Abstrak
Artikel ini akan membahas mengenai materi ajar BIPA, materi ajar
BIPA tujuan akademik, serta prinsip dan langkah menyusun materi
ajar BIPA akademik. Pembahasan tersebut sangat penting untuk
diuraikan sebab materi ajar adalah aspek yang sangat krusial dan
penting dalam sebuah pembelajaran. Materi ajar akan menyajikan
topik-topik, materi, strategi dan metode ajar, sekaligus media
pembelajaran yang dapat mengimprovisasi keefektifan dan efisiensi
proses pembelajaran. Artikel ini termasuk artikel penelitian
konseptual. Keempat keterampilan berbahasa (menyimak, berbicara,
membaca, dan menulis) perlu dimaksimalkan di dalam materi ajar.
Hal itu dilakukan dengan menggunakan materi-materi yang autentik
(situasi akademik yang nyata di Indonesia), menyesuaikan tujuan,
kebutuhan, perilaku, gaya belajar mahasiswa BIPA, serta mampu
meningkatkan motivasi dan minat mereka dalam memperlajari BIPA
akademik Materi ajar yang disusun dan dikembangkan ditujukan
untuk memaksimalkan pembelajaran BIPA bagi mahasiswa asing di
Indonesia demi kelancaran studi dan penelitian mereka di Indonesia,
serta menghindari masalah-masalah yang bisa ditemukan di
lingkungan akademik karena kendala bahasa dan budaya.
Kata kunci: Materi ajar, BIPA, akademik, mahasiswa asing
Abstract
BIPA adalah kepanjangan dari Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing. BIPA
merupakan program pembelajaran yang dibuat untuk mengajarkan Bahasa Indonesia kepada
orang asing, orang yang bukan warga negara Indonesia, atau yang memiliki bahasa pertama
(bahasa Ibu) selain bahasa Indonesia (penutur asing). Sementara mahasiswa asing adalah
orang asing yang ingin melanjutkan atau menempuh pendidikan di Indonesia. Oleh
karenanya, mereka membutuhkan keterampilan berbahasa Indonesia dan memahami
budayanya. Keterampilan berbahasa Indonesia para penutur asing diharapkan dapat
meningkat seiring mengikuti pembelajaran BIPA
Pada dasarnya, penutur asing tertarik untuk mempelajari bahasa Indonesia dengan
berbagai tujuan, salah satunya adalah tujuan akademik. Pernyataan tersebut didukung oleh
pendapat Kusmiatun (2019), bahwa pembelajaran BIPA untuk tujuan akademik di antaranya
untuk keperluan studi lanjut, penelitian, pengajaran atau bidang akademik lainnya di
Indonesia. Menurut Suyitno (2008), bahwa alasan pelajar asing mempelajari BIPA di
antaranya karena di negara asalnya mengambil jurusan atau program yang terkait dengan
Indonesia, melanjutkan studi dan bekerja di Indonesia, melakukan penelitian di Indonesia
atau topik penelitian mengenai Indonesia, serta memiliki rencana untuk menetap di
Indonesia. Hal-hal tersebut menjadi alasan bagi orang-orang asing tersebut untuk
mempelajari bahasa Indonesia.
Penelitian yang dilakukan oleh Saddhono (2012) mengatakan bahwa UNS (Universitas
Sebelas Maret) misalnya, menuntut mahasiswa asing mereka untuk dapat menguasai bahasa
Indonesia. Hal ini penting agar proses pembelajaran yang mereka jalani berjalan dengan
lancar serta mampu mengikuti dan menyelesaikan berbagai tugas akademik yang diberikan.
Berdasarkan pernyataan-pernyataan tersebut di atas, peneliti merasa bahwa pelaksanaan
pembelajaran BIPA perlu menyesuaikan karakteristik mahasiswa asing, salah satunya yaitu
mempelajari BIPA dengan tujuan akademik. Dengan menfokuskan penelitian ini pada tujuan
tersebut diharapkan pembelajaran BIPA ke depannya dapat dilaksanakan dengan lebih baik
dan maksimal, karena arah pembelajarannya telah terfokus dan terarah. Namun, faktanya
pembelajaran BIPA untuk tujuan akademik belum banyak dilakukan, diketahui, dan bahkan
belum diperhitungkan untuk ditinjau (Kusmiatun, dkk, 2017)
Salah satu aspek penting dalam pembelajaran BIPA adalah materi ajar yang digunakan.
