Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

K3 DALAM LINGKUP KERJA


SALURAN UDARA TENAGA EKSTRA TINGGI (SUTET)

Mata Kuliah : Standar Peraturan Instalasi & K3

Dosen Pengajar :
Muchdar Potabo,ST.,MT

Disusun Oleh :
Gichell Gabriel Dinalocia Ngantung(19021052)

Kelas : 1 TL D3K-PLN

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO


POLITEKNIK NEGERI MANADO

1
2019

Kata Penghantar

Segala puji syukur bagi Tuhan Allah kita yang Esa, karena telah melimpahkan
rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini bisa selesai
pada waktunya.Tanpa pertolongan-Nya tentunya saya tidak dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik.
Saya sebagai penulis makalah ini mengucapkan syukur kepada Tuhan Allah atas
berkat dan pertolongan-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga
penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah “K3 Ketenagalistrikan
dalam lingkup kerja Saluran udara tenaga ekstra Tinggi (Sutet)” sebagai Ujian
Akhir Semester dari mata kuliah “K3 Ketenagalistrikan”.
Saya tentu menyadari bahwa makalah ini belum sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, saya mengharapkan kritik
serta saran dari pembaca untuk makalah ini, agar supaya makalah ini nantinya dapat
menjadi makalah yang lebih baik lagi. Dan apabila terdapat kesalahan penulisan pada
makalah ini saya memohon maaf yang sebesar-besarnya.
Dan saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada
Bpk. Muchdar Potabo,ST.,MT selaku dosen pengajar yang telah membimbing dalam
penulisan makalah ini.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Manado,02 Desember 2019

2
Gichell Gabriel D.Ngantung

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL …………………………………………………………………………………………….1
KATA PENGANTAR…………..……………………………………………………………………………….2
DAFTAR ISI …………………………….………………………………………………….…………………….3

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ……………………………………………………….………………………….…….....4
1.2 Rumusan Masalah …………………………………………….………………………………………...5
1.3 Tujuan penulisan ………………………………………………….………………………………….....6
BAB II ISI
2.1 Saluran udara tenaga ekstra tinggi (SUTET).....................................................7
2.2 K3 Ketenagalistrikan dan PUIL …………………………………………………………..…………8
2.3 Pengertian dan Tujuan K3 Ketenagalistrikan dan PUIL…………………….…………..9
2.4 Peraturan dan Perundang-Undangan K3 Ketenagalistrikan……......................12
2.5 Faktor Penyebab Terjadinya Kecelakaan Kerja ..............................................15
2.6 Cara Mencegah Terjadinya Kecelakaan Kerja ................................................17
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan …………………………………………………………………………………………………… 18
3.2 Saran ……………………………………………………………………………………………...………… 18
3
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………………………..19

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Negara Indonesia merupakan negara berkembang, hal ini ditunjukan dengan


