Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pelajar BIPA adalah pelajar asing yang memiliki latar belakang
bahasa dan budaya berbeda dengan budaya bahasa yang dipelajarinya.
Perbedaan bahasa dan budaya tersebut memiliki konsekuensi pada
pemilihan materi bahasa Indonesia yang akan diajarkan kepada mereka
karena pemerolehan bahasa kedua, termasuk bahasa Indonesia untuk
penutur asing, dipengaruhi secara kuat oleh bahasa pertama (Ellis
1986:19) dalam [Imam Suyitno 2007:62]
Berdasarkan kekhususan ciri dalam proses pembelajaran BIPA,
persoalan yang harus dijawab adalah bagaimana mengarahkan para pelajar
asing agar termotivasi untuk belajar bahasa Indonesia sesuai dengan minat
mereka.
Saat ini, bahasa Indonesia mulai mendapat tempat dan diminati oleh
warga negara lain, khsusnya mereka yang bertempat di zona asia-pasifik.
Alasan meningkatnya kemauan banyak orang untuk mempelajari bahasa
Indonesia karena Indonesia mempunyai penduduk dengan jumlah besar,
posisi geografis yang strategis, kekayaan alam, kekayaan kebudayaan, dan
ramainya perusahaan asing yang bermukim dan berinvestasi.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perkembangan pembelajaran BIPA?
2. Apa karakteristik pelajar BIPA?
3. Bagaimana aspek penting dalam pembelajaran BIPA?

C. Tujuan
1. Mengetahui perkembangan pembelajaran BIPA.
2. Memahami karakteristik pelajar BIPA.
3. Memahami aspek penting dalam pembelajaran BIPA.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Perkembangan Pembelajaran BIPA


Pelajar BIPA adalah pelajar asing yang memiliki latar belakang
bahasa dan budaya berbeda dengan budaya bahasa yang dipelajarinya.
Perbedaan bahasa dan budaya tersebut memiliki konsekuensi pada
pemilihan materi bahasa Indonesia yang akan diajarkan kepada mereka
karena pemerolehan bahasa kedua, termasuk bahasa Indonesia untuk
penutur asing, dipengaruhi secara kuat oleh bahasa pertama (Ellis
1986:19) dalam [Imam Suyitno 2007:62]
Pelajar BIPA pada umumnya adalah orang dewasa. Mereka yang
sudah berusia 17 tahun ke atas. Gambaran tentang wujud BIPA dapat
ditinjau dari segi tujuan belajar BIPA. Tujuan BIPA harus memiliki kaitan
yang erat dengan masalah pemenuhan kebutuhan. Mackey dan Mountford
(Sofyan 1983) menjelaskan ada tiga kebutuhan yang mendorong seseorang
belajar bahasa, yaitu:
1. Kebutuhan akan pekerjaan.
2. Kebutuhan program latihan kejuruan.
3. Kebutuhan untuk belajar.
Pendapat Hoed (1995) program BIPA bertujuan untuk:
1. Mengikuti kuliah di perguruan tinggi Indonesia.
2. Membaca buku dan surat kabar guna keperluan penelitian.
3. Berkomunikasi secara lisan dalam kehidupan sehari-hari di
Indonesia.
Soewandi (1994:4-6), menjelaskan bahwa tujuan pengajaran BIPA sangat
menonjol pada:
1. Untuk berkomunikasi keseharian dengan penutur bahasa
Indonesia (tujuan umum)
2.
3. Menggali kebudayaan Indonesia dengan segala aspeknya
(tujuan khusus)