Sebab materi ajar yang diberikan akan berpengaruh besar terhadap perkembangan
kemampuan dan keterampilan berbahasa mahasiswa asing. Apabila kualitas materi ajar yang
diberikan baik, diharapkan hasil belajarnya akan berkualitas baik juga. Namun, materi ajar
untuk pembelajaran BIPA saat ini masih belum beragam. Minimnya materi dan jenis buku
ajar menyebabkan kurangnya inovasi dalam kegiatan belajar-mengajar BIPA. Materi ajar
seharusnya lebih bervariasi berdasarkan level, tujuan, budaya, dan sebagainya. Kebanyakan
materi ajar yang ada masih belum membedakan materi ajar berdasarkan tujuan atau
kebutuhan pembelajar BIPA seperti, komunikasi, profesional, maupun akademik, sehingga
materi ajar yang digunakan kurang lebih sama. Materi ajar adalah suatu alat atau media yang
digunakan untuk mengikuti pembelajaran BIPA dapat tercapai (Wardhana, 2010). Sementara
menurut Hasan (2019), bahwa perlu diadakannya analisis kebutuhan mahasiswa asing atau
pelajar BIPA di dalam mengembangkan suatu materi ajar. Oleh sebab itu, perancangan materi
ajar BIPA penting dilakukan, terutama untuk memperbanyak kekayaan referensi materi dan
topik yang bisa dimanfaatkan untuk mengajar BIPA di setiap program BIPA di Indonesia dan
luar negeri.
Artikel ini akan membahas mengenai materi ajar BIPA, materi ajar BIPA tujuan
akademik, serta prinsip dan langkah menyusun materi ajar BIPA akademik. Pembahasan
tersebut sangat penting untuk diuraikan sebab materi ajar adalah aspek yang sangat krusial
dan penting dalam sebuah pembelajaran. Materi ajar akan menyajikan topik-topik, materi,
strategi dan metode ajar, sekaligus media pembelajaran yang dapat mengimprovisasi
keefektifan dan efisiensi proses pembelajaran.
Artikel ini akan menjabarkan segala aspek yang dibutuhkan dalam menyusun materi
ajar BIPA akademik, mulai dari prinsip penyusunan, keterampilan bahasa akademik, materi
kebudayaan, serta latihan-latihan yang perlu dimasukkan dalam materi ajar BIPA akademik..
Segala konsep materi yang diuraikan dalam artikel ini diharapkan dapat dijadikan referensi
dan panduan bagi program, pengajar, maupun tutor BIPA dalam menyelenggarakan
pembelajaran dan mengembangkan materi ajar BIPA akademik. Selain itu, bagi peneliti-
peneliti BIPA selanjutnya dapat meneliti dan mengkaji lebih dalam mengenai topik yang
sama dan menjadikan artikel ini sebagai referensi. Minimnya jumlah materi ajar yang sesuai
dengan kebutuhan pembelajar BIPA khususnya tujuan akademik serta kajian-kajian sejenis
menjadikan semakin pentingnya topik ‘Materi Ajar BIPA Tujuan Akademik’ dalam artikel
ini untuk dibahas.
Materi ajar BIPA adalah sarana yang digunakan sebagai bahan belajar untuk
membelajarkan pelajar BIPA sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran tertentu yang
telah ditetapkan. (Suyitno, 2014). Buku ajar dan materi pembelajaran harus disesuaikan
dengan karakteristik dan tujuan pelajar BIPA mempelajari Bahasa Indonesia (BI). Tentu saja
buku ajar BIPA berbeda dengan buku ajar BI (Bahasa Indonesia) yang digunakan di sekolah
untuk mengajarkan BI kepada penutur asli Indonesia, sebab buku ajar BIPA dirancang
khusus untuk penutur asing. Oleh karena itu, sangat penting untuk mempertimbangkan
karakteristik dan tujuan pelajar BIPA dalam merancang materi ajar BIPA. Hal ini juga senada
dengan yang disampaikan oleh Suyitno (2010), bahwa pada tahap awal pembelajaran BIPA,
pelajar asing banyak sekali dipengaruhi oleh bahasa pertama, budaya asal, gaya belajar yang
dimiliki. Sehingga, latar belakang pelajar BIPA juga penting dipertimbangkan dalam
merancang materi ajar.
