiun
3. Dalam hal segala upaya telah dilakukan, tetapi PHK tidak dapat dihindari, maka maksud
PHK wajib dirundingkan oleh pengusaha dan SP/SB atau dengan pekerja/buruh apabila
pekerja/buruh yang bersangkutan tidak menjadi anggota SP/SB
PHK MASAL :
PHK diatas Sepuluh orang Harus Ijin Kemnaker
BENEFIT PHK :
Lihat Tabel Uang Pisah dan Benefit PHK
Dasar Perhitungan dari UpahPokok ditambah Segala Bentuk
Tunjangan yang bersifat tetap
Pelaksanaan PHK
1. Dalam pelaksanaannya harus diantisipasi juga jika terjadi perselisihan
langkah yang akan diambil sudah harus dapat dipertimbangkan, karena
bisa menimbulkan gejolak.
2. PHK dapat dilakukan sepanjang upaya-upaya untuk tidak terjadi PHK telah
dilakukan. Sebelum PHK dilakukan, apalagi kalau PHK tersebut masuk
katagori Masal (diatas 10 pekerja), harus dilaksanakan secara terpadu
dengan melibatkan unit kerja terkait, kalau bisa dalam satu tim antar unit.
3. Dalam penerapan alih daya harap hati hati karena sepanjang unsur
normatifnya belum terpenuhi maka sesuai UUK 13/2003, jo
Kepmenakertran 19/2012 jo SE 04/2013 maka otomatis demi hukum
pekerja itu berupah menjadi PKWT bisa untuk perusahaan penerima
pekerjaan bisa untuk perusahaan pemberi pekerjaan, tergantung yang
mana yang dilanggar.
Melaksanakan Penetapan PHK
Penetapan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 151 ayat (3) UU
13/2003 tidak diperlukan dalam hal:
a) Pekerja/buruh masih dalam masa percobaan kerja, bilamana
telah dipersyaratkan secara tertulis sebelumnya;
b) Pekerja/buruh mengajukan permintaan pengunduran diri,
secara tertulis atas kemauan sendiri tanpa ada indikasi adanya
tekanan/intimidasi dari pengusaha, berakhirnya hubungan
kerja sesuai dengan perjanjian kerja waktu tertentu untuk
pertama kali;
c) Pekerja/buruh mencapai usia pensiun sesuai dengan ketetapan
dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, perjanjian kerja
bersama, atau peraturan perundang-undangan; atau
d) Pekerja/buruh meninggal dunia.
Kompensasi PHK
1. Kompensasi PHK terdiri dari Uang Pesangon (UP) (Pasal 156 ayat 2), uang
Penghargaan masa kerja (UPMK) (156 ayat 3) dan Uang Penggantian Hak
(UPH) (pasal 156 ayat 3) serta uang Pisah yang harus dibaut sendiri oleh
perusahaan dan dituangkan dalam PP/PKB
2. Uang Pisah hanya hanya diberikan kepada PHK karena kesalahan berat,
(pasal 158), mengundurkan diri secara baik baik (Pasal 162) dan Mangkir
lima hari berturut turut (pasal 168), PHK karena tiga hal ii tidak mendapat
UP, UPMK , UPH sesuai perhitungan jika ada.
3. Dalam Penerapan PHK karena bukan kesalahan pekerja dan atau ada
karena kebijakan perusahaan seperti penerapan polah alih daya, sebaiknya
dilakukan secara sistimatis dan terencana dengan memperhatikan langkah
sebagaimana yang telah diatur dalam UUTK dan jukla-juklaknya.
Perjanjian Bersama - PHK
Karyawan harus menandatangani dokumen ('Mutual
Consent') sebagai bukti bahwa karyawan menerima
PHK.
10
Pembayaran Benefit PHK TIM & KONS
12
Mendaftarkan Pelaksanaan PHK TIM & KONS
Jakarta,…..,………..
Mengetahui/menyetujui Yang mengusulkan
HI Harmonis dengan Pekerja
atau SP/SB
• Upah pantas
• Jam kerja sesuai
• Kondisi kerja
manusiawi
• Produktivitas
• tinggi
Fungsi Dan Peran Organisasi Ketenagakerjaan
Peran :
1. Sebagai mitra pengusaha dalam mencapai tujuan perusahaan.
2. Sebagai kontrol terhadap pekerja dan pengusaha
3. Sebagai katalisator dalam proses produksi
Fungsi :
1. Sebagai tempat untuk memperjuangkan kesejahteraan pekerja.
2. Sebagai ajang komunikasi dan interaksi baik antar sesama
pekerja maupun antara pekerja dan pengusaha
3. Sebagai wadah dalam menyalurkan aspirasi positif pekerja.
Tujuan Organisasi Pekerja
Secara umum memperjuangkan kepentingan pekerja agar
kesejahteraan menjadi lebih baik, antara lain:
• Upah minimal
• Jam kerja
• Kepastian hubungan kerja
• Upah lembur
• Waktu istirahat
• Cuti
• Keselamatan dan kesehatan kerja
• Tunjangan-tunjangan lainnya
• Perlindungan ketenagakerjaan
Dasar Hukum Menjamin Kebebasan SP
Mempertemukan
pihak yang Membuat komitmen Memonitor
berselisih untuk bersama untuk kemajuan hasil
kesepakatan penyelesaian kesepakatan
penyelesaian
Fungsi SP/SB, Federasi dan Konfederasi SP/SB
• sebagai pihak dalam pembuatan perjanjian kerja bersama dan
penyelesaian perselisihan industrial;
• sebagai wakil pekerja/buruh dalam lembaga kerja sama di bidang
ketenagakerjaan sesuai dengan tingkatannya;
• sebagai sarana menciptakan hubungan industrial yang harmonis,
dinamis, dan berkeadilan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku;
• sebagai sarana penyalur aspirasi dalam memperjuangkan hak dan
kepentingan anggotanya;
• sebagai perencana, pelaksana, dan penanggung jawab pemogokan
pekerja/buruh sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku;
• sebagai wakil pekerja/buruh dalam memperjuangkan kepemilikan
saham di perusahaan.