banyaknya pembangunan yang sedang dilakukan di Indonesia. Peningkatan
perekonomian di Indonesia tidak lepas dari keterlibatan tenaga kerja. Namun dalam
pelaksanaannya seringkali terjadi kecelakaan yang menimpa tenaga kerja. Hal ini tidak
lepas dari buruknya penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja(K3).
Kondisi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) perusahaan di Indonesia secara
umum diperkirakan termasuk rendah. Pada tahun 2005 Indonesia menempati posisi
yang buruk jauh di bawah Singapura, Malaysia, Filipina dan Thailand. Padahal
kemajuan perusahaan sangat ditentukan peranan mutu tenaga kerjanya. Karena itu
disamping perhatian perusahaan, pemerintah juga perlu memfasilitasi dengan
peraturan atau aturan perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Keselamatan kerja telah menjadi perhatian di kalangan pemerintah dan bisnis sejak
lama sehingga diatur dalam:
 Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja Undang-Undang
ini mengatur dengan jelas tentang kewajiban pimpinan tempat kerja dan pekerja
dalam melaksanakan keselamatan kerja.
 Undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan. Undang- Undang ini
menyatakan bahwa secara khusus perusahaan berkewajiban memeriksakan
kesehatan badan, kondisi mental dan kemampuan fisik pekerja yang baru
maupun yang akan dipindahkan ke tempat kerja baru, sesuai dengan sifat-sifat
4
pekerjaan yang diberikan kepada pekerja, serta pemeriksaan kesehatan secara
berkala. Sebaliknya para pekerja juga berkewajiban memakai alat pelindung diri
(APD) dengan tepat dan benar serta mematuhi semua syarat keselamatan dan
kesehatan kerja yang diwajibkan. Karena itu, kesehatan kerja meliputi pelayanan
kesehatan kerja, pencegahan penyakit akibat kerja dan syarat kesehatan kerja.
 Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Undang-Undang
ini mengatur mengenai segala hal yang berhubungan dengan ketenagakerjaan
mulai dari upah kerja, jam kerja, hak maternal, cuti sampai dengan keselamatan
dan kesehatan kerja.
Faktor keselamatan kerja menjadi penting karena sangat terkait dengan kinerja
karyawan dan pada gilirannya pada kinerja perusahaan. Semakin tersedianya fasilitas
keselamatan kerja semakin sedikit kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja.
Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya
untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan,
sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat
kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.
Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi bagi
pekerja dan pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu proses produksi secara
menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak pada
masyarakat luas.
Jenis kecelakaan kerja sendiri banyak sekali, antara lain kecelakaan kerja industri,
kecelakaan kerja listrik, kecelakaan kerja lingkungan hidup dan sebagainya. Untuk
mengantisipasi kecelakaan kerja tersebut kita harus menerapkan K3 yang terkait
dengan kecelakaan tersebut. Salah satunya adalah K3 listrik untuk menghindari
kecelakaan kerja listrik.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah tersebut di atas,saya dapat merumuskan
masalah sebagai berikut:

5
1. Apa saja factor-faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja?
2. Bagaimana cara mencegah terjadinya kecelakaan kerja?
3. Faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja listrik?
Dan bagaimana cara mencegahnya?
4. Perundangan apa saja yang terkait dengan K3 umum dan K3 listrik?
1.3 Tujuan penulisan

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui tentang K3 pada bidang
kelistrikan khususnya Saluran udara tenaga ekstra tinggi (Sutet) dan untuk memenuhi
tugas UAS mata kuliah Standarisasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja(K3) Agar
mendapatkan nilai yang bagus.

6
BAB II
ISI

2.1 SALURAN UDARA TENAGA EKSTRA TINGGI (Sutet)

 Pengertian Saluran udara Tenaga ekstra tinggi (Sutet)


SUTET atau Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi merupakan media dengan
kekuatan 500 kV yang ditujukan untuk menyalurkan energi listrik dari pusat-pusat
pembangkit yang jaraknya jauh menuju pusat-pusat beban sehingga energi listrik bias
disalurkan dengan efisien.Dalam menyalurkan energi tersebut terdapat radiasi medan
magnet maupun radiasi medan listrik yang sangat membahayakan.
SUTET dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
1. SUTET pipa bawah tanah atau pipa bawah air
2. SUTET konstruksi udara.

7
Indonesia sebagai Negara kepulauan menggunakan kedua SUTET ini. SUTET
bawah air digunakan untuk mendistribusikan listrik antar satu pulau dengan pulau yang
lain, sedangkan SUTET konstruksi udara digunakan untuk mendistribusikan listrik
didarat.
Kuat medan magnet dan kuat medan listrik yang ditimbulkan SUTET dengan
kekuatan 500 kV dalam bentuk gelombang elektromagnetik inilah yang menimbulkan
radiasi, yang dikhawatirkan dapat mengganggu kesehatan makhluk hidup khususnya
manusia.

