Anda di halaman 1dari 14

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB V

PEMBAHASAN

A. Identifikasi Potensi Bahaya Listrik

PT. Pindad (Persero) Bandung telah melakukan penerapan Sistem

Manajemen K3 di perusahaan berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen K3.

Salah satu penerapan K3 ini dilakukan terhadap instalasi listrik di perusahaan,

dimana hal ini telah sesuai dengan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan

Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2015 tentang Keselamatan dan

Kesehatan Kerja Listrik di Tempat Kerja Pasal 2, yang berbunyi “Pengusaha

dan/atau pengurus wajib melaksanakan K3 listrik di tempat kerja”.

Pelaksanaan K3 listrik ini bertujuan untuk melindungi keselamatan dan

kesehatan tenaga kerja dan orang lain yang berada di dalam lingkungan

tempat kerja dari potensi bahaya listrik, menciptakan instalasi listrik yang

aman, handal dan memberikan keselamatan bangunan beserta isinya serta

menciptakan tempat kerja yang selamat dan sehat untuk mendorong

produktivitas.

Bukti pelaksanaan K3 listrik di perusahaan didasari dari adanya

Identifikasi Bahaya dan Penilaian Pengendalian Risiko atau disingkat IBPR di

PT. Pindad (Persero) Bandung. IBPR ini berisi tentang jenis bahaya di tempat

kerja, risiko yang ditimbulkan, peraturan perundangan dan persyaratan yang

terkait serta pengendalian operasional dan pengendalian risiko yang dilakukan

saat ini maupun mendatang. commit to user

42
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
43

Berdasarkan dokumen IBPR ini, tersengat arus listrik (bahaya arus

listrik) merupakan salah satu jenis bahaya yang terdapat di perusahaan,

dimana risiko bahaya yang mungkin ditimbulkan dapat berupa cedera ringan

yaitu shock dan luka bakar. Pengendalian operasional yang dapat dilakukan

adalah pemasangan simbol wajib menggunakan sarung tangan dan safety

shoes.

Identifikasi bahaya dan penilaian pengendalian risiko (IBPR)

merupakan suatu upaya yang berperan sebagai dasar penyusunan rencana K3

untuk mencegah terjadinya Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) dan Penyakit

Akibat Kerja (PAK). Sehingga, setiap aspek di perusahaan khususnya instalasi

listrik dapat teridentifikasi apa saja potensi bahaya dan risiko yang mungkin

terjadi. Kemudian, berdasarkan identifikasi tersebut perusahaan dapat

memberikan upaya pengendaliannya. Hal ini telah sesuai dengan Peraturan

Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen

Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pasal 9 ayat (3) yang menyebutkan bahwa

dalam menyusun rencana K3 sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pengusaha

harus mempertimbangkan hal yang salah satunya adalah identifikasi potensi

bahaya, penilaian dan pengendalian risiko. Perlunya identifikasi bahaya di

perusahaan juga dikuatkan oleh Tarwaka (2017), yang menyatakan bahwa

identifikasi bahaya merupakan suatu proses yang dapat dilakukan untuk

mengenali seluruh situasi atau kejadian yang berpotensi sebagai penyebab

terjadinya kecelakaan atau penyakit akibat kerja yang mungkin timbul di

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
44

tempat kerja. Sehingga, identifikasi bahaya ini dapat menjadi langkah pertama

untuk menghilangkan atau mengendalikan bahaya di tempat kerja.

Selain potensi bahaya tersengat listrik, PT. Pindad (Persero) Bandung

juga memiliki potensi bahaya kebakaran yang disebabkan oleh adanya

hubungan arus listrik atau korsleting listrik. Hal ini tercantum dalam Prosedur

Kesiagaan dan Tanggap Darurat perusahaan, yang menyebutkan bahwa salah

satu keadaan darurat di PT. Pindad (Persero) Bandung adalah kebakaran.