Menurut Lubna (2017) dalam merancang materi ajar yang baik perlu memperhatikan
aspek-aspek berikut:
- aspek isi, yaitu berupa bahan atau materi yang akan dimasukkan dalam materi ajar
yang dibuat. Aspek isi ini berhubungan dengan beberapa kriteria materi yang
disajikan, seperti harus jelas, spesifik, dan mutakhir dari segi penerbitan.
Informasi yang disajikan pun harus akurat, autentik, dan tidak mengandung makna
yang bias.
- aspek metode pembelajaran, yaitu aspek yang tidak kalah penting dari konten
materi ajar itu sendiri. Sebab untuk memahamkan materi pada pelajar asing, perlu
metode pembelajaran yang tepat dan sesuai kebutuhan. Sehingga dalam
merancang materi ajar, perlu mempertimbangkan berbagai teori dan strategi
belajar yang sesuai.
- aspek bahasa, yaitu berkaitan dengan sarana atau alat komunikasi yang digunakan
dalam penyajian dan penyampaian materi. Seperti kosakata yang digunakan,
struktur kalimat, panjang paragraf, dan tingkat kemenarikan yang disesuaikan
dengan kognisi dan minat pelajar. Aspek keterbacaan dan tingkat pemahaman
penggunaan bahasa juga harus memnyesuaikan kelompok dan tingkatan pelajar
asing.
Berdasarkan pernyataan Tiarani (2011), syarat konstruksi merupakan hal yang penting
dalam pengembangan materi ajar BIPA. Syarat konstruksi rancangan materi ajar BIPA
berkaitan dengan aspek-aspek yang mendukung tingkat kejelasan dan keterbacaan materi ajar
oleh pelajar asing. Seperti penggunaan bahasaa, susunan kalimat, pemilihan kata yang
digunakan, tingkat kesulitan materi, aspek kontekstualitas, dan pengaturan kompleksitas
struktur bahasa, semua itu harus mampu dimengerti oleh pelajar asing agar mampu
mempelajari materi yang disuguhkan dengan baik.
Nuttal dalam Sun, Z (2010) memberikan tiga kriteria utama ketika memilih teks bacaan
dalam materi ajar, yaitu kesesuaian konten, eskploitasi, dan keterbacaan. Kesesuaian konten
berarti bahan bacaan harus menarik minat pelajar BIPA dan relevan dengan kebutuhan
mereka. Eksploitasi mengacu pada bagaimana teks dapat digunakan untuk mengembangkan
kompetensi pelajar BIPA sebagai pembaca. Seberapa pun bagusnya sebuah teks, apabila teks
itu tidak mampu mengembangkan dan meningkatkan kemampuan berbahasa pelajar asing,
maka sama saja tidak berguna. Sementara keterbacaan merujuk pada tingkat kesulitan teks
tersebut dipahami oleh pelajar. Selain itu, pemilihan materi harus mampu menumbuhkan
motivasi dan meningkatkan antusiasme dari dalam diri pelajar BIPA untuk terus belajar
Bahasa Indonesia. Salah satu strategi yang efektif adalah dengan mengintegrasikan materi
dengan latar belakang budaya dan pengetahuan pelajar BIPA, serta minat luar dan kehidupan
sosial mereka.
Materi ajar berfungsi sebagai titik pengarahan terkait budaya akademik dalam konteks
yang sesuai. Materi menjadi bagian penting dari konstruksi sistem pembelajaran BIPA untuk
tujuan akademik, karena materi memainkan berbagai peran penting dalam pembelajaran.
Instruktur BIPA perlu memperhitungkan penggunaan media dalam kegiatan pembelajaran
dan materi ajar BIPA. Penggunaan media bertujuan untuk membuat dan menghasilkan
kegiatan belajar yang hidup dan menyenangkan. Instruktur BIPA diminta untuk
menggunakan bahan dan media autentik dalam kegiatan pembelajaran yang selanjutnya akan
mendukung tujuan pembelajaran dalam jangka panjang (Cahyani & Hadianto, 2018).
Pemilihan materi ajar membaca BIPA berdasarkan teori yang dinyatakan oleh Ballstaedt
dalam Majid (2011) tentang keunggulan materi ajar, yaitu pembaca dapat mempraktikkan
materi yang telah ada dalam buku teks pada situasi nyata peserta BIPA. Berdasarkan uraian
di atas, instruktur BIPA perlu menumbuhkan motivasi dan kesenangan dalam belajar BIPA.
