Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

K3 KELISTRIKAN UNTUK PEMELIHARAAN JARINGAN PENYULANG


PRIMER

Disusun Oleh :

INDRA IMANUEL YOHANES SUPIT

19021053

1 TL D3K PLN

Dosen Pengajar :

Muchdar Patabo, ST., MT.

POLITEKNIK NEGERI MANADO

TEKNIK ELEKTRO

2019
Kata Pengantar

Puji Syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan penyertaannya saya dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik. Makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Standar Peraturan Instalasi Listrik & K3 yang diberikan oleh dosen Muchdar
Patabo, ST.,MT.

Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada seluruh orang yang


telah turut ambil bagian dalam pembuatan makalah ini. Tentunya dalam
pembuatan makalah ini pasti ada kurang dan salahnya, sehingga harapan
saya kepada pembaca agar dapat memberikan saran serta kritikan yang
membangun untuk saya, agar kedepannya bisa lebih baik lagi. Saya juga
meminta maaf yang sebesar-besarnya atas kesalahan pada pembuatan
makalah ini. Kekurangan dan kesalahan pastilah milik setiap orang, tetapi
kebenaran hanya ada pada kehadirat Tuhan Yang Maha Esa.

2
Daftar Isi

Cover……………………………………………………………………………...1

Kata Pengantar……………………………………………………………….....2

Daftar Isi……………………………………………………………………….....3

BAB I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang……………………………………………………..4


1.2 Rumusan Masalah………………………………………………...5
1.3 Tujuan……………………………………………………………....5

BAB II Isi

2.1 Peraturan Perundangan K3………………………………………6


2.2 Pengertian dan Fungsi Jaringan Penyulang Primer……………7
2.3 Definisi Serta Tujuan Pemeliharaan Jaringan Penyulang
Primer…………………………………………………………….....10
2.4 Prosedur (SOP) K3 Dalam Pelaksanaan Pemeliharaan
Jaringan Penyulang Primer………………………………………..10
2.5 Perencanaan dan Pelaksanaan Pemeliharaan Jaringan
Penyulang Primer…………………………………………………..13
2.6 Identifikasi Bahaya & Dampak Kecelakaan Dalam
Pemeliharaan Jaringan Penyulang Primer………………………19
2.7 Pencegahan Kecelakaan Kerja Dengan Penerapan Work
Permit…………………………………………………………… ….23

BAB III Penutup

3.1 Kesimpulan……………………………………………………….25
3.2 Saran………………………………………………………………26

Daftar Pustaka………………………………………………………………….26

3
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pemikiran dan


usaha untuk menanggung keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani
ataupun rohani. Dengan keselamatan dan kesehatan kerja maka beberapa
pihak diinginkan dapat melakukan pekerjaan dengan aman dan nyaman.
Pekerjaan disebutkan aman bila apa pun yang dilakukan oleh pekerja itu,
kemungkinan atau hal-hal buruk yang nampak terjadi dapat dijauhi.
Pekerjaan disebutkan nyaman bila beberapa pekerja yang berkaitan dapat
melakukan pekerjaan dengan merasa nyaman dan kerasan, hingga tidak
mudah lelah.

Dengan mengaplikasikan teknologi pada keselamatan dan


kesehatan kerja, diinginkan tenaga kerja akan meraih ketahanan fisik, daya
kerja, dan tingkat kesehatan yang tinggi. Selain itu keselamatan dan
kesehatan kerja dapat diinginkan untuk membuat kenyamanan kerja dan
keselamatan kerja yang tinggi. Jadi, unsur yang ada pada kesehatan dan
keselamatan kerja tidak terpaku pada aspek fisik, namun juga mental,
emosional dan psikologi.

Keselamatan kerja merupakan aspek yang terkait dengan


keselamatan dan kesejahteraan pekerja pada institusi yang bertujuan untuk
meminimalisir terjadinya kecelakaan kerja. Salah satu pekerjaan yang
memiliki risiko tinggi terhadap pekerjaan adalah yang berhubungan dengan
listrik. Di Indonesia, tiap tahunnya banyak pekerja listrik (elektris) cidera dan
meninggal akibat tidak mematuhi aturan keselamatan kerja. mengambil
jalan pintas agar pekerjaan cepat selesai tanpa mematuhi prosedur
keselamatan yang dapat berakibat fatal, seperti hilangnya nyawa, cidera,
dan dapat dituntut sesuai hukum yang berlaku.