Menurut prosedur ini, yang dimaksud dengan keadaan darurat adalah keadaan

atau situasi yang ditimbulkan oleh suatu kejadian disengaja atau tidak yang

berasal dari alam, peralatan kerja, lingkungan kerja, manusia atau proses yang

menyebabkan kerusakan sebagian atau seluruhnya infrastruktur bangunan,

peralatan, proses, sumber daya manusia dan lainnya serta berdampak pada

kerusakan lingkungan. Pada prosedur ini juga disebutkan bahwa

penanggulangan kebakaran di PT. Pindad (Persero) Bandung ini disesuaikan

dengan klasifikasi api.

B. Pemeriksaan dan Pengujian Instalasi Listrik

Menurut Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia

Nomor 12 Tahun 2015 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Listrik di

Tempat Kerja Pasal 4 ayat (1), disebutkan bahwa pelaksanaan K3 listrik

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 merupakan pelaksanaan persyaratan K3

yang meliputi :

a. Perencanaan, pemasangan, penggunaan, perubahan, pemeliharaan

b. Pemeriksaan dan pengujian


commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
45

Kemudian, pada ayat selanjutnya yakni ayat (2) disebutkan bahwa persyaratan

K3 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan pada kegiatan

pembangkitan listrik, transmisi listrik, distribusi listrik dan pemanfaatan listrik

yang beroperasi dengan tegangan lebih dari 50 volt arus bolak balik atau 120

volt arus searah. Dalam kegiatannya, divisi di PT. Pindad (Persero) Bandung

memanfaatkan listrik yang bertegangan 220/380 volt. Dengan demikian, PT.

Pindad (Persero) Bandung memenuhi kriteria perusahaan yang perlu

melakukan pelaksanaan persyaratan K3 pada peraturan perundangan tersebut.

Pada pelaksanaannya, PT. Pindad (Persero) Bandung telah melakukan

pemeriksaan dan pengujian terhadap instalasi listrik secara berkala.

Pemeriksaan merupakan kegiatan penilaian dan pengukuran terhadap instalasi,

perlengkapan dan peralatan listrik untuk memastikan terpenuhinya standar

bidang kelistrikan dan ketentuan peraturan perundang-undangan. Sedangkan

pengujian merupakan kegiatan penilaian, perhitungan, pengetesan dan

pengukuran terhadap instalasi, perlengkapan dan peralatan listrik untuk

memastikan terpenuhinya standar bidang kelistrikan dan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

Instalasi listrik di PT. Pindad (Persero) Bandung diperiksa dan diuji

oleh ahli K3 bidang listrik pada PJK3 yaitu PT. Sucofindo. Hal ini

menunjukkan bahwa perusahaan telah memenuhi Peraturan Menteri

Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2015 tentang

Keselamatan dan Kesehatan Kerja Listrik di Tempat Kerja Pasal 10 ayat (1)

huruf c yang menyebutkan bahwa pemeriksaan dan pengujian sebagaimana


commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
46

dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) dan ayat (2) dilakukan oleh ahli K3 bidang

listrik pada PJK3. Kemudian pada ayat selanjutnya, yakni Pasal 10 ayat (2)

disebutkan bahwa pemeriksaan dan pengujian sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dilakukan: a. Sebelum penyerahan kepada pemilik/pengguna ; b.

Setelah ada perubahan/perbaikan ; dan c. Secara berkala. Dalam hal ini, PT.

Pindad (Persero) Bandung telah melakukan pemeriksaan dan pengujian secara

berkala.

Pemeriksaan dan pengujian instalasi listrik secara berkala di PT.

Pindad (Persero) Bandung dilakukan setiap satu tahun sekali. Hal ini telah

sesuai dengan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor

12 Tahun 2015 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Listrik di Tempat

Kerja Pasal 11 ayat (1) dan ayat (2). Pasal 11 ayat (1) berbunyi, “Pemeriksaan

secara berkala sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2) huruf c

dilakukan paling sedikit 1 (satu) tahun sekali”. Sementara Pasal 11 ayat (2),

berbunyi “Pengujian secara berkala sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10

ayat (2) huruf c dilakukan paling sedikit 5 (lima) tahun sekali”.