Hal itu dilakukan dengan menggunakan materi dan media yang sesuai dengan tujuan, latar
belakang, bahkan minat pelajar BIPA. Selain itu, materi dan topik akademik yang autentik
(benar-benar dipakai di universitas dan pendidikan) dapat mempercepat perkembangan
kemampuan BI mahasiswa asing. Mempelajari budaya akademik yang sesuai realita dan
minat pelajar asing akan semakin menumbuhkan ketertarikan mempelajari bahasa dan budaya
Indonesia akademik.
Menurut Suprihatin (2015) dan Ningrum, dkk (2017), pelajar BIPA memiliki level
performansi yang berbeda-beda, yaitu level pemula, menengah, hingga lanjut. Berdasarkan
level performansi tersebut, maka materi ajar BIPA yang disusun juga dibedakan menjadi tiga
kriteria disesuaikan dengan level performansi tersebut, yaitu untuk tingkat pemula,
menengah, dan lanjut.
Peran sentral pengajar atau perancang program BIPA adalah untuk mencari tahu apa
yang dibutuhkan oleh pelajar BIPA, apa yang harus mereka lakukan dalam pendidikan,
akademik atau penelitian mereka, lalu membantu mereka menguasai kebutuhan materi bahasa
terkait tersebut dengan lebih baik pada waktu yang tersedia (www.uefap.com). Menurut
Hyland (2001) dalam www.uefap.com mengatakan bahwa, langkah awal yang harus
dilakukan adalah dengan menganalisis kebutuhan target peserta didik. Hal ini termasuk
bahasa dan praktik terkait yang akan mereka butuhkan dalam pekerjaan atau kursus akademik
mereka. Kebutuhan ini harus diteliti dengan jelas karena subjek yang berbeda di tingkat yang
berbeda di lembaga atau negara yang berbeda mungkin memiliki kebutuhan yang berbeda.
Penelitian yang dilakukan oleh Kusmiatun, dkk (2017) menyatakan bahwa ada berbagai
tujuan pembelajaran BIPA yang dianalisis berdasarkan kebutuhan masing-masing pelajar
BIPA. Tujuan-tujuan tertentu tersebut adalah (1) untuk komunikasi dalam kegiatan akademik,
(2) agar dapat beradaptasi dalam lingkungan akademik, (3) mampu memahami ceramah atau
kuliah yang disampaikan dalam bahasa Indonesia, (4) memahami berbagai referensi dan
literatur dalam Bahasa Indonesia, (5) membuat karya tulis ilmiah dalam Bahasa Indonesia,
(6) mempresentasikan karya tulis dalam Bahasa Indonesia, dan (7) melakukan dan
melaporkan kegiatan penelitian sederhana menggunakan Bahasa Indonesia. Sememtara untuk
pelajar yang merupakan peneliti asing, tujuan BIPA akademik adalah untuk (1) memahami
referensi bahasa Indonesia yang relevan dengan kebutuhan penelitian mereka, (2)
berkomunikasi dalam bahasa Indonesia untuk kegiatan penelitian, (3) melaporkan penelitian,
baik secara lisan dan tertulis, dan (5) mempublikasikan hasil penelitian dalam bahasa
Indonesia. Untuk seorang pelajar yang merupakan dosen asing, tujuan pembelajarannya
adalah (1) berkomunikasi dalam kegiatan akademik, (2) beradaptasi dalam lingkungan
akademik, dan (3) menjelaskan kuliah di Indonesia.
Kedudukan BIPA bagi pelajar asing adalah sebagai bahasa kedua sehingga
pembelajarannya dilakukan setelah menguasai bahasa pertamanya. Para pakar pembelajaran
bahasa kedua pada umumnya percaya bahwa bahasa pertama (bahasa ibu) mempunyai
pengaruh terhadap proses penguasaan bahasa kedua pelajar. Pengaruh itu bisa menjadi
pengaruh buruk atau bahkan membantu dalam proses pembelajaran bahasa kedua.