4
1.2 Rumusan Masalah

1. Sebutkan Undang-Undang yang mengatur tentang K3?


2. Apa itu jaringan penyulang primer?
3. Bagaimana perencanaan serta penerapan pemeliharaan jaringan
penyulang primer?
4. Bagaimana penerapan K3 dalam pemeliharaan jaringan
penyulang primer?
5. Apa saja bahaya kecelakaan kerja yang mungkin terjadi dalam
pemeliharaan jaringan penyulang primer?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui Undang-Undang yang mengatur tentang K3


2. Untuk mengetahui apa itu jaringan penyulang primer
3. Untuk mengetahui bagaimana perencanaan serta penerapan
pemeliharaan jaringan penyulang
4. Untuk mengetahui bagaimana penerapan K3 dalam
pemeliharaan jaringan penyulang primer
5. Untuk mengetahui bahaya kecelekaan kerja yang mungkin terjadi
dalam pemeliharaan jaringan penyulang primer

5
BAB 2

ISI

2.1 Peraturan Perundangan K3

Undang-Undang yang mengatur K3 adalah sebagai berikut :

1. Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja


Undang-Undang ini mengatur dengan jelas tentang kewajiban
pimpinan tempat kerja dan pekerja dalam melaksanakan
keselamatan kerja.

2. Undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan. Undang-


Undang ini menyatakan bahwa secara khusus perusahaan
berkewajiban memeriksakan kesehatan badan, kondisi mental dan
kemampuan fisik pekerja yang baru maupun yang akan dipindahkan
ke tempat kerja baru, sesuai dengan sifat-sifat pekerjaan yang
diberikan kepada pekerja, serta pemeriksaan kesehatan secara
berkala. Sebaliknya para pekerja juga berkewajiban memakai alat
pelindung diri (APD) dengan tepat dan benar serta mematuhi semua
syarat keselamatan dan kesehatan kerja yang diwajibkan. Undang-
undang nomor 23 tahun 1992, pasal 23 Tentang Kesehatan Kerja
juga menekankan pentingnya kesehatan kerja agar setiap pekerja
dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan diri sendiri dan
masyarakat sekelilingnya hingga diperoleh produktifitas kerja yang
optimal. Karena itu, kesehatan kerja meliputi pelayanan kesehatan
kerja, pencegahan penyakit akibat kerja dan syarat kesehatan kerja.

3. Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.


Undang-Undang ini mengatur mengenai segala hal yang

6
berhubungan dengan ketenagakerjaan mulai dari upah kerja, jam
kerja, hak maternal, cuti sampai dengan keselamatan dan
kesehatan kerja.

Sebagai penjabaran dan kelengkapan Undang-undang tersebut,


Pemerintah juga mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) dan Keputusan
Presiden terkait penyelenggaraan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3),
diantaranya adalah :

1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 11 Tahun 1979


tentang Keselamatan Kerja Pada Pemurnian dan Pengolahan
Minyak dan Gas Bumi
2. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1973 tentang Pengawasan
Atas Peredaran, Penyimpanan dan Penggunaan Pestisida
3. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 1973 tentang Pengaturan
dan Pengawasan Keselamatan Kerja di Bidang Pertambangan
4. Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 1993 tentang Penyakit Yang
Timbul Akibat Hubungan Kerja

2.2 Pengertian dan Fungsi Jaringan Penyulang Primer

Penyulang utama atau primer adalah jaringan yang langsung keluar


dari gardu induk yang pada umumnya terdiri atas jaringan fasa dengan fasa
tiga, empat kawat dan cabang serta sub cabang dapat berupa jaringan fasa
tunggal atau fasa tiga.

Ditinjau dari segi konstruksi dan tempat penghantar terpasang, maka


jaringan primer (jaringan tegangan menengah) dibedakan menjadi dua
macam yaitu :

1. Saluran udara tegangan menengah

7
2. Saluran kabel tegangan menengah di bawah tanah

Saluran udara menyalurkan daya listrik melalui kawat atau kabel


yang dipasang atau digantung pada tiang-tiang dengan perantaraan
isolator, sedangkan saluran kabel bawah tanah menyalurkan daya listrik
melalui kabel tanah yang digelar dibawah permukaan tanah.

Dalam pendistribusian tenaga listrik, harus diperhatikan hal – hal sebagai


berikut :

1. Regulasi tegangan pada jaringan tegangan menengah yaitu


variasi tegangan pelayanan (tegangan terminal konsumen) harus pada
batas – batas yang diijinkan yaitu ±5% dari tegangan kerja untuk sistem
radial diatas tanah dan sistem simpulan.

2. Kontinyuitas pelayanan dan pengamanan yaitu tidak sering terjadi


pemadaman listrik karena gangguan, dan jika terjadi gangguan dapat
dengan cepat diatasi. Hal tersebut dapat dicapai dengan pengamanan
dengan peralatan pengaman, pentanahan dan sebagainya.

