Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN PENELITIAN

PERKEMBANGAN MATERI AJAR BIPA


DAN SPESIFIKASINYA UNTUK TUJUAN AKADEMIK
(ANALISIS META SINTESIS)

UNTUK MEMENUHI TUGAS AKHIR MATA KULIAH


Praktik Pembelajaran Mikro BSI
yang dibina oleh Bapak Prof. Dr. Suyono, M.Pd.

oleh:
Izdiharti Husniyah
170211604547

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS SASTRA
JURUSAN SASTRA INDONESIA
April 2020
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

BIPA adalah kepanjangan dari Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing. BIPA
merupakan program pembelajaran yang dibuat untuk mengajarkan Bahasa Indonesia kepada
orang asing, orang yang bukan warga negara Indonesia, atau yang memiliki bahasa pertama
(bahasa Ibu) selain bahasa Indonesia (penutur asing). Sementara mahasiswa asing adalah
orang asing yang ingin melanjutkan atau menempuh pendidikan di Indonesia. Oleh
karenanya, mereka membutuhkan keterampilan berbahasa Indonesia dan memahami
budayanya. Keterampilan berbahasa Indonesia para penutur asing diharapkan dapat
meningkat seiring mengikuti pembelajaran BIPA
Meskipun sama-sama mempelajari Bahasa Indonesia. Namun, bahasa Indonesia untuk
penutur asli Indonesia dengan Bahasa Indonesia untuk penutur asing sangatlah berbeda. Hal
itu dipengaruhi akibat adanya perbedaan karakteristik pelajar BIPA dengan penutur asli
bahasa Indonesia. Sebab, pelajar BIPA merupakan orang yang berkewarganegaraan dan
berlatar belakang budaya asing yang sangat berbeda dengan orang Indomesia. (Suyitno,
2008).
Karakteristik pelajar BIPA sangat penting untuk dipertimbangkan dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran BIPA. Hal tersebut penting agar pembelajaran BIPA
dapat dilaksanakan dengan baik dan mencapai tujuan pembelajaran secara efektif.
Karakteristik pelajar BIPA yang harus diperhatikan di antaranya, pengaruh bahasa pertama
(B1), kebudayaan asal pelajar, usia (rata-rata usia pelajar BIPA khususnya dengan tujuan
akademik telah memasuki usia dewasa), serta tujuan dan kebutuhan pelajar mempelajari
BIPA (Muliastuti, 2016). Dapat dikatakan bahwa pembelajaran BIPA dilaksanakan
menggunakan analisis kebutuhan, karena pembelajaran BIPA dapat mencapai tujuan dengan
baik apabila memperhatikan karakteristik, tujuan dan kebutuhan mahasiswa asing dalam
pembelajaran.
Pada dasarnya, penutur asing tertarik untuk mempelajari bahasa Indonesia dengan
berbagai tujuan, salah satunya adalah tujuan akademik. Pernyataan tersebut didukung oleh
pendapat Kusmiatun (2019), bahwa pembelajaran BIPA untuk tujuan akademik di antaranya
untuk keperluan studi lanjut, penelitian, pengajaran atau bidang akademik lainnya di
Indonesia. Menurut Suyitno (2008), bahwa alasan pelajar asing mempelajari BIPA di
antaranya karena di negara asalnya mengambil jurusan atau program yang terkait dengan
Indonesia, melanjutkan studi dan bekerja di Indonesia, melakukan penelitian di Indonesia
atau topik penelitian mengenai Indonesia, serta memiliki rencana untuk menetap di
Indonesia. Hal-hal tersebut menjadi alasan bagi orang-orang asing tersebut untuk
mempelajari bahasa Indonesia.
Penelitian yang dilakukan oleh Saddhono (2012) mengatakan bahwa UNS (Universitas
Sebelas Maret) misalnya, menuntut mahasiswa asing mereka untuk dapat menguasai bahasa
Indonesia. Hal ini penting agar proses pembelajaran yang mereka jalani berjalan dengan
lancar serta mampu mengikuti dan menyelesaikan berbagai tugas akademik yang diberikan.
Berdasarkan pernyataan-pernyataan tersebut di atas, peneliti merasa bahwa pelaksanaan
pembelajaran BIPA perlu menyesuaikan karakteristik mahasiswa asing, salah satunya yaitu
mempelajari BIPA dengan tujuan akademik. Dengan menfokuskan penelitian ini pada tujuan
tersebut diharapkan pembelajaran BIPA ke depannya dapat dilaksanakan dengan lebih baik
dan maksimal, karena arah pembelajarannya telah terfokus dan terarah. Namun, faktanya
pembelajaran BIPA untuk tujuan akademik belum banyak dilakukan, diketahui, dan bahkan
belum diperhitungkan untuk ditinjau (Kusmiatun, dkk, 2017)
Salah satu aspek penting dalam pembelajaran BIPA adalah materi ajar yang digunakan.
Sebab materi ajar yang diberikan akan berpengaruh besar terhadap perkembangan
kemampuan dan keterampilan berbahasa mahasiswa asing. Apabila kualitas materi ajar yang
diberikan baik, diharapkan hasil belajarnya akan berkualitas baik juga. Namun, materi ajar
untuk pembelajaran BIPA saat ini masih belum beragam. Minimnya materi dan jenis buku
ajar menyebabkan kurangnya inovasi dalam kegiatan belajar-mengajar BIPA. Materi ajar
seharusnya lebih bervariasi berdasarkan level, tujuan, budaya, dan sebagainya. Kebanyakan
materi ajar yang ada masih belum membedakan materi ajar berdasarkan tujuan atau
kebutuhan pembelajar BIPA seperti, komunikasi, profesional, maupun akademik, sehingga
materi ajar yang digunakan kurang lebih sama. Materi ajar adalah suatu alat atau media yang
digunakan untuk mengikuti pembelajaran BIPA dapat tercapai (Wardhana, 2010). Sementara
menurut Hasan (2019), bahwa perlu diadakannya analisis kebutuhan mahasiswa asing atau
pelajar BIPA di dalam mengembangkan suatu materi ajar. Oleh sebab itu, perancangan
materi ajar BIPA penting dilakukan, terutama untuk memperbanyak kekayaan referensi
materi dan topik yang bisa dimanfaatkan untuk mengajar BIPA di setiap program BIPA di
Indonesia dan luar negeri.
Artikel ini akan membahas mengenai perkembangan pengembangan materi-materi ajar
BIPA, terutama mengenai materi ajar BIPA dengan tujuan akademik. Peneliti sadar akan
kebutuhan materi ajar BIPA bagi pembelajaran BIPA, sehingga penting bagi peneliti untuk
menganalisis perkembangan materi ajar yang dikembangkan oleh para pelaku BIPA maupun
peneliti-peneliti BIPA. Analisis menggunakan meta sintesis ini dilakukan agar dapat
mengumpulkan berbagai data sebanyak-banyaknya dari penelitian-penelitian terbaru yang
berkualitas untuk peneliti lihat seperti apa karakteristik materi-materi ajar yang banyak
dikembangkan tersebut. Sehingga kemudian dapat menemukan hal-hal yang bisa
dikembangkan, diperbaiki kekurangannya, dan diperkuat kembali kelebihan-kelebihannya
untuk materi ajar BIPA. Peneliti merasa Spesifikasi materi ajar BIPA tujuan akademik sangat
penting dan jarang sekali diteliti dan dikembangkan, sehingga dengan penelitian meta sintesis
ini diharapkan peneliti dapat menemukan bagian-bagian yang nantinya dapat dikembangkan
sebagai potensi materi ajar BIPA tujuan akademik. Maka, peneliti merasa penting untuk
melakukan analisis meta sintesis dengan judul ‘Perkembangan Materi Ajar BIPA dan
spesifikasinya untuk tujuan akademik’ ini.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dirumuskan masalah-masalah yang akan
dikaji dalam penelitian ini, sebagai berikut:
1. Bagaimana kecenderungan pengembangan materi ajar BIPA?
2. Bagaimana analisis kebutuhan yang dilakukan dalam pengembangan materi ajar BIPA?
3. Bagaimana pemenuhan pengembangan materi ajar BIPA terhadap tujuan dan kebutuhan
belajar pelajar BIPA?

C. Manfaat Penelitian
Penelitian dan pengembangan ini diharapkan memberi manfaat teoretis dan manfaat
praktis untuk berbagai pihak sebagai berikut.
1. Manfaat teoretis
Penelitian ini dapat menjadi sumbangan atau kontribusi keilmuan. Penelitian
ini dapat menjadi landasan konseptual mengenai pengembangan materi ajar
BIPA tujuan akademik.
2. Manfaat praktis
Manfaat praktis penelitian ini dijabarkan sebagai berikut.
a. Bagi pengajar BIPA
Dapat dijadikan alternatif panduan bagi pengajar yang ingin
mengembangan materi ajar BIPA.
b. Bagi Program BIPA
Dapat dijadikan pegangan dan bahan pengembangan program BIPA
dengan memperbanyak variasi materi ajar yang bisa diajarkan yang
sesuai dengan tujuan akademik pembelajar.
c. Bagi Peneliti selanjutnya
Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan perencanaan penelitian
pengembangan lanjutan mengenai materi ajar membaca untuk BIPA.
d. Bagi pembelajar BIPA
Mendapatkan materi pembalajaran yang sesuai dengan tujuan dan
kebutuhan belajar BIPA.

D. Definisi Operasional
Beberapa terminologi kunci dalam penelitian pengembangan ini dipaparkan sebagai
berikut ini.
1) Pengembangan adalah suatu usaha untuk mengembangkan suatu produk dan
memvalidasi produk yang dihasilkan tersebut.
2) Materi ajar adalah alat pembelajaran yang berisi materi pembelajaran, metode, dan
cara mengevaluasi yang didesain secara sistematis dan menarik untuk mencapai
tujuan yang dihadapkan.
3) Bahasa Indonesia dengan tujuan akademik adalah pembelajaran bahasa Indonesia
untuk pembelajar asing dengan tujuan membantu pembelajar mempersiapakan
pendidikan, kuliah, dan penelitian.
4) BIPA tujuan akademik adalah program pembelajaran Bahasa Indonesia untuk
mahasiswa asing yang memiliki tujuan akademik untuk mempelajari BIPA.
Misalnya, memiliki keperluan studi lanjut atau penelitian.
BAB 2
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian meta-sintesis, yaitu metode literature


review yang mengidentifikasi, menilai, dan menginterpretasi seluruh temuan-temuan pada
suatu topik penelitian, untuk menjawab pertanyaan penelitian (research question) yang
telah ditetapkan sebelumnya (Kitchenham & Charters dalam Wahono Romi Satria, 2016).
Selanjutnya Secara definisi, meta-sintesis adalah teknik melakukan integrasi data untuk
mendapatkan teori maupun konsep baru atau tingkatan pemahaman yang lebih mendalam
dan menyeluruh (Perry & Hammond, 2002). Meta sintesis adalah teknik kualitatif yang di
gunakan untuk menggabungkan data-data primer yang sejenis untuk mendapatkan
pemahaman yang baru tentang permasalahan yang diangkat (Sundari, 2018).
Meta-sintesis memiliki tujuan yaitu untuk membantu menyimpulkan dari
banyaknya informasi dari banyak penelitian yang terkadang saling bertentangan.
Kemudian yang ke dua adalah meningkatkan kekuatan analisis, mengatasi ketidakpastian
dan bisa untuk menjawab pertanyaan yang diajukan pada studi sebelumnya (Utomo,
2016:7).

B. Analisis Data
Untuk langkah awal, peneliti akan mengumpulkan sebanyak-banyaknya penelitian
terkait. Selanjutnya, peneliti akan melakukan analisis dan menyintesis (merangkum)
seluruh data-data dari penelitian tersebut. Data-data tersebut akan dijadikan perbandingan
untuk akurasi data untuk kemudian menjadi suatu kumpulan data penelitian yang baru.
Data penelitian meta sintesis ini dianalisis secara kualitatif.
Proses meta-sintesis mencakup enam langkah, yaitu (1) memformulasikan
pertanyaan penelitian (formulating the review question), (2) melakukan pencarian literatur
systematic review (conducting a systematic literature search), (3) melakukan skrining
dan seleksi artikel penelitian yang cocok (screening and selecting appropriate research
articles), (4) melakukan analisis dan sintesis temuan-temuan kualitatif (analyzing and
synthesizing qualitative findings), (5) memberlakukan kendali mutu (maintaining quality
control), dan (6) menyusun laporan akhir (presenting findings). Dengan demikian,
laporan penelitian ini bukan duplikasi dari penelitian yang sudah pernah dilakukan. Data
penelitian pada meta-analisis adalah berupa data sekunder yang diambil dengan metode
dokumentasi. Hidayatullah, R, dkk, 2018).
Hampir sama dengan langkah-langkah systematic review kuantitatif, maka
systematic review kualitatif mencakup langkah-langkah sebagai berikut (Francis &
Baldesari, 2006):
1) Memformulasikan pertanyaan penelitian (formulating the review question)
2) Melakukan pencarian literatur systematic review (conducting a systematic literature
search)
3) Melakukan skrining dan seleksi artikel penelitian yang cocok (screening and
selecting appropriate research articles)
4) Melakukan analisis dan sintesis temuan-temuan kualitatif (analyzing and
synthesizing qualitative findings)
5) Memberlakukan kendali mutu (maintaining quality control) 6) Menyusun laporan
akhir (presenting findings)

C. Sumber data
Data-data hasil penelitian yang diolah dan dianalisis dalam penelitian meta analisis
ini sejumlah 36 data hasil dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan, antara lain yaitu:
1. Teaching Materials And Techniques Needed By Foreign Students In Learning
Bahasa Indonesia
2. Identifying Features Of Indonesian For Speakers Of Other Languages (Bipa)
Learning For Academic Purposes
3. Implementation Of Teaching Materials Based On Indonesian Culture In Bipa
Learning As One Way To Lift Indonesian Culture In The World
4. Pengembangan Bahan Ajar Bahasa Indonesia Untuk Penutur Asing (Bipa)
Berdasarkan Hasil Analisis Kebutuhan Belajar
5. Principles And Procedures Of Materials Development For Language Learning
6. Effective Vocabulary Teaching Strategies For The English For Academic
Purposes Esl Classroom
7. English For Academic Purposes In Efl Contexts: The Needs For Integrating
Reading And Writing Skills
8. Pengembangan Bahan Ajar Membaca Program Bahasa Indonesia Bagi
Penutur Asing Tingkat Intermediate
9. Pentingnya Tes Kemahiran Berbahasa Indonesia Bagi Pemelajar Bipa
Bertujuan Akademik
10. Analisis Kebutuhan Pembelajar Bipa Jangka Pendek Studi Kasus Di
Universitas Dian Nuswantoro. In Seminar Kepakaran Bipa 2.
11. Penerapan Pendekatan Berbasis Teks Dalam Pembelajaran Menulis Teks
Bernuansa Budaya Indonesia Pada Pembelajar Bipa: Penelitian Subjek Tunggal
Pada Pembelajar Bipa Tingkat Mahir
12. Pengembangan Bahan Ajar Bipa Melalui Materi Otentik Yang Bermuatan
Budaya Indonesia.
13. Bahan Ajar Bahasa Indonesia Ranah Sosial Budaya Bagi Penutur Asing (Bipa)
14. Pengembangan Bahan Ajar Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing (Bipa)
Tingkat Madya
15. Revitalisasi Peran Budaya Lokal Dalam Materi Pembelajaran Bahasa Indonesia
Bagi Penutur Asing (Bipa).
16. Pengembangan Model Integratif Bahan Ajar Bahasa Indonesia Ranah Sosial
Budaya Berbasis Ict Bagi Penutur Asing Tingkat Menengah
17. Pengembangan Materi Ajar Bipa Melalui Budaya Lokal Jawa Timur
18. Pemanfaatan Keberagaman Budaya Indonesia Dalam Pengajaran Bahasa
Indonesia Bagi Penutur Asing (Bipa)
19. Pengembangan Bahan Ajar Bipa Bermuatan Budaya Jawa Bagi Penutur Asing
Tingkat Pemula
20. Model Penelitian Dan Pengembangan Materi Ajar Bipa (Bahasa Indonesia Bagi
Penutur Asing)
21. Pengembangan Materi Ajar Bipa Bermuatan Kearifan Budaya Lokal Kota
Pekalongan
22. Pilihan Bahasa Dalam Interaksi Pembelajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur
Asing
23. Pengembangan Model Bahan Ajar Afiks Melalui Multimedia Powerpoint Flash
Pada Pembelajar Bahasa Indonesia Untuk Penutur Asing (Bipa) Tingkat Madya
24. Penerapan Media Wayang Untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis
Deskripsi Bagi Penutur Asing Tingkat Madya. In Seminar Kepakaran Bipa 2.
25. Meningkatkan Keterampilan Menulis Argumentasi Melalui Media Cetak
Brosur Bagi Penutur Asing Tingkat Madya
26. Pemanfaatan Kemasan Produk Sebagai Materi Otentik Dalam Pembelajaran
Imbuhan Di Kelas Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing (Bipa)
27. Analisis Korelasi Kompetensi Dan Materi Ajar Bipa Di INCULS
28. Perkembangan Jenis Kalimat Dalam Bahan Ajar Bahasa Indonesia Bagi
Penutur Asing (Bipa)
29. Sastra Dan Lingkungan: Pemilihan Materi Ajar Dari Perspektif Darmasiswa Ri
Tingkat Madya
30. Pengembangan Materi Ajar Bahasa Inggris Untuk Agen Travel (Sebuah Kajian
English For Occupational Purposes)
31. Kebutuhan Mahasiswa Akan Materi Ajar Menulis Artikel Dalam Bahasa
Inggris Berbasis Kriteria Jurnal-Jurnal Bereputasi
32. An Analysis Of Teaching Materials For English For Specific Purposes (Esp) At
Technical Commercial Ship Of Smk N 10 Padang Academic Year 2018/2019
33. Persepsi Dosen Terhadap Pengembangan Materi Ajar Menulis Akademik
Bahasa Inggris Berbasis Brain-Friendly Strategies [Teachers'perceptions Of An
English Academic Writing Material Model Based On Brain-Friendly
Strategies]
34. Pengembangan Tes Reading For Academic Purposes Untuk Program Eap Di
Iain Surakarta
35. Bahan Ajar Writing For Academic Purposes Berbasis Self-Motivated Learning
36. Guidelines For Designing Effective English Language Teaching Materials
BAB 3
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Model dan Pedoman Menyusun Materi Ajar BIPA


Penelitian pertama yang dilakukan oleh Devina (2018) dengan judul Model Penelitian
dan Pengembangan Materi Ajar BIPA (Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing) menghasilkan
kesimpulan bahwa setiap model itu memiliki kelebihan dan kekurangan. Ada tahapan-
tahapan yang sama pada kedelapan model itu dan ada juga perbedaaannya. Dengan demikian,
pengembangan model materi ajar bahasa Indonesia bagi penutur asing dapat dilakukan
dengan mengombinasikan model-model penelitian pengembangan yang sudah dirumuskan
para pakar. Dari delapan model yang dianalisis, dapat dirumuskan model yang telah
dimodifikasi dan ada tiga bagian utamanya, yaitu 1) pendahuluan, 2) perencanaan, dan 3)
pengembangan-evaluasi. Dari 3 bagian itu dapat diuraikan menjadi 17 bagian: 1) kurikulum,
2) analisis kebutuhan, 3) silabus, 4) pengumpulan teks, 5) pemilahan teks, 6) pengkreasian
materi, 7) draf I, 8) penyusunan soal tes, 9) uji one to one, 10) revisi I, 11) draf I, 12) uji coba
kelompok kecil, 13) revisi II, 14) draf II, 15) uji efektivitas, 16) revisi III, dan 17) produk
final.
Penelitian kedua yang dilakukan oleh Howard & Major (2004) dengan judul
Guidelines for designing effective English language teaching materials menghasilkan uraian
pedoman pengajar dalam membuat materi ajar. Pedoman tersebut ditawarkan sebagai hanya
itu - pedoman - bukan aturan yang harus diterapkan atau dipatuhi secara kaku. Meskipun
tidak semua pedoman akan relevan atau berlaku dalam semua skenario desain bahan, secara
keseluruhan mereka menyediakan desain dan bahan yang koheren yang meningkatkan
pengalaman belajar. Pedoman Menyusun materi ajar tersebut adalah (1) bahan ajar bahasa
Inggris harus dikontekstualisasikan, (2) materi harus merangsang interaksi dan menjadi
generatif dalam hal bahasa, (3) bahan pengajaran bahasa Inggris harus mendorong peserta
didik untuk mengembangkan keterampilan dan strategi belajar, (4) bahan ajar bahasa Inggris
harus memungkinkan fokus pada bentuk dan fungsi, (5) materi pengajaran bahasa Inggris
harus menawarkan peluang untuk penggunaan bahasa terintegrasi, (6) bahan ajar bahasa
Inggris harus autentik, (7) materi pengajaran bahasa Inggris harus terhubung satu sama lain
untuk mengembangkan pengembangan keterampilan, pemahaman dan item Bahasa, (8)
bahan ajar bahasa Inggris harus menarik, (9) bahan pengajaran bahasa Inggris harus memiliki
instruksi yang sesuai, dan (10) bahan ajar bahasa Inggris harus fleksibel.

B. Kompetensi Materi Ajar BIPA


Penelitian ketiga dilakukan oleh Arimi ( - ) dengan judul Analisis Korelasi
Kompetensi Dan Materi Ajar Bipa Di INCULS meneliti mengenai pengajaran Bahasa
Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA) di Universitas Gadjah Mada yang diselenggarakan
oleh unit lembaga INCULS (The Indonesian Language and Culture Learning Service). Dari
analisis persamaan dan perbedaan deskripsi kompetensi CEFR (Common European
Framework of Reference for Languages) dan kompetensi BIPA Badan Bahasa 2014,
kompetensi pemelajar BIPA INCULS dibagi pada setiap keterampilan berikut: (1.1) untuk
berbicara tingkat dasar: mampu membicarakan identitas diri, kebutuhan dasar, pengalaman
di negara sendiri dan di Indonesia dalam konteks seni dan pariwisata; (1.2) berbicara tingkat
madya: mampu menceritakan fakta sosial budaya, wisata, pengalaman diri, membangun
pengetahuan secara interaksional, dan mencurahkan gagasan; (1.3) berbicara tingkat lanjut:
mampu membangun pengetahuan interaksional, mencurahkan pendapat, dan menganalisis
masalah; (2.1) untuk membaca tingkat dasar: mampu memahami tulisan kebertahanan hidup,
mengenal keterampilan, budaya lokal, dan wisata alam; (2.2) membaca tingkat madya:
mampu membangun wawasan tentang keindonesiaan, dan kewisataan; (2.3) membaca
tingkat lanjut: mampu memahami wacana pengetahuan, opini kritis, wisata alam dan budaya;
(3.1) untuk menulis tingkat dasar: mampu menulis teks deskripsi, narasi dan sedikit
argumentasi mengenai topik identitas diri, pengalaman, observasi dan sedikit opini; (3.2)
menulis tingkat madya: mampu menulis teks narasi, deskripsi, eksposisi, dan argumentasi
mengenai hasil pengamatan, pengalaman, pendapat, dan sedikit analisis; (3.3) menulis
tingkat lanjut: mampu menulis teks deskripsi, eksposisi, persuasi, dan argumentasi tentang
hasil pengamatan, pendapat, kutipan referensi, ajakan, dan analisis; (4.1) untuk tata bahasa
kelas dasar: mampu mengaplikasikan gramatika leksikal, sintaktis kalimat, sintaksis frasal,
dan morfologi leksikal dalam paparan bahasa; (4.2) tata bahasa kelas madya: mampu
mengaplikasikan morfologi leksikal, sintaksis frasal, sintaktis kalimat dalam paparan
bahasa; (4.3) tata bahasa kelas lanjut: mampu mengaplikasikan morfologi leksikal, hubungan
gramatikal, sintaktis kalimat; dan gramatika terpadu; dan (5.1) untuk Afiliasi Pengajar dan
Pegiat Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (APPBIPA) kosakata tingkat dasar: mampu
memahami dan menggunakan kosakata dasar, literal, dan denotatif; (5.2) kosakata tingkat
madya: mampu memahami dan menggunakan kosakata sekunder, sejumlah idiom dan
peribahasa, gramatikal, dan figuratif; (5.3) kosakata tingkat lanjut: mampu memahami dan
menggunakan kosakata beregister, kosakata sekunder, literal, figuratif, dan konotatif.

C. Materi yang Diperlukan dalam Bahan Ajar


Penelitian keempat dilakukan oleh Kusmiatun (2007) dengan judul Identifying
features of Indonesian for speakers of other languages (BIPA) learning for academic
purposes menguraikan mengenai materi-materi yang perlu dimasukkan dalam materi ajar
BIPA.
1. Materi Bahasa
Materi bahasa yang dikembangkan dalam pembelajaran BIPA didasarkan
pada tingkat kemampuan bahasa Indonesia pembelajarnya. Untuk tingkat
pemula diberikan materi bahasa, antara lain kata sapaan, ungkapan keseharian
sederhana, kalimat sederhana, kalimat aktif, kalimat pasif, kalimat negatif,
preposisi, kata/kalimat tanya, kata bilangan, dan afiksasi (me(N)-, me(N)-
kan, me(N)-i, se-nya, di-, di-kan, di-i, ber-, ter-, dan pe(N)-). Untuk tingkat
menengah diberikan materi bahasa, antara lain ungkapan dalam bahasa
Indonesia, kalimat kompleks, kalimat aktif, kalimat pasif, kalimat negatif,
kalimat transitif dan intransitif, preposisi, kalimat tanya, dan afiksasi (me(N)-,
me(N)-kan, me(N)-i, se-nya, di-, di-kan, di-i, ber-, ter-, dan pe(N)-, pe(N)-an,
per-an, ber-an, memper-kan, member-kan,).
2. Materi menyimak dan berbicara
Adapun untuk tingkat lanjut, materi yang disajikan pada pokoknya
hampir sama dengan materi untuk tingkat menengah, hanya tingkat
kekompleksannya yang berbeda. Untuk tingkat lanjut, penekanannya lebih pada
pemahaman secara analitis terhadap materi bahasa. Kepada pelajar, selain
diberikan materi-materi tersebut, banyak juga diberikan materi-materi
analisis, yakni menganalisis kalimat salah dan membenarkannya serta
mengubah pola kalimat tanpa mengubah maknanya. Materi menyimak dan
wicara dikembangkan dengan menggunakan materi dialog, mulai dari dialog
yang sangat sederhana (misalnya: salam) sampai dengan dialog yang sangat
kompleks dan formal (misalnya: seminar). Materi dialog ini dalam praktik
pembelajarannya sekaligus dimanfaatkan untuk materi pembelajaran
menyimak. Dengan demikian materi pembelajaran menyimak dan wicara
dikemas dalam satu wujud materi.
Selain materi yang berbentuk dialog, dalam pembelajaran menyimak,
juga memanfaatkan wacana yang ada dalam kegiatan berbahasa sehari- hari,
misalnya menyimak warta berita terkini atau percakapan yang ada di televisi,
radio, maupun percakapan sehari-hari. Materi-materi tersebut disajikan
kepada pelajar sesuai dengan tingkat kemampuannya. Untuk tingkat pemula,
disajikan materi-materi dialog keseharian sederhana dalam bahasa Indonesia.
Untuk tingkat menengah diberikan materi dialog keseharian yang agak
kompleks dan dialog-dialog formal yang sederhana. Adapun untuk tingkat
lanjut diberikan materi dialog yang lebih kompleks, baik berkaitan dengan
topik keseharian maupun topik formal.
3. Membaca dan menulis
Pengembangan materi membaca dan menulis disesuaikan dengan tingkat
kemampuan pelajarnya. Untuk tingkat pemula diberikan bacaan dalam bahasa
Indonesia yang sederhana, untuk tingkat menengah diberikan bacaan dalam
bahasa Indonesia yang agak kompleks, dan untuk tingkat lanjut diberikan bacaan
bahasa Indonesia yang kompleks. Materi-materi bacaan sederhana banyak
diambil dari bacaan yang ada di majalah anak, bacaan yang ada pada buku
bahasa Indonesia di sekolah dasar, atau bacaan yang disusun sendiri oleh
pengajar. Adapun bacaan untuk tingkat menengah dan tingkat lanjut dapat
menggunakan bacaan yang ada di surat kabar atau pun majalah. Adapun
untuk materi menulis dimulai dari menulis kalimat, menulis topik sederhana
tentang pengalamannya atau apa yang telah dilakukannya sampai dengan
menulis makalah untuk diseminarkan dalam seminar di kelasnya.
4. Materi budaya
Pengembangan materi budaya diserahkan pada pengajarnya. Pokok-
pokok materi yang perlu diberikan pada pelajar adalah tentang bagaimana hidup
dalam keluarga, berteman, bermasyarakat, dan sopan-santun dalam pergaulan.
Hal yang prinsip dalam pemberian materi budaya ini adalah membekali
pelajar BIPA agar mampu berbahasa Indonesia sesuai dengan situasi dan
kondisi. Tahapan materi yang disajikan dalam pembelajaran meliputi (1)
penyajian dialog, (2) penyajian kata-kata sulit yang ada dalam dialog dan
latihan membuat kalimat dengan kata-kata sulit tersebut, (3) latihan
merespon pernyataan-pernyataan lepas dan pertanyaan-pertanyaan yang ada
dalam dialog, (4) mengembangkan kreativitas dengan cara membuat pertanyaan
atau pernyataan sesuai dengan topik yang dikehendaki dalam soal, (5) teks
bacaan dengan kata-kata yang tingkat kesulitannya hampir sama dengan
kata-kata yang ada dalam dialog, (6) pertanyaan bacaan dan latihan tentang
isi bacaan, (7) mengubah pola kalimat dari kalimat yang ada dalam bacaan, dan
(8) menulis ringkasan/kesan/ kritik/tanggapan terhadap isi bacaan.

D. Materi Bahasa dalam Materi Ajar BIPA


Penelitian kelima dilakukan oleh Suyitno, dkk (2017) dengan judul Teaching
Materials And Techniques Needed By Foreign Students In Learning Bahasa Indonesia
menguraikan mengenai pemilihan Bahasa pengantar dalam materi ajar BIPA. Pemilihan
bahasa dalam materi pembelajaran disesuaikan dengan kemampuan bahasa siswa BIPA.
Materi bahasa BIPA untuk siswa tingkat pemula meliputi kata-kata salam, frasa sehari-hari
yang sederhana, kalimat sederhana, kalimat aktif, kalimat pasif, kalimat negatif, preposisi,
kata / kalimat yang ditanyakan, angka yang diucapkan, dan afiksasi sederhana. Materi bahasa
BIPA untuk pelajar tingkat menengah meliputi frasa berikut dalam bahasa Indonesia, kalimat
kompleks, kalimat aktif, kalimat pasif, kalimat negatif, kalimat transitif dan intransitif,
preposisi, kalimat interogatif, dan afiksasi yang lebih kompleks. Sementara itu, untuk siswa
tingkat lanjut, materi bahasa pada dasarnya mirip dengan materi untuk tingkat menengah.
Perbedaannya ada pada tingkat kompleksitas. Pada tingkat mahir, penekanannya lebih pada
pemahaman analitis dari materi bahasa. Siswa BIPA memberikan kemampuan dan
keakuratan bahasa melalui analisis kalimat yang salah dan memperbaikinya serta mengubah
pola kalimat tanpa mengubah artinya.
Penelitian keenam yang dilakukan oleh Arumdyahsari & Susanto (2016) dengan
judul Pengembangan bahan ajar Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) tingkat madya
menghasilkan produk bahan ajar BIPA tingkat madya dengan acuan American Council on
the Teaching of Foreign Language (ACTFL), model pembelajaran integratif dan
komunikatif. Bahasa yang digunakan pada bahan ajar disesuaikan dengan tingkat
kemampuan berbahasa pelajar BIPA tingkat madya. Mereka sudah tahu beberapa kosa
kata sederhana dan terkait topik serta kalimat sederhana. Bahan pembelajaran yang diambil
otentik dari koran atau portal online juga disesuaikan agar pelajar tidak kesulitan
memahami maksud dari teks atau materi. Dikarenakan fungsi utama bahasa adalah
untuk berkomunikasi, bahasa yang digunakan pada bahan ajar hendaknya membantu
pelajar semaksimal mungkin memahami materi dan konsep. Kaidah-kaidah bahasa dan tata
bahasa yang digunakan juga disesuaikan dengan pelajar BIPA tingkat madya. Selain
itu, tata bahasa juga diupayakan sesuai dengan tata bahasa yang dibahas. Jika pelajar belum
memelajari imbuhan ke-an, maka imbuhan tersebut diminimalisasikan muncul sebelum
materi imbuhan ke-an. Peneliti memerhatikan tanda baca yang dipakai karena ini
digunakan oleh orang asing sehingga sebisa mungkin membiasakan mereka menggunakan
tanda baca yang tepat pada kalimat-kalimat bahasa Indonesia. Pada bahan ajar ini, terdapat
target yang diletakkan di awal unit yang berisi kata, frasa, dan kalimat baru yang
ditargetkan dikuasai oleh pelajar BIPA tingkat madya dalam satu unit. Pilihan kata yang
dipakai untuk menjelaskan materi dan konsep diupayakan sesederhana mungkin agar pelajar
mudah memahami. Peneliti menambahkan contoh-contoh kalimat pada setiap materi,
terutama tata bahasa agar memudahkan pelajar BIPA tingkat madya memahami fungsi tata
bahasa tersebut.
Penelitian ketujuh yang dilakukan oleh Bayu (2018) dengan judul Perkembangan
Jenis Kalimat dalam Bahan Ajar Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) menguraikan
mengenai tata Bahasa yang digunakan dalam materi ajar BIPA. Oleh karena itu, dalam
penelitian ini melihat apakah perkembangan tata bahasa dalam bahan ajar BIPA sesuai
dengan hakikat perkembangan dan teori oxford reding tree, yaitu dari sederhana ke kompleks
pada bahan ajar jenjang awal ke jenjang yang lebih tinggi. Berkaitan dengan hal tersebut,
penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan perkembangan jenis kalimat berdasarkan
jumlah klausa dalam bahan ajar BIPA. Data dalam penelitian ini adalah kalimat yang ada
dalam bahan ajar BIPA. Secara keseluruhan, perkembangan kalimat berdasarkan jumlah
klausa baik pada kalimat tunggal dan tidak baik pada kalimat majemuk. Perkembangan
kalimat tunggal baik karena menunjukkan kesesuaian kemunculan, yaitu banyak pada
jenjang awal dan kian sedikit di jenjang yang lebih tinggi. Pada kalimat majemuk,
perkembangan baik hanya bahan ajar A1, dan B1, sedangkan bahan ajar A2, B2, C1, dan C2
termasuk dalam perkembangan yang tidak baik.
Penelitian kedelapan yang dilakukan oleh Widianto & Zulaeha (2016) dengan judul
Pilihan bahasa dalam interaksi pembelajaran bahasa indonesia bagi penutur asing
menguraikan mengenai deskripsi wujud pilihan bahasa, pola pemilihan bahasa, dan faktor-
faktor yang memengaruhi pilihan bahasa dan alasan pengajar serta pembelajar menggunakan
pilihan bahasa dalam interaksi pembelajaran BIPA. Dalam interaksi pembelajaran BIPA
terdapat pilihan bahasa berupa 1) variasi tunggal bahasa meliputi Bahasa Indonesia ragam
formal dan nonformal, serta bahasa Inggris; 2) alih kode; dan 3) campur kode. Pola pemilihan
bahasa dilihat berdasarkan tingkat pembelajaran dan proses terjadinya interaksi. Ditemukan
pola peralihan situasional dan metaforik dalam wujud pilihan bahasa. Pilihan bahasa
dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal berupa latar belakang bahasa
penutur, sedangkan faktor eksternal berupa situasi, topik percakapan, dan maksud/tujuan
tuturan. Adanya tiga wujud pilihan bahasa yakni variasi tunggal bahasa, alih kode, dan
campur kode selaras dengan tingkat/jenjang pembelajaran BIPA.

E. Materi Tata Bahasa Materi Ajar BIPA


Penelitian kesembilan yang dilakukan oleh Wahyu (2012) dengan judul
Pengembangan Model Bahan Ajar Afiks Melalui Multimedia Powerpoint Flash Pada
Pembelajar Bahasa Indonesia Untuk Penutur Asing (Bipa) Tingkat Madya. Berdasarkan
hasil penelitian yang telah dilaksanakan, peneliti dapat menarik beberapa simpulan yang
dapat menjawab rumusan masalah. Simpulan tersebut akan dijelaskan lebih rinci sebagai
berikut: (1) urutan afiks yang digunakan pada tingkatan menengah ini adalah berupa awalan:
me-, ber-, di-, ter-, se-, ke-, pe-, per-, akhiran: -an, -kan, -i, -nya, - man, -wan, -wati,
gabungan: me- -kan, ke- -an, me- -i, ber- -kan, ber- -an, per--an, pe- -an, dan ada juga materi
tambahan mengenai kata depan: di, ke, dari. Urutan materi tersebut disesuaikan dengan
materi-materi yang terdapat dalam buku ajar, namun sebagian lagi merupakan pengulangan
materi yang telah dipelajari pada tingkat dasar, (2) bentuk penyajian materi dalam multimedia
ini dibuat semenarik mungkin agar pembelajar menjadi mengerti tentang materi yang sedang
dipelajari. Selain itu, karena hasil akhir dari multimedia ini berbentuk program maka
pengajar tidak dapat menambah atau mengurangi isi dari materi yang ada dalam multimedia
ini. Namun ketika memberikan materi ini kepada pembelajar, pengajar bisa memilih materi
mana yang akan diajarkan, dan (3) tanggapan pengguna (pengajar dan pembelajar) terhadap
multimedia ini baik. Pengguna setuju apabila media ini kedepannya digunakan dalam
kegiatan belajar mengajar. Hal ini didukung dengan hasil angket yang memberikan respon
atau penilaian positif terhadap multimedia ini. Pembelajar menilai media ini bagus untuk
digunakan lagi, karena media ini bisa membantu mereka dalam memahami materi.
Sementara dari pengajar juga memberikan penilaian yang baik, karena multimedia ini tidak
terlalu sulit untuk digunakan dan dapat membantu pengajar dalam menjelaskan materi.

F. Materi Kosa Kata dalam Materi Ajar


Penelitian kesepuluh yang dilakukan oleh Mukoroli (2011) dengan judul Effective
vocabulary teaching strategies for the English for academic purposes ESL classroom. Guru
ESL dapat membantu pengembangan bahasa akademik ELL secara lebih efektif dengan
memberikan mereka topik-topik utama kurikulum, kosa kata spesifik konten, dan struktur
kalimat terkait dengan apa yang mereka pelajari di kelas. Ketika guru memberikan kosakata
khusus konten, ELL memiliki kesempatan untuk mempraktikkan bahasa akademik baru
melalui membaca, menulis, dan mendengarkannya. Melalui pengalaman pribadi selama
magang di Program Bahasa Riverside, saya menemukan bahwa banyak siswa saya menjadi
putus asa karena mereka percaya bahwa mereka tidak membuat kemajuan dalam perjalanan
pembelajaran kosa kata mereka karena fakta bahwa mereka terus-menerus membandingkan
diri mereka dengan penutur asli bahasa Inggris. Dalam hal ini saya menyarankan agar guru
ESOL menyimpan portofolio ELL selama tahun sekolah dan membantu menilai siswa
mereka secara berkala. Penilaian berkala atas kemajuan Ell akan menunjukkan pada peserta
kemajuan mereka saat ini dan dengan demikian mendorong mereka untuk bekerja lebih keras.
Seperti halnya saya mengetahui fakta bahwa kosa kata bahasa Inggris akademik umumnya
sulit dipahami untuk ELL rata-rata, saya akan menyarankan para guru untuk tidak
menyederhanakan kurikulum. Sebaliknya, guru ESOL harus fokus pada penentuan konsep
dan proses utama dalam kurikulum Bahasa Inggris untuk Tujuan Akademik yang harus
diketahui siswa. Ketika guru membantu siswa untuk fokus pada kosa kata yang paling
penting, konten dalam kelas Bahasa Inggris untuk Tujuan Akademik menjadi lebih mudah
dikelola dan beban kerja menjadi lebih ringan. Hal ini menjadikan proses belajar dan
mengajar produktif bagi guru dan peserta didik karena waktu yang berharga dihabiskan untuk
hal yang paling penting.

G. Pentingnya Pengembangan Materi Ajar BIPA


Penelitian kesebelas yang dilakukan oleh Ade (2018) dengan judul An Analysis of
teaching Materials for English for Specific Purposes (ESP) at Technical Commercial Ship
of SMK N 10 Padang Academic Year 2018/2019 mengatakan bahwa bahan ajar adalah
masalah penting dalam kemajuan pendidikan di negara ini. Idealnya, itu adalah tanggung
jawab guru dalam tugas mereka. Para guru diharapkan untuk memberikan analisis kebutuhan
bagi siswa mereka sambil mengajar proses belajar. Dalam penelitian ini, peneliti menjelaskan
tentang bagaimana bahan ajar untuk ESP di kapal komersial teknis SMK N 10 Padang. Itu
adalah alasan diadakannya materi pengajaran dengan konsep ESP. Dari daftar dokumen
analisis, peneliti menyimpulkan bahwa bahan pelajaran di Sekolah dilakukan dengan konsep
ESP dan data masih menunjukkan bahan pengajaran untuk ESP telah dilakukan oleh guru
yang mengajar di kapal komersial teknis di SMK N 10 Padang.

H. Pengembangan Materi Ajar BIPA dengan Pendekatan Diskret


Penelitian kedua belas dilakukan oleh Suprihatin (2015) dengan judul Pengembangan
Bahan Ajar Membaca Program Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing Tingkat Intermediate
menghasilkan produk materi ajar yang menggunakan pendekatan diskret. Karakteristik
tersebut terletak pada penggunaan pendekatan diskret yang sudah mulai ditinggalkan dalam
pembelajaran bahasa. Alasan pemilihan pendekatan diskret ini tentu melalui pengamatan
beberapa program BIPA Khusus dan program Area Studies yang ternyata kurang efektif
ketika menerapkan pendekatan integratif. Alasan lain adalah dengan pendekatan diskret,
pembelajaran keterampilan berbahasa dan tata bahasa menjadi lebih terarah. Penggunaan
pendekatan diskret di ISPMCE berorientasi pada peningkatan kompetensi berbahasa pelajar
supaya menjadi lebih baik karena jika menggunakan pendekatan integratif kurang tertangani.
Akan tetapi, pemilihan pendekatan ini tidak selalu berjalan lancar. Di lapangan, para pengajar
sedikit mengalami kesulitan ketika menyusun materi pembelajaran. Hal ini terjadi karena
pengajar harus menyusun materi ajar yang sesuai dengan minat pelajar dan memilih materi
yang akan tetap up to date.

I. Studi Kasus Analisis Kebutuhan Pelajar BIPA


Penelitian ketiga belas dilakukan oleh Raden, dkk (2018) dengan judul Analisis
Kebutuhan Pembelajar Bipa Jangka Pendek Studi Kasus Di Universitas Dian Nuswantoro. In
Seminar Kepakaran Bipa 2 menghasilkan bahwa register bahasa yang ingin dipelajari oleh
IT adalah register lisan nonformal yang tidak memerlukan kesempurnaan tata bahasa dan
diksi yang terlalu formal, seperti layaknya tata bahasa dan diksi yang digunakan untuk
menuliskan tulisan ilmiah. Berdasarkan analisis kebutuhan yang dilakukan oleh para penulis,
kami dapat menyimpulkan bahwa kebutuhan bahasa IT lebih condong ke arah ragam bahasa
lisan nonformal yang sederhana di konteks arah, rumah tangga, dan transaksi jual beli.
Setelah mengetahui kebutuhan tersebut, ILCS harus menyusun sebuah materi pembelajaran
yang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan IT. Para penulis berharap bahwa hasil
penelitian ini dapat memberikan saran dan manfaat bagi pengelola BIPA untuk selalu
melaksanakan analisis kebutuhan sebelum memulai proses pembelajaran. Hal ini perlu
dilakukan agar ekspos bahasa yang diberikan dapat diterima dengan baik tanpa adanya
hambatan dan beban psikologis yang dialami para pembelajar.

J. Pentingnya BIPA akademik


Penelitian keempat belas dilakukan oleh Kusmiatun & Hum (2019) dengan judul
Pentingnya Tes Kemahiran Berbahasa Indonesia Bagi Pemelajar Bipa Bertujuan Akademik.
Program pembelajaran serta materi ajar BIPA tujuan akademik sangatlah penting didesain
dengan memerhatikan segala aspek yang dibutuhkan pelajar BIPA tujuan akademik. Menurut
penelitian yang dilakukan oleh Kusmiatun (2019) kepada mahasiswa asing dari beberapa
universitas di Indonesia, menguraikan beberapa alasan mengapa mempelajari bahasa dan
budaya akademik sangatlah penting bagi mahasiswa asing sebagaimana berikut:
- 28 dari 33 mahasiswa asing belajar Bahasa Indonesia karena universitas tempatnya
berkuliah meminta syarat penguasaan bahasa Indonesia. Selain itu, hal ini dinyatakan
pula dalam PP RI Nomor 57 Tahun 2014 Pasal 20, ayat (1) yang menyatakan bahwa
orang asing yang bertujuan menempuh pendidikan atau studi lanjut di Indonesia harus
mampu berbahasa Indonesia.
- Bahasa Indonesia disadari oleh mahasiswa asing sebagai sarana mereka belajar di
Indonesia. Baik untuk berkomunikasi dalam keseharian saat tinggal di Indonesia
maupun bahasa Indonesia akademik yang dibutuhkan selama menjalani studi dan
perkuliahan.
- Mahasiswa asing menyadari bahwa semakin baik penguasaan bahasa dan budaya
akademik Indonesia yang mereka miliki maka semakin lancar dan baik pula studi
yang mereka jalani. Sebab bagi mahasiswa asing, penguasaan aspek tersebut
membantu mereka beradaptasi dengan mudah di lingkungan kampus tempat mereka
belajar sekarang. Apalagi, sebanyak seratus persen responden menyatakan bahwa
terdapat perbedaan budaya akademik yang kentara antara universitas di negara asal
masing-masing dengan di Indonesia.
- Mahasiswa yang kurang mampu berbahasa Indonesia akademik akan cenderung diam
dan pasif di kelas. Sekalipun dosen memberikan beberapa pancingan, mereka menjadi
tidak responsif dan terkesan menghindar. Sementara bagi mahasiswa asing yang
menguasai bahasa Indonesia dengan baik, mereka lebih tampak aktif dan mengikuti
proses kelas dengan baik.
- Para dosen menyatakan bahwa mereka juga kesulitan jika pelajar asing di kelasnya
kurang menguasai bahasa Indonesia. Para pengajar menyatakan bahwa para pelajar
asing perlu diuji kemahirannya sebelum masuk kelas reguler agar dosen dapat
mengetahui kemampuan berbahasa Indonesia mahasiswa asing tersebut.

Penelitian kelima belas dilakukan oleh Solikhah (2015) dengan judul Pengembangan
Tes Reading for Academic Purposes Untuk Program EAP di IAIN Surakarta memiliki hasil
penelitian sebagai berikut: 1) Kondisi pembelajaran MKDU Bahasa Inggris di IAIN
Surakarta tergolong belum standar. MKDU Bahasa Inggris berbobot 2-4 sks, wajib diikuti
setiap mahasiswa pada semester I dan semester II dan satu kelas diisi 40 mahasiswa. Tidak
terdapat silabus dan kurikulum sebagai pedoman mengajar dosen. Institut mengarahkan
MKDU Bahasa Inggris bertujuan meningkatkan skor TOEFL mahasiswa tetapi isi bahan
ialah basic grammar dan membaca pemahaman atau general English. Pendekatan yang
digunakan untuk mengajar MKDU Bahasa Inggris ialah mengarah pada grammar translation
methods, karena interaksi lebih banyak menggunakan bahasa Indonesia, materi ajar lebih
difokuskan pada grammar dan menjawab pertanyaan membaca. Analisis kebutuhan
menunjukkan tujuan MKDU menurut institut ialah menguasai bahasa Inggris dan
meningkatkan skor TOEFL. Dipandu dengan tujuan tersebut daftar kebutuhan mahasiswa
mencakup: kosa kata, grammar, berbicra bahasa Inggris tahap awal untuk komunikasi lisan,
membaca teks bahasa Inggris, menyimak, dan menulis pesan pendek. Tujuan tersebut
dipadukan dengan hasil jawaban wawancara dan angket dan dirumuskan kembali menjadi:
(1) Tujuan umum EAP ialah untuk menguasai bahasa Inggris untuk akademik dan tujuan
khususnya ialah untuk menguasai kompetensi dasar membaca dan berbicara. (2) Materi inti
MKDU Bahasa Inggris ialah membaca, berbicara, kosa kata 1.000-2.000, kosa kata
akademik, dan grammar dasar. Membaca tingkat dasar mencakup membaca literal dan
inferensial. Adapun berbicara bertujuan untuk komunikasi sehari-hari dalam lingkup
terbatas. Hasil analisis kebutuhan tersebut digunakan sebagai kerangka inti silabus EAP
Berbasis Learning Outcomes. 2) Silabus yang dikembangkan ialah Silabus versi Cambridge
University (2013).

K. Analisis kebutuhan pelajar BIPA tujuan akademik


Penelitian yang juga dilakukan oleh Suyitno, dkk (2017) dengan judul Teaching
materials and techniques needed by foreign students in learning Bahasa Indonesia. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa berbagai tujuan ada dalam data penelitian ini sesuai
dengan kebutuhan peserta didik. Untuk peserta didik yang merupakan calon mahasiswa,
tujuan pembelajaran BIPA untuk tujuan tertentu adalah (1) berkomunikasi dalam kegiatan
akademik, (2) beradaptasi dalam lingkungan akademik, (3) memahami ceramah yang
disampaikan dalam bahasa Indonesia, (4) memahami referensi dalam Bahasa Indonesia, (5)
membuat karya tulis ilmiah dalam Bahasa Indonesia, (6) mempresentasikan karya kursus
dalam Bahasa Indonesia, dan (7) melakukan dan melaporkan kegiatan penelitian sederhana
menggunakan Bahasa Indonesia. Untuk pelajar yang merupakan peneliti asing, tujuan BIPA
untuk tujuan akademik adalah untuk (1) memahami referensi bahasa Indonesia yang relevan
dengan kebutuhan penelitian mereka, (2) untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia untuk
kegiatan penelitian, (3) untuk melaporkan penelitian, baik secara lisan dan tertulis, dan (5)
mempublikasikan hasil penelitian dalam bahasa Indonesia. Untuk seorang pelajar yang
merupakan dosen asing, tujuan pembelajarannya adalah (1) berkomunikasi dalam kegiatan
akademik, (2) beradaptasi dalam lingkungan akademik, dan (3) menjelaskan kuliah di
Indonesia. Seperti yang dilaporkan oleh peneliti melalui beberapa pengamatan yang
dilakukan pada kegiatan dan perilaku siswa, dapat dinyatakan bahwa siswa di BIPA untuk
tujuan akademik belajar memiliki sikap atau gaya belajar yang didefinisikan sebagai serius,
aktif, ingin tahu, logis dan kritis, peserta didik yang rajin, bertanggung jawab, dan
termotivasi. Sikap belajar yang positif ini dapat berfungsi sebagai pendukung untuk
mencapai keberhasilan pembelajaran. Gaya belajar juga terkait dengan faktor kematangan
siswa. Usia pelajar mempengaruhi perilaku mereka. Semakin tua usia pelajar, semakin
banyak pelajar bertanggung jawab dan sabar dalam menghadapi masalah di kelas. khususnya
dalam hal motivasi belajar. Pembelajaran BIPA ini bertujuan mendukung keberhasilan
mereka di bidang akademik.
Penelitian keenam belas dilakukan oleh Suyitno (2007) dengan judul Pengembangan
Bahan Ajar Bahasa Indonesia Untuk Penutur Asing (Bipa) Berdasarkan Hasil Analisis
Kebutuhan Belajar menguraikan bahwa tujuan pelajar asing belajar BIPA adalah mereka
ingin lancar berbahasa Indonesia dan mengenal budaya Indonesia dari dekat. Kelancaran
berbahasa Indonesia tersebut diperlukan oleh mereka karena (a) mereka mengambil
program tentang Indonesia di universitas asalnya, (b) mereka akan melakukan penelitian di
Indonesia, (c) mereka akan bekerja di Indonesia, (d) mereka akan meneliti masalah
bahasa Indonesia, dan (e) mereka akan tinggal di Indonesia waktu lama. Gambaran tentang
tujuan belajar BIPA tersebut berimplikasi pada penyiapan materi belajar yang sesuai
dengan tujuan tersebut. Dengan demikian, materi pembelajaran BIPA ini memiliki kaitan
yang erat dengan masalah pemenuhan kebutuhan pelajar asing.
Penelitian ketujuh belas dilakukan oleh Tomlinson (2009) dengan judul Principles
And Procedures Of Materials Development For Language Learning menguraikan, bahwa
ketika mengembangkan materi kelas, kita juga harus mempertimbangkan prinsip pengajaran
bahasa. Prinsip pengajaran utamanya adalah: Pengajaran harus memenuhi kebutuhan dan
keinginan peserta didik. Dari prinsip prinsip pengembangan materi saya yang paling penting
adalah: Bahan-bahan perlu ditulis sedemikian rupa sehingga guru dapat memanfaatkannya
sebagai sumber daya dan tidak harus mengikuti mereka sebagai naskah.Tampaknya sebagian
besar materi kelas ditulis untuk diikuti oleh guru dan siswa. Tampaknya juga banyak dari
mereka tidak didorong atau bahkan diinformasikan oleh prinsip-prinsip penguasaan dan
pengembangan bahasa. Beberapa dari mereka berhasil membantu peserta didik untuk
memperoleh bahasa karena penulis mereka telah menjadi guru yang efektif dan secara intuitif
menerapkan prinsip pengajaran. Kebanyakan dari mereka akan jauh lebih efektif jika
didorong oleh prinsip-prinsip akuisisi yang telah saya uraikan di atas.
Penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Kusmiatun & Hum (2019) dengan judul
Pentingnya Tes Kemahiran Berbahasa Indonesia Bagi Pemelajar Bipa Bertujuan Akademik
mengatakan bahwa pada dasarnya, penutur asing tertarik untuk mempelajari bahasa
Indonesia dengan berbagai tujuan, salah satunya adalah tujuan akademik. Pernyataan tersebut
didukung oleh pendapat Kusmiatun (2019), bahwa pembelajaran BIPA untuk tujuan
akademik di antaranya untuk keperluan studi lanjut, penelitian, pengajaran atau bidang
akademik lainnya di Indonesia.

L. Materi Ajar BIPA berbasis Karya Tulis Ilmiah


Penelitian kedelapan belas dilakukan oleh Mukhaiyar, dkk (2019) dengan judul
Kebutuhan Mahasiswa Akan Materi Ajar Menulis Artikel Dalam Bahasa Inggris Berbasis
Kriteria Jurnal-Jurnal Bereputasi menjelaskan bahwa materi ajar yang baik dan tepat adalah
materi ajar yang didasarkan pada hasil analisis kebutuhan sehingga tidak saja berpengaruh
signifikan terhadap peningkatan kemampuan mahasiswa dalam menulis artikel ilmiah tetapi
juga mampu meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mereka terhadap artikel-artikel
ilmiah yang dipersyaratkan oleh jurnal-jurnal bereputasi. Hasil analisis menunjukkan tingkat
kebutuhan mahasiswa berkenaan dengan penulisan abstrak berada pada kategori Tinggi,
penulisan bagian pendahuluan berada pada kategori Sangat Tinggi, penulisan tinjauan
pustaka berada pada kategori Sangat Tinggi, penulisan metodologi berada pada kategori
Sangat Tinggi, penulisan hasil penelitian berada pada kategori Sangat Tinggi, pembahasan
hasil penelitian berada pada kategori Sangat Tinggi, dan penulisan kesimpulan berada pada
kategori Tinggi. Dari temuan ini, dapat disimpulkan bahwa kebutuhan mahasiswa terhadap
materi ajar penulisan artikel dalam bahasa Inggris berbasis kriteri jurnal-jurnal bereputasi
sangat tinggi. Dengan demikian, materi ajar menulis artikel penelitian dalam bahasa Inggris
berbasi kriteria jurnal-jurnal bereputasi sangat perlu dikembangkan.

M. Menulis BIPA Berbasis Teman Sejawat


Penelitian kesembilan belas dilakukan oleh Meinawati (2019) dengan judul Persepsi
Dosen Terhadap Pengembangan Materi Ajar Menulis Akademik Bahasa Inggris Berbasis
Brain-Friendly Strategies [Teachers'perceptions Of An English Academic Writing Material
Model Based On Brain-Friendly Strategies]. Refleksi yang telah dilakukan diakhir
pembelajaran cukup efektif. Pengajar telah cukup baik memberikan evaluasi materi yang
telah dilakukan. Selain itu, pengajar memberitahukan aktivitas yang akan dilakukan di
pertemuan berikutnya. Dengan demikian dapat disimpulkan secara keseluruhan bahwa
proses belajar mengajar menulis akademik bahasa Inggris telah melibatkan mahasiswa secara
penuh di kelas. Proses belajar yang terintegrasi dengan penggunaan strategi yang tepat.
Konteks materi yang telah disesuaikan dengan kebutuhan pada program studi dan global.
Selain itu, sistem evaluasi terhadap hasil belajar bukan hanya diberikan oleh pengajar karena
pengajar menggunakan penilaian sejawat untuk mengetahui hasil tugas mahasiswa. Artinya
bahwa konsep penilaian sejawat memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk
mengetahui kemampuan pemahaman mereka terhadap pembelajaran menulis akademik
bahasa Inggris. Kemampuan ini meningkat dengan baik jika dalam pembelajaran diselipkan
kegiatan yang mengarah pada keterampilan membaca.

N. Menulis BIPA Berbasis Motivasi Diri


Penelitian kedua puluh dilakukan oleh Solikhah (2014) dengan judul Bahan Ajar
Writing For Academic Purposes Berbasis Self-Motivated Learning. Desain pembelajaran
menulis esai argumentasi menggunakan pendekatan belajar mandiri ini dirancang untuk
pembelajaran menulis untuk TOEFL yang dilaksanakan melalui TWE. Esai dalam TWE
menekankan penggunaan tulisan argumentasi dengan kriteria yang sangat ketat dari aspek
retorika dan bahasa. Materi menulis esai dalam kajian ini, dirancang untuk diterapkan dalam
model belajar mandiri yang berlandaskan pada pendekatan konstruktivisme. Untuk itu,
tujuan pembelajaran dideskripsikan dalam bentuk SKKD dan indikator. Bahan ajar yang
digunakan juga harus mencerminkan penggunaan strategi mengajar dan strategi belajar yang
tidak hanya bersifat kognitif, tetapi juga melibatkan penggunaan domain afektif dan
psikomotorik. Strategi belajar mandiri bisa dirujuk dari indikator dan karakteristik bahan
ajar yang meliputi: penjelasan, contoh, dan rubrik penilaian proses.
O. BIPA untuk Wisata atau Jalan-Jalan
Penelitian kedua puluh satu dilakukan oleh Munir & Barat (2014) dengan judul
Pengembangan Materi Ajar Bahasa Inggris untuk Agen Travel (Sebuah Kajian English for
Occupational Purposes). Penelitian ini adalah upaya untuk memenuhi kebutuhan akan bahan
bahasa Inggris yang sesuai untuk agen perjalanan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
merancang materi bahasa Inggris untuk agen perjalanan serta memvalidasi materi bahasa
Inggris untuk agen perjalanan. Penelitian ini menggunakan metode Penelitian &
Pengembangan yang dilakukan dalam tiga tahap; yaitu tahap eksplorasi, tahap
pengembangan prototipe, dan tahap validasi para ahli. Data dikumpulkan dari wawancara
mendalam, analisis dokumen, dan penilaian ahli. Data kemudian dianalisis menggunakan
analisis deskriptif-kualitatif dan interaktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahan
bahasa Inggris untuk agen perjalanan sangat dibutuhkan. Bahan-bahan yang dibutuhkan
termasuk percakapan sehari-hari, fokus pada keterampilan berbicara, atmosfer ruang kelas
informal, dan tidak ada pekerjaan rumah. Sementara itu, dalam tahap pengembangan
prototipe, draft bahan bahasa Inggris untuk agen perjalanan dirancang menggunakan bahan
fungsional, otentik dan semi-otentik, dan mengolah karakter bangunan. Akhirnya, hasil
penilaian para ahli menunjukkan bahwa materi bahasa Inggris untuk buku teks agen
perjalanan itu valid. Temuan ini merekomendasikan bahwa materi bahasa Inggris untuk agen
perjalanan segera diimplementasikan untuk memberikan layanan yang sangat baik kepada
masyarakat.

P. Materi Ajar BIPA Akademik


Penelitian kedua puluh dua yang dilakukan oleh Cahyani & Hadianto (2018) dengan
judul Implementation of Teaching Materials Based on Indonesian Culture in BIPA Learning
As One Way to Lift Indonesian Culture in the World mengatakan bahwa Sebenarnya,
pembelajaran BIPA untuk tujuan akademik belum banyak dilakukan, diketahui, dan bahkan
diperhitungkan untuk ditinjau.

Q. Membaca dan Menulis BIPA Akademik


Penelitian kedua puluh tiga yang dilakukan oleh Kusni (2014) dengan judul English
for Academic Purposes in EFL Contexts: The Needs for Integrating Reading and Writing
Skills. Keterampilan membaca dan menulis yang terintergrasi di kelas EAP (English
Academic Purposes) dapat diwujudkan dalam beberapa jenis tugas akademik yang penting.
Seperti mengambil catatan dari sebuah teks, merangkum informasi teks, memparafrasekan
sumber daya teks, menyintesis informasi dari berbagai sumber teks, membandingkan
berbagai sudut pandang dari teks tertulis dan menghasilkan pandangan kritis, menjawab
pertanyaan ujian esai dari berbagai teks bacaan dalam berbagai tulisan komprehensif,
menulis makalah penelitian atau tinjauan pustaka, dan menanggapi teks yang ditugaskan
melalui membuat ringkasan atau memberikan poin pandangan kritis.
Kusni (2014) secara khusus membahas dua jenis tugas penulisan akademik khusus
yang memerlukan integrasi keterampilan membaca dan menulis bahasa Inggris: merangkum
dan menyintesis informasi di seluruh sumber daya teks. Tugas-tugas ini umum bagi
mahasiswa yang sangat berguna bagi mereka dalam menulis laporan penelitian (makalah,
tesis, atau disertasi). Mereka mewakili tugas-tugas yang biasanya dialami siswa. Tugas
menulis akademis berbasis membaca ini juga mengangkat masalah penyalinan langsung,
penggunaan kutipan, dan plagiarisme sebagai masalah serius bagi pelajar BIPA. Kemampuan
meringkas yang efektif dianggap cukup sulit. Pelajar BIPA sering tidak memiliki
pengetahuan kosa kata yang cukup kuat untuk diparafrasekan secara efektif. Keahlian
menulis mereka yang terbatas menimbulkan kesulitan saat membuat ringkasan (termasuk
menyalin kalimat secara langsung), dan kesempatan mereka yang terbatas untuk berlatih
dengan meringkas mengarah pada ringkasan yang kurang efektif. Semua masalah ini telah
terbukti mempengaruhi kinerja menulis ringkasan siswa. Ini adalah alasan utama bagi
pengajar BIPA untuk fokus mengembangkan keterampilan akademik siswa dengan mengajar
mereka bagaimana menggunakan keterampilan membaca dan menulis secara integrative.
Berdasarkan penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa perlu dilakukannya integrasi
antara keterampilan membaca dan menulis dalam pembelajaran maupun materi ajar BIPA
akademik.

R. Bahan Ajar BIPA dengan Materi Kebudayaan


Penelitian kedua puluh empat yang dilakukan oleh Cahyani & Hadianto (2018)
dengan judul ). Implementation of Teaching Materials Based on Indonesian Culture in BIPA
Learning As One Way to Lift Indonesian Culture in the World menghasilkan bahwa bahan
ajar BIPA yang menggunakan unsur budaya dapat mendorong peserta didik untuk lebih
antusias dalam mengikuti pembelajaran BIPA karena mereka menganggap budaya Indonesia
sangat menarik dan unik bagi mereka. Buku teks BIPA berbasis budaya ini layak untuk
digunakan sebagai pelengkap atau pelengkap dalam pembelajaran BIPA. Hal ini tidak lepas
dari hasil pengamatan praktisi BIPA. Belajar BIPA dengan memasukkan unsur-unsur budaya
Indonesia dalam semua aspek keterampilan bahasa tidak hanya membuat siswa lebih tertarik
tetapi juga merupakan salah satu cara bagi budaya terkenal Indonesia untuk menarik
wisatawan ke Indonesia. Budaya yang dipilih untuk bahan pengajaran BIPA dalam penelitian
ini diwakili oleh kebiasaan, angka-angka dari daerah tertentu, makanan tradisional, pakaian
tradisional, ritual / tradisi, tarian tradisional, dan alat musik tradisional. Budaya ini digunakan
dalam setiap komponen pembelajaran BIPA, yaitu belajar membaca, menulis,
mendengarkan, dan berbicara. Tujuan penggunaan budaya Sunda dalam pembelajaran BIPA
ini adalah agar peserta didik BIPA lebih menarik di mata peserta didik BIPA serta fakta
bahwa hal itu membantu peserta didik BIPA untuk mencapai tujuan mereka. Bahan ajar ini
dapat dianggap sebagai media atau alat untuk membantu peserta didik belajar bahasa
Indonesia.
Penelitian kedua puluh lima yang dilakukan oleh Ulumuddin & Wismanto (2014)
dengan judul Bahan ajar Bahasa Indonesia ranah sosial budaya bagi penutur asing (BIPA).
Model integratif bahan ajar BIPA ini disusun dan disesuaikan dengan kemampuan
pembelajar BIPA tingkat menengah, yang tujuannya belajar bahasa Indonesia untuk
meningkatkan kemampuan kemunikatif. Oleh karena itu, semua materi dalam bahan ajar ini
bertujuan melatih kemampuan komunikatif berbahasa Indonesianya selama pembelajar
berada di Indonesia. Tak lupa, model integratif bahan ajar BIPA tingkat menengah ini
menghadirkan catatan-catatan sosial dan budaya sebagai tanggung jawab pengajar dalam
menjaga karakter dan jati diri bangsa Indonesia. selain itu, pembelajaran dan kosakata-
kosakata baru yang ada dalam bahan ajar ini dapat sepenuhnya digunakan dalam kehidupan
sehari-hari.
Penelitian kedua puluh enam yang dilakukan oleh Arwansyah, dkk (2017) dengan
judul Revitalisasi peran budaya lokal dalam materi pembelajaran bahasa Indonesia bagi
penutur asing (BIPA). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa masih kurangnya bahan ajar
BIPA yang menyertakan budaya lokal Indonesia di dalamnya. Oleh karena itu, revitalisasi
budaya lokal dalam pembelajaran BIPA perlu dilakukan. Revitalisasi budaya lokal dalam
pembelajaran BIPA selain dapat digunakan sebagai materi ajar, juga dapat digunakan oleh
pengajar BIPA sebagai sarana memperkenalkan budaya dan tradisi-tradisi lokal-nasional di
mata internasional khususnya pembelajar BIPA-, menjadikan budaya lokal lebih
diperhatikan dan dapat kembali eksis di tengah masuknya budaya asing di era globalisasi,
memperkuat identitas bangsa Indonesia dengan budaya lokal-nasional yang beragam. Selain
itu, memperkenalkan budaya lokal Indonesia kepada pembelajar BIPA juga menjadikan
mereka mudah menyesuaikan diri dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia.
Seorang pembelajar BIPA, secara minimal akan berinteraksi dengan masyarakat Indonesia.
Oleh karena itu, mereka harus memahami karakteristik budaya masing-masing daerah di
Indonesia. Lebih lanjut apabila mereka ingin tinggal dan menetap di Indonesia, jika mereka
telah memahami budaya lokal di tempat ia akan tinggal, pembelajar BIPA akan lebih mudah
dalam berkomunikasi dan berinteraksi. Dalam pembelajaran BIPA, beberapa materi yang
harus diajarkan di antaranya tentang ragam suku di Indonesia, kebiasaan masyarakat
Indonesia, tradisi, tempattempat bersejarah, dan hal lain yang berkaitan dengan kehidupan
sehari-hari, misalnya jual-beli, gotong royong, sopan santun, dan sebagainya. Hal tersebut
bisa didukung dengan adanya praktik dan interaksi langsung dengan kebudayaan masyarakat
Indonesia.
Penelitian kedua puluh tujuh yang dilakukan oleh Siroj (2015) dengan judul
Pengembangan Model Integratif Bahan Ajar Bahasa Indonesia Ranah Sosial Budaya
Berbasis Ict Bagi Penutur Asing Tingkat Menengah. Temuan yang dihasilkan dalam
penelitian ini berupa model integratif bahan ajar BIPA ranah sosial budaya berbasis ICT
disusun dengan mengikuti ketentuan yang mencakup (1) berlandaskan pendekatan integratif,
(2) dikembangkan dalam ranah sosial budaya, (3) berorientasi pada peningkatan kemampuan
komunikatif, dan (4) pemanfaatan ICT secara optimal. Berdasarkan hasil uji coba produk,
terungkap ada peningkatan rata-rata nilai kemampuan komunikatif pembelajar, yakni 57
menjadi 75. Dengan demikian, model integratif bahan ajar BIPA ranah sosial budaya berbasis
ICT tingkat menengah ini mampu meningkatkan kefasihan pembelajar asing dalam
berbicara. Tingkat kefasihan pembelajar yang awalnya berada di level 2+ dengan deskripsi
“mampu memenuhi kebutuhan rutin sosial untuk keperluan pekerjaan secara terbatas”
berubah ke level 3+, dengan deskripsi yakni mengarah ke “mampu berbicara dengan
ketepatan tata bahasa dan kosa kata untuk berperan serta dalam percakapan formal dan
nonformal dalam masalah yang bersifat praktis, sosial, dan profesional”.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Siroj (2015) tersebut dapat disimpulkan
sebagai berikut.
1. Model integratif bahan ajar bahasa Indonesia yang dibutuhkan oleh penutur tingkat
menengah harus memenuhi empat aspek, yaitu: 1) integrasi bahan ajar.; 2) integrasi
keterampilan berbahasa. 3) integratsi pelaksanaan pembelajaran. dan 4) pengotimalan
pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi. Dalam pembelajaran ini
pemanfaatan ICT dititikberatkan pada penggunaan blog dengan multimedia
interaktif.
2. Karakteristik model integratif bahan ajar bahasa Indonesia untuk penutur asing tingkat
menengah berbasis ICT dalam penelitian ini disusun dengan mengikuti ketentuan
yang mencakup (1) berlandaskan pendekatan integratif, (2) dikembangkan dalam
ranah sosial budaya, (3) berorientasi pada peningkatan kemampuan komunikatif, dan
(4) pemanfaatan ICT secara optimal. Pengembangan model integratif bahan ajar
bahasa Indonesia untuk penutur asing tingkat menengah dikembangkan berdasarkan
karakteristik model bahan ajar tersebut.
3. Model integratif bahan ajar bahasa Indonesia untuk penutur asing ranah sosial budaya
berbasis ICT ini efektif dan dapat meningkatkan kemampuan komunikatif berbahasa
penutur asing.

Penelitian kedua puluh delapan yang dilakukan oleh Suher & Hermoyo (2017)
dengan judul Pengembangan Materi Ajar BIPA Melalui Budaya Lokal Jawa Timur. Materi
ajar BIPA (Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing) baru dikenalkan kepada mahasiswa di
Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia pada semester genap 2015/2016. Buku ajar
yang digunakan sebatas buku umum BIPA. Tujuan dari penelitian adanya pengembangan
materi ajar dengan pengenalan budaya lokal dan makanan khas Jawa Timur kepada orang
asing melalui pembelajaran BIPA. Metode yang digunakan menggunakan penelitian
pengembangan (research and development). Pengembangan bahan ajarnya berupaya
menggali berbagai potensi kekayaan budaya dan makanan khas di Jawa Timur. Materi ajar
BIPA akan mengajarkan bahasa Indonesia dan pengenalan budaya di Indonesia untuk orang
asing/ mahasiswa asing yang belajar di Indonesia, sehingga orang asing yang bekerja di
Indonesia tidak hanya memahami bahasa, tetapi juga mengenal dan paham budaya lokal di
Indonesia, khususnya Jawa Timur. Hasil dari buku ajar tentang kebudayaan dan makanan
khas Jawa Timur salah satunya ludruk, reog, karapan sapi, lontong balap, rujak cingur dan
tahu campur. Dari prosentase angket yang sudah divalidasi, kurang setuju ada enam butir
pernyataan dengan rata-rata tidak lebih dari 10 %. Mahasiswa yang menyatakan setuju antara
32 % sampai 74 %. dan yang sangat setuju 21 % sampai 68 %.Sehingga mahasiswa yang
lulus di Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP Universitas Muhammadiyah
Surabaya akan mempunyai buku ajar berkualitas sehingga menjadi guru BIPA yang
profesional.
Penelitian kedua puluh sembilan yang dilakukan oleh Ruskhan (2007) dengan judul
Pemanfaatan Keberagaman Budaya Indonesia Dalam Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi
Penutur Asing (BIPA). Dalam pengajaran BIPA memang ada buku yang telah memanfaatkan
budaya Indonesia, namun belum semua buku penbgajaran BIPA menyajikan materi yang
menyentuh kebudayaan Indonesia. Indonesia yang memiliki kebegaraman budaya penting
dipahami oleh pelajar BIPA. Masalahnya, pengajaran BIPA bukan hanya sekadar
menghasilkan pelajar yang mampu berbahasa Indonesia yang baik dan benar, melainkan juga
menjadi wahana untuk memahami keadaan sosial budaya masyarakat Indonesia. Walaupun
pelajar BIPA belum berkunjung ke Indonesia, diharapkan melalui pengayaan materi BIPA
dengan keberagaman budaya Indonesia mereka akan mampu menyerapkan informasi yang
utuh tentang Indonesia, khususnya dari khazanah budayanya. Buku ajar yang belum memuat
materi keberagaman budaya Indonesia dapat dilengkapi dan diupayakan menjadi sarana
strategis untuk mengetahui masyarakat Indonesia. Para penulis dan guru BIPA diharapkan
mampu mengolah bahan ajar BIPA menjadi sesuatu yang menarik melalui penyajian materi
yang mengutamakan informasi tentang keadaan masyarakat dan budaya Indonesia. Hal itu
penting agar gambaran yang jelas tentang Indonesia dapat dimiliki oleh pelajar BIPA.
Kurangnya pemahaman dan pengeahuan tentang Indonesia akan dapat menimbulkan
kesalahpahaman tentang masyarakat Indonesia yang kaya dengan berbagai budayanya.
Indonesia yang memiliki kebegaraman budaya penting dipahami oleh pelajar BIPA.
Penelitian ketiga puluh yang dilakukan oleh Prasetiyo (2015) dengan judul
Pengembangan bahan ajar BIPA bermuatan budaya Jawa bagi penutur asing tingkat pemula.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, simpulan dari penelitian ini sebagai berikut.
• Hasil analisis kebutuhan menurut persepsi penutur asing dan pengajar BIPA
menghasilkan karakteristik pengembangan bahan ajar BIPA yang diringkas dalam
empat aspek. Persepsi penutur asing dan pengajar BIPA pada aspek isi atau materi,
bahan ajar hendaknya memuat contoh budaya Jawa yang beragam. Pada aspek bahasa
dan keterbacaan, menurut persepsi penutur asing dan pengajar BIPA, bahan ajar
memiliki ragam bahasa dan pilihan diksi yang mudah dipahami dan sesuai dengan
keterbacaan penutur asing tingkat pemula A1. Pada aspek penyajian, persepsi penutur
asing dan pengajar BIPA terhadap bahan ajar adalah bahan ajar hendaknya mampu
memotivasi, serta memiliki bentuk latihan empat aspek berbahasa dan latihan tata
bahasa. Bahan ajar juga disajikan bentuk evaluasi objektif dan nonobjektif. Pada
aspek grafika, bahan ajar disusun dalam bentuk A4, dengan jenis huruf Arial ukuran
11pt.
• Prototipe bahan ajar disusun dan dikembangkan sesuai dengan karakteristik dan
prinsip pengembangan bahan ajar. Secara umum dapat diketegorikan menjadi lima
bagian meliputi (a) bentuk fisik, (b) sampul buku, (c) muatan isi/materi inti, (d) materi
pelengkap, dan (e) evaluasi. Selain itu, bahan ajar juga dikembangkan berdasarkan
prinsip-prinsip pengembangan bahan ajar. Pada aspek isi/materi didasarkan pada
prinsip relevansi, kecukupan, adaptif, dan inovatif. Pada aspek penyajian didasarkan
pada prinsip self instructional dan sistematis. Pada aspek bahasa dan keterbacaan
menggunakan prinsip adaptif, konsistensi, dan relevansi. Pada aspek kegrafikaan
menggunakan prinsip konsistensi dan relevansi.

Penelitian ketiga puluh satu yang dilakukan oleh Pramitasari, A. (2019) dengan judul
Pengembangan Materi Ajar Bipa Bermuatan Kearifan Budaya Lokal Kota Pekalongan.
Pengembangan materi ajar BIPA bermuatan kearifan budaya lokal Pekalongan dibutuhkan
untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi dan pemahaman budaya. Proses
pengembangan materi ajar disesuaikan dengan kebutuhan pembelajar BIPA sehingga dapat
digunakan secara maksimal. Kota Pekalongan mempunyai keanekaragaman budaya yang
berbeda dengan daerah Jawa lainnya baik dari sisi kesenian tradisional, warisan budaya batik,
sampai kuliner khas yang identik dengan Pekalongan. Budaya yang khas tersebut sangat
menarik untuk dikaji, diteliti, dan dikembangkan dalam bentuk materi ajar BIPA. Penutur
asing akan memahami budaya lokal sehingga tercipta komunikasi yang baik tanpa terjadi
gegar budaya yang berlebihan. Melalui bahan ajar BIPA bermuatan kearifan budaya lokal
Pekalongan, diharapkan pembelajar mengenal lebih jauh mengenai budaya dan adat istiadat
masyarakat Indonesia, khususnya kota Pekalongan. Dengan cara ini, diharapkan pembelajar
dapat menemukan berbagai kata, frasa, klausa, kalimat, atau ungkapan-ungkapan yang dapat
digunakan sebagai bahan kajian dalam mempelajari bahasa Indonesia. Kebaruan (novelty
value) penelitian ini pada muatan budaya lokal Pekalongan sehingga mahasiswa asing yang
belajar di Indonesia tidak hanya mampu berkomunikasi tetapi juga memahami dan
mendalami nilai-nilai luhur budaya di Indonesia khususnya Kota Pekalongan
Penelitian ketiga puluh dua yang dilakukan oleh Khaerunnisa, dkk (2018) dengan
judul Penerapan Media Wayang Untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Deskripsi Bagi
Penutur Asing Tingkat Madya. Kualitas pembelajaran menulis deskripsi meningkat dengan
penggunaan media wayang. Pada saat dilakukan pembelajaran menulis deskripsi dengan
menggunakan media wayang ini menunjukkan bahwa adanya perubahan sikap yang positif
terhadap proses pembelajaran menulis deskripsi. Dengan penggunaan media pembelajaran
media wayang ini para mahasiswa asing mulai menemukan kemudahan dalam menemukan
ide dan mengembangkannya menjadi karangan deskripsi.Selain itu, melalui media wayang
juga telah menambah pengetahuan mahasiswa asing mengenai menulis deskripsi. Dalam
aspek penulisan, masih ada beberapa mahasiswa yang melakukan kesalahan dalam pemilihan
kata, penggunaan kalimat, dan penggunaan ejaan serta tanda baca. Meskipun demikian,
secara keseluruhan hasil tulisan deskripsi mahasiswa asing sudah mulai bisa dipahami. Pada
siklus II, proses pembelajaran mahasiswa asing dalam menulis deskripsi melalui media
wayang tersebut, mahasiswa asing semakin aktif dengan bertanya kepada pengajar mengenai
hal-hal yang kurang dimengerti. Selain itu, mahasiswa asing juga lebih semangat dalam
mengikuti pelajaran dan lebih senang dalam menulis deskripsi. Mahasiswa asing tampak
lebih percaya diri dan lancar dalam menulis deskripsi sesuai dengan objek yang telah
ditentukan.
Penelitian ketiga puluh tiga yang dilakukan oleh Tupan & Petra (2007) dengan judul
Pengembangan Bahan Ajar BIPA melalui Materi Otentik yang Bermuatan Budaya Indonesia.
Berdasarkan asumsi bahwa retensi yang dihasilkan dari kegiatan membaca paling rendah bila
dibandingkan dengan kegiatan yang lain, maka pelajaran membaca perlu mendapat perhatian
khusus. Dengan menggunakan pendekatan komunikatif-integratif, kegiatan pelajaran
membaca tidak terbatas pada membaca saja, tetapi dapat juga mencakup kagiatan mendengar,
berbicara, dan menulis. Hal ini berarti beberapa jenis kegiatan diintegrasikan dalam sebuah
kegiatan, yaitu melalui pelajaran membaca. Kegiatan mendengar ada dalam pelajaran
membaca karena pembelajar harus mendengarkan ucapan-ucapan pengajar dan pembelajar
lain ketika
berinteraksi di dalam kelas, sedangkan kegiatan berbicara direalisasikan pada saat
pembelajar mendiskusikan materi pelajaran, dan kegiatan menulis dilakukan pada saat
pembelajar mengerjakan tugas-tugas menulis karangan atau laporan dari hasil diskusi
kelompok. Dari uraian di atas, jelaslah bahwa pendekatan komunikatif integratif merupakan
pilihan yang sesuai bila ingin menggunakan materi otentik dalam pengembangan
pembelajaran BIPA. Unsur budaya dan bahasa adalah dua hal yang perlu diperkenalkan
sedini mungkin kepada pembelajar. Dengan menggunakan bahan ajar yang fungsional yaitu
bahan ajar yang bersumber dari materi otentik, pembelajar akan memperoleh kemudahan
untuk menguasai bahasa yang sedang dipelajarinya. Pembelajar dapat lebih memahami
kebermaknaan materi yang dipelajarinya karena mereka mengalaminya langsung dalam
kehidupan mereka sehari-hari. Pengajar dituntut untuk lebih kreatif dalam mengembangkan
bahan ajarnya, lebih terstruktur dalam mempersiapkan kegiatan pembelajaran di kelas, lebih
optimal dalam memotivasi pembelajar, dan lebih memperhatikan setiap kesulitan maupun
keberhasilan pembelajar. Hal ini mutlak untuk dicermati oleh setiap pengajar agar dapat lebih
meningkatkan keberhasilan pengajaran BIPA di seluruh Indonesia.
Penelitian ketiga puluh empat yang dilakukan oleh Elizabeth (2017) dengan judul
Pemanfaatan Kemasan Produk Sebagai Materi Otentik dalam Pembelajaran Imbuhan di
Kelas Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA). Mengajarkan suatu bahasa asing
memiliki tantangan tersendiri bagi pengajarnya. Seorang pengajar bahasa asing tentu akan
memikirkan bagaimana proses pembelajaran menjadi lebih mudah dan lebih menyenangkan
bagi pemelajarnya. Penggunaan materi otentik diyakini dapat menumbuhkan motivasi dan
ketertarikan pemelajar dalam mempelajari suatu bahasa asing. Selain itu, materi otentik
membantu pemelajar menyadari hubungan antara bahasa yang diperkenalkan di kelas dan
bahasa yang digunakan di luar kelas. Materi otentik di sini dimaksudkan sebagai materi yang
digunakan di dalam kelas bahasa, tetapi tidak secara khusus dibuat untuk tujuan pengajaran
bahasa. Materi-materi itu merupakan fakta bahasa asli, baik lisan maupun tulisan, yang
diperoleh dari berbagai sumber yang berbeda. Tulisan ini bertujuan untuk memperlihatkan
bagaimana memanfaatkan kemasan produk sebagai salah satu jenis materi otentik dalam
pembelajaran imbuhan di kelas bahasa Indonesia bagi penutur asing (BIPA) tingkat madya.
Pemanfaatan kemasan produk pada pembelajaran imbuhan me-kan dan -kan di sini
menunjukkan bahwa materi otentik dapat menumbuhkan motivasi dan kesadaran perlunya
mempelajari imbuhan dalam bahasa Indonesia karena imbuhan memang digunakan atau
ditemukan dalam dunia nyata (kehidupan seharihari), bukan sekadar materi yang diajarkan
di dalam kelas. Meskipun demikian, penting untuk mempertimbangkan waktu yang
diperlukan untuk menyiapkannya dan juga yang sesuai dengan tingkat kemahiran pemelajar
serta pelajaran tertentu yang diajarkan.
Penelitian ketiga puluh lima yang dilakukan oleh Ulinnuha (2017) dengan judul
Penerapan Pendekatan Berbasis Teks Dalam Pembelajaran Menulis Teks Bernuansa Budaya
Indonesia Pada Pembelajar Bipa: Penelitian Subjek Tunggal Pada Pembelajar Bipa Tingkat
Mahir. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dibahas pada bab-bab sebelumnya, maka
peneliti menarik beberapa kesimpulan, yaitu sebagai berikut:
a. Kemampuan pembelajar BIPA dalam menulis teks bernuansa budaya Indonesia
mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata skor yang diperoleh
subjek pada setiap kondisi (baseline A1, intervensi, dan baseline A2). Adapun rata-
rata skor yang diperoleh subjek penelitian adalah pada kondisi baseline A1, subjek
YY mendapatkan rata-rata skor 58,75, dari empat sesi pengambilan data yang
dilakukan sebelum digunakannya pendekatan berbasis teks dalam pembelajaran
menulis teks bernuansa budaya Indonesia. Pada kondisi intervensi, subjek
mendapatkan rata-rata skor 74 dari lima sesi pengambilan data dengan penerapan
pendekatan berbasis teks, dan pada kondisi baseline A2 subjek mendapatkan rata-
rata skor 86,25 dari empat sesi pengambilan data setelah penerapan pendekatan
berbasis teks.
b. Secara keseluruhan, kemampuan subjek mengalami peningkatan setelah diberikan
treatment berupa pendekatan berbasis teks. Data overlap menunjukan 0% dari
subjek yang berarti tidak ada data yang tumpang tindih atau ketercapaian
penggunaan pendekatan berbasis teks terhadap kemampuan menulis subjek
mengalami perubahan.
c. Hipotesis yang diterima adalah adalah (Ha) yaitu terdapat peningkatan
kemampuan pembelajar BIPA tingkat mahir pada kemampuan menulis teks
bernuansa budaya Indonesia sebelum dan sesudah diberi perlakuan dengan
menggunakan pendekatan berbasis teks.

S. Materi Ajar Berbasis Media Cetak


Penelitian ketiga puluh enam yang dilakukan oleh Devi (2018) dengan judul
meningkatkan keterampilan menulis argumentasi melalui media cetak brosur bagi penutur
asing tingkat madya. Penulisan penelitian ini dilatarbelakangi oleh nilai mata kuliah bahasa
Indonesia rendah dari mahasiswa asing. Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan
keterampilan mahasiswa asing dalam berbahasa Indonesia. Meningkatkan keterampilan
mahasiswa asing untuk menguasai bahasa Indonesia cukup sulit, karena perbedaan bahasa
yang mereka kuasai. Penggunaan media yang tepat dapat meningkatkan keterampilan
berbahasa mereka, khususnya keterampilan menulis. Penelitian ini dilaksanakan di FIP UMJ
dengan pelaksanaan penelitian ini terbagi ke dalam dua siklus, setiap siklusnya dilaksanakan
dua kali pertemuan. Data penelitian diperoleh dari observasi, tes, dokumentasi. Kriteria
keberhasilan tindakan dapat diketahui dengan adanya peningkatan nilai. Hal ini ditunjukan
pada peningkatan disetiap aspek penilaian dalam menulis argumentasi. Penggunaan media
pembelajaran cetak brosur adat pada keterampilam menulis argumentasi dapat meningkatkan
hasil keterampilan menulis argumentasi dari 61,50 meningkat pada siklus satu menjadi 76,00.
Kemudian meningkat kembali pada siklus dua menjadi 80,33. Berdasarkan penelitian
tersebut, dapat disimpulkan bahwa penggunaan media pembelajaran cetak brosur adat
berhasil dan mampu meningkatkan keterampilan menulis argumentasi pada mahasiswa
Thailand UMJ.
BAB 4
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ada berbagai model-model pengembangan materi ajar BIPA yang dapat digunakan
bahkan dikombinasikan satu sama lain agar menghasilkan produk yang baik. Dalam
menyusun materi ajar BIPA tentu harus memperhatikan pedoman-pedoman tertentu agar
materi ajar yang dikembangkan dapat membantu pelajar BIPA mencapai tujuan
pembelajaran.
Ada banyak penelitian pengembangan materi ajar atau bahan ajar BIPA yang sudah
dilakukan. Kebanyakan dari pengembangan materi ajar tersebut berbasis komunikatif
integratif dan mengintegrasikan aspek kebudayaan. Banyak peneliti pengembangan merasa
bahwa memasukkan aspek kebudayaan ke dalam materi ajar BIPA sangatlah penting. Sebab
mempelajari suatu Bahasa tidak dapat terlepas dari mempelajari kebudayaan pemilik bahasa
itu sendiri. Keduanya adalah satu kesatuan. Ketika mahasiswa asing tersebut datang ke
Indonesia, maka mau - tidak mau mereka pasti dihadapkan pada realitas kehidupan di
Indonesia. Mereka harus mampu beradaptasi dan berbaur dengan masyarakat Indonesia
untuk bertahan hidup. Oleh karenanya mempelajari bahasa dan budaya Indonesia sekaligus
dalam pembelajaran BIPA sangat penting.
Adanya beberapa variasi penelitian pengembangan terkait materi ajar BIPA berbasis
kebudayaan, rupanya tidak sejalan dengan penelitian maupun pengembangan mengenai
BIPA dengan tujuan spesifik yang dalam Bahasa Inggris hal ini biasa disebut dengan ESP
(English for specific purposes). Apalagi jika difokuskan kepada BIPA tujuan akademik dan
pekerjaan, tentu semakin minim lagi. Hal itu sangat berbeda dengan penelitian BIPA dengan
tujuan komunikasi. Meskipun banyak dari penelitian itu tidak benar-benar didesain dengan
tujuan komunikasi. Kebanyakan penelitian-penelitian mengenai BIPA dengan tujuan spesifik
ataupun akademik, tidak murni diambil dari penelitian BIPA itu sendiri, melainkan untuk
ESP dan EAP (English for academic purposes). Peneliti menemukan beberapa penelitian
mengenai kedua aspek tersebut, namun sangat sedikit untuk pembelajaran BIPA, bahkan
hampir tidak ada untuk pengembangan materi ajar BIPA untuk tujuan akademik.
Penelitian-penelitian yang peneliti temukan mengenai BIPA tujuan akademik adalah
mengenai pentingnya analisis kebutuhan pelajar BIPA, aspek-aspek dalam BIPA akademik,
serta materi-materi yang diperlukan ada dalam materi ajar BIPA akademik. Namun, sangat
jarang atau bahkan belum ditemukan penelitian dan pengembangan mengenai materi ajar
BIPA untuk tujuan akademik.

B. Saran
Penulis berharap akan ada lebih banyak peneliti yang mengkaji mengenai BIPA
akademik secara mendalam demi perkembangan BIPA program BIPA. Kajian tersebut dapat
berupa materi ajar, media, strategi, serta metode yang tepat. Materi ajar juga sebaiknya dikaji
lebih mendalam terkait pengantar bahasa yang efektif, desain, media yang digunakan, serta
latihan-latihan yang efektif untuk meningkatkan keterampilan berbahasa BI, serta mengkaji
teks-teks autentik yang bisa digunakan dalam materi ajar BIPA akademik, serta kajian-kajian
lainnya yang terkait untuk memperkaya referensi program BIPA Indonesia di seluruh dunia.
Sementara untuk orang-orang yang terkait dengan program BIPA (pengajar, pengembang
program, tutor), baik di Indonesia dan luar negeri, sangat penting untuk memperkaya inovasi
dalam pembelajaran BIPA, serta melakukan kerja sama yang kuat dengan berbagai pihak
untuk mendukung semua program BIPA yang ada.
DAFTAR RUJUKAN

Ade, R. (2018). An Analysis of teaching Materials for English for Specific Purposes (ESP)
at Technical Commercial Ship of SMK N 10 Padang Academic Year 2018/2019
(Doctoral dissertation, STKIP PGRI Sumbar).

Arimi, S. ANALISIS KORELASI KOMPETENSI DAN MATERI AJAR BIPA DI


INCULS, FIB-UGM.

Arumdyahsari, S., Hs, W., & Susanto, G. (2016). Pengembangan bahan ajar Bahasa
Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) tingkat madya. Jurnal Pendidikan: Teori,
Penelitian, dan Pengembangan, 1(5), 828-834.

Arumdyahsari, S., Hs, W., & Susanto, G. (2016). Pengembangan bahan ajar Bahasa
Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) tingkat madya. Jurnal Pendidikan: Teori,
Penelitian, dan Pengembangan, 1(5), 828-834.

Arwansyah, Y. B., Suwandi, S., & Widodo, S. T. (2017, June). Revitalisasi peran budaya
lokal dalam materi pembelajaran bahasa Indonesia bagi penutur asing (BIPA). In
Proceedings Education and Language International Conference (Vol. 1, No. 1).

BAYU PRASTYO, A. H. M. A. D. (2018). Perkembangan Jenis Kalimat dalam Bahan Ajar


Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA). BAPALA, 5(2).

Cahyani, I., & Hadianto, D. (2018). Implementation of Teaching Materials Based on


Indonesian Culture in BIPA Learning As One Way to Lift Indonesian Culture in the
World. KnE Social Sciences, 546-553.

Defina, D. (2018). Model Penelitian dan Pengembangan Materi Ajar BIPA (Bahasa
Indonesia bagi Penutur Asing). Indonesian Language Education and Literature, 4(1),
36-51.

Devi, W. S. (2018, November). MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS


ARGUMENTASI MELALUI MEDIA CETAK BROSUR BAGI PENUTUR ASING
TINGKAT MADYA. In Seminar Nasional SAGA# 2 (Sastra, Pedagogik, dan
Bahasa) (Vol. 1, No. 1, pp. 203-209).
Elizabeth, R. (2017). Pemanfaatan Kemasan Produk Sebagai Materi Otentik dalam
Pembelajaran Imbuhan di Kelas Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA). Jurnal
Linguistik Terapan, 7(1), 56-60.

Francis C. & Baldesari (2006). Systematic Reviews of Qualitative Literature. Oxford: UK


Cochrane Centre

Hidayatullah, R., Muhardini, S., & Haifaturrahmah, H. (2018, March). PEMBELAJARAN


INOVATIF UNTUK MENANAMKAN NILAI-NILAI KARAKTER PADA
SISWA SEKOLAH DASAR (STUDI META-SINTESIS). In Prosiding Seminar
Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia (pp. 486-494).

Howard, J., & Major, J. (2004). Guidelines for designing effective English language teaching
materials. The TESOLANZ Journal, 12(10), 50-58.

Khaerunnisa, K., Mulia, A. M., & Rina, N. (2018). PENERAPAN MEDIA WAYANG
UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI BAGI
PENUTUR ASING TINGKAT MADYA. In SEMINAR KEPAKARAN BIPA 2.

Kusmiatun, A., & Hum, M. (2019). PENTINGNYA TES KEMAHIRAN BERBAHASA


INDONESIA BAGI PEMELAJAR BIPA BERTUJUAN AKADEMIK. Diksi, 27(1),
8-13.

Kusmiatun, A., Suyitno, I., HS, W., & Basuki, I. A. (2017). Identifying features of Indonesian
for speakers of other languages (BIPA) learning for academic purposes. International
Journal of Social Sciences and Education Studies (IJSSES), 3(4), 197-207.

Kusni, K. (2014). English for Academic Purposes in EFL Contexts: The Needs for
Integrating Reading and Writing Skills. Proceedings of ISELT FBS Universitas
Negeri Padang, 2, 275-283.

Litvinenko, T., & Istanti, W. (2019). SASTRA DAN LINGKUNGAN: PEMILIHAN


MATERI AJAR DARI PERSPEKTIF DARMASISWA RI TINGKAT MADYA.
Konferensi Nasional Bahasa dan Sastra V, 5(1), 287-290.

Meinawati, E. (2019). PERSEPSI DOSEN TERHADAP PENGEMBANGAN MATERI


AJAR MENULIS AKADEMIK BAHASA INGGRIS BERBASIS BRAIN-
FRIENDLY STRATEGIES [TEACHERS'PERCEPTIONS OF AN ENGLISH
ACADEMIC WRITING MATERIAL MODEL BASED ON BRAIN-FRIENDLY
STRATEGIES]. Polyglot: Jurnal Ilmiah, 15(2), 270-283.
Mukhaiyar, M., Syarif, H., Refnaldi, R., & Arianto, M. A. (2019). Kebutuhan Mahasiswa
Akan Materi Ajar Menulis Artikel Dalam Bahasa Inggris Berbasis Kriteria Jurnal-
Jurnal Bereputasi. Lingua Didaktika: Jurnal Bahasa dan Pembelajaran Bahasa,
13(2), 123-137.

Mukoroli, J. (2011). Effective vocabulary teaching strategies for the English for academic
purposes ESL classroom.

Munir, S., Batusangkar, M. P. S. P. S., & Barat, S. (2014). Pengembangan Materi Ajar
Bahasa Inggris untuk Agen Travel (Sebuah Kajian English for Occupational
Purposes). Ragam, 14(3).

Pramitasari, A. (2019). PENGEMBANGAN MATERI AJAR BIPA BERMUATAN


KEARIFAN BUDAYA LOKAL KOTA PEKALONGAN. In National Seminar of
PBI (English Language Education) (pp. 49-53).

Prasetiyo, A. E. (2015). Pengembangan bahan ajar BIPA bermuatan budaya Jawa bagi
penutur asing tingkat pemula (Doctoral dissertation, Universitas Negeri Semarang).

Raden, A. N., Bayu, A., Nina, S., & Valentina, W. S. (2018). ANALISIS KEBUTUHAN
PEMBELAJAR BIPA JANGKA PENDEK STUDI KASUS DI UNIVERSITAS
DIAN NUSWANTORO. In SEMINAR KEPAKARAN BIPA 2.

Ruskhan, A. G. (2007, November). Pemanfaatan Keberagaman Budaya Indonesia Dalam


Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing (BIPA). In Makalah Seminar
Pengajaran Bahasa Indonesia Pertemuan Asosiasi Jepang-Indonesia di Nanzan
Gakuen Training Center, Nagoya, Jepang (pp. 10-11).

Siroj, M. (2015). PENGEMBANGAN MODEL INTEGRATIF BAHAN AJAR BAHASA


INDONESIA RANAH SOSIAL BUDAYA BERBASIS ICT BAGI PENUTUR
ASING TINGKAT MENENGAH. Jurnal Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia,
4(2). https://doi.org/10.15294/jpbsi.v4i2.11305

Solikhah, I. (2014). BAHAN AJAR WRITING FOR ACADEMIC PURPOSES BERBASIS


SELF-MOTIVATED LEARNING. Konstruktivisme: Jurnal Pendidikan dan
Pembelajaran, 6(2), 111-126.

Solikhah, I. (2015). Pengembangan tes reading for academic purposes untuk program EAP
di IAIN Surakarta. CENDEKIA: Journal of Education and Teaching, 9(2), 177-194.
Suher, S., & Hermoyo, P. (2017). Pengembangan Materi Ajar BIPA Melalui Budaya Lokal
Jawa Timur. ELSE (Elementary School Education Journal): Jurnal Pendidikan dan
Pembelajaran Sekolah Dasar, 1(1).

Sundari, Esthi (2018) META-SINTESIS PENGEMBANGAN BAHAN AJAR SKRIPSI


MAHASISWA PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH MALANG TAHUN 2013-2017. Undergraduate (S1) thesis,
University of Muhammadiyah Malang.

Suprihatin, A. (2015). Pengembangan Bahan Ajar Membaca Program Bahasa Indonesia bagi
Penutur Asing Tingkat Intermediate.

Suyitno, I. (2007). Pengembangan Bahan Ajar Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing
(BIPA) berdasarkan Hasil Analisis Kebutuhan Belajar. Wacana, 9(1), 62-78.

Suyitno, I., Susanto, G., Kamal, M., & Fawzi, A. (2017). Teaching materials and techniques
needed by foreign students in learning Bahasa Indonesia. ISLLAC: Journal of
Intensive Studies on Language, Literature, Art, and Culture, 1(1), 52-70.

Tomlinson, B. (2009). Principles and procedures of materials development for language


learning. Metodologias e Materiais para o ensino do Português como Língua Não
Materna, 45-54.

Tupan, A. H., & Petra, B. F. U. (2007, July). Pengembangan Bahan Ajar BIPA melalui Materi
Otentik yang Bermuatan Budaya Indonesia. In Makalah Seminar dan Lokakarya
Internasional Pengajaran BIPA, di Pusat Bahasa, Jakarta, pada (Vol. 19).

Ulinnuha, A. (2017). PENERAPAN PENDEKATAN BERBASIS TEKS DALAM


PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERNUANSA BUDAYA INDONESIA PADA
PEMBELAJAR BIPA: Penelitian Subjek Tunggal pada Pembelajar BIPA Tingkat
Mahir (Doctoral dissertation, Universitas Pendidikan Indonesia).

Ulumuddin, A., & Wismanto, A. (2014). Bahan ajar Bahasa Indonesia ranah sosial budaya
bagi penutur asing (BIPA). Sasindo, 2(1 Januari).

Utomo, Tri Widodo W.2016. Meta Analisis Dalam Study Kebijakan. Printout Power Point
disajikan dalam forum Penguatan Kelembagaan Pusat Data dan Informasi Penelitian
Hukum dan HAM, Jakarta.

Wahyu, A. (2012). PENGEMBANGAN MODEL BAHAN AJAR AFIKS MELALUI


MULTIMEDIA POWERPOINT FLASH PADA PEMBELAJAR BAHASA
INDONESIA UNTUK PENUTUR ASING (BIPA) TINGKAT MADYA (Doctoral
dissertation, Universitas Pendidikan Indonesia).

Widianto, E., & Zulaeha, I. (2016). Pilihan bahasa dalam interaksi pembelajaran bahasa
indonesia bagi penutur asing. Seloka: Jurnal Pendidikan Bahasa Dan Sastra
Indonesia, 5(2), 124-135.

Anda mungkin juga menyukai