2.2 Sejarah K3
 Sejarah K3 di Indonesia:
Perkembangan Higene Industri di Indonesia tidak diketahui secara pasti kapan
tepatnya, namun perkembangan Higene Industri di Indonesia yang sesungguhnya baru
dirasakan beberapa tahun setelah kita merdeka yaitu pada saat munculnya Undang-
undang Kerja dan Undang-undang Kecelakaan. Pokok-pokok tentang Higene Industri
dan Kesehatan Kerja telah dimuat dalam Undang-undang tersebut, meski tidak atau
belum diberlakukan saat itu juga.
Selanjutnya oleh Departemen Perburuhan (sekarang Departemen Tenaga Kerja dan
Transmigrasi) pada tahun 1957 didirikan Lembaga Kesehatan Buruh yang kemudian
pada tahun 1965 berubah menjadi Lembaga Keselamatan dan Kesehatan Buruh. Dan

8
pada tahun 1966 fungsi dan kedudukan Higene Industri didalam aparatur pemerintahan
menjadi lebih jelas lagi yaitu dengan didirikannya Lembaga Higene Perusahaan
(Higene Industri) dan Kesehatan Kerja di Departemen Tenaga Kerja dan Dinas Higene
Perusahaan/Sanitasi Umum serta Dinas Kesehatan Tenaga Kerja di Departemen
Kesehatan. Disamping itu juga tumbuh organisasi swasta yaitu Yayasan Higene
Perusahaan yang berkedudukan di Surabaya. Untuk selanjutnya organisasi Hiperkes
yang ada dipemerintahan dari tahun ke tahun selalu mengalami perubahan-perubahan
dengan nama-nama sebagai berikut :
 Pada tahun 1969 Lembaga Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja berubah
menjadi Lembaga Nasional Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja.
 Pada tahun 1978 berubah menjadi Pusat Bina Higene Perusahaan, Kesehatan
dan Keselamatan Kerja.
 Pada tahun 1983 berubah lagi menjadi Pusat Higene Perusahaan dan
Kesehatan Kerja.
 Pada tahun 1988 berubah menjadi Pusat Pelayanan Ergonomi, Higene
Perusahaan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja.
 Selanjutnya pada tahun 1993 berubah lagi menjadi Pusat Higene Perusahaan,
Kesehatan dan Keselamatan Kerja.
 Pada tahun 1998 berubah lagi menjadi Pusat Hiperkes dan Keselamatan Kerja.
 Nama tersebut pada tahun 2001 berubah pula menjadi Pusat Pengembangan
Keselamatan Kerja dan Hiperkes.
 Dan pada akhir tahun 2005 menjadi Pusat Keselamatan Kerja dan Hiperkes

Jadi jelas bahwa pengembangan Higene Perusahaan (Higene Industri) di Indonesia


berjalan bersama-sama dengan pengembangan Kesehatan Kerja yaitu selain melalui
institusi, juga dilakukan upaya-upaya melalui penerbitan buku-buku seperti Ilmu
Kesehatan Buruh (1965), Ilmu Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (1967),
Ergonomi dan Produktivitas Kerja, Majalah Triwulan Higene Perusahaan, Kesehatan
dan Keselamatan Keja dan Jaminan Sosial juga, buku-buku Pedoman Hiperkes dan
9
Keselamatan (semacam penuntun Penerapan Hiperkes dan Keselamatan Kerja di
Perusahaan) sertaleaflet tentang panduan kerja di laboratorium Hiperkes dan lain-lain.

2.3 Pengertian dan Tujuan K3 Ketenagalistrikan dan PUIL


 Apa itu K3?
K3 merupakan singkatan dari Kesehatan, dan Keselamatan Kerja.
 Apakah tujuan dari Keselamatan dan Kesehatan Kerja Kelistrikan?
Keselamatan kerja listrik adalah keselamatan kerja yang bertalian dengan alat,
bahan, proses, tempat (lingkungan) dan cara-cara melakukan pekerjaan. Tujuan dari
keselamatan kerja listrik adalah untuk melindungi tenaga kerja atau orang dalam
melaksanakan tugas-tugas atau adanya tegangan listrik disekitarnya, baik dalam
bentuk instalasi maupun jaringan.
Pada dasarnya keselamatan kerja listrik adalah tugas dan kewajiban dari, oleh dan
untuk setiap orang yang menyediakan, melayani dan menggunakan daya listrik.
Berdasarkan Undang-Undang no.1 tahun 1970 pasal 3 ayat 1, syarat keselamatan kerja
yang juga menjadi tujuan pemerintah membuat aturan K3 adalah :

a) Mencegah dan mengurangi kecelakaan.

b) Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran.

c) Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan.

d) Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau
kejadian-kejadian lain yang berbahaya.

e) Memberi pertolongan pada kecelakaan.

f) Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja.

g) Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu, kelembaban,


debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar radiasi, suara dan
getaran.

h) Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik physik


maupun psychis, peracunan, infeksi dan penularan.

10
i) Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai.

j) Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik.

k) Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup.

l) Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban.

m) Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan
proses kerjanya.

n) Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman atau


barang.

o) Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan.

p) Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan


penyimpanan barang.

q) Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya.

r) Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya


kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.

Undang-Undang tersebut selanjutnya diperbaharui menjadi Pasal 86 ayat 1


Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 yang menyebutkan bahwa setiap pekerja/ buruh
berhak untuk memperoleh perlindungan atas:

a) Keselamatan dan kesehatan kerja

b) Moral dan kesusilaan

c) Perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai
agama.

Sedangkan ayat 2 dan 3 menyebutkan bahwa “untuk melindungi keselamatan


pekerja/buruh guna mewujudkan produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan
upaya keselamatan dan kesehatan kerja.”

(ayat 2), “Perlindungan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2)
dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku.”

11
(ayat 3). Dalam Pasal 87 juga dijelaskan bahwa Setiap perusahaan wajib menerapkan
sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang terintegrasi dengan sistem
manajemen.

Tujuan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja kelistrikan

Program keselamatan dan kesehatan kerja bertujuan untuk memberikan iklim yang
kondusif bagi para pekerja untuk berprestasi, setiap kejadian baik kecelakaan dan
penyakit kerja yang ringan maupun fatal harus dipertanggungjawabkan oleh pihak-pihak
yang bersangkutan (Rika Ampuh Hadiguna, 2009). Sedangkan menurut Rizky Argama
(2006), tujuan dari dibuatnya program keselamatan dan kesehatan kerja adalah untuk
mengurangi biaya perusahaan apabila timbul kecelakaan kerja dan penyakit akibat
hubungan kerja. Beberapa tujuan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
adalah:

1. Mencegah kerugian fisik dan finansial baik dari pihak karyawan dan perusahaan

2. Mencegah terjadinya gangguan terhadap produktivitas perusahaan

3. Menghemat biaya premi asuransi

4. Menghindari tuntutan hukum dan sebagai tanggung jawab sosial perusahaan


kepada karyawannya

Apakah pengertian dan tujuan PUIL secara umum?


Pengertian PUIL

Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL) adalah kumpulan peraturan yang harus
ditaati dalam kelistrikan. setiap pekerja instalatir dalam mengerjakan pekerjaannya
harus menaati PUIL agar hasil kerjanya benar serta terhindar dari kesalahan yang
dapat membahayakan diri sendiri dan orang lain. berikut adalah beberapa peraturang
yang berhubungan dengan PUIL.

Tujuan dari Peraturan umum Instalasi Listrik di Indonesia adalah:


 Melindungi manusia terhadap bahaya sentuhan dan kejutan arus listrik.
 Keamanan instalasi dan peralatan listrik.

12
 Menjaga gedung serta isinya dari bahaya kebakaran akibat gangguan listrik.
 Menjaga ketenagaan listrik yang aman dan efisien.