3. Efisiensi sistem distribusi listrik yaitu menekan serendah mungkin


rugi – rugi teknis dengan pemilihan peralatan dan pengoprasiannya yang
baik dan juga menekan rugi – rugi non teknis dengan mencegah pencurian
dan kesalahan pengukuran.

4. Fleksibelitas terhadap pertambahan beban. Untuk penyaluran


tegangan listrik dari sumber daya listrik baik berupa pusat pembangkitan
maupun gardu induk sampai ke pusat – pusat beban digunakan jaringan
tegangan menengah.

Sistem distribusi primer merupakan bagian dari sistem distribusi


yang berfungsi untuk menyalurkan dan mendistribusikan tenaga listrik dari
pusat suplai daya besar (Bulk Power Source) atau disebut gardu induk ke
pusat – pusat beban.

8
Penurunan tegangan sistem ini dari teganga transmisi pertama pada
gardu induk subtransmisi dimana tegangan 150 kV atau ke tegangan 70 kV,
kemudian pada gardu induk distribusi kembali dilakukan penurunan
tegangan menjadi 20 kV.

Pada sistem jaringan distribusi primer saluran yang digunakan pada


masing – masing beban disebut penyulang (Feeder). Pada umumnya setiap
penyulang diberi nama sesuai dengan daerah beban yang dilayani, hal ini
bertujuan untuk memudahkan mengingat jalur – jalur yang dilayani oleh
penyulang tersebut. Sistem penyaluran tenaga listrik pada jaringan
distribusi primer dapat dibedakan menjadi tiga yaitu :
1. Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM)
Jenis penghantar yang dipakai adalah kabel tanpa isolasi seperti kawat
AAAC (All Aluminium Alloy Conductor), ACSR (Alluminium conductor steel
reinforce) dan lain – lain.

2. Saluran Kabel Udara Tegangan Menengah (SKUTM)


Jenis penghantar yang dipakai adalah berisolasi seperti MVTIC (Medium
Voltage Twested Insulate Cable)

3. Saluran Kabel Tegangan Menengah (SKTM)


Jenis penghantar yang dipakai adalah kabel tanam berisolasi PVC (Poly
Venyl Clorida), EXLP (Crosslink Polythelene).

Sistem pengaman jaringan tegangan menengah 20 kV merupakan


satu komponen sangat penting yang dirancang untuk mengamankan
jaringan dan peralatan tegangan menengah. Secara umum peralatan
pengaman yang terdapat pada system jaringan distribusi tegangan
menengah adalah Pemutus Tenaga (PMT), Pemisah (PMS), Saklar Seksi

9
Otomatis (SSO), Saklar Beban (SB), Tie Swicth (TS), Penutup Balik
Otomatis (PBO) /Recloser dan Pelebur.

2.3 Definisi Serta Tujuan Pemeliharaan Jaringan Penyulang Primer

Pemeliharaan adalah serangkaian tindakan atau proses kegiatan yang


dimaksudkan untuk mendapatkan jaminan bahwa suatu sistem/peralatan
akan berfungsi secara optimal sehingga dapat mencegah terjadinya
gangguan yang menyebabkan kerusakan dan meningkatkan umur
teknisnya serta aman baik bagi personli maupun bagi masyarakat umum

Tujuan Pemeliharaan :

1. Mempertahankan nilai atau harga peralatan atau sistem, dengan


mencegah timbulnya kerusakan.

2. Mendapatkan jaminan bahwa sistem/peralatan distribusi aman baik


bagi personil maupun bagi masyarakat umum.

3. Meningkatkan reliability, availability dan effiency.

2.4 Prosedur (SOP) K3 Dalam Pelaksanaan Pemeliharaan Jaringan


Penyulang Primer

A. PETUGAS YANG TERLIBAT.


1. Pelaksana Pemeliharaan.
2. Pengawas Pemeliharaan.
3. Pelaksana Lapangan.
4. Piket Pengatur APD.
5. Piket Pengatur TM.
6. Supervisor DALOPHARDIS.
7. Asman OPHARDIS.
B. Koordinasi
1. Piket UPJ
2. Pelaksana Lapangan

10
C. Peralatan Kerja
1. Tangga fiberglass.
2. Alat ukur tahanan pentanahan.
3. Tool set
4. Tang kombinasi.
5. Tang pres.
6. Gergaji kayu.
7. Golok.
8. Comelong.
9. Koping hoice / tackle.
10. Camera digital.
11. Kain majun katun warna putih.
12. Kendaraan operasional.
13. Megger Isolasi 5000 Volt
14. Megger Pentanahan / Earth Tester
15. Tester Tegangan 20 kV
16. Tool set Radio Komunikasi (1 bh Handy Talky dan base di kendaraan)

D. Perlengkapan K3

1. Pakaian Kerja

2. Helm pengaman

3. Sepatu alas karet Isolasi Tahan 24 kV

4. Sarung tangan Karet Isolasi Tahan 24 kV

5. Sarung tangan kulit Tangga fibre/ Aluminium

E. Material

1. Joint non tension sleeve.


2. Compresion connector

11
F. Prosedur Kerja

1. Dasar pelaksanaan pekerjaan adalah atas laporan dari pelanggan

2. Kendaraan Pelayanan selalu dalam keadaan siap dengan perlengkapan


sesuai standar diatas.