Perlunya pemeriksaan dan pengujian pada instalasi listrik juga

didukung dengan penelitian yang berjudul “Antisipasi yang diperlukan

terhadap kebakaran listrik pada bangunan gedung” oleh Amir (2012), yang

menyatakan bahwa instalasi listrik harus diperiksa dan diuji secara periodik

sesuai ketentuan atau standar yang berlaku. Pengujian instalasi listrik

dilakukan dengan tujuan untuk melihat karakteristik instalasi tersebut.

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
47

C. Pemeliharaan Instalasi Listrik

Pemeliharaan instalasi listrik atau preventive maintenance di PT.

Pindad (Persero) Bandung dilakukan setiap satu bulan sekali. Upaya ini

dilakukan oleh teknisi listrik perusahaan yang telah bersertifikat K3 listrik.

Adanya upaya pemeliharaan terhadap instalasi listrik ini menunjukkan bahwa

perusahaan telah memenuhi Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik

Indonesia Nomor 12 Tahun 2015 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Listrik di Tempat Kerja Pasal 6 ayat (2) yang berbunyi, “Pemeliharaan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) wajib dilakukan pada

penggunaan untuk kegiatan pembangkitan, transmisi, distribusi dan

pemanfaatan listrik”. Namun, karena kapasitas daya listrik yang terpasang di

Divisi Tempa Cor dan Alat Perkeretaapian adalah sebesar 630 kVA, maka

perusahaan belum memenuhi Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik

Indonesia Nomor 12 Tahun 2015 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Listrik di Tempat Kerja Pasal 7 yang berbunyi, “Untuk perusahaan yang

memiliki pembangkitan listrik lebih dari 200 (dua ratus) kilo Volt-Ampere

wajib mempunyai Ahli K3 bidang Listrik”.

D. Pencegahan dan Penanggulangan Bahaya Listrik

PT. Pindad (Persero) Bandung telah melakukan berbagai upaya dalam

mencegah dan menanggulangi potensi bahaya listrik di perusahaan. Upaya

pencegahan dan penanggulangan bahaya listrik ini dilakukan terhadap faktor

manusia, faktor peralatan, faktor prosedur dan faktor lingkungan. Pada faktor

manusia, PT. Pindad (Persero) Bandung telah mempekerjakan teknisi listrik


commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
48

yang bersertifikat K3 bidang listrik. Teknisi listrik ini bertugas dalam

melakukan pemeliharaan dan perbaikan terhadap instalasi listrik di

perusahaan, sehingga kualitas instalasi listrik tersebut dapat terjamin

keamanan dan keselamatannya. Meskipun telah terdapat teknisi K3 listrik, hal

ini belum sesuai dengan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik

Indonesia Nomor 12 Tahun 2015 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Listrik di Tempat Kerja Pasal 7 yang berbunyi, “Untuk perusahaan yang

memiliki pembangkitan listrik lebih dari 200 (dua ratus) kilo Volt-Ampere

wajib mempunyai Ahli K3 bidang Listrik”.

Dalam melakukan pekerjaannya, setiap pekerja wajib menggunakan

APD yang sesuai. PT. Pindad (Persero) Bandung melalui Divisi QA & K3LH

telah menyediakan alat pelindung diri (APD) di setiap divisi atau area-area

yang memiliki potensi bahaya. Setiap orang yang sedang melakukan kegiatan

atau berada di area perusahaan yang memiliki potensi bahaya tertentu dapat

menggunakan APD ini sebagai upaya perlindungan keselamatan. Untuk

mencegah bahaya listrik, perusahaan telah menyediakan APD seperti safety

shoes, helm dan sarung tangan karet. Hal ini telah sesuai dengan Undang-

Undang Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja Pasal 3 ayat (1)

huruf q yang menyebutkan bahwa salah satu syarat-syarat keselamatan kerja

adalah untuk mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya. Penyediaan

APD di perusahaan ini juga telah sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga

Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia No. PER.08/MEN/VII/2010

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
49

tentang Alat Pelindung Diri Pasal 2 ayat (1) yang berbunyi, “Pengusaha wajib

menyediakan Alat Pelindung Diri (APD) bagi pekerja/buruh di tempat kerja”.

