Anda di halaman 1dari 12

BUPATI PANIAI

PROVINSIPAPUA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANIAI
NOMOR 03 TAHUN 2022
TENTANG
PENYELENGGARAAN KEBERSIHAN
DENGAN RAHMAT TUHAN MAHA ESA

BUPATI PANIAI,

Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan Visi Kabupaten


Paniai, Terwujudnya Mayarakat Paniai yang
Mandiri dan saling ketergantungan menuju
damai sejahtera, maka Pemerintah Daerah
mempunyai kewenangan untuk mengatur,
membina dan mengawasi penyelenggaraan
kebersihan di Kabupaten Paniai;

b. bahwa masyarakat membuang sampah


disembarangan tempat, sungai selalu tersumbat
dan kotor serta merusak lingkungan pemukiman
rakyat, mengakibatkan polusi dan menimbulkan
berbagai penyakit pada hewan dan manusia;

c. bahwa dalam rangka menumbuh kembangkan


kesadaran masyarakat untuk mewujudkan
lingkungan yang bersih, sehat, lestari serta
mengurangi sampah di Kabupaten Paniai, perlu
menyelenggarakan kebersihan;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana


di maksud pada huruf a huruf b dan huruf c,
perlu menetapkan Peraturan Daerah Kabupaten
Peniai tentang Penyelenggaaraan Kebersihan;

Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara


Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-undang Nomor 12 Tahun 1969 tentang


Daerah Otonomi Irian Barat dan Kabupaten-
Kabupaten Otonom di Propinsi Irian Barat
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1969 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 2507);
3. Undang-undang Nomor 45 Tahun 1999 tentang
Pembentukan Propinsi Irian Jaya Barat, Propinsi
Irian Jaya Tengah, Kabupaten Paniai, Kabupaten
Mimika, Kabupaten Puncak Jaya, dan Kota
Sorong (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tauhn 1999 Nomor 173 Tambahan Lembaaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3894);

4. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang


Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor
135, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4151), sebagaimana telah
diubah dengan Undang Undang Republik
Indonesia Nomor 35 Tahun 2008 (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor
112, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4884);

5. Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang


Penyelenggaraan Negara yang bersih dan bebas
dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembara
Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor
75, Tambahan Laembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3851);

6. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang


Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 224,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5597) sebagaimanan telah di ubah
beberapa kali, terakhir dengan Undang-undang
Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua
atas Undang-Undang Nomor 23 Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan
Lembaran Republik Indonesia Nomor 5679);

7. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang


Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4725);

8. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang


Pengelolahan Sampah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 69,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 69);

9. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang


Perlindungan dan Pengelolahan Lingkungan
Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5059);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2007
tentang Pengololahan Limbah Bahan Berbahaya
dan Beracun);

11. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang


Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5234), sebagaimana
telah diubah denganUndang-Undang Nomor 15
Tahun 2019 tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2019 Nomor 183, Tambahan LembaranNegara
Republik IndonesiaNomor 6398);

12. PeraturanPemerintahNomor12Tahun2017tentang
PedomanPembinaandan
PengawasanPenyelenggaraan Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2017 Nomor 73, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor6041);

13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80


Tahun 2015 Tentang Pembentukan Produk
Hukum Daerah (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 2036), Sebagaima
telah diubah Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 120 Tahun 2018 tentang Pembentukan
Produk Hukum Daerah (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2018 Nomor 187);

14. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor


26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4833);
Dengan Persetujuan Bersama,
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PANIAI
Dan
BUPATI PANIAI

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PENYELENGGARAAN


KEBERSIHAN.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Dalam Peraturan Daerah ini, yang di maksud dengan :


1. Daerah adalah Kabupaten Paniai.

2. Pemerintah Daerah adalah Bupati beserta perangkat daerah sebagai


unsur penyelenggaraan pemerintah daerah.

3. Bupati adalah Bupati Paniai.

4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD


adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Paniai.

5. Distrik adalah wilayah kerja Kepala Distrik sebagai perangkat daerah


Kabupaten Paniai.

6. Kampung adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki


kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat
setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui
dalam sistim pemerintahan nasional dan berada di daerah kabupaten.