3. Petugas Pelayanan selalu dalam keadaan siap diruang pelayanan


gangguan dengan pakaian kerja

4. Setelah mendapat laporan petugas menuju lokasi gangguan

5. Lakukan koordinasi dengan piket UPJ

6. Lakukan prosedur pengamanan/pemadaman jaringan TM

7. Lakukan pemeriksaan hasil pekerjaan pelaksana

8. Lakukan koordinasi dengan piket UPJ

9. Normalkan tegangan

10. Pembuatan Laporan tertulis.

G. Langkah Kerja

1. Lakukan pemeriksaan peralatan kerja, K-3 dan material kerja


2. Indikasi Gangguan PMT di Gardu Induk trip (GFR atau OCR)
3. Gunakan peralatan K3
4. Bila titik gangguan sudah diketahui segera menuju lokasi tersebut,
segera amankan jaringan tersebut
5. Bila titik gangguan belum diketahui, lakukan penyusuran sesuai SOP
per penyulang
6. Koordinasi dengan piket UPJ
7. Lakukan pemadaman untuk daerah yang terganggu
8. Lakukan pemindahan sebagian beban ke penyulang lain

12
9. Bila jaringan sudah keadaan tidak bertegangan, perintahan kepada
pelaksana untuk mengamankan JPP (Jaringan Penyulang Primer)
terganggu dengan tongkat pentanahan
10. Selesai pekerjaan, bereskan dan lakukan pemeriksaan Bila keadaan
sudah aman, lakukan koordinasi dengan piket UPJ untuk penormalan
tegangan.
11. Lakukan penormalan tegangan setelah koordinasi dengan piket UPJ,
catat waktu penormalan.
12. Lakukan pemeriksaan disisi pelanggan apakah sudah normal/ nyala
13. Kembali ke kantor dan siap diruang pelayanan gangguan.
14. Pembuatan laporan hasil pekerjaan.

2.5 Pendekatan dan Pelaksanaan Pemeliharaan

A. PENDEKATAN PEMELIHARAAN YANG PERLU DILAKUKAN

Pemeliharaan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dilakukan


untuk menjaga dan mempertahankan kondisi sistem dalam keadaan baik
atau normal, baik selama beroperasi, maupun saat sedang tidak
dioperasikan. Pada dasarnya tidak ada suatu sistem yang benar-benar free
maintenance, jadi setiap sistem memerlukan pemeliharaan. Jenis
pendekatan pemeliharaan yang dipakai pada jaringan penyulang primer ini
adalah Preventive Maintenance.

Pemeliharaan Preventif JTM dan JTR

Pemeliharaan Preventif Jaringan Distribusi adalah kegiatan pemeliharaan


yang terencana berdasarkan hasil inspeksi JTM dan JTR.

a. Pemeliharaan Preventif JTM meliputi :


1. Pembersihan Right Of Way (ROW), minimum dalam radius
2,5 m harus bebas dari gangguan pohon dan dari benda lain

13
yang mengganggu (mis: kerangka layang-layang, sarang
burung).
2. Pembersihan / pengamanan dari pohon atau benda lain yang
berpotensi mengganggu jaringan distribusi meskipun jarak
radius amannya masih lebih jauh dari 2,5 m. (pekerjaan
pembersihan ini akan dibayar dengan biaya khusus diluar
anggaran biaya dalam kontrak berjalan).
b. Pemeliharaan preventif JTR meliputi :
1. Pembersihan ROW untuk penghantar terbuka dalam radius 2,5
m harus bersih dari gangguan pohon dan bersih dari benda lain
yang mengganggu
2. JTR dan perbaikan konstruksi Jaringan Distribusi (Tiang miring,
andongan kendor, peralatan pendukung rusak , konektor kendor
dan lain-lain)

B. PARAMETER SISTEM YANG PERLU DITANGANI DALAM


PEMELIHARAAN

1. Fisik
a. Benang layang-layang yang menyangkut di kabel SUTM
b. Angin yang dapat menyebabkan dahan/ranting pohon
mengenai saluran SUTM
c. Untuk mengurangi kegagalan atau kerusakan trafo,
dilakukan pemeliharaan. Hal ini sesuai dari tujuan
pemeliharaan yaitu: menjaga agar peralatan komponen dapat
dioperasikan secara optimal berdasarkan spesifikasinya

2. Kinerja
a. Pemilihan CB yang tidak sesuai
b. Pemasangan yang tidak baik

14
c. Monitoring dalam pengendalian LBS

C. PENJADWALAN PEMELIHARAAN

Jadwal Pemeliharaan Distribusi

Salah satu usaha untuk meningkatkan mutu, daya guna, dan


keandalan tenaga listrik yang telah tercantum dalam tujuan pemeliharaan
adalah menyusun program pemeliharaan periodik dengan jadwal tertentu.