Untuk melakukan pengendalian bahaya terhadap faktor peralatan, PT.

Pindad (Persero) Bandung memiliki beberapa peralatan pengaman listrik

seperti instalasi penyalur petir, circuit breaker pada setiap panel listrik dan

sistem pembumian. Perlunya pengaman listrik ini dikuatkan oleh Andersen

(2018) dalam penelitian tentang Penataan dan Pengembangan Instalasi Listrik

Fakultas Teknik UNSRAT 2017, bahwa salah satu fungsi dari pengaman

adalah sebagai proteksi yaitu untuk pengaman kabel, peralatan listrik dan

manusianya terhadap kondisi tidak normal seperti beban lebih, hubung singkat

dengan memutuskan arus gangguan dan mengisolasi gangguan yang terjadi.

Adanya instalasi penyalur petir bertujuan sebagai upaya pengendalian

terhadap bahaya sambaran petir. Instalasi penyalur petir di PT. Pindad

(Persero) Bandung dilakukan pemeriksaan setiap dua tahun sekali oleh ahli K3

bidang listrik PJK3 yakni PT. Sucofindo. Hal ini telah sesuai dengan

Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia No. PER.02/MEN/1989

tentang Pengawasan Instalasi Penyalur Petir Pasal 50 ayat (1) yang berbunyi,

“Setiap instalasi penyalur petir dan bagian harus dipelihara agar selalu bekerja

dengan tepat, aman dan memenuhi syarat”. Kemudian pada ayat selanjutnya

yakni Pasal 50 ayat (2) huruf c, disebutkan bahwa instalasi penyalur petir

harus diperiksa dan diuji secara berkala setiap dua tahun sekali.

Sebagai pengaman instalasi listrik pada bangunan, PT. Pindad

(Persero) Bandung juga memiliki sistem pembumian atau Grounding.


commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
50

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Amir (2012), pembumian berfungsi

untuk membumikan badan peralatan atau beban sehingga jika terjadi

kebocoran arus maka badan peralatan tersebut tidak akan bertegangan yang

membahayakan manusia.

Untuk mengendalikan bahaya terhadap instalasi maupun peralatan

yang sedang diperbaiki, PT. Pindad (Persero) Bandung memiliki sistem Lock

Out Tag Out (LOTO) yang dituangkan dalam suatu instruksi kerja. Adanya

sistem LOTO ini sesuai dengan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik

Indonesia Nomor 38 Tahun 2016 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Pesawat Tenaga dan Produksi Pasal 27 ayat (1) yang berbunyi “Pada pesawat

tenaga dan produksi yang sedang diperbaiki, tenaga penggerak harus

dimatikan dan alat pengontrol harus segera dikunci serta diberi tanda larangan

pengoperasian”. Kemudian pada ayat selanjutnya, yakni ayat (2) disebutkan

bahwa kunci dan tanda larangan pengoperasian sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) tidak boleh dilepas sampai kegiatan perbaikan selesai dan dinyatakan

aman untuk beroperasi.