Pembelajaran bahasa kedua akan menjadi mudah jika pelajar telah menguasai bahasa
pertamanya dengan baik karena kemampuan bahasa pertamanya bisa digunakan dalam proses
pembelajaran bahasa kedua (Hapsari, dkk, 2017). Sementara menurut Ellis dalam Suyitno
(2014), pelajar BIPA adalah pelajar asing yang memiliki latar belakang budaya dan bahasa
yang berbeda dari yang dipelajarinya. Sehingga seringkali bahasa pertama atau bahasa ibu
sangat memengaruhi pembelajaran bahasa kedua sehingga menjadi penyebab utama kesulitan
dan kesalahan dalam pembelajaran bahasa kedua.
Selain memperhatikan tujuan, kebutuhan belajar, serta kedudukan para pelajar BIPA,
perlu diperhatikan juga perilaku dan gaya belajar mereka. Mengetahui perilaku dan gaya
belajar akan sangat membantu dalam menentukan metode dan strategi pembelajaran yang
tepat bagi mahasiswa BIPA tujuan akademik. Seperti yang dilaporkan oleh peneliti melalui
beberapa pengamatan yang dilakukan pada kegiatan dan perilaku siswa, dapat dinyatakan
bahwa pelajar BIPA untuk tujuan akademik belajar memiliki sikap atau gaya belajar yang
didefinisikan sebagai serius, aktif, ingin tahu, logis dan kritis, peserta didik yang rajin,
bertanggung jawab, dan termotivasi. Sikap belajar yang positif ini dapat berfungsi sebagai
pendukung untuk mencapai keberhasilan pembelajaran. Gaya belajar juga terkait dengan
faktor kematangan siswa. Usia pelajar mempengaruhi perilaku mereka. Semakin tua usia
pelajar, semakin banyak pelajar bertanggung jawab dan sabar dalam menghadapi masalah di
kelas. khususnya dalam hal motivasi belajar. Pembelajaran BIPA ini bertujuan mendukung
keberhasilan mereka di bidang akademik (Kusmiatun, dkk, 2017).
Program pembelajaran serta materi ajar BIPA tujuan akademik sangatlah penting
didesain dengan memerhatikan segala aspek yang dibutuhkan pelajar BIPA tujuan akademik.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Kusmiatun (2019) kepada mahasiswa asing dari
beberapa universitas di Indonesia, menguraikan beberapa alasan mengapa mempelajari
bahasa dan budaya akademik sangatlah penting bagi mahasiswa asing sebagaimana berikut:
Masalah lain yang ditemukan apabila pembelajaran BIPA akademik tidak ada di
antaranya adalah kosa kata bahasa akademik yang sering kali sangat teknis dan lebih jarang
digunakan daripada bahasa yang digunakan dalam komunikasi sehari-hari. Apalagi dalam
bahasa Indonesia terdapat bahasa formal dan informal. Kebanyakan masyarakat Indonesia
menggunakan bahasa sehari-hari dengan bahasa informal yang bercampur dengan bahasa
gaul maupun daerah. Sementara bahasa akademik menggunakan bahasa formal dan baku
dengan kosakata akademik yang jarang pula ditemukan dalam komunikasi sehari-hari. Hal ini
sesuai dengan pernyataan (Mukoroli, 2011) untuk bahasa Inggris akademik sebagai bahasa
kedua, bahwa ada kesenjangan yang sangat besar dan mengkhawatirkan antara akuisisi
percakapan dasar bahasa Inggris dan bahasa Ingris akademik, oleh karena itu penting bagi
pengajar bahasa kedua tujuan akademik agar memiliki pengetahuan tentang strategi
pengajaran yang paling efektif dan terkini dalam pengajaran kosakata dan menyediakan
perancah akademik yang konstan untuk pembelajaran bahasa kedua.
Pembelajaran BIPA tujuan akademik akan memfokuskan pada materi-materi dan topik-
topik yang akan berhubungan langsung dalam ranah akademik, baik secara bahasa maupun
budaya. Hal ini penting dilakukan untuk memenuhi tujuan pembelajaran BIPA mahasiswa
asing yang tentu mempelajari BI demi kelancaran studi maupun penelitiannya. Hal tersebut
tentu harus menjadi kunci patokan dalam penyusunan materi ajar BIPA tujuan akademik.
Ada perbedaan yang mendasar antara pelajar (siswa) BIPA yang berorientasi pada
pengembangan ekonomi dan akademik. Perbedaan tersebut terletak pada register bahasanya.
