Anda di halaman 1dari 2

Jakarta, 15 Jun 2020

Nomor :…../LGL /FB-KP/III/2020


Perihal :Pemberitahuan Pemberlakuan PKWT
Lampiran :9(Sembilan)

Perihal : Pemberlakuan Perizinan K3

Kepada Yth,
PGA Spv Cabang PT. Fastrata Buana
Di tempat,-

Dengan Hormat,

Untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh dan guna mewujudkan produktivitas kerja yang
optimal, maka diperlukan upaya keselamatan dan kesehatan kerja. Upaya keselamatan dan kesehatan
kerja dimaksudkan untuk memberikan jaminan keselamatan dan meningkatkan derajat kesehatan para
pekerja/buruh dengan cara pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja, pengendalian bahaya di
tempat kerja, promosi kesehatan, pengobatan, dan rehabilitasi, sebagaimana diatur dalam peraturan
undang-undang Ketenagakerjaan, setiap pekerja/buruh berhak atas perlindungan keselamatan dan
kesehatan kerja.
Resiko kecelakaan kerja bisa terjadi kapan saja. Untuk itu, kesadaran mengenai Keselamatan dan
Kesehatan Kerja menjadi sangat diperlukan. Kementerian Tenaga Kerja Republik Indonesia menerbitkan
Permenaker nomor 5 tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja. Peraturan
Menteri Tenaga Kerja nomor 5 tahun 2018 ini membuat 3 peraturan tidak berlaku lagi yaitu: Peraturan
Menteri Perburuhan Nomor 7 Tahun 1964 tentang Syarat Kesehatan, Kebersihan, serta Penerangan
dalam tempat kerja; Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 13 Tahun 2011 tentang
Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja; dan Surat Edaran Menteri Tenaga
Kerja dan Transmigrasi nomor SE.01/MEN/1978 tentang Nilai Ambang Batas untuk Iklim Kerja dan Nilai
Ambang Batas untuk Kebisingan di Tempat Kerja.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah suatu kondisi dalam pekerjaan yang sehat dan aman baik
itu bagi pekerjaannya, perusahaan maupun bagi masyarakat dan lingkungan sekitar pabrik atau tempat
kerja tersebut. Keselamatan dan kesehatan kerja juga merupakan suatu usaha untuk mencegah setiap
perbuatan atau kondisi tidak selamat, yang dapat mengakibatkan kecelakaan.
Bagaimana jika terjadi pelanggaran terhadap UU Keselamatan dan Kesehatan Kerja? Undang-undang
K3 memuat ancaman pidana kurungan atau pidana denda paling banyak Rp. 15.000.000. (lima belas juta
rupiah) bagi yang tidak menjalankan ketentuan undang-undang tersebut.

Berdasarkan hal tersebut diatas maka kami mewajibkan cabang agar dapat membuat Perizinan K3
yaitu:

1. Perizinan Penggunaan Genset


Generator Set atau biasa di kenal Genset harus memiliki izin. Sanksi teguran hingga pembekuan
operasional jika penggunaan generator dilakukan bilamana tanpa ada izin. Setiap penggunaan
genset berkapasitas 200 KVA harus mendapat izin dari dinas yang membidangi energi dan
sumber daya mineral (ESDM) terdiri dari Surat Laik Operasi (SLO) dan Izin Operasi (IO).
Generator Set dengan kapasitas 25-200 KVA juga wajib mendapatkan surat persetujuan yang
diminta izin operasi, sedang di bawah 25 KVA hanya diperlukan melapor,

Pendataan dan generator pembangkit listrik sesuai Permen ESDM No 29 Tahun 2012 tentang
Kapasitas Pembangkit Listrik untuk Kepentingan sendiri yang dilaksanakan berdasarkan Izin
Operasi, UU No 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan, dan PP No 14 Tahun 2012 tentang
Penyediaan Tenaga Listrik.

2. SIA (Surat Ijin Alat)


Merupakan Sertifikat Kelayakan yang diberikan tentang Ijin Penggunaan Alat Angkut dan Alat
Angkut kepada perusahaan.