2.4 Peraturan dan Perundang-Undangan K3 Ketenagalistrikan


Undang - undang no.1 tahun 1970 adalah undang undang keselamatan kerja, yang
di dalamnya telah diatur pasal-pasal tentang keselamatan kerja untuk pekerja-pekerja
listrik.
Latar belakang keselamatan kerja listrik tidak lepas dari tingkat kehidupan
masyarakat baik pendidikan, sosial ekonominya dan kebiasaan akan merupakan faktor-
faktor yang banyak kaitannya dengan keselamatan kerja. Kecepatan perkembangan
perlistrikan dengan luasnya jangkauan dan besarnya daya pembangkit melampaui
kesiapan masyarakat yang masih terbatas pengetahuannya tentang seluk beluk
perlistrikan. Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL) merupakan rambu-rambu utama
dalam menanggulangi bahaya listrik yang diakibatkan oleh pelayanan, penyediaan dan
penggunaan daya listrik.

Dasar hukum mengenai persyaratan keselamatan listrik tertuang pada Permen:


Tenaga Kerja No.Per.04/MEN/1988. Prinsip-prinsip keselamatan pemasangan
listrik,antara lain:
a) Harus sesuai dengan gambar rencana yang telah disyahkan.
b) Mengindahkan syarat-syarat yang telah ditetapkan (PUIL).
c) Harus menggunakan tenaga terlatih.
d) Bertanggung-jawab dan menjaga keselamatan dan kesehatan tenaga
kerjanya.
e) Orang yang diserahi tanggung-jawab atas pelaksanaan pekerjaan
pemasangan instalasi listrik harus ahli di bidang listrik, memahami peraturan
listrik dan memiliki sertifikat dari instansi yang berwenang.

Ketentuan Lain Mengenai Persyaratan Keselamatan Kerja Bidang Tenaga Listrik :

13
a) Instalasi listrik yang telah selesai dipasang harus diperiksa dan diuji sebelum
dialiri listrik oleh pegawai pengawas spesialis lstrik.
b) Instalasi listrik yang telah dialiri listrik, instalatir masih terikat tanggung-jawab
satu tahun atas kecelakaan termasuk kebakaran akibat kesalahan pemasangan
instalasi.
c) Harus ada pemeriksaan yang rutin terhadap isolator. Isolator yang retak,
terutama untuk tegangan menengah dan/ atau tegangan tinggi yang dapat
mengakibatkan gangguan pada perusahaan atau dapat menimbulkan
kecelakaan.
d) Seluruh instalasi listrik, tidak hanya bagian yang mudah terkena gangguan
saja tetapi juga pengaman, pelindung dan perlengkapannya harus terpelihara
dengan baik.
e) Jangan membiarkan instalasi yang aus, penuaan atau mengalami kerusakan.
Segera dilakukan penggantian.
f) Isolator saklar minyak, transformator dan sebagainya pada waktunya harus
dibebaskan dari air, debu, arang dan zat asam, antara lain dengan cara
penyaringan.
g) Perlengkapan seperti relai lebih cepat mengalami kerusakan. Oleh sebab itu
harus sering dilakukan pengujian terhadapnya.
h) Dalam melakukan pemeliharaan, dilarang menggunakan perkakas kerja dan
bahan magnetic dekat dengan medan magnet perlengkapan listrik.
i) Pelindung dan pengaman, yang selama pemeliharaan dibuka/ dilepas, harus
dipasang kembali pada tempatnya.
j) Dilarang menyimpan bahan yang mudah terbakar di daerah yang dapat
membahayakan instalasi listrik.
k) Diruang dengan bahaya ledakan tidak diijinkan mengadakan perbaikan dan
perluasan instalasi pada keadaan bertegangan; dan dalam keadaan
aman,perlengkapan listrik harus terpelihara dengan baik.