Menurut siklusnya kegiatan pelaksanaan pemeliharan distribusi dapat


dikelompokan dalam lima kelompok yaitu :
- Pemeliharaan bulanan.
- Pemeliharaan 3 bulan.
- Pemeliharaan semesteran.
- Pemeliharaan tahunan.
- Pemeliharaan 3 tahunan.

1. Jadwal Pemeliharaan Bulanan

Jadwal ini dilaksanakan dalam keadaan beroperasi/bertegan

Misalnya : Trafo distribusi.

15
No KOMPONEN / CARA PELAKSANAAN
PERAWATAN

1. Tinggi pemukaan minyak Periksa tinggi permukaan minyak

2. Bushing Periksaadanya yang keretakan / pecah

Periksa adanya suara-suara tidak


3. Tangki radiator normal, karena kebocoran minyak

Periksa alat pemadam kebakaran


4. Pemadam kebakaran seperti aapakah masih berfungsi
baik / atau tidak

Ukuran arus dan tegangan sekunder,


5. Pengukuran beban ukur arus primer dengan tang amper
meter

2. Pemeliharaan 3 Bulan

Pemeliharaan 3 bulana adalah suatu kegiatan dilapangan yang


dilaksanakan dalam tiga bulan dengan maksud untuk mengadakan
pemeriksaan kondisi system.Dengan harapan langkah-langkah yang perlu
dilaksanakan perbaikan system peralatan yang terganggu dapat ditentukan
lebih awal.Bila ada keterbatasan dalam masalah data pemeliharaan,
program pemeliharaan triwulan dapat dibagi untuk memelihara bagian-
bagian jaringan distribusi yang rawan gangguan, diantaranya adalah
saluran telanjang atau tidak berisolasi.Dimana saluran udara semacam ini
diperkirakan paling rawan terhadap gangguan external.

Kegiatan yang perlu dilakukan dalam program 3 bulan adalah

16
- Mengadakan inspeksi terhadap saluran udara harus
mempunyai jarak aman yang sesuai dengan yang di ijinkan (2
m).
- Mengadakan evaluasi terhadap hasil inspeksi yang telah
dilaksanakan dan segera mengadakan tindak lanjut.

3. Pemeliharaan Semesteran (6 bulan)

Pemeliharaan semesteran atau enam bulanan adalah suatu


kegiatan yang dilakukan dilapangan dengan maksud untuk mengetahui
sendiri kemungkin keadaan beban jaringan dan tegangan pada ujung
jaringan suatu penyulang TR (tegangan rendah).Dimana besarnya regulasi
tegangan yang diijinkan oleh PLN pada saat ini adalah + 5% untuk sisi
pengirim dan – 10% untuk sisi penerima.Perbandingan beban untuk setiap
fasanya pada setiap penyulang TR tidak kurang dari 90%; 100% dan
110%.Hal ini untuk menjaga adanya kemencengan tegangan yang terlalu
besar pada saat terjadi gangguan putus nya kawat netral (Nol).

Kegiatan yang perlu dilakukan dalam pemeliharaan ini adalah :


- Melakukan pengukuran (timbang) beban.
- Melaksanakan pengukuran tegangan ujung jaringan.
- Mengadakan evaluasi hasil pengukuran dan menindak lanjuti.
- Memeriksa keadaan penghantar/kawat.
- Membersihkan isolator.
- Memeriksa kondisi tiang.

4. Pemeliharaan Tahunan (1 tahun)

Pemeliharaan tahunan merupakan suatu kegiatan yang dilaksanakan


untuk mengadakan pemeriksaan dan perbaikan system peralatan.

17
Kegiatan pemeliharaan tahunan biasanya dilaksanakan menurut tingkat
prioritas tertentu. Pekerjaan perbaikan system peralatan yang sifatnya
dapat menunjang operasi secara langsung atau pekerjaan-pekerjaan yang
dapat mengurangi adanya gangguan operasi system perlu mendapat
priyoritas.

Pada prakteknya pemeliharaan tahunan dapat dilaksanakan dalam dua


keadaan yaitu :
1. Pemeliharaan tahunan keadaan bertegangan.
2. Pemeliharaan tahunan keadaan bebas tegangan.