7. Rukun Tetangga dan Rukun Warga yang selanjutnya disebut RT/ RW


adalah bentuk pembagian Wilayah di Indonesia yang bukanlah termasuk
pembagian administrasi Pemerintahan. RT berada di bawah RW yang
mana pimpinan RT/RW dipilih secara musyawarah oleh masyarakat
setempat dalam rangka pelayanan kemasyarakatan.

8. Orang adalah Perseorangan dan/atau korporasi.

9. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan


kesatuan baik yang melakukan usaha maupang yang tidak melakukan
usaha yang meliputi Perseroan Terbatas, Perseroan Komanditer,
Perseroan lainnya, BUMN atau Daerah dengan nama dan bentuk Firma,
Koperasi, Dana Pensiun, Persekutuan Perkumpulan, Yayasan, Organisasi
massa, Organisai Sosial Politik atau Organisasi yang jenis Lembaga,
Bentuk Usaha Tetap dan bentuk badan lainnya.

10. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta


segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya di tentukan
berdasarkan aspek adminitrasi dan/atau aspek fungsional.

11. Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan atau disingkat DLHK adalah
Perangkat Daerah yang melakukan tugas dan fungsi di bidang
Lingkungan hidup dan Kebersihan.
12. Dinas Pekerjaan Umum adalah Organisasi Perangkat Daerah yang
melakukan tugas dan fungsi di bidang Pekerjaan Umum.
13. Satuan Tugas Penyelenggaraan Kebersihan yang selanjutnya di singkat
SATGAS atau dengan nama lain adalah suatu Satuan yang bertugas
secara terkoordinasi, terintegrasi dan tersingkronisasi dalam
penyelenggaraan kebersihan di kabupaten paniai.
14. Kebersihan adalah Keadaan bebas dari kotoran dan ternak termasuk di
antaranya, debu, sampah, bau serta bebagai penularan penyakit atau
inpeksi di sebabkan oleh mikroba, bebas dari virus, bakteri, pathogen,
dan bahan kimia berbahaya.
15. Pengelolaan Kebersihan adalah suatu rangkaian yang bersifat sistematis
tentang cara pengelolaan sampah mulai dari sumber sampah ke tempat
pembuangan akhir.
16. Kearifan lokal adalah nilai-nilai luhur yang berlaku dalam tata
kehidupan masyarakat untuk antara lain melindungi dan mengelola
lingkungan hidup secara lestari.
17. Bangunan adalah Gedung, rumah tinggal, toko, dan lain-lainnya yang
bersangkutan dengan pemeliharaan kebersihan.
18. Persil adalah tempat tinggal dan/atau tempat usaha di wilayah
Kabupaten Paniai.
19. Jalan Umum, adalah prasarana perhubungan darat dalam bentuk
apapun meliputi segala bagian jalan untuk keperluan lalu lintas Umum.
20. Tempat umum adalah tempat-tempat yang meliputi taman-taman, jalur
hijau, pasar, terminal, pelabuhan yang disediakan oleh Pemerintah
Kabupaten Paniai sebagai fasilitas Umum
21. Sungai adalah aliran air dipermukaan yang besar dan berbentuk
memanjang yang mengalir secara terus menerus dari hulu ke hilir
22. Lingkungan Hidup, adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya
keadaan dan makluk hidup termasuk di dalamnya manusia dan
perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan
kesejahtraan manusia serta makhluk hidup lainnya.
23. Drainase adalah prasarana dan sarana yang berfungsi mengalirkan
kelebihan air dari suatu kawasan ke badan air penerima.
24. Perairan Umum adalah genangan air baik mengalir atau tidak yang
airnya di manfaatkan untuk kepentingan umum.
25. Terminal, adalah prasarana yang telah ditentuka untuk kepentingan
angkutan jalan raya, guna mengatur kedatangan dan keberangkatan
kendaraan yang memuat dan menurunkan orang atau barang.
26. Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam
yang berbentuk padat.
27. Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjudnya di sebut B3
adalah suatu sisa usaha dan/ atau kegiatan yang mengandung bahan
berbahaya dan/atau beracun yang karna sifat suatu dan/atau
konsentrasinya dan/atau jumlahnya baik seecara langsun maupun tidak
langsun dapat mencemari dan/atau merusak lingkungan hidup,
kesehatan, kelangsungan hidup manusia.
28. Tinja adalah bahan buangan yang dikeluarkan dari dalam tubuh
manusia sebagai sisa dari proses pencernaan makanan.
29. Bak Sampah/gerobak sampah adalah tempat untuk menampung
sampah yang disediakan oleh masing-masing pemakai penghuni/persil.
30. Pengumpulan sampah adalah kegiatan pembawa dan memindahkan
sampah dari tempat atau lokasi ke pembuangan sementara.
31. Tempat sampah bagi Kendaraan Umum adalah Tempat untuk
menampung sampah yang di sediakan oleh pemilik kendaraan.
32. Tempat pembuangan sampah sementara yang selanjudnya di sebut TPS,
adalah tempat membuang sampah untuk senentara waktu sebelum
diangkat oleh kendaraan pengumpul sampah.
33. Transfer Depo Sampah adalah Tempat/stasion pemindahan sampah.
34. Tempat pembuangan Akhir Sampah yang selanjudnya disebut TPA,
adalah tempat pembuangan akhir sampah yang lokasinya ditentukan
dan dsediakan oleh Pemerintah Daerah.
35. Ternak adalah Hewan piaraan oleh orang yaitu sapi, kerbau, domba,
babi, kuda, kambing dan hewan lainnya yang dagingnya lazim di
konsumsi.

BAB II
HAK DAN KEWAJIBAN
Bagian Kesatu
Hak
Pasal 2

Setiap orang dan/atau badan hukum berhak :


a. mendapatkan pelayanan kebersihan secara baik dari pemerintah atau
pihak lain yang diberi tanggungjawab;
b. memperoleh informasi yang benar, akurat mengenai penyelenggaraan
kebersihan di Daerah; dan
c. berpartisipasi dalam proses perencanaan, penyelenggaraan dan
pengawasan kebersihan di Daerah.

Bagian
Kewajiban
Pasal 3

Setiap orang dan/atau badan hukum berkewajiban :


a. memelihara dan menjaga kebersihan;
b. membuang sampah pada tempat-tempat yang telah di sediakan;
c. memelihara kebersihan bangunan dan di sekitar bangunan baik dalam
halaman maupun luar halaman yang berbatasan dengan jalan umum;
d. memelihara kebersihan saluran air yang ada di sekitar bangunan ;
e. memelihara dan memotong rumput antar batas pekarangan;
f. mengatur halaman agar tidak terdapat genangang-genangan air yang
terbuka;
g. menanam tanaman hias atau pohon sesuai daya dukung pekarangan
dan;
h. memelihara dan membersihkan tanaman dan pekarangan rumah atau
gedung;

Pasal 4

(1) Setiap badan usaha yang mengadakan kegiatan atau usaha, berkewajiban
menyediakan tempat penampungan sampah masing-masing persil, yang
bentuk dan ukurannya di tentukan DLH.
(2) Setiap pemilik kendaraan roda empat atau lebih wajib menyediakan
tempat sampah di dalam kendaraannya;
(3) Pemilik dan/atau pengelolah tempat pelayanan kesehatan berkewajiban
mengelolah sampah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan dan berkoordinasi dengan Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah, Dinas Lingkungan Hidup dan Dinas Kesehatan.
(4) Pemilik dan/atau pengelolah perhotelan, toko dan restoran berkewajiban
mengelolah sampah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan dan berkoodinasi dengan Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah, Dinas Lingkungan Hidup dan Dinas Perindustrian Perdagangan.
(5) Pemilik dan/atau Pengelola fasilitas olahraga berkewajiban mengelolah
sampah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan
berkoordinasi dengan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan
Dinas Lingkungan Hidup.
(6) Pihak Pengembang/developer perumahan berkewajiban mengelolah
sampah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan
berkoordinasi dengan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Dinas
Lingkungan Hidup dan Dinas Pekerjaan Umum.
(7) Pemilik dan/atau Pengelolah fasilitas Pendidikan dan tempat Ibadah
berkewajiban menjaga dan memelihara kebersihan Lingkungan serta
mengololah sampah yang dihasilkan dan berkoordinasi dengan Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah dan Dinas Lingkungan Hidup.
(8) Pemilik atau pengelola industri atau bengkel yang menghasilkan limbah
berkewajiban menyediakan bak atau tangki penampung limbah buangan
baik padat, cair dan gas yang mengandung B3 sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan dan berkoordinasi dengan Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah, Dinas Lingkungann Hidup dan
Dinas Kesehatan.

Pasal 5
(1) Pemerintahan Kelurahan / Kampung berkewajiban :
a. mendorong partisipasi masyarakat dalam menjaga dan memelihara
kebersihan yang berkearifan lokal; dan
b. memberikan penyuluhan/sosialisasi kepada setiap orang yang
berada di wilayah Kelurahan/ Kampung tentang penyelenggaraan
kebersihan di Daerah.
(2) Kewajiban sebagaimana di maksud pada ayat (1) huruf a berupa :
a. penataan dan pengaturan kebersihan lingkungan melalui
pengelolahan sampah di wilayahnya dari lingkungan RT/RW menuju
depot sampah dan/atau TPS;
b. menyediakan sarana dan prasarana penyelenggara kebersihan; dan
c. menunjuk/mengangkat petugas pengumpul dan pengangkat sampah
dari rumah tangga ke TPS dan dari TPS ke TPA.
(3) Kewajiban sebagaimana yang di maksud pada ayat (1) dan ayat (2)
diikuti dengan pendampingan secara terus menerus kepada RT/RW.

(4) Dalam melaksanakan kewajiban, Pemerintahan Kelurahan / Kampung


selaluh melakukan koordinasi dengan Distrik.

Pasal 6
(1) Pemerintah Distrik berkewajiban :
a. memberikan penyuluhan/sosialisasi serta perdampingan terarah dan
berkesinambungan pada kelurahan/kampung di wilayah
administratifnya tentang penyelenggaraan kebersihan di Daerah.
b. berperan aktif bersama kelurahan/kampung dalam menjaga dan
memelihara serta mengontrol kebersihan kota mulai dari TPS menuju
TPA; dan
c. memantau dan mengawasi penyelenggaraan kebersihan di tingkat
kelurahan/kampung yang berada di wilayahnya.
(2) Dalam melaksanakan kewajiban Pemerintahan Distrik selalu melakukan
koordinasi dengan Dinas Lingkungan Hidup.

Pasal 7
(1) Pemerintahan Daerah berkewajiban :
a. menetapkan kebijakan dan strategi penyelenggaraan kebersihan di
daerah;
b. menyediakan sarana dan perasarana sampah guna penyelenggaraan
kebersihan;
c. melakukan sosialisasi dan perdampingan berkelanjutan
penyelenggaraan lomba kebersihan di Tingkat RT/RW, dan/atau
Kelurahan/Kampung dan/atau Distrik; dan
d. menyelenggarakan koordinasi, pembinaan dan pengawasan antar
lembaga pemerintah, masyarakat dan dunia usaha agar tercapai
keterpaduan dalam penyelenggaraan kebersihan di Daerah.
(2) Dalam rangka Penyelenggaraan kebersihan, Pemerintah Daerah dapat
membentuk SATGAS Penyelenggaraan Kebersihan atau dengan nama lain.
(3) Tugas dan fungsi serta tata kerja SATGAS sebagaimana dimaksud ayat (2)
di atur dengan Peraturan Bupati.

BAB III
LARANGAN
Pasal 8
(1) Setiap orang dan/atau badan hukum, di larang :
a. membuang sampah di luar tempat penampungan sampah;
b. mencoret-coret, menulis, melukis, menempel iklan di dinding atau
ditembok, pagar, lintas jembatan penyeberangan orang, halte, tiang
listrik, pohon, kendaraan umum dan sarana umum lainnya, kecuali
untuk tempat-tempat tertentu dengan izin dari pejabat yang
berwenang.
c. membuang sampah di jalan, tempat umum, drainase, sungai dan
danau sumber-sumber mata air dan air bersih serta tempat-tempat
lain yang dapat merusak keindahan dan kebersihan lingkungan;
d. mengotori dan membuang kotoran pada tempat-tempat sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf c.
e. membakar sampah dan kotoran di tempat umum;
f. menumpuk atau menempatkan barang-barang bekas yang masih
mempunyai nilai ekonomis maupun yang tidak, pada kiri kanan bahu
jalan, taman jalur hijau, tempat bangunan dan tempat-tempat umum;
g. menumpuk dan menempatkan sampah bongkar bangunan tidak lebih
dari 1 (satu) hari;
h. menempatkan keranjang atau boks plastik pada media jalan maupun
kiri kanan jalan;
i. menempatkan yang tidak berfungsi (rongsokan) pada daerah milik
jalan (damija);
j. menempatkan penampungan oli bekas di luar persil;
k. menempatkan barang-barang pada trotoal atau kaki lima/ emperan
bangunan
l. mengotori jalan dalam proses pengangkutan barang;
m. membuang/memasukkan limbah b3 atau zat kimia berbahaya pada
sumber air yang mengalir seperti sungai, kali, danau, jaringan air
minum, sumber mata air kolam-kolam air dan sumber air bersih
lainnya;
n. mengotori, merusak, membakar atau menghilangkan tempat sampah
yang telah sediakan; dan
o. membuang tinja di sungai, kali, danau, jaringan air, saluran air
minum, sumber mata air, kolam-kolam air dan sumber air bersih.
(2) Setiap orang dilarang menggunakan zat adektif atau yang dapat
mengganggu atau menghilangkan daya ingat manusia.

(3) Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2) berlaku juga bagi
para pengunjung dari dan ke daerah.

BAB VI
HEWAN PIARAAN
Pasal 9

(1) Setiap pemilik hewan piaraan wajib menjaga untuk tidak berkeliaran di
lingkungan pemukiman dan/atau tempat-tempat umum.

(2) Ketentuan tentang tata cara pemeliharaan hewan akan diatur lebih lanjut
dengan Peraturan Bupati

BAB V
WAKTU PEMBUANGAN SAMPAH
Pasal 10

(1) Setiap orang dan / atau badan yang membuang sampah pada TPS tidak
ditentukan waktu.

(2) Petugas kebersihan, membersihkan, mengangkat dan membuang sampah


dari TPS atau Bak Kontainer ke TPA, mulai pukul 09.00 WIT sampai
dengan 02.00 WIT kecuali dalam kondisi tertentu.

BAB VI
KERJA SAMA DAN KOORDINASI
Pasal 11
(1) Dalam upaya mewujudkan lingkungan yang bersih, indah dan nyaman,
Bupati melakukan kerjasama dengan instansi terkait dan koordinasi
dengan pemerintah desa/kelurahan
(2) Dalam upaya mewujudkan lingkungan yang bersih, indah dan nyaman,
Satuan Polisi Pamong Praja atas persetujuan Bupati dapat meminta
bantuan kepada kepolisian Negara Republik Indonesia dan / atau
lembaga lainnya.
(3) Dalam hal Satpol PP meminta bantuan kepada kepolisian Negara Republik
Indonesia dan / atau lembaga lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) Satpol PP bertindak selaku koordinator operasional lapangan.
(4) Kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didasarkan atas
hubungan fungsional, saling membantu dan saling menghormati dengan
mengutamakan kepentingan umum dan memperlihatkan hirarti dan kode
etik birokrasi.
BAB VII
PELAPORAN
Pasal 12

(1) Satpol PP dalam menyelenggarakan penegakan Perda menyelenggarakan


kebersihan wajib melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada Bupati.
(2) Satpol PP dalam menyelenggarakan penegakan Perda menyelenggarakan
kebersihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara
berkala tiap (3) tiga bulan sekali atau sewaktu-waktu jika diperlukan.

BAB VIII
PENDANAAN
Pasal 13

(1) Pendanaan penyelenggaraan penegakan Peraturan Daerah


penyelenggaraan kebersihan wajib dibebankan pada APBD.
(2) Pendanaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dialokasikan sesuai
dengan kemampuan daerah

BAB IX
PENGAWASAN
Pasal 14

(1) Pengawasan terhadap Peraturan Daerah ini dilaksanakan secara Teknis


Operasional oleh Dinas Lingkungan Hidup dan SATGAS dengan
berkoordinasi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah.

(2) Setiap Distrik, Kelurahan/Kampung, ketua-ketua RT/RW, Lembaga


Swasdaya Masyarakat, Tokoh Masyakat, Tokoh Adat, Tokoh Agama,
Tokoh Pemuda dan Tokoh Perempuan, membantu untuk mengawasi
pelaksanaan kebersihan di Daerah.

BAB X
KETENTUAN PENYIDIKAN
Pasal 15
(1) Penyidikan terhadap pelanggaran Peraturan Daerah ini dilaksanakan oleh
PPNS di lingkungan SKPD yang di beri wewenang khusus untuk
melakukan penyidikan tindak pidana di bidang penyelengaraan
kebersihan.

(2) Kewenangan Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1), adalah:


a. menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau
laporan berkenan dengan tindak pidana di bidang penyelenggaraan
kebersihan agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lengkap
dan jelas;
b. meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang
pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakuakan
sehubungan dengan tindak pidana di bidang penyelenggaraan
kebersihan;
c. memintah keterangan dan barang bukti dari orang pribadi atau
badan, sehubungan dengan tindak pidana dibidang penyelenggaraan
kebersihan;
d. memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen lain
berkenaan dengan tindak pidana di bidang penyelenggaraan
kebersihan;
e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti
pembukuan, pencatatan, dan dokumen-dokumen lain, serta
melakukan penyitaan terhadap barang bukti tersebut;
f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas
penyidikan tindak pidana dibidang penyelenggaraan kebersihan ;
g. menyuruh berhenti atau melarang seseorang meninggalkan ruangan
tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa
identitas orang atau dokumen yang dibawa sebagai mana dimaksud
pada huruf c;
h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana di bidang
penyelenggaraan kebersihan;
i. memanggil orang untuk di dengar keterangannya dan di periksa
sebgai tersangka atau saksi;
j. menghentikan penyidikan; dan
k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan
tindak pidana di bidang penyelenggaraan kebersihan menurut
hukum yang dapat di pertanggung jawabkan.

(3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1), memberitahukan


dimulainya Penyidikan menyampaikan hasil penyidikannya kepada
Penuntut Umum melalui Penyidik Polri, sesuai dengan ketentuan yang
di atur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum
Acara Pidana.

BAB XI
SANKSI ADMINISTRATIF
Pasal 16
(1) Setiap pelanggaran terhadap ketentuan dalam Peraturan Daerah ini
dikenakan sanksi administrasi sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(2) Sanksi administrasi dapat dikenakan terhadap sestiap pelanggaran
berupa :
a. teguran, peringatan;
b. pembatalan izin;
c. penyelegelan tempat;
d. pencabutan sebagian atau seluruh izin;
e. pembongkaran bangunan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(3) Pemberian sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilakukan secara bertahap sesuai dengan timgkat pelanggaran.

BAB XII
KETENTUAN PIDANA
Pasal 17

Setiap orang, aparatur, badan hukum yang melanggar ketentuan pasal 3,


pasal 4, pasal 8 ayat (1) dan (2), pasal 9 ayat (1), pasal 10 ayat (1) dikenakan
ancaman pidana kurungan paling singkat 60 (enam puluh) hari dan paling
lama 90 (sembilan puluh hari) atau denda paling sedikit Rp 30.000.000,-
(Tiga Puluh Jutah Rupiah) dan paling banyak Rp 50.000.000 (Lima Puluh
Juta Rupiah).
BAB XI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 18

Hal-hal yang belum cukup di atur dalam dalam Peraturan daerah ini
sepanjang mengenai teknis penyelenggaraan kebersihan akan di atur dengan
Peraturan Bupati.

Pasal 19
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal di undangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Peraturan Daerah ini dengan Penempatannya dalam Lembaran Daerah
Kabupaten Paniai.

Ditetapkan Di : Paniai
Pada Tanggal : 27 Mei 2022

BUPATI PANIAI

MEKI NAWIPA

Anda mungkin juga menyukai