14
Adanya K3 perlu diperhatikan yakni dengan mengatur K3 dengan perundang
undangan, berikut perundang undangan yang mengatur K3:
K3 secara umum diatur dalam:
 UUD 1945
 UU No. 14/1969 Ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja
 UU No. 1/1970 Tentang Keselamatan Kerja
 UU No. 23/1992 Tentang Kesehatan
 UU No. 3/1992 Tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja
 UU No. 18/1999 Tentang Jasa Konstruksi
 UU No. 28/2002 Tentang Bangunan Gedung
 UU No. 13/2003 Tentang Ketenagakerjaan
K3 Ketenagalistrikan diatur dalam:
Permen Ketenagakerjaan No. 33 Tahun 2015 Pasal 9 Ayat(1) dan (2)

Adapun standar dari ketenaga listrikan yang di atur dalam PUIL 2011 yang beracuan
pada:
UU No. 1 Tahun !970
 Perundang undangan SNI
 Peraturan bangunan nasional
 Peraturan pemerintah RI tentang pengusahaan kelistrikan
 Peraturan pemerintah RI tentang keselamatan kerja
 Peraturan menteri pertambangan dan energi tentang izin usaha kelistrikan
 Peraturan menteri pertambangan dan energi tentang standar nasional indonesia
 Peraturan lainnya mengenai kelistrikan dan usaha penunjangnya.

2.5 Faktor Penyebab Terjadinya Kecelakaan Kerja di Bidang Saluran udara Tenaga
ekstra tinggi(Sutet)

15
Ada 3 faktor umum yang menjadi faktor penyebab kecelakaan (Three Main Factor
Theory) yaitu :

 faktor dari manusia

 faktor lingkungan

 faktor peralatan.

Ada juga beberapa faktor terjadinya kecelakaan kerja di bidang saluran udara
tenaga ekstra tinggi (SUTET) Sebagai berikut:

 Sistem pekerjaan yang tidak aman


 Informasi yang tidak memadai
 Tidak adanya pelatihan
 Isolasi yang tidak memadai
 Aturan tidak yang aman
 Kontrol yang rendah terhadap aktivitas kerja
 Bekerja pada jaringan listrik hidup
 Alat uji yang tidak sesuai
 Pemeliharaan alat yang rendah
 Kegagalan untuk mengelola pekerjaan
 Orang tidak kompeten

- Pelaku Sesungguhnya Kurang pelatihan


Menariknya, hampir setengah dari penyebab di atas secara langsung berkaitan dengan
pelatihan karyawan dan tingkat kemampuan pada pekerjaan. Ditambah lagi, sering
ditemui, pekerja listrik yang terlibat dalam kecelakaan listrik, tidak siap, atau kurang
informasi untuk bekerja dengan aman dan percaya diri pada pekerjaan mereka sendiri.
Mari kita lihat lebih dekat pada lima dari penyebab hal tersebut:

16
- Tidak ada Training.
Pekerja tersebut tidak memiliki pelatihan yang memadai untuk melakukan tugas-tugas
di. Dengan pelatihan yang memadai, pekerja ini akan diketahui mengisolasi sirkuit
sebelum mulai bekerja, untuk menghindari kecelakaan listrik.

- Pekerja yang tidak kompeten.


Meskipun sudah mengikuti beberapa pelatihan, pekerja yang bersangkutan tidak
memiliki pengetahuan yang cukup memadai melakukan tugas-tugas. Semua karyawan
harus dibuktikan kompeten di pekerjaan mereka, untuk keselamatan mereka sendiri
dan keselamatan orang lain.

- Sirkuit tidak di isolasi secara tepat.


Pekerja tidak mengisolasi sirkuit listrik secara benar sehingga mengakibatkan
kecelakaan listrik. Perusahaan harus memiliki sistem untuk memantau isolasi sirkuit
listrik. Selain itu, pekerja harus memiliki cukup pelatihan dan pengalaman untuk
mengetahui bagaimana untuk mengisolasi, lockout dan tes terhadap potensi tegangan
pada sirkuit sebelum mulai bekerja.

- Aturan yang tidak aman.


Pekerja tidak yakin terhadap peraturan keselamatan dan prosedur di lingkungan kerja
mereka. Pengusaha harus memastikan bahwa metode kerja, bahan, dan pelatihan
pekerja memenuhi standar keamanan minimum. Jika tidak, pekerja bergerak masuk
dan keluar dari lingkungan yang tidak aman sepanjang hari tanpa mengetahui
perbedaannya.