Pemeliharaan Tahunan Keadaan Bertegangan

Pekerjaan-pekerjaan yang perlu dilakukan untuk pemeliharaan


tahunan keadaan bertegangan adalah mengadakan pemeriksaan secara
visual (inspeksi) dengan maksud untuk menemukan hal-hal atau kelainan-
kelainan yang dikawatirkan/dicurigai dapat menyebabkan gangguan pada
operasi system, sebelum periode pemeliharaan tahunan berikutnya
terselenggara.

Pemeliharaan Tahunan Keadaan Bebas Tegangan

Pemeliharaan peralatan / perlengkapan jaring distribusi TM / TR yang


dilaksanakan dimana obyeknya dalam keadaan tanpa tegangan atau
pemadaman. Hal ini bukan berartii disekitar obyek pemeliharaan benar-
benar sama sekali tidak bertegangan. Pekerjaan-pekerjaan pemeliharaan
tahunan pada keadaan bebas tegangan adalah pekerjaan-pekerjaan yang
meliputi :
- Pemeriksaan
- Pembersihan.
- Pengetesan.

18
- Penggantian material bantu seperti fuse link dan sekring.
Adapun bagian-bagian system yang perlu dilakukan pemeliharaan tahunan
secara periodik diantaranya adalah :
- JTM dan peralatanya.
- Gardu distribusi dan PHB-TR.
- JTR dan peralatanya (bila ada).
- Sambungan rumah dan APP.

5. Pemeliharaan Tiga Tahun

Pemeliharaan tiga tahunan merupakan program pemeliharaan


sebagai tindak lanjut dari kegiatan pemeliharaan tahunan yang telah
diselenggarakan.Kegiatan pemeliharaan tiga tahunan dilaksanakan dalam
keadaan bebas tegangan dimana sifat pemeliharaanya baik teliti dan
penyaluran, biasa sampai tahap bongkar pasang (over houl).

2.6 Identifikasi Bahaya & Dampak Kecelakaan Dalam Pemeliharaan


Jaringan Penyulang Primer Serta Pencegahan Kelakaan Kerja
Dengan Penerapan Work Permit

Penyebab umum kecelakaan listrik yang terjadi dalam pemeliharaan


jaringan penyulang primer

1. Sistem pekerjaan yang tidak aman


2. Informasi yang tidak memadai
3. Tidak adanya pelatihan
4. Isolasi yang tidak memadai
5. Aturan tidak yang aman
6. Kontrol yang rendah terhadap aktivitas kerja
7. Bekerja pada jaringan listrik hidup
8. Alat uji yang tidak sesuai
9. Pemeliharaan alat yang rendah

19
10. Kegagalan untuk mengelola pekerjaan
11. Kabel listrik yang tidak terisolasi
12. Orang tidak berkompeten

Penyebab orang tidak berkompeten :

1. Tidak ada Training.

Pekerja tersebut tidak memiliki pelatihan yang memadai untuk melakukan


tugas-tugas di. Dengan pelatihan yang memadai, pekerja ini akan diketahui
mengisolasi sirkuit sebelum mulai bekerja, untuk menghindari kecelakaan
listrik.

2. Pekerja yang tidak kompeten.

Meskipun sudah mengikuti beberapa pelatihan, pekerja yang bersangkutan


tidak memiliki pengetahuan yang cukup memadai melakukan tugas-tugas.
Semua karyawan harus dibuktikan kompeten di pekerjaan mereka, untuk
keselamatan mereka sendiri dan keselamatan orang lain.

3. Sirkuit tidak di isolasi secara tepat.

Pekerja tidak mengisolasi sirkuit listrik secara benar sehingga


mengakibatkan kecelakaan listrik. Perusahaan harus memiliki sistem untuk
memantau isolasi sirkuit listrik. Selain itu, pekerja harus memiliki cukup
pelatihan dan pengalaman untuk mengetahui bagaimana untuk
mengisolasi, lockout dan tes terhadap potensi tegangan pada sirkuit
sebelum mulai bekerja.

4. Aturan yang tidak aman.

Pekerja tidak yakin terhadap peraturan keselamatan dan prosedur di


lingkungan kerja mereka. Pengusaha harus memastikan bahwa metode
kerja, bahan, dan pelatihan pekerja memenuhi standar keamanan

20
minimum. Jika tidak, pekerja bergerak masuk dan keluar dari lingkungan
yang tidak aman sepanjang hari tanpa mengetahui perbedaannya.

5. Karyawan, sadar atau tidak sadar, bekerja pada peralatan listrik


hidup.