2
Pembelajaran BIPA memiliki karakteristik dan norma pedagogik
yang berbeda dengan pembelajaran bahasa Indonesia penutur asli.
Perbedaan tersebut terjadi karena:
a. Pelajar BIPA pada umumnya telah memiliki jangkauan dan
target hasil pembelajaran secara tegas.
b. Dilihat dari tingkat pendidikannya, pada umumnya pelajar BIPA
adalah orang-orang terpelajar.
c. Para pelajar BIPA memiliki gaya belajar yang khas dan kadang-
kadang di dominasi oleh latar belakang budaya.
d. Sebagia besar pelajar BIPA memiliki minat dan motivasi yang
tinggi terhadap bahasa Indonesia.
e. Para pelajar BIPA memiliki latar belakang keilmuan yang
berbeda-beda
f. Karena perbedaan sistem bahasa, menyebabkan pelajar BIPA
banyak menghadapi kesulitan terutama dalam masalah pelafalan
dan penulisan. (Suyitno. 2000) dalam [Imam Suyitno 2007: 64]
Sebagai sebuah sistem proses, optimalisasi pembelajaran BIPA
bergantung pada ketuntasan di dalam pengelolaan keseluruhan unsurnya,
baik secara bebas maupun secara simultan. Hal ini harus disertai dengan
pola dan langkah yang sistematis dengan tetap memperhatikan dan
mempertimbangkan tujuan sebagai target dan tuntutannya. Sejumlah pola
dan langkah yang jelas dan terarah untuk mempercepat pencapaian tujuan
pembelajaran dan pengimplementasian kualitas isi dan muatan kompetensi
pembelajaran.
Hal ini tidak mudah. Maka, memerlukan sejumlah wawasan
keterampilan, dan kiat khusus. Pengelolaan materi pembelajaran BIPA ini
berkaitan dengan cara memilih, memilah, mengembangkan, dan
mengemasnya secara proposional dan fungsional. (Imam Suyitno 2007:64)
Berdasarkan kekhususan ciri dalam proses pembelajaran BIPA,
persoalan yang harus dijawab adalah bagaimana mengarahkan para pelajar
asing agar termotivasi untuk belajar bahasa Indonesia sesuai dengan minat
mereka. Dalam hal ini diperlukan upaya yang sungguh-sungguh dalam

3
menciptakan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Upaya
awal yang diperlukan untuk mengembangkan perangkat pembelajaran yang
sesuai dengan kebutuhan pelajar BIPA adalah melakukan analisis kebutuhan
belajar pelajar BIPA.
Hal ini akan diketahui kemampuan awal pelajar BIPA, tujuan pelajar
BIPA bidang keahlian yang dimiliki pelajar BIPA, strategi dan gaya belajar
pelajar BIPA, pengalaman belajar pelajar BIPA, dan minat motivasi belajar
BIPA. Pemahaman tersebut nantinya akan dapat dikembangkan dan dapat
disusun bahan pembelajaran BIPA yang sesuai dengan kondisi pelajar.

A.1.1. Metode Penelitian


Model pengembangan yang digunakan dalam pembelajaran BIPA
merupakan model prosedural dengan mengadaptasi model rancangan sistem
pembelajaran yang ditawarkan oleh Dick dan Carey (1978). Pengembangan
ini diawali dengan pengenalan tujuan pembelajaran yang difokuskan pada
analisis kebutuhan belajar dengan upaya pemahaman perilaku awal dan ciri
pelajar asing. Selanjutnya, analisis kebutuhan atau analisis dimain (Spradley
1979) dengan tujuan untuk memetakan ranah, taksonomi, dan materi
pembelajaran yang sesuai dengan hasil analisis kebutuhan belajar pelajar
asing.
Dalam pengembangan materi ajar BIPA, ada beberapa kriteria yang
dipertimbangkan, yaitu:
1. Kualitas produk meliputi:
a. Kedalaman, keluasan, variasi dan kreativitas isi.
b. Organisasi dan kelengkapan materi.
c. Bahasa
d. Gaya
2. Efektivitas produk meliputi:
a. Pencapaian tujuan
b. Pemenuhan kebutuhan belajar para pelajar.
3. Efisiensi produk meliputi:
a. Waktu, tenaga, dan biaya.

4
4. Fisibilitas produk, yang memungkinkan dapat digunakan
berdasarkan kompetensi guru dan pelajar asing.
Subjek penelitian ini dibedakan menjadi dua macam, yakni:
1. Subjek yang digunakan untuk penjaringan data dalam analisis
kebutuhan belajar pelajar asing.
2. Subjek digunakan untuk triangulasi dan uji coba produk.
Pelajar asing yang sedang belajar BIPA serta para guru dan tutor
BIPA akan menjadi subjek dalam menjaring data tentang kebutuhan belajar
pelajar. Hal ini dipilih dari pelajar asing, tutor, dan pengajar BIPA yang ada
di Malang. Untuk triangulasi, uji coba produk, kelompok ahli, guru, dan
tutor BIPA yang sudah berpengalaman dijadikan subjek penelitian. (Imam
Suyitno 2007: 66)