Pertentangan Kepentingan
UU no. 21/2000 tentang SP-SB
• Pekerja/buruh yang menduduki jabatan
tertentu di dalam satu perusahaan dan
jabatan itu menimbulkan pertentangan
kepentingan antara pihak pengusaha dan
pekerja/buruh, tidak boleh menjadi
pengurus serikat pekerja/serikat buruh di
perusahaan yang bersangkutan.
Hak SP/SB, Federasi dan Konfederasi SP/SB
• Jika telah mempunyai nomor bukti pencatatan berhak:
– membuat PKB dengan pengusaha;
– mewakili pekerja/buruh dalam menyelesaikan perselisihan
industrial;
– mewakili pekerja/buruh dalam lembaga ketenagakerjaan;
– membentuk lembaga atau melakukan kegiatan yang
berkaitan dengan usaha peningkatan kesejahteraan
pekerja/buruh;
– melakukan kegiatan lainnya di bidang ketenagakerjaan yang
tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku
Kewajiban SP/SB, Federasi dan Konfederasi SP/SB
• Jika telah mempunyai nomor bukti pencatatan
berkewajiban:
– melindungi dan membela anggota dari
pelanggaran hak-hak dan memperjuangkan
kepentingannya;
– memperjuangkan peningkatan kesejahteraan
anggota dan keluarganya;
– mempertanggungjawabkan kegiatan organisasi
kepada anggotanya sesuai dengan anggaran dasar
dan anggaran rumah tangga.
Penghalangan atau Pemaksaan
• Siapapun dilarang menghalang-halangi atau
memaksa pekerja/buruh untuk membentuk atau
tidak membentuk, menjadi pengurus atau tidak
menjadi pengurus, menjadi anggota atau tidak
menjadi anggota dan/atau menjalankan atau tidak
menjalankan kegiatan SP/SB dengan cara:
– melakukan PHK, memberhentikan sementara,
menurunkan jabatan, atau melakukan mutasi;
– tidak membayar atau mengurangi upah pekerja/buruh;
– melakukan intimidasi dalam bentuk apapun;
– melakukan kampanye anti pembentukan SP/SB
Menjalan Kegiatan SP/SB
• Pengusaha harus memberi kesempatan kepada
pengurus dan/atau anggotaSP/SB untuk
menjalankan kegiatan SP/SB dalam jam kerja yang
disepakati oleh kedua belah pihak dan/atau yang
diatur dalam PKB.
• Dalam kesepakatan kedua belah pihak dan/atau
PKB harus diatur mengenai:
– jenis kegiatan yang diberikan kesempatan;
– tata cara pemberian kesempatan;
– pemberian kesempatan yang mendapat upah dan yang
tidak mendapat upah
Peran Aktif SP
1. Ikut membina Karyawan dengan Program Terpadu dan Konsisten
2. Mendorong Perencanaan TK sejalan Pertumbuhan Usaha
3. Mengawasi Pembentukan Pencadangan Benefit PHK
4. Ikut meningkatan kualitas SDM dan Manajemen
5. Mendukung Pengembangan Sistim Imbal Jasa yang Mendorong Pertumbuhan
Usaha
6. Ikut mensosialisasikan prinsip-prinsip hubungan kerja yang baik dan benar
7. Ikut melepas dengan baik dan benar karyawan yang tidak bisa menyesuaikan diri
dengan pertumbuhan perusahaan
Sumber EY
Pencegahan Perselisihan HI
• Patuhi UU dan Peraturan yang berlaku
• Komunikasi secara berkala dan intensif
• Terbuka namun tidak telanjang
• Tegakkan PP atau PKB secara konsisten dan
tegas
• Bersama-sama meningkatkan kinerja dan
produktivitas
• Penerapan prinsip musyawarah mufakat
Diskusi
Apa yang akan anda lakukan jika:
• Jika karyawan memalsukan kuitansi klaim uang
makan selama perjalanan dinas
• Jika karyawan berulang kali tidak menyelesaikan
tugasnya sesuai permintaan atasan
• Jika karyawan berkelahi di kantor
• Jika karyawan wanita selalu datang terlambat di
kantor karena alasan keluarga
• Jika karyawan senior pada level yang sama merasa
gajinya lebih kecil dari karyawan lebih yunior
Peran MSDM pada Fungsi Lini
• Keterlibatan Lini dalam 9 (sembilan) Fungsi
Utama MSDM;
• Penegakan Disiplin;
• Coaching, Counselling, Mentoring dan Pemberian
Umpan Balik;
• Leadership: Role Model, Kemampuan
Memotivasi, dan Manajemen Suksesi.