Personil harus dilatih cukup tentang bagaimana mengisolasi, lockout dan


tes terhadap potensi tegangan sebelum mulai bekerja untuk menghilangkan
risiko. Jika bahkan satu pekerja tidak bisa membedakan antara sirkuit hidup
dan mati, setiap pekerja akan dalam potensi bahaya.

Dampak Dari Bahaya Kecelakaan Kerja

1. Kerugian akibat hilangnya waktu karyawan yang luka,


2. Kerugian akibat hilangnya waktu karyawan lain yang terhenti bekerja
karena rasa ingin tahu, rasa simpati, membantu menolong karyawan
yang terluka,
3. Kerugian akibat hilangnya waktu bagi para mandor, penyelia atau
para pimpinan lainnya karena membantu karyawan yang terluka,
menyelidiki penyebab kecelakaan, mengatur agar proses produksi
ditempat karyawan yang terluka tetap dapat dilanjutkan oleh
karyawan lainnya dengan memilih dan melatih ataupun menerima
karyawan baru.
4. Kerugian akibat penggunaan waktu dari petugas pemberi
pertolongan pertama dan staf departemen rumah sakit,
5. Kerugian akibat rusaknya mesin, perkakas, atau peralatan lainnya
atau oleh karena tercemarnya bahan-bahan baku,
6. Kerugian insidental akibat terganggunya produksi, kegagalan
memenuhi pesanan pada waktunya, kehilangan bonus, pembayaran
denda ataupun akibat-akibat lain yang serupa,
7. Kerugian akibat pelaksanaan sistem kesejahteraan dan maslahat
bagi karyawan,

21
8. Kerugian akibat keharusan untuk meneruskan pembayaran upah
penuh bagi karyawan yang dulu terluka setelah mereka kembali
bekerja, walaupun mereka (mungkin belum penuh sepenuhnya)
hanya menghasilkan separuh dari kemampuan normal
9. Kerugian akibat hilangnya kesempatan memperoleh laba dari
produktivitas karyawan yang luka dan akibat dari mesin yang
menganggur.
10. Kerugian yang timbul akibat ketegangan ataupun menurunnya moral
kerja karena kecelakaan tersebut,
11. Kerugian biaya umum (overhead) per-karyawan yang luka.

Langkah – langkah pertolongan pertama untuk menolong korban kejut


listrik :

1. Cepat matikan tegangan suplai: dengan menurunkan MBC


lokasi atau menghubung singkatkan sikrit, atau mencabut
tusuk kontak dari kotak kontaknya .
Jika tegangan tidak dapat dimatikan, cepat lepaskan korban
dari kontak listrik dengan menggunakan alat-alat ini : kayu
kering, tali yang kuat atau kering, sabuk kulit, baju kering atau
bahkan dengan menendang dengan sepatu kulit
2. Jauhkan korban dari area tersebut
3. Perhatikan kondisi korban, apakah masih bernafas atau sudah
tidak. Lakukan pernafasan buatan bila korban tidak bernafas
lagi
4. Buatlah kondisi korban senyaman mungkin, mungkin korban
harus ditutupi selimut agar hangat sebelum dilakukan
pertolongan lain bila perlu.

Tingkat Bahaya Akibat Arus Listrik

22
1. Pernafasan Buatan
Dilakukan dalam pertolongan kecelakaan kerja Penyelamatan korban
kejut listrik dapat mengagetkan korban dan memberikan nafas buatan.

2. Pertolongan Pertama pada Korban Luka Bakar


Langkah-langkah untuk menolong korban terbakar adalah:
a. Cegah orang tersebut untuk berlari-lari;
b. Lemparkan ke tanah;
c. Matikan nyala api dengan membungkusnya dengan selimut atau
mengguling-gulingkan badannya ketanah;
d. Bekas pakaian yang menempel pada kulit jangan dilepas dahulu;
e. Kuliat yang melepuh jangan dipecahkan;
f. Balut luka dengan pembalut khusus (konsteril) dengan longgar (hal ini
tidak perlu bila lukanya sangat luas);
g. Jangan gunakan tepung, minyak, atau salep untuk luka bakar
h. Baringkan korban dengan kepala lebih rendah, dan;
i. Segera larikan kerumah sakit terdekat.

2.7 Pencegahan Kecelakaan Kerja Dengan Penerapan Work Permit

Izin kerja (dikenal juga dengan istilah work permit, permit to work,
atau surat izin kerja aman) adalah sebuah dokumen atau izin tertulis yang
digunakan untuk mengontrol jenis pekerjaan tertentu yang berpotensi
membahayakan pekerja. Izin kerja diperlukan untuk mengidentifikasi
pekerjaan yang akan dilakukan, potensi bahaya yang berhubungan dengan
pekerjaan yang akan dilakukan, dan tindakan pencegahan atau
pengendaliannya. Izin kerja juga biasanya dilengkapi dengan dokumen
pendukung seperti Job Safety Analysis (JSA) dan tool box checklist.
Contoh pekerjaan yang membutuhkan izin kerja adalah pekerjaan yang
mengharuskan pekerjanya masuk dan bekerja di ruang terbatas, kegiatan

23
memperbaiki, memelihara atau memeriksa instalasi listrik, dan
pengoperasian alat berat.