Setiap area instalasi penyalur petir maupun instalasi listrik dilengkapi

dengan tanda pembatasan masuk dan pintu yang tertutup. Sehingga, orang-

orang yang tidak berkepentingan tidak dapat memasuki area instalasi dengan

bebas. Selain itu, untuk memberikan informasi terkait bahaya listrik di

perusahaan, setiap area yang berada dekat dengan peralatan atau komponen

listrik telah dilengkapi dengan safety sign mengenai informasi dan peringatan

bahaya listrik bertegangan tinggi. Hal ini dilakukan baik pada area produksi
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
51

maupun area atau gedung perkantoran. Adanya safety sign ini menunjukkan

bahwa perusahaan telah memenuhi Undang-Undang Nomor 1 tahun 1970

tentang Keselamatan Kerja Pasal 14 huruf b yang menyebutkan bahwa salah

satu kewajiban pengurus adalah memasang dalam tempat kerja yang

dipimpinnya, semua gambar keselamatan kerja yang diwajibkan dan semua

bahan pembinaan lainnya, pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan terbaca

menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja.

E. Sarana dan Prasarana Tanggap Darurat Bahaya Listrik

Berdasarkan Prosedur Kesiagaan dan Tanggap Darurat perusahaan,

PT. Pindad (Persero) Bandung memiliki berbagai macam potensi keadaan

darurat, seperti kebakaran, kecelakaan kerja, ledakan, tumpahan zat kimia atau

B3, pencemaran udara, kerusuhan, ancaman bom dan gempa bumi. Dalam

menghadapi keadaan darurat ini, perusahaan memiliki tim tanggap darurat

yang sudah mengikuti berbagai pelatihan tanggap darurat yang terkait. Hal ini

menunjukkan bahwa perusahaan telah memenuhi Peraturan Pemerintah

Nomor 50 tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja Pasal 11 ayat (2) huruf g, yang menyebutkan bahwa salah

satu kegiatan pemenuhan persyaratan K3 adalah upaya menghadapi keadaan

darurat kecelakaan dan bencana industri.

Untuk menghadapi keadaan darurat bahaya listrik, PT. Pindad

(Persero) Bandung juga telah menyediakan berbagai macam sarana prasarana

yang mendukung. Sarana prasarana tersebut antara lain seperti APAR,

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
52

generator set (Genset), kotak P3K, mobil ambulance, jalur evakuasi, titik

kumpul darurat dan media komunikasi darurat.

APAR merupakan sarana yang digunakan sebagai upaya untuk

mengurangi dan memadamkan kebakaran yang mungkin terjadi di perusahaan.

Pemadaman kebakaran ini dilakukan oleh tim pemadam kebakaran PT. Pindad

(Persero) Bandung yang sudah mendapatkan pelatihan penanggulangan

kebakaran di tempat kerja. Namun, apabila kebakaran yang terjadi sudah tidak

dapat diatasi oleh tim pemadam kebakaran perusahaan, maka PT. Pindad

(Persero) Bandung akan meminta bantuan kepada Pemadam Kebakaran Kota

Bandung. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan telah memenuhi Undang-

Undang Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja Pasal 3 ayat (1)

huruf f yang menyebutkan bahwa salah satu syarat keselamatan kerja adalah

untuk mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran. Selain itu, hal ini

juga telah sesuai dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia

nomor KEP.186/MEN/1999 tentang Unit Penanggulangan Kebakaran di

Tempat Kerja Pasal 2 ayat (1) yang berbunyi, “Pengurus atau pengusaha wajib

mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran, latihan penanggulangan

kebakaran di tempat kerja”.

Di setiap gedung di PT. Pindad (Persero) Bandung juga telah

dilengkapi dengan penanda jalur evakuasi. Jalur evakuasi ini dipasang di

setiap gedung di PT. Pindad (Persero) Bandung untuk memudahkan para

pekerja atau orang-orang yang berada di dalam gedung keluar menuju titik

kumpul darurat. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 1 tahun 1970
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
53

tentang Keselamatan Kerja Pasal 3 ayat (1) huruf d yang menyebutkan bahwa

salah satu syarat keselamatan kerja adalah untuk memberi kesempatan atau

jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau kejadian-kejadian lain

yang berbahaya. Perlunya penanda jalur evakuasi yang menuju titik kumpul

darurat ini juga didukung oleh Dina (2019), yang menyatakan bahwa

diperlukan sarana penyelamatan jiwa seperti sarana jalan keluar, tanda

petunjuk arah dan tempat berhimpun sebagai salah satu cara agar pekerja

dapat memiliki waktu yang cukup untuk menyelamatkan diri dengan aman

dan selamat tanpa adanya hambatan yang dapat menyebabkan korban.