Dalam konteks ini, para penulis membatasi definisi register bahasa sebagai gaya bahasa yang
bisa berbeda-beda tergantung konteks situasinya, sebagai contoh register bahasa yang
digunakan dalam situasi nonformal berbeda dengan formal, misalnya penggunaan kata “saya”
dan “aku”. Melalui penggunaan kedua kata tersebut, kita dapat mengetahui mana yang sering
digunakan dalam situasi formal dan mana yang informal. Perbedaan inilah yang membuat
para pengelola pembelajaran BIPA, harus jeli dalam menyusun materi pembelajaran yang
diperuntukkan kepada pelajar dengan orientasi praktis atau akademis (Raden, 2018).
Mengacu pada pernyataan tersebut, maka akan ada banyak perbedaan yang muncul dalam
materi ajar BIPA umum, BIPA komunikasi, pekerjaan, maupun akademik. Selain itu, juga
terdapat perbedaan register bahasa menurut konteks situasinya.
a. Keterampilan mendengarkan/menyimak
Di dalam kelas mendengarkan ceramah dosen, mengikuti konferensi, atau seminar,
siswa memerlukan keterampilan mendengarkan dan menyimak yang baik serta mampu
menulis catatan yang relevan. Latihan yang dapat dilakukan di antaranya dengan meminta
pelajar BIPA untuk menyimak di dalam kelas atau mendengarkan kuliah, lalu menuliskan
atau menceritakan kembali hasil simakannya. Dalam materi ajar dapat diberikan tautan-tautan
video atau audio rekaman kuliah atau ceramah yang autentik untuk membantu keterampilan
menyimak pelajar. Kosa kata yang diberikan juga disesuaikan dengan topik-topik yang
relevan.
b. Keterampilan membaca
Sebagai mahasiswa asing yang bertujuan studi, akademik, maupun penelitian.
Keterampilan membaca dalam bahasa Indonesia sangat diperlukan. Mahasiswa akan
menemui banyak bacaan di dalam dan luar kelas. Latihan membaca yang bisa diberikan
dalam materi ajar haruslah berasal dari teks yang autentik, yaitu teks-teks yang biasa dipakai
dalam mata kuliah atau sering digunakan oleh dosen di universitas. Hal ini penting dilakukan
agar pelajar BIPA lebih sadar dan terbiasa akan penggunaan istilah-istilah akademik dan
bahasa formal. Mahasiswa juga seringkali diminta membaca buku-buku dan artikel rujukan
dan membaca tayangan presentasi di power point.
c. Keterampilan berbicara
Berbicara dalam lingkup akademik dibutuhkan bagi mahasiswa ketika melakukan
presentasi, tanya-jawab, diskusi, seminar, atau sekedar berbicara dengan dosen. Dalam
budaya Indonesia, etika berbicara dengan dosen dan teman sejawat juga memiliki sedikit
perbedaan. Berbicara dalam lingkup akademik biasanya diprioritaskan menggunakan bahasa
baku yang formal. Latihan yang diberikan bisa berupa latihan percakapan lisan dengan teks
yang tersedia, berdiskusi dengan teman, melakukan presentasi lisan, serta dibantu dengan
interaksi di kelas saat proses pembelajaran dan kegiatan tutorial.
d. Keterampilan menulis
Menulis dalam lingkup akademik bisa digunakan ketika mengerjakan tugas berupa
tulisan. Biasanya untuk tingkat studi lanjut, tugas-tugas yang diberikan banyak berupa
menulis esai, artikel, makalah, bahkan untuk sekedar menulis catatan di kelas, menjawab soal
ujian singkat, merangkum, maupun menulis simpulan dari hal yang dibaca dan disimak.
Menurut Kusni (2014), bahwa keterampilan membaca dan menulis yang terintergrasi
di kelas EAP (English Academic Purposes) dapat diwujudkan dalam beberapa jenis tugas
akademik yang penting. Seperti mengambil catatan dari sebuah teks, merangkum informasi
teks, memparafrasekan sumber daya teks, menyintesis informasi dari berbagai sumber teks,
membandingkan berbagai sudut pandang dari teks tertulis dan menghasilkan pandangan
kritis, menjawab pertanyaan ujian esai dari berbagai teks bacaan dalam berbagai tulisan
komprehensif, menulis makalah penelitian atau tinjauan pustaka, dan menanggapi teks yang
ditugaskan melalui membuat ringkasan atau memberikan poin pandangan kritis. Menurut Xu,
X. (2012), bahwa keterampilan menulis EAP dianggap paling penting khususnya untuk
keperluan penerbitan penelitian internasional. Artinya, keterampilan membaca dan menulis
dalam kelas bahasa inggris akademik sangat penting. Hal tersebut juga berlaku untuk
pembelajaran bahasa asing lainnya seperti BIPA tujuan akademik.