Izin kerja dikeluarkan oleh pengawas/ supervisor/ pelaksana kepada


subkontraktor/ mandor atau pekerja yang akan memasuki area berbahaya
atau melaksanakan pekerjaan yang dianggap berbahaya. Sebelum
memberikan izin kerja, pengawas/ supervisor/ pelaksana biasanya akan
melakukan pemeriksaan terhadap hal-hal berikut ini:

1. Kesehatan pekerja
2. Kelengkapan sarana dan prasarana kerja (termasuk APD yang
berhubungan dengan pekerjaan yang hendak dilakukan)
3. Kondisi terbaru di lokasi pekerjaan, apakah terdapat hal-hal yang
membahayakan atau tidak
4. Hal-hal yang berhubungan dengan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3) di lokasi kerja tersebut.

Bila hasil pemeriksaan menunjukkan tidak ada hal-hal yang dapat


membahayakan pekerja dan lokasi kerja dinyatakan aman, maka izin kerja
harus di tanda tangani oleh orang yang berwenang (authority person) dan
pekerja yang terlibat di lapangan.

24
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Penyulang utama atau primer adalah jaringan yang langsung keluar


dari gardu induk yang pada umumnya terdiri atas jaringan fasa dengan fasa
tiga, empat kawat dan cabang serta sub cabang dapat berupa jaringan fasa
tunggal atau fasa tiga. Ditinjau dari segi konstruksi dan tempat penghantar
terpasang, maka jaringan primer (jaringan tegangan menengah) dibedakan
menjadi dua macam yaitu

1. Saluran udara tegangan menengah


2. Saluran kabel tegangan menengah di bawah tanah

Jenis pendekatan pemeliharaan yang dipakai pada jaringan penyulang


primer ini adalah Preventive Maintenance.

Salah satu usaha untuk meningkatkan mutu, daya guna, dan


keandalan tenaga listrik yang telah tercantum dalam tujuan pemeliharaan
adalah menyusun program pemeliharaan periodik dengan jadual tertentu.
Menurut siklusnya kegiatan pelaksanaan pemeliharan distribusi dapat
dikelompokan dalam lima kelompok yaitu :

1. Pemeliharaan Bulanan.
2. Pemeliharaan 3 bulan.
3. Pemeliharaan semesteran.
4. Pemeliharaan tahunan.
5. Pemeliharaan 3 tahunan.

Sebelum melakukan pemeliharaan tentu kita harus mengetahui hal


apa saja yang perlu kita lakukan. Urutan langkah pemeliharaan ini bisa
membuat kegiatan pemeliharaan lebih efisien. Urutan langkah
pemeliharaan pada PC sebagai berikut:

25
1. Lihat kondisi fisik secara visual
2. Catat pada bagian-bagian jaringan distribusi tenaga listrik tersebut
yang sudah memerlukan pemeliharaan, perbaikan ataupun
penggantian
3. Laksanakan inspeksi tersebut berdasarkan gambar diagram satu
garis jaringan

3.2 Saran
1. Dalam merencanakan pemeliharaan maupun perbaikan hendaknya
memperhatikan segala kondisi yang ada sehingga memberi
kenyamanan pada masyarakat sekitar.
2. Untuk meningkatkan kualitas pelayanan ataupun penyaluran tenaga
listrik maka pelaksanaan kegiatan pemeliharaan jaringan perlu
ditingkatkan.
3. Perlu adanya motivasi terhadap pekerja di lapangan untuk
melaksanakan seluruh rencana evaluasi jaringan dengan baik dan
benar.
4. Diterapkannya secara benar pemeliharaan yang telah disusun
berdasarkan pengalaman untuk digunakan sesuai SOP.

Daftar Pustaka

https://gajimu.com/pekerjaan-yanglayak/keselamatan-dan-kesehatan-
kerja/pertanyaan-mengenai-keselamatan-dan-kesehatan-kerja-di-
indonesia-1

https://www.academia.edu/

https://www.safetysign.co.id/news/282/7-Poin-Penting-Tentang-Izin-Kerja-
Work-Permit-yang-Harus-Diketahui-Pekerja-dan-Supervisor

http://sepatusafetyonline.com/blog/keselamatan-kerja-pada-kelistrikan/

https://www.scribd.com/

26
27

Anda mungkin juga menyukai