A. 1. 2. Hasil Penelitian dan Pembahasan Kondisi Awal Pelajar BIPA


Pelajar asing yang belajar BIPA memiliki tingkat kemampuan yang
berbeda-beda. Mereka ada yang sudah belajar selama dua tahun di
universitas asalnya, ada pula yang belum pernah belajar bahasa Indonesia
sama sekali. Di antara mereka, ada beberapa pelajar asing yang sudah
pernah ke Indonesia dan ada pula yang belum pernah ke Indonesia. Bagi
mereka yang sudah pernah belajar bahasa Indonesia, materi belajarnya pun
juga berbeda-beda, yakni ada yang memfokuskan pada belajar struktur
bahasa lndonesia dan ada pula yang belajar keterampilan berbahasa
Indonesia.
Tujuan pelajar asing belajar BIPA adalah mereka ingin lancar
berbahasa Indonesia dan mengenal budaya Indonesia dari dekat. Kelancaran
berbahasa Indonesia tersebut diperlukan oleh mereka karena:
1. Mereka mengambil program tentang Indonesia di universitas
asalnya.
2. Mereka akan melakukan penelitian di Indonesia.
3. Mereka akan bekerja di Indonesia.
4. Mereka akan meneliti masalah bahasa Indonesia.
5. Mereka akan tinggal di Indonesia dalam waktu lama.

5
B. Karakteristik Pelajar BIPA
Pengajaran BIPA bukan hanya sekedar menghasilkan pelajar yang
mampu berbahasa Indonesia yang benar, tetapi juga sebagai wahana untuk
memahami keadaan sosial masyarakat Indonesia (Ruskhan, 2007) dalam
[Laili, dkk: 207]
Bahan ajar memiliki peran penting dalam pembelajaran BIPA, yaitu
sebagai pengetahuan, keterampilan, atau sikap yang dipelajari pembelajar
untuk mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan.
Bahan ajar mempunyai dua tujuan, yaitu memberikan informasi dan
data tentang hal yang dipelajari dan menyajikan data konteks sosial budaya
(Vale, dkk, 1991:67). Ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam
memilih dan menyusun bahan ajar. Vale, dkk. (1991:69-70) menyebutkan
ada empat hal yang harus dipertimbangkan dalam menyusun bahan ajar.
Keempat hal yang perlu dipertimbangkan dalam menyusun bahan ajar
adalah:
1. Karakteristik pembelajar.
2. Tujuan pembelajaran.
3. Ketertarikan pengajar.
4. Kepraktisan dan kelaziman.
Pertimbangan terhadap karakteristik pembelajar berkaitan dengan
kesesuaian tingkat kesulitan bahan ajar dengan tingkat keterampilan
berbahasa pembelajar, bagaimana bahan ajar dapat menantang pembelajar
tanpa membuat mereka frustasi, dan bagaimana bahan ajar dapat
mengakomodasi kebutuhan dan ketertarikan pembelajar. Karakteristik
pembelajar yang perlu diketahui antara lain: usia, kemampuan rata-rata
sesuai dengan materi pembelajaran, keterampilan yang telah dimiliki, serta
sikap. Selain itu, karakteristik sosial budaya dan sosial ekonomi juga perlu
dipahami dalam merancang bahan ajar.
Pertimbangan terhadap tujuan pembelajaran menyangkut bagaimana
bahan ajar mendukung pencapaian kompetensi yang ditentukan dalam
kurikulum, bagaimana bahan ajar meningkatkan pengetahuan dan
pemahaman siswa, dan bagaimana bahan ajar mendukung siswa untuk

6
bertanggung jawab atas belajarnya sendiri. Tujuan akhir pembelajaran telah
digariskan pada kurikulum seperti dalam standar kompetensi dan
kompetensi dasar.
Pertimbangan terhadap ketertarikan pengajar berhubungan dengan isu
bagaimana bahan ajar dapat mengeksplorasi, bukan membatasi keahlian
pengajar. Pengajar tentu memiliki keterbatasan dan ketertarikan. Namun,
pengajar tidak boleh menghindari materi yang tidak dikuasai dan tidak
menarik. Semua materi yang tertuang dalam kurikulum harus diajarkan
sesuai porsi dan proporsinya.
Pertimbangan kepraktisan dan kelaziman berhubungan dengan kriteria
bahwa bahan ajar harus mempunyai tampilan yang imajinatif dan menarik,
ekonomis dari segi pemanfaatan waktu pemakaian, dan memungkinkan
semua pembelajar aktif terlibat dalam pemakaiannya. (Laili, dkk: 208)