Kusni (2014) secara khusus membahas dua jenis tugas penulisan akademik khusus yang
memerlukan integrasi keterampilan membaca dan menulis bahasa Inggris: merangkum dan
menyintesis informasi di seluruh sumber daya teks. Tugas-tugas ini umum bagi mahasiswa
yang sangat berguna bagi mereka dalam menulis laporan penelitian (makalah, tesis, atau
disertasi). Mereka mewakili tugas-tugas yang biasanya dialami siswa. Tugas menulis
akademis berbasis membaca ini juga mengangkat masalah penyalinan langsung, penggunaan
kutipan, dan plagiarisme sebagai masalah serius bagi pelajar BIPA.
Kemampuan meringkas yang efektif dianggap cukup sulit. Pelajar BIPA sering tidak
memiliki pengetahuan kosa kata yang cukup kuat untuk diparafrasekan secara efektif.
Keahlian menulis mereka yang terbatas menimbulkan kesulitan saat membuat ringkasan
(termasuk menyalin kalimat secara langsung), dan kesempatan mereka yang terbatas untuk
berlatih dengan meringkas mengarah pada ringkasan yang kurang efektif. Semua masalah ini
telah terbukti mempengaruhi kinerja menulis ringkasan siswa. Ini adalah alasan utama bagi
pengajar BIPA untuk fokus mengembangkan keterampilan akademik siswa dengan mengajar
mereka bagaimana menggunakan keterampilan membaca dan menulis secara integratif
(Kusni, 2014). Berdasarkan penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa perlu dilakukannya
integrasi antara keterampilan membaca dan menulis dalam pembelajaran maupun materi ajar
BIPA akademik.
Penutup
a. Simpulan
Seluruh uraian materi ajar BIPA tujuan akademik dalam artikel ini dapat
dipertimbangkan dan diintegrasikan dalam penyususunan materi ajar BIPA akademik.
Materi ajar BIPA yang diberikan harus dibedakan berdasarkan tingkat performansi
mahasiswa BIPA. Materi ajar BIPA akademik biasa diberikan kepada pelajar BIPA pada
tingkat menengah ke atas, karena tingkat bahasanya yang sudah lebih sulit dan spesifik.
Keempat keterampilan berbahasa (menyimak, berbicara, membaca, dan menulis) perlu
dimaksimalkan di dalam materi ajar. Hal itu dilakukan dengan menggunakan materi-
materi yang autentik, menyesuaikan tujuan, kebutuhan, perilaku, gaya belajar mahasiswa
BIPA, serta mampu meningkatkan motivasi dan minat mereka dalam memperlajari BIPA
akademik. Media dan strategi pembelajaran BIPA akademik yang diintegrasikan ke
dalam materi ajar haruslah yang inovatif. Materi kebudayaan dan latihan-latihan yang
diberikan sebaiknya menyesuaikan dengan situasi akademik yang nyata di Indonesia.
Misalnya dalam mendengarkan kuliah, menulis karya ilmiah, presentasi, maupun
mengerjakan soal ujian. Materi ajar yang disusun dan dikembangkan ditujukan untuk
memaksimalkan pembelajaran BIPA bagi mahasiswa asing di Indonesia demi kelancaran
studi dan penelitian mereka di Indonesia, serta menghindari masalah-masalah yang bisa
ditemukan di lingkungan akademik karena kendala bahasa dan budaya.
b. Saran/Rekomendasi
Penulis berharap akan ada lebih banyak peneliti yang mengkaji mengenai BIPA
akademik secara mendalam demi perkembangan BIPA program BIPA. Kajian tersebut
dapat berupa materi ajar, media, strategi, serta metode yang tepat. Materi ajar juga
sebaiknya dikaji lebih mendalam terkait pengantar bahasa yang efektif, desain, media
yang digunakan, serta latihan-latihan yang efektif untuk meningkatkan keterampilan
berbahasa BI, serta mengkaji teks-teks autentik yang bisa digunakan dalam materi ajar
BIPA akademik, serta kajian-kajian lainnya yang terkait untuk memperkaya referensi
program BIPA Indonesia di seluruh dunia. Sementara untuk orang-orang yang terkait
dengan program BIPA (pengajar, pengembang program, tutor), baik di Indonesia dan luar
negeri, sangat penting untuk memperkaya inovasi dalam pembelajaran BIPA, serta
melakukan kerja sama yang kuat dengan berbagai pihak untuk mendukung semua
program BIPA yang ada.