3. SIO (Operator Surat Ijin) merupakan sejenis Sertifkat yang diberikan kepada Ijin Perorangan
di dalam perusahaan yang ada dalam hal kelayakan pembuatan Alat Angkat dan Alat Angkut.

4. PENANGKAL PETIR
Penangkal petir atau anti petir adalah istilah yang sudah keliru dalam bahasa kita, preferensi
yang di timbulkan dua istilah ini aman 100% dari bahaya petir , akan tetapi pada penggunaan
tidak sesuai. Dalam penanganan bahaya petir memang ada beberapa faktor yang sangat
berpengaruh, bilamana kita ingin mencari solusi total akan bahaya petir maka kita harus
mempertimbangkan faktor-faktor tersebut.

Sambaran petir tidak langsung pada bangunan yaitu petir menyambar di luar areal perizinan
dari instalasi penangkal petir yang telah terpasang, kemudian pasang petir ini merambat
melalui instalasi listrik, kabel data atau apa saja yang mengarah ke bangunan, lalu pasang
petir ini merusak unit peralatan listrik dan elektronik di dalam bangunan tersebut. Masalah ini
semakin runyam karena peralatan elektronik menggunakan tegangan kecil, DC yang sangat
sensitif.

Pada dasarnya sistem pengamanan sambaran petir langsung bukan membuat posisi kita aman
100% dari petir membuat posisi bangunan kita terhindar dari kerusakan fatal akibat sambaran
langsung serta mengurangi kerusakan peralatan listrik dan elektronik yang ada sambaran petir
yang mengunjungi bangunan kita. Maka istilah yang paling tepat untuk pengamanan petir adalah
PENYALUR PETIR .Peraturan Pemerintah tentang Penangkal Petir satu-satunya Peraturan Menteri
Tenaga Kerja No. 31 Tahun 2015

5. INSTALASI LISTRIK
Keselamatan Kerja Listrik adalah Keselamatan kerja yang bertalian dengan alat, bahan, proses,
tempat (lingkungan), dan cara-cara melakukan pekerjaan. Tujuan dari keselamatan kerja listrik
adalah untuk melindungi tenaga kerja atau orang dalam melaksanakan tugas-tugas atau adanya
tegangan listrik di sekitarnya, baik dalam bentuk instalasi maupun jaringan.

Pekerjaan kelistrikan memiliki potensi bahaya dan risiko yang cukup serius, pekerja harus
memperhatikan bahaya dan risiko yang ada, yaitu : tersetrum, terjadi ledakan akibat hubungan
arus pendek, Kerusakan alat kerja akibat terjadinya kontak arus, Kebakaran.

Keselamatan kerja listrik sangat memerlukan perhatian baik itu dari pihak pemberi kerja ataupun
dari orang yang bekerja. Sengatan listrik di tempat kerja tergolong ke dalam kategori kecelakaan
kerja, sehingga pemberi kerja mesti menanggung seluruh biaya yang ditimbulkan.

Dalam upaya menghindari atau mencegah terjadinya kecelakaan kerja yang diakibatkan listrik
maka setiap pekerja mesti diberi pengetahuan terhadap keselamatan kerja listrik dan langka-
langka kerja aman, diantaranya:Menteri Ketenagakerjaan mengeluarkan Permenaker No 12
Tahun 2015 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Listrik. Didalam Peraturantersebut
mengatur mengenai standar, kompetensi Sumber Daya Manusia, danpengawasan dalam
perencanaan, pemasangan, penggunaan, perubahan danpemeliharaan instalasi listrik.

6. IZIN PROTEKSI KEBAKARAN


Izin yang menyatakan bahwa instalasi proteksi kebakaran di suatu tempat kerja telah sesuai
dengan peraturan yang ada, yaitu telah mencakup proteksi kebakaran pasif (suatu desain tempat
kerja untuk membatasi atau menghambat penyebaran api) dan proteksi kebakaran aktif (suatu
desain sistem atau instalasi deteksi, alarm, dan pemadam kebakaran).

Demikian yang dapat kami sampaikan agar dapat dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangan-undangan yang ada

Hormat Kami,

IR&Legal

Anda mungkin juga menyukai