C. Aspek Penting dalam Pembelajaran BIPA


Saat ini, bahasa Indonesia mulai mendapat tempat dan diminati oleh
warga negara lain, khsusnya mereka yang bertempat di zona asia-pasifik.
Alasan meningkatnya kemauan banyak orang untuk mempelajari bahasa
Indonesia karena Indonesia mempunyai penduduk dengan jumlah besar,
posisi geografis yang strategis, kekayaan alam, kekayaan kebudayaan, dan
ramainya perusahaan asing yang bermukim dan berinvestasi.
Untuk menghadapi fenomena tersebut, Badan Pengembangan Bahasa
dan Pembinaan Bahasa membuat program BIPA sebagai wadah pengajaran
bahasa dan budaya Indonesia. Pemahaman tentang budaya lokal Indonesia
memiliki peranan yang sangat besar terhadap pembelajaran BIPA.
Pertama, karena dapat memberi gambaran bagaimana cara
berkomunikasi dan kedua, mencegah pemelajar BIPA dari risiko benturan
budaya saat melakukan interaksi dengan penutur asli bahasa Indonesia.
Menjadikan pemelajar BIPA paham dengan unsur-umsur yang digunakan
dalam bahasa apakah dapat menyinggung dan bertentangan dengan adat-
istiadat masyarakat Indonesia. Selain itu, pemahaman budaya dapat
merangsang pemelajar BIPA dalam menghayati norma-norma kehidupan

7
masyarakat Indonesia. Melalui penghayatan tersebut, pemelajar BIPA dapat
memahami bahwa setiap penutur memiliki perbedaan dalam menuturkan
bahasa Indonesia.
Misalnya, penutur Jawa memiliki perbedaan cara bertutur dengan
masyarakat asli Kalimantan, Sulawesi, Bali, dan sebagainya. Terkait dengan
hal tersebut, pengajaran bahasa Indonesia bagi penutur asing memiliki
kedudukan strategis dalam hal memperkenalkan bahasa dan budaya
Indonesia kepada masyarakat internasional.
Hal tersebut disebabkan selain sebagai lembaga pengajaran bahasa
Indonesia, BIPA juga berperan untuk memberikan informasi tentang
Indonesia yang meliputi kehidupan masayarakat dan budayanya. (Asyhari
Rahman: 86-87)
Dalam pembelajaran BIPA, pengajar BIPA ataupun calon guru BIPA
perlu memiliki pemahaman secara memadai tentang karakteristik pelajar
BIPA yang berasal dari latar budaya yang berbeda. Perbedaan latar budaya
tersebut berpengaruh terhadap strategi belajar bahasa yang digunakan
pilihan pelajar bahasa. Strategi belajar yang berbeda menuntut pemilihan
strategi pembelajaraan yang berbeda pula. Sebagai contoh, strategi
pembelajaran BIPA yang diterapkan untuk kelas bahasa yang pelajarnya
dari berasal dari latar budaya Hispanik berbeda dengan strategi
pembelajaran yang diterapkan untuk kelas bahasa yang pelajarnya berlatar
budaya Jepang.
Pembelajaran BIPA yang dilaksanakan di Indonesia berbeda dengan
pembelajaran BIPA yang dilaksanakan di luar Indonesia. Perbedaan strategi
pembelajaran tersebut disebabkan oleh perbedaan tugas-tugas dan tantangan
yang dihadapi oleh pelajar BIPA. BIPA yang dipelajari di luar Indonesia
mengarah ke bahasa Indonesia sebagai bahasa asing karena bahasa
Indonesia tidak digunakan di luar kelas. Sementara itu, BIPA yang
dipelajari di Indonesia merupakan bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua
karena bahasa tersebut secara nyata juga digunakan dalam komunikasi
masyarakat di luar kelas.