Menurut Prosedur Kesiagaan dan Tanggap Darurat PT. Pindad

(Persero) Bandung, tingkat keadaan darurat dibedakan menjadi dua macam

yaitu tingkat keadaan darurat pertama dan tingkat keadaan darurat kedua.

Tingkat keadaan darurat pertama merupakan tingkat peringatan kejadian yang

memerlukan bantuan tim tanggap darurat untuk mengendalikan dan

mengatasinya, termasuk mengevakuasi personil ke tempat titik kumpul aman.

Sedangkan tingkat keadaan darurat kedua adalah tingkat peringatan kejadian

luar biasa yang memerlukan evakuasi dan mobilisasi seluruh personil keluar

area fasilitas atau perusahaan dan atau memerlukan bantuan instansi eksternal

terkait.

Sebagai upaya pertolongan pada kecelakaan, PT. Pindad (Persero)

Bandung menyediakan kotak P3K dan mobil ambulance. Hal ini menunjukkan

bahwa perusahaan telah memenuhi Undang-Undang Nomor 1 tahun 1970

tentang Keselamatan Kerja Pasal 3 ayat (1) huruf e yang menyebutkan bahwa
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
54

salah satu syarat keselamatan kerja adalah untuk memberi pertolongan pada

kecelakaan. Kotak P3K disediakan di setiap gedung di perusahaan, baik di

gedung perkantoran maupun gedung produksi. Adanya kotak P3K ini sesuai

dengan Peraturan Meneri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia

Nomor PER.15/MEN/VIII/2008 tentang Pertolongan Pertama Pada

Kecelakaan di Tempat Kerja Pasal 8 ayat (1) huruf b yang berbunyi “Fasilitas

P3K sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) meliputi kotak P3K dan

isi”. Sedangkan, mobil ambulance perusahaan yang berada di depan poliklinik

dan di Departemen SM & K3LH digunakan untuk mengevakuasi pekerja yang

sakit atau mengalami kecelakaan kerja menuju poliklinik atau RSU Pindad.

Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi

Republik Indonesia Nomor PER.15/MEN/VIII/2008 tentang Pertolongan

Pertama Pada Kecelakaan di Tempat Kerja Pasal 11 huruf b yang

menyebutkan bahwa salah satu alat evakuasi dan alat transportasi

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) huruf c adalah mobil

ambulance atau kendaraan yang dapat digunakan untuk pengangkutan korban.

PT. Pindad (Persero) Bandung juga memiliki Generator Set (Genset)

sebagai energi listrik cadangan yang digunakan apabila terjadi pemadaman

listrik. Sehingga kegiatan produksi di perusahaan dapat terus berjalan. Untuk

menyebarluaskan informasi mengenai keadaan darurat yang terjadi di

perusahaan, PT. Pindad (Persero) Bandung juga memiliki media komunikasi

berupa speaker atau pengeras suara, telepon kabel dan alarm kebakaran.

Adanya alarm kebakaran ini telah sesuai dengan Keputusan Menteri Tenaga
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
55

Kerja Republik Indonesia nomor KEP.186/MEN/1999 tentang Unit

Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja Pasal 2 ayat (2), yang

menyebutkan bahwa kewajiban mencegah, mengurangi dan memadamkan

kebakaran di tempat kerja salah satunya adalah dengan penyediaan alarm.

commit to user

Anda mungkin juga menyukai