17
2.6 Cara Mencegah Terjadinya Kecelakaan Kerja Di Bidang Saluran udara
tenaga ekstra tinggi (SUTET)

Ada 5 cara mencegah terjadinya kecelakaan kerja di bidang SUTET


1. Mengikuti standar penginstalan alat-alat listrik yang berlaku. Melalui standar
instalasi listrik maka peralatan listrik dapat digunakan dengan aman.

2. Peralatan lama yang masih digunakan dan berisiko menyebabkan kecelakaan


maka penggunanya harus memiliki pengetahuan dan pengalaman yang cukup
untuk mengetahui bahaya dan menghindarinya. Peralatan tersebut
sebaiknya ditempatkan di ruangan yang aman, yang hanya dapat diakses
oleh orang-orang yang kompeten dalam mencegah bahaya.

3. Beberapa peralatan dioperasikan pada voltase yang rendah sehingga tidak


menyebabkan sengatan listrik yang berbahaya namun pada peralatan dengan
voltase rendah tersebut dapat menyebabkan konduktor yang terlalu panas
sehingga memicu kebakaran atau ledakan. Oleh karena ini perlu mewaspadai
agar peralatan tersebut tidak terlalu panas dan memilih peralatan yang aman
untuk digunakan.

4. Pilihlah peralatan yang cocok untuk lingkungan kerja tempat peralatan


tersebut digunakan, misalnya kabel dan peralatan yang digunakan pada
industri berat, peralatan tersebut harus dilindungi dari kerusakan. Lingkungan
kerja yang lembab dan basah juga berisiko menyebabkan terkena sengatan
listrik. Oleh karena itu perlu memilih peralatan yang sesuai dengan keadaan
lingkungan.

18
5. Pekerja harus dapat menaksir situasi sebelum bekerja dengan peralatan
listrik. Pekerja perlu menggunakan pelindung diri yang dapat mencegah
dirinya terkena sengatan listrik

19
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari pemaparan makalah di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa kesehatan
dan keselamatan kerja adalah suatu usaha dan upaya untuk menciptakan perlindungan
dan keamanan dari resiko kecelakaan dan bahaya baik fisik, mental maupun emosional
terhadap pekerja, perusahaan, masyarakat dan lingkungan. Jadi kesehatan dan
keselamatan kerja tidak melulu berkaitan dengan masalah fisik pekerja, tetapi juga
mental, psikologis dan emosional.

Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu unsur yang penting dalam
ketenagakerjaan. Oleh karena itulah sangat banyak berbagai peraturan perundang-
undangan yang dibuat untuk mengatur nmasalah kesehatan dan keselamatan kerja.
Meskipun banyak ketentuan yang mengatur mengenai kesehatan dan keselamatan
kerja, tetapi masih banyak faktor di lapangan yang mempengaruhi kesehatan dan
keselamatan kerja yang disebut sebagai bahaya kerja dan bahaya nyata. Masih banyak
pula perusahaan yang tidak memenuhi standar keselamatan dan kesehatan kerja
sehingga banyak terjadi kecelakaan kerja.

3.2 Saran
Penerapan K3 akan berjalan dengan baik apabila pemilik usaha dan pekerja
menerapkan dasar-dasar K3 dan prinsip-prinsip K3, namun dalam kenyataannya
seringkali kita temui pemilik usaha dan pekerja yang tidak menerapkan dasar-dasar
K3 dan prinsip-prisip K3. Oleh karena itu diperlukan peran pemerintah untuk
menindak tegas perihal tersebut. Terlebih dalam bidang ketenagalitrikan yang bisa
dikategorikan bidang yang memiliki resiko yang sangat tinggi

20
DAFTAR PUSTAKA

www.wikipedia.com
www.kemnaker.go.id
www.trustek.co.id
www.teknikelektronika.com
www.k3-indonesia.blogspot.com

21
22

Anda mungkin juga menyukai