Anda di halaman 1dari 12

REPRESENTASI TOKOH ANGEL (DINDA HAUW)

SEBAGAI KORBAN BULLYING DISABILITAS


DALAM FILM AYAH MENGAPA AKU BERBEDA

Oleh : Richard Dito Arianto, Izdiharti Husniyah


Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang
Surel : richardditoarianto@gmail.com, izdiharti06@gmail.com

ABSTRAK
Artikel ini membahas mengenai representasi
tokoh Angel (Dinda Hauw) sebagai korban bullying
disabilitas dalam film Ayah Mengapa Aku Berbeda.
Artikel ini bertujuan untuk menunjukkan gambaran
mengenai bagaimana tokoh Angel sebagai korban
bullying disabilitas disuguhkan dalam film. Penulis
menggunakan metode analisis tektual, kode, simbol
dari potongan gambar film untuk mencapai tujuan
dibuatnya artikel dengan jenis penelitian kualitatif.
Artikel ini menunjukkan bahwa disabilitas
dianggap rendah di lingkungan umum. Mereka
merendahkan kaum disabilitas dengan melecehkan dan
berlaku kasar. Sosok Angel membuktikan bahwa
kaum disabilitas tidak semuanya lemah. Ia
menunjukkan bahwa kaum disabilitas layak dan
mampu untuk bersaing seperti anak pada umumnya. Ia
juga membuktikan bahwa kaum disabilitas mampu
berkreasi dan mampu mengembangkan bakat yang
dimiliki.

Kata Kunci : film, bullying, disabilitas, Angel,


analisis tektual, kualitatif.

ABSTRACT
This article discusses the representation of the
character Angel (Dinda Hauw) as a victim of bullying
disability in the film Ayah Mengapa Aku Berbeda.
This article aims to show a picture of how Angel's
character as a victim of disability bullying is presented
in the film. The author uses the method of intellectual
analysis, codes, symbols from pieces of film images to
achieve the purpose of making articles with qualitative
research types.
This article shows that disability is considered
low in the general environment. They demean
disability by harassing and abusive behavior. Angel's
figure proves that not all people with disabilities are
weak. She showed that people with disabilities were
worthy and able to compete like other children in
general. She also proved that people with disabilities
are able to be creative and able to develop their talents.
 
Keywords : film, bullying, disability, Angel,
intellectual analysis, qualitative.
 

PENDAHULUAN
Manusia memiliki peran penting dalam kehidupan yaitu hidup bersosial di mana
manusia tidak akan bisa hidup sebatang kara melainkan membutuhkan bantuan
dari sesama. Setiap orang bertumbuh melalui beberapa fase yakni fase di mana
manusia itu dilahirkan, fase anak-anak, fase remaja dan fase dewasa. Dalam fase-
fase ini manusia akan menemukan berbagai hal baru, belajar, dan berkembang
baik dari skills maupun kepribadian. Fase di mana manusia menemukan hal baru
ini menjadi hal penting dalam hal keberlangsungan manusia itu sendiri.
Maksudnya adalah ketika ia mendapatkan hal yang positif tentu ia akan diterima
baik oleh lingkungannya, namun hal ini berbeda jika ia mendapatkan hal yang
negatif. Akan ada perbedaan perlakuan dalam dirinya yang membuatnya susah
untuk beradaptasi di lingkungan sekitarnya.
Salah satu hal penting dalam proses pertumbuhan manusia ialah proses
dimana ia belajar menjadi manusia yang hidup bersosial. Hal inilah yang nantinya
menentukan bagaimana ia akan diterima di masyarakat. Kesalahan dalam
memaknai sosial dalam hal ini akan berakibat fatal karena sejatinya manusia
diciptakan di dunia untuk bersosialisasi. Salah satu dari sekian banyak dampak
fatal dari kasus ini ialah bullying.
Di Indonesia, kasus bullying bisa dikatakan sering terjadi. Hal ini selaras
dengan banyaknya contoh-contoh kasus bullying yang viral di Indonesia.
Contohnya kasus bullying yang sedang ramai diperbincangkan, yakni kasus
bullying yang memakan korban di salah satu sekolah di kota Malang sehingga
mengharuskannya mengamputasi jarinya. Dari sini kita bisa mengetahui bahwa
bullying merupakan kasus yang serius. Banyak korban yang tercatat akibat
fenomena ini dan banyak pula dampak negatif yang terjadi dan berpengaruh
kepada masa depan bangsa.
Bullying merupakan suatu tindakan yang sering terjadi di dunia. Topik
bullying menjadi populer karena banyaknya korban yang terjadi akibat fenomena
ini. Bullying dianggap sebagai perlakuan yang negatif dan sering kali dikaitkan
dengan kenakalan remaja. Di era millennials seperti saat ini kejadian bullying
dapat terjadi di mana saja dan kapan saja. Tidak menutup kemungkinan kasus
bullying dapat terjadi di lingkungan sekolah. Berdasarkan pendapat Faturochman
(2012) kasus bullying yang terjadi di sekolah terjadi akibat adanya perbedaan atau
kesenjangan di antara pelaku dan korban. Perbedaan atau kesenjangan yang
dimaksud ialah ketika si pelaku merasa lebih kuat daripada korban dan pada saat
itulah ada perbedaan atau kesenjangan di antara keduanya terutama pelaku yang
merasa lebih hebat dan menimbulkan sikap merendahkan kepada korban sehingga
sangat memungkinkan terjadinya interaksi melecehkan antar keduanya.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa bullying yang terjadi di
lingkungan sekolah terjadi akibat adanya motif pelaku yang merasa dirinya lebih
hebat dari korban. Hal inilah yang membuat pelaku bisa berbuat dan bertindak
kepada korban yang dianggapnya lebih rendah dari dirinya. Meski begitu
pemikiran ini hanya didasari oleh satu perspektif saja yakni dari segi pemikiran
pelaku. Berbeda lagi dengan korban, tentu korban akan merasa dilecehkan dan
direndahkan jika pelaku berbuat semena-mena kepadanya. Selain karena adanya
kesenjangan antara pelaku dan korban. Tindakan bullying di lingkungan sekolah
juga merupakan suatu proses pengkubuan antar golongan. Hal ini selaras dengan
pendapat Djuwita yang mengatakan bahwa bullying di sekolah terdapat
pembagian tugas di dalamnya. Tugas yang dimaksud adalah bully, asisten bully,
reinvorcer, victim, devender, dan outsider. Tentu didalam pembagian ini terdapat
peran yang berbeda di dalamnya. Jika diurutkan berdasarkan pembagian tugasnya
maka setiap orang akan mendapatkan peran sebagai pelaku bullying, pembantu
bullying, pemrovokasi, korban, dan saksi yang bergaya tidak mengetahui apa yang
sebenarnya terjadi. Semua itu dikategorikan sebagai proses dinamika kelompok.
Adapun faktor penyebab terjadinya bullying menurut Ariesto (2009),
yakni yang pertama dari segi keluarga. Keluarga dalam hal ini menjadi satu aspek
penting dari tindakan bullying ini. Mengapa demikian? Karena dari keluargalah
sifat anak dapat terbentuk oleh karena itu pembelajaran yang diajarkan dalam
keluarga akan berdampak besar kepada perilaku bullying. Berdasarkan kasus yang
selama ini ditangani kasus bullying terjadi akibat mereka (pelaku) mengalami
broken home atau orang tua mereka pisah sehingga ia tidak mendapatkan kasih
sayang seutuhnya yang membuat karakter anak ini menjadi egois. Selain itu
karena kedua orang tua yang sibuk sehingga tidak sempat memberikan
pengawasan yang cukup yang mengakibatkan anak dapat mengakses informasi
secara bebas.
Kedua ialah faktor sekolah. Faktor sekolah yang dimaksud ialah ketika
tidak adanya pengawasan diluar jam pelajaran. Banyak sekali kasus bullying yang
terjadi di lingkungan sekolah. Hal ini tentu disebabkan karena di sekolah mereka
bertemu dengan teman sebaya. Tingkat keegoisan antar umur memang lebih tinggi
sehingga tidak heran terdapat kesenjangan atau persaingan di dalamnya. Di
sekolah mereka akan bertemu dengan karakter orang yang berbeda-beda. Dari
sinilah faktor bullying muncul dimana pada waktu mereka bertemu dengan
sesosok karakter yang menurut ia tidak sesuai dengan apa yang diharapkan.
Ketiga ialah faktor kelompok sebaya. Seperti yang sudah disampaikan di
atas bahwasannya tingkat keegoisan sesama teman lebih tinggi. Mereka kerap
melontarkan kalimat ejekan dengan tanda kutip bermain. Namun, karakter mereka
juga berbeda-beda. Hal inilah yang menimbulkan bullying dapat terjadi karena
mereka lebih memilih teman yang sejalan dengan apa yang ia inginkan.
Keempat ialah faktor kondisi lingkungan sosial. Faktor ini cukup penting
dipelajari mengingat mereka akan memilih dengan siapa ia akan bergaul. Memilih
teman dalam hal ini sangat dianjurkan dalam artian jangan terbawa lingkungan
yang menuju ke arah negatif. Anak remaja sering terjebak dalam kondisi
lingkungan negatif yang menyebabkan mereka menjadi remaja yang nakal atau
yang sering disebut dengan fenomena kenakalan remaja.
Kelima faktor tayangan televisi dan media cetak. Hal ini tentu tidak asing
lagi terdengar bahwasannya mereka akan meniru apa yang ia lihat oleh karena itu
dibutuhkan filter untuk anak-anak ketika melihat atau mengakses televisi dan
segala hal yang berkaitan dengan internet. Seperti contoh kasus yang sedang
marak saat ini ialah seorang anak yang membunuh bayi berumur 5 tahun dengan
motif ingin menirukan adegan film yang ia tonton. Hal ini tentu menunjukkan
bahwa pengawasan orang tua dan orang yang ada disekeliling anak menjadi
penting karena mereka akan lebih teredukasi dan lebih mengerti mana yang bisa ia
contoh dan mana yang tidak.
Dari uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa bullying terjadi karena
faktor yang ada disekeliling mereka. Pentingnya mengawasi anak ketika di masa
pertumbuhan menjadi aspek penting dalam menangani dan mencegah kasus
bullying terjadi. Selain itu pemberian informasi dan wawasan kepada anak juga
menjadi aspek penting agar anak mengetahui mana yang bisa ia contoh dan
lakukan serta mana yang tidak. Edukasi dan pengawasan akan mengajarkan
mereka untuk bertindak lebih bijak dalam kehidupan bersosial.
Selain penyebab, terdapat berbagai jenis bullying yang terjadi dalam
beberapa bentuk tindakan. Menurut Coloroso (2007), bullying dibagi menjadi tiga
jenis, yaitu yang pertama Bullying Fisik. Bullying jenis ini memiliki ciri pelaku
akan melakukan perlakukan kekerasan kepada korban. Bullying ini sering terjadi
di era millennials dengan tanda kutip mereka mengelak dengan beranggapan
hanya bermain. Namun, banyak sekali korban yang terjadi akibat bullying fisik,
seperti contohnya kasus bullying di kota malang yang menyebabkan korban
mengamputasi jarinya, korban bullying karena olokan yang menyebabkan korban
meninggal dunia karena kepala korban ditendang dan mengalami benturan yang
cukup keras dsb. Semakin kuat pelaku semakin menjadikan jenis bullying ini
berbahaya karena korban hanya bisa pasrah dan pelaku akan menghabisi korban
dengan emosi yang tidak terkontrol. Hal inilah yang menyebabkan banyak korban
terjadi karena jenis bullying ini.
Jenis kedua ialah Bullying Verbal. Bullying ini dilakukan dengan ucapan.
Seperti contohnya mengejek, mengolok, ataupun berdebat dengan konteks
mencela. Bullying ini kerap memicu emosi antar kedua pelaku dan korban untuk
melakukan bullying fisik. Mengapa? Karena mereka merasa geram terhadap
ucapan yang dilontarkan sehingga baku hantam terjadi karena mereka sudah tidak
bisa mengkontrol emosinya.
Jenis ketiga adalah Bullying Relasional. Bullying ini sulit dideteksi karena
bentuk dari bullying ini pengucilan, pengasingan atau pemojokan. Hal ini terjadi
tanpa adanya interaksi antar keduanya. Namun pelaku akan bertindak seperti
mengasingkan pelaku. Bullying ini kerap terjadi dengan motif sebagai sindiran.
Bullying ini juga termasuk jenis yang berbahaya karena jika korban merasa
depresi maka ia akan melakukan segala cara untuk membuatnya tenang. Hal
terburuk yang terjadi ialah korban bisa bunuh diri karena merasa tidak diterima
baik di lingkungannya. Faktor yang mendasari bullying ini adalah ketika korban
tidak mampu beradaptasi dengan baik di lingkungannya. Namun, bullying ini juga
seringkali menimbulkan kesalahpahaman. Maksudnya ialah disaat korban merasa
di asingkan di lingkungannya padahal ia sendiri yang tidak mampu beradaptasi.
Dalam hal ini mereka yang dianggap pelaku juga mempunyai pikiran untuk tidak
mau ikut campur karena kepribadian korban yang tidak mau beradaptasi.
Jenis bullying yang keempat ialah Cyber Bullying. Jenis bullying ini
sedang marak di era sekarang karena akses social media yang sangat mudah.
Banyak orang mengalami cyber bullying karena mereka membagikan sebuah
konten. Dari sini pelaku akan membully dengan cara menulis komen atau bahkan
meneror korban. Motif pelaku dari jenis bullying ini bermacam-macam mulai dari
iri, ingin diperhatikan, iseng dan tidak suka.
Dalam artikel ini, peneliti akan membahas mengenai perilaku bullying
yang dialami oleh tokoh Angel dalam film “Ayah Mengapa Aku Berbeda”. Film
yang disutradarai oleh Findo Purwono ini merupakan film kisah nyata yang
menceritakan tentang perjalanan seorang gadis bernama Angel. Angel adalah
sesosok gadis yang tunarungu sejak kecil. Ibunya meninggal ketika melahirkan
dia. Gadis ini tinggal Bersama ayah dan neneknya. Angel bersekolah di sekolah
luar biasa. Namun meskipun Angel tunarungu, kecerdasannya tidak kalah dengan
anak normal lainnya sehingga Angel di rekomondasikan untuk bersekolah di
sekolah umum. Ayahnya sempat ragu karena mengingat anaknya yang berbeda
dari anak lainnya. Setelah melalui berbagai pertimbangan akhirnya ayahnya pun
setuju. Namun, semuanya tak seindah seperti apa yang diharapkan. Angel dibully
di sekolahnya dan sering mendapatkan perlakuan buruk oleh geng perempuan di
sekolahnya. Cobaan bertubi-tubi menghampiri Angel. Namun, Angel tidak
sendirian. Ia memiliki teman yang sangat setia kepadanya. Kemana-mana ia selalu
bersama. Angel bukan tipe seorang yang lemah. Walau sering perlakukan tidak
sopan, Angel selalu baik kepada pembully. Ia juga menunjukkan bahwa ia
mempunyai bakat persis seperti ibunya, yakni bermain piano. Hingga pada suatu
hari ia ingin mengikuti sebuah kompetisi piano. Namun, lagi-lagi geng perempuan
itu berulah hingga Angel yang awalnya tampil cantik menjadi jelek karena
wajahnya dicoret-coret oleh rekannya. Namun, ia tetap tidak peduli dan ia tetap
maju walau dengan kondisi muka seperti itu karena ia memikirkan ayahnya yang
sedang berjuang melawan sakit jantung di rumah sakit. Ayah Angel melihat
perlombaan itu dari televisi, ia kaget melihat wajah anaknya yang seperti itu.
Namun, ajal datang menjemput ayahnya. Ketika hendak pergi, ayahnya merasa
yang ia lihat adalah sosok istrinya yang sangat cantik mengenakan baju putih
memainkan piano. Angel mendapatkan juara 1 dalam perlombaan itu, disaat
bersamaan Angel mendapat kabar kalau ayahnya sudah tiada. Angel sangat
terpukul mendengar kabar tersebut. Lambat laun ia sudah mulai bersemangat
kembali. Dia menjadi seorang guru musik di suatu sekolah. Ia pun mulai
mengenal cinta. Ia bertemu sosok lelaki yang sangat sayang kepadanya.
Film “Ayah Mengapa Aku Berbeda” dipilih dalam artikel ini karena di
dalamnya banyak terdapat adegan yang menunjukkan bullying. Jika kita melihat
banyak sekali film yang mengangkat kasus bullying. Namun, di film ini terdapat
ketertarikan sendiri yakni adanya bullying pada kaum disabilitias. Selain itu film
itu juga memiliki alur yang jelas dan menunjukkan berbagai adegan bullying di
dalamnya. Oleh karena itu penulis ingin meneliti representasi tokoh Angel sebagai
korban bullying disabilitas.
METODE PENELITIAN
Adapun metode yang digunakan dalam analisis kasus bullying disabilitas dalam
film “Ayah Mengapa Aku Berbeda” yakni analisis tekstual, kode, symbol gambar
dari potongan film “Ayah Mengapa Aku Berbeda” dengan jenis penelitian
kualitatif.
PEMBAHASAN
Angel adalah seorang gadis tunarungu (memiliki gangguan pendengaran) yang
merupakan tokoh utama dari film Ayah Mengapa Aku Berbeda. Kondisinya yang
tidak normal dan memiliki kekurangan membuat Angel sering terkena
perundungan oleh teman-teman sekolahnya. Hal yang menarik dari tokoh Angel
dalam film ini salah satunya karena Angel digambarkan sebagai sosok yang
sangat kuat. Ada banyak cobaan dan kesulitan yang dihadapinya yang tentu tidak
semua orang merasakan dan mengalaminya. Namun, Angel berhasil menunjukkan
pada penontonnya, bahwa kesulitannya, kekurangannya, dan segala anugerah
spesial yang ia miliki tak membuatnya harus menyerah atau menjadi lemah. Justru
Angel menunjukkan bahwa semua itu adalah anugerah spesial dari Tuhan
untuknya sehingga membuatnya terus maju, suskes serta hidup dengan baik
layaknya manusia-manusia lainnya di muka bumi ini.
Ciri karakter Angel
Angel digambarkan sebagai gadis yang cantik, putih, berambut pendek,
dan berkacamata. Ia adalah gadis yang manis, ceria, ramah, dan sayang kepada
nenek dan ayahnya. Sebagai gadis yang terlahir dengan gangguan pendengaran
bahkan tak dapat mendengar sama sekali, Angel tak penah sekalipun merasa
berbeda dengan anak-anak lainnya. Ia juga anak yang cerdas di sekolahnya,
bahkan guru SLB-nya (Sekolah Luar Biasa) mengatakan bahwa Angel termasuk
anak yang jenius (kecerdasan di atas rata-rata) di balik kekurangannya tersebut.
Meski tuli, Angel pandai bermain piano. Bakatnya tersebut diturunkan dari ibunya
yang juga merupakan seorang pianis. Bakat pianisnya tersebut juga dinilai sangat
luar biasa oleh gurunya.
Sejak lahir Angel sudah tidak bisa mendengar. Hal itu baru disadari oleh
ayah dan neneknya ketika Angel kecil tak pernah merespon ketika dipanggil dan
perkembangan kemampuan bicaranya sangat lambat. Sehingga Angel pun
dipakaikan alat bantu dengar oleh dokter. Namun, ketika Angel sudah mulai
tumbuh menjadi anak-anak, ia kehilangan sepenuhnya pendengarannya bahkan
tak dapat lagi dibantu oleh alat bantu dengar. Sejak kecil, Angel diajarkan bahasa
isyarat dan membaca gerak bibir sebagai cara berkomunikasi Angel dengan
orang-orang. Ketika Angel masuk sekolah umum pun, nenek Angel
memberikannya sebuah buku catatan kecil yang dapat digantung di lehernya
untuk di bawa kemana-mana, sehingga Angel dapat menuliskan apapun yang
ingin ia sampaikan untuk membantunya berkomunikasi dengan orang-orang.
Terutama untuk membantu Angel ketika ia bersekolah di sekolah umum, sebab
jarang sekali ada orang yang mampu memahami bahasa isyarat serta perkataan
Angel yang gagu.
Perundungan (Bullying) yang dialami Angel
Pada awalnya Angel tak pernah merasa bahwa dirinya berbeda. Namun,
ketika ia ditawarkan untuk bersekolah di Jakarta karena kecerdasannya. Justru saat
itu ayah dan neneknya bertengkar sehingga membuat Angel menangis dan mulai
berpikir, bahwa mungkin dirinya memang berbeda. Nenek Angel awalnya tak
setuju jika Angel disekolahkan di Jakarta, sebab Angel berbeda dan memiliki
kekurangan. Nenek khawatir jika Angel akan mengalami perundungan oleh
kawan-kawannya dan kesulitan mengikuti pelajaran di sekolahnya nanti. Namun,
ayah Angel meyakini seperti yang dikatakan guru di SLB tempat Angel
bersekolah, bahwa Angel merupakan anak yang cerdas, memiliki potensi dan
kesempatan yang sama dengan anak-anak normal lainnya, dan pasti bisa berbaur
dengan mereka. Meski hal tersebut bukanlah sebuah tindakan perundungan,
namun anggapan keluarga Angel sendiri yang menganggapnya berbeda sudah
berhasil membuat Angel sedih akan dirinya sendiri. Seharusnya hal tersebut tidak
terjadi pada diri anak, karena dapat menurunkan rasa percaya dirinya. Itulah yang
Angel alami saat mendengar pertengkaran nenek dan ayahnya, hati Angel sangat
sedih terutama terhadap kondisinya yang cacat.
Pada awal Angel mendaftar ke sekolah umum di Jakarta, awalnya gurunya
meragukan Angel yang tuli dan gagu dapat bersekolah di sekolah umum. Berbeda
dengan SLB yang mana guru akan mengikuti gaya belajar murid-muridnya dan
menyesuaikan mereka, maka sekolah umum adalah kebalikannya. Justru murid-
murid lah yang harus menyesuaikan ritme gurunya. Di tengah kecemasan yang
dialami Angel, ayahnya terus memohon meminta kesempatan untuk anaknya pada
guru tersebut. Sehingga ketika dilakukan tes, Angel berhasil melewatinya dengan
baik dan akhirnya lulus bersekolah di sekolah tersebut. Hal tersebut memang
bukanlah perundungan yang dilakukan dengan sengaja untuk menyakiti
seseorang. Tujuan guru tersebut juga baik, bahwa memang seorang anak
disabilitas sebaiknya dimasukkan di SLB sebab akan dapat dimaksimalkan
perkembangannya. Namun bukan berarti hal itu dijadikan alasan untuk seseorang
memandang orang lain sebelah mata. Kekurangan dan kecacatan yang dimiliki
seseorang, tidak berarti membuat mereka kehilangan kesempatan yang sama
seperti manusia normal lainnya. Sebaiknya memang guru melihat secara objektif
kemampuan anak tersebut, sebelum memandang luarnya saja berdasarkan
kekurangan yang terlihat oleh mata.
Perundungan yang dialami Angel dalam film ini kebanyakan terjadi di
sekolah umum, di mana mayoritas anak-anak yang bersekolah adalah anak normal
bukan disabilitas. Angel adalah anak berkebutuhan khusus, anak yang berbeda,
dan tidak normal dalam kacamata dan standar di masyarakat. Ia juga
dikategorikan lemah sebab ia tidak memiliki kemampuan berbicara dan
mendengar yang baik. Selain itu, Angel tak begitu memiliki banyak teman. Hanya
seorang anak yang bernama Hendra yang baik hati dan setia menjadi sahabat
Angel. Sementara anak-anak yang suka mem-bully Angel jumlahnya lebih
banyak, mereka adalah anak normal, dan berasal dari keluarga yang kaya. Salah
satu anak yang menjadi antagonis dalam film ini adalah Agnes. Agnes adalah
anak yang sejak awal Angel masuk kelas sudah melakukan perundungan terhadap
Angel, baik secara verbal maupun fisik, melakukan diskriminasi, menyudutkan,
serta pengeroyokan bersama sahabat-sahabatnya yang lain.
Beberapa adegan perundungan yang dialami Angel yang dilakukan olah
Agnes dan kawan-kawannya di antaranya, melepehi dan mengacak-acak bekal
Angel, mendorongnya ke tembok lalu menjambaknya, mendorongnya, menjepit
tangannya dengan piano hingga jari-jari Angel memar, diteriakkan dan dibentak-
bentak, ditertawakan, berkelahi hingga saling menjambak dan berguling-guling di
lapangan, membenturkan kepalanya di kursi, serta saat akan tampil lomba piano
Angel didandani dengan sangat jelek dan acak-acakan.
Penyebab Angel menjadi korban bullying
Karakter yang paling menonjol dalam film ini sebagai pem-bully Angel
adalah tokoh Agnes dan kawan-kawannya. Mereka adalah gambaran sebagian
besar masyarakat kita di dunia nyata. Di mana anak yang berbeda, terutama
mereka yang disabilitas biasanya akan memeroleh perlakukan yang berbeda pula.
Mereka dianggap lemah, ditertawakan, dihina, bahkan disakiti baik secara verbal
maupun fisik akibat keterbatasan mereka. Tokoh Agnes dalam film ini
digambarkan sebagai sosok yang cantik, populer, ketua geng, anak orang kaya,
serta berbakat. Namun sayang, Agnes dan kawan-kawannya memiliki kepribadian
yang buruk. Hal tersebut terbukti dengan bagaimana sikap mereka terhadap
Angel. Mereka melakukan hal yang tidak bermoral dan keji. Hati mereka diliputi
oleh rasa iri dan dengki.
Agnes adalah karakter orang yang tidak suka dengan persaingan, terutama
jika saingannya itu adalah orang yang lebih cantik dan lebih berbakat darinya.
Angel memiliki keduanya dan parahnya lagi Angel adalah seorang tunarungu.
Agnes menjadikan kekurangan Angel yang tuli dan gagu sebagai senjatanya untuk
melawan Angel. Agnes menganggap Angel sebagai sosok yang lemah dan tak
akan mampu melawan dirinya. Ia berpikir bahwa Angel tidak sepantasnya berada
di sekolah yang sama dengannya. Apalagi ketika Angel kemudian masuk
kelompok musik di mana Angel dan Agnes sama-sama pandai memainkan piano.
Maka, Agnes tak akan membiarkan seorang dengan kekurangan untuk melawan
dirinya. Selain itu, Agnes juga menyukai seorang pria sejak lama namun selalu
ditolak. Ternyata, pria itu justru menaruh hati pada Angel. Tentu hal itu semakin
membuat geram hati Agnes. Hal-hal tersebutlah yang menjadi alasan Agnes
melakukan perundungan terhadap Angel. Sebab di balik kekurangannya, Angel
memiliki kesempurnaan yang membuat orang lain sulit menerimanya.
Perlawanan Angel terhadap perundungan yang dialami
Keterbatasan yang dimiliki Angel membuat dirinya semakin sulit dalam
menghadapi masalah hidupnya. Dunia Angel sangatlah hening, dan ia seolah
dipaksa untuk terus diam. Ia tak mampu mendengarkan dunia, serta tak mampu
menyampaikan isi hati dan pikirannya kepada dunia. Ia sulit memahami dunia,
lalu dunia pun seperti tak mampu memahami dirinya. Angel mungkin sulit
memahami setiap perlakuan tak adil yang dicurahkan kepadanya. Semua tatapan
aneh itu, tertawaan itu, kekerasan itu, airmata kasihan itu, Angel mungkin tak
mengerti mengapa ia pantas mendapatkannya. Angel pun mungkin tak dapat
sepenuhnya mampu mengekspresikan perasaannya.
Dalam film, tak banyak respon yang bisa Angel keluarkan dari dalam
dirinya terhadap semua perlakuan bullying yang ia alami. Di beberapa adegan,
kebanyakan Angel hanya bisa pasrah. Ia hanya diam, namun hatinya tetap tersayat
sehingga ia pun menangis. Ia meratapi kekurangannya serta sedih atas semua
perlakuan kejam yang dirinya dapatkan. Angel sebenarnya berteriak dan meronta,
ingin melawan, namun apa daya ia tak bisa mengeluarkan suaranya dengan
maksimal. Ia ingin melawan, namun jumlah dan kekuatan lawannya lebih besar.
Sehingga seolah tak berdaya, ia hanya mampu menerima semua perlakuan
tersebut. Meski begitu hal tersebut menunjukkan bahwa ada perlawanan dalam
diri Angel. Ia bukan seseorang yang lemah yang hanya bisa pasrah, ia tidak pula
merasa pantas mendapatkannya dan berputus asa, namun ia sadar bahwa ia
berharga dan tak sepatutnya diperlakukan seperti itu.
Sikap lainnya yang ditunjukkan oleh Angel sebagai korban bullying
disabilitas dalam film ini adalah adegan di mana Angel menyembunyikan semua
kekerasan yang ia dapatkan pada ayahnya. Ia awalnya menyembunyikan fakta
bahwa jari-jari tangannya yang memar adalah ulah Agnes dan kawan-kawannya.
Sampai akhirnya ayahnya pergi melapor ke sekolah, sehingga orang tua Agnes
dipanggil dan ia dihukum. Selain itu pada adegan berkelahi di lapangan, Agnes
juga membenturkan kepala Angel ke kursi hingga berdarah. Namun ketika
ayahnya bertanya padanya, ia berkata bahwa hal tersebut hanya karena ia jatuh.
Bagi peneliti, sangat lumrah bagi Angel dan banyak anak-anak lain di luar
sana yang merasa tak ingin membuat orang tuanya khawatir. Apalagi dalam film
ini digambarkan bahwa tokoh nenek sudah sangat tua, serta Ayah yang sering
sakit-sakitan serta mengidap penyakit jantung. Angel tak ingin menjadikan dirinya
sebagai beban bagi ayahnya. Namun hal tersebut tidak selalu benar, terutama jika
korban bullying sudah mengalami kekerasan fisik, perlakuan yang membuat
korban kehilangan kepercayaan diri dan merasa tak berguna, serta merusak
mental, maka korban sudah seharusnya untuk mencari perlindungan. Seperti
Angel yang pada akhirnya menceritakan kejadian sebenarnya pada ayahnya,
meski setelah dibujuk dan dipaksa. Tapi setidaknya ia sudah melakukan langkah
yang tepat untuk menghindari perundungan yang lebih parah lagi.
Film ini menekankan pada kehidupan tokoh Angel yang merupakan
seorang disabilitas tunarungu. Meski ia sering mendapatkan perlakuan yang
berbeda dari orang-orang di sekitarnya, entah itu dengan rasa kasihan, keraguan,
dipandang sebelah mata, tatapan aneh, bahkan perundungan dan kekerasan,
namun bukan berarti Angel menjadi kehilangan kehidupan dan masa depannya.
Angel sangat dekat dengan keluarganya. Ia selalu memikirkan kondisi ayah dan
neneknya, meski ia sendiri memiliki keterbatasan. Ia selalu belajar, berpestasi, dan
berbakat. Angel selalu juara kelas, ia sering berlatih piano dan sangat mencintai
piano, ia bekerja sebagai pianis di sebuah kafe, ia mengikuti lomba dan juara,
menjadi lulusan terbaik, bahkan ia juga memiliki kekasih. Keterbatasan yang ia
miliki tak menghalanginya mendapatkan kehidupan yang indah.
Masalah yang Angel alami bukan sebatas disabilitas dan perundungan,
namun menjadi anak yatim piatu yang ditinggal sang ibu saat melahirkannya serta
ayahnya ketika ia SMA, lalu ia juga ditinggal mati oleh kekasihnya saat hendak
melamar dirinya. Hal itu bukanlah hal mudah bahkan untuk orang normal pada
umumnya sekalipun. Namun Angel tak pernah menyerah dan berputus asa. Ia
terus melangkah dan sukses. Angel bukanlah karakter yang hanya meratapi semua
masalah dan kekurangan yang dimiliki, tetapi seseorang yang terus melangkah
maju dan melihat ke depan. Hingga di akhir cerita, Angel ditampakkan sudah
sukses dengan toko rotinya dan kembali dekat dengan pria teman SMA-nya
dahulu. Hal itu menunjukkan bahwa bahkan Angel mampu membuka hatinya
untuk orang lain meski pernah ditinggal mati oleh kekasih, yang mana hal itu juga
tak mudah untuk orang biasa sekalipun.
PENUTUP
Simpulan
Representasi tokoh Angel yang diperankan oleh Dinda Hauw sebagai korban
bullying dalam film Ayah Mengapa Aku Berbeda sangat mewakili banyak kasus
bullying di luar sana. Terutama mewakili banyak suara hati para disabilitas
lainnya. Bahwa mereka yang berbeda dari orang-orang kebanyakan selalu
ditepikan. Mereka yang berbeda atau tak sesuai dengan standar normal
kebanyakan masyarakat seringkali dikucilkan serta diperlakukan dengan tidak
adil. Seolah perbedaan yang mereka miliki adalah sebuah hukuman, sehingga
mereka seolah pantas mendapatkan perlakuan yang tak sepatutnya.
Menjadi berbeda sebenarnya adalah hal yang normal, karena pada
hakikatnya tak ada manusia yang sama, semuanya berbeda. Setiap orang memiliki
kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Setiap orang memiliki warna dan
keunikan tersendiri. Warna yang Angel miliki adalah hidup tanpa suara dan dunia
yang hening, meski begitu ia dianugerahkan dunia dengan banyak warna gelap
maupun terang, sehingga dengan dicabutnya nikmat pendengarannya, ia akan
lebih mudah membuka mata untuk melihat indahnya warna-warna itu.
Angel adalah wanita yang kuat dan hebat. Dengan banyaknya kekurangan,
keterbatasan, kehilangan, masalah yang ia miliki, namun ia selalu berhasil
menemukan jalan keluar dan mengambil hikmah dari setiap hal yang terjadi dalam
hidupnya. Ia adalah wanita yang berani, ia tak takut melawan mereka yang
menyakitinya. Ia diam bukan karena pasrah dan menyerah, melainkan keadaan lah
yang membuatnya tak mampu melawan. Angel justru melawan segala
perundungan tersebut dengan berprestasi, dengan cara yang elegan. Ia juga tidak
kehilangan hidupnya. Dibandingkan fokus pada mereka yang membencinya, ia
memilih fokus pada orang-orang yang justru peduli padanya, seperti ayahnya,
neneknya, sahabatnya Hendra, dan kekasihnya. Angel mampu memanfaatkan
kekurangannya sebagai batu loncatan kesuksesannya, serta mensyukuri semua
kelebihannya untuk lebih baik lagi.
Saran
Lewat tulisan ini penulis berharap agar dunia perfilm-an di Indonesia lebih
banyak mengangkat tema seperti film Ayah Mengapa Aku Berbeda, mengapa?
Karena jika kita lihat bentuk pembuatan film seperti ini sangat berperan penting
dalam hal mengedukasi dan memberikan wawasan bagi penonton untuk
mengetahui bahaya dampak bullying. Selain itu, lewat tulisan ini penulis berharap
remaja di Indonesia lebih mengetahui jenis, penyebab dan faktor bullying.
Sehingga meminimalisir kejadian bullying.
Korban bullying juga diharapkan mendapatkan wawasan melalui artikel
ini yang menunjukkan dan membuktikan bahwa tidak selamanya bullying
disabilitas itu selalu tertindas. Angel dalam tokoh utama di film ini membuktikan
bahwa kaum disabilitas layak mendapatkan pendidikan yang sama, perlakuan
yang sama dan hak yang sama. Disabilitas bukan pengecualian, disabilitas perlu di
junjung karena sejatinya setiap manusia itu istimewa.

DAFTAR PUSTAKA
Ariesto, A. (2009). Pelaksanaan Program Antibullying Teacher Empowerment.
Library Universitas Indonesia (online) diakses pada 01 Maret 2020.
Coloroso, B. (2007). The Bully, The Bullied, and The Bystander. New York:
HarperCollins. (online) diakses pada 01 Maret 2020.
Djuwita, Ratna. (2008). Bullying: Kekerasan Terselubung Di Sekolah. Jakarta:
Bumi Aksara.
Faturochman. (2012). Psikologi Untuk Kesejahteraan Masyarakat. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.

Anda mungkin juga menyukai