Daftar Rujukan
Cahyani, I., & Hadianto, D. (2018). Implementation of Teaching Materials Based on
Indonesian Culture in BIPA Learning As One Way to Lift Indonesian Culture in the
World. KnE Social Sciences, 546-553.
Hapsari, Y. R., dkk. 2017. Pelaksanaan Pembelajaran Berbicara BIPA Siswa Kelas IX di
Gandhi Memorial Intercontinental School Bali. Jurnal Pendidikan Bahasa Dan
Sastra Indonesia Undiksha, 6(1).
Hasan, Jhems Richard, dkk. 2019. Pengembangan Materi ajar Berupa Modul Basics English
Grammar untuk Mahasiswa Tadris Bahasa Inggris. Al-Lisan. Journal Bahasa &
Pengajarannya. ISSN 2442-8965 & E ISSN 2442-8973. 4 (1)
Kusmiatun, A., Suyitno, I., HS, W., & Basuki, I. A. (2017). Identifying features of
Indonesian for speakers of other languages (BIPA) learning for academic purposes.
International Journal of Social Sciences and Education Studies (IJSSES), 3(4), 197-
207.
Kusmiatun, Ari. 2019. Pentingnya Tes Kemahiran Berbahasa Indonesia bagi Pemelajar BIPA
Bertujuan Akademik. Universitas Negeri Yogyakarta. 27(1)
Kusmiatun, Ari. 2019. Pentingnya Tes Kemahiran Berbahasa Indonesia bagi Pemelajar BIPA
Bertujuan Akademik. Universitas Negeri Yogyakarta. 27 (1)
Kusni, K. (2014). English for Academic Purposes in EFL Contexts: The Needs for
Integrating Reading and Writing Skills. Proceedings of ISELT FBS Universitas
Negeri Padang, 2, 275-283.
Lubna, S. 2017. Penyusunan Materi ajar Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) untuk
Pebelajar Anak. Balai Bahasa Kalimantan Barat, 11(11), 83–94.
Mukoroli, J. (2011). Effective vocabulary teaching strategies for the English for academic
purposes ESL classroom.
Muliastuti, Liliana. (2016). BIPA Pendukung Internasionalisasi Bahasa Indonesia.
Makalah disajikan pada seminar Nasional Politik Bahasa di Universitas Tidar
Magelang. Magelang: Untidar
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 57 Tahun 2014 Pasal 20 diunduh dari
http://www.bpkp.go.id/uu/filedownload/4/114/2777.bpkp pada tanggal 12 April
2020.
Raden, A. N., Bayu, A., Nina, S., & Valentina, W. S. (2018). ANALISIS KEBUTUHAN
PEMBELAJAR BIPA JANGKA PENDEK STUDI KASUS DI UNIVERSITAS
DIAN NUSWANTORO. In SEMINAR KEPAKARAN BIPA 2.
Suyitno, Imam. 2007. Pengembangan Materi ajar Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing
(BIPA) berdasarkan Hasil Analisis Kebutuhan Belajar.Wacana, VOL 9,NO 1.
Suyitno, Imam. 2008. Norma Pedagogis dan Analisis Kebutuhan Belajar dalam
Pembelajaran Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA). Diksi, 15 (1), pp:
111-119
Suyitno, Imam. 2014. Pengembangan Materi ajar Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing
(BIPA) berdasarkan Hasil Analisis Kebutuhan Belajar. Wacana, Journal of the
Humanities of Indonesia, 9(1).
Tiarani, V. A. 2011. Teknik Pengembangan Materi ajar Dwi Bahasa Untuk Kelas
Internasional. Universitas Negeri Yogyakarta.
Xu, X. (2012). Cultural factors in EAP Teaching—influences of thought pattern on English
academic writing. Cross-Cultural Communication, 8(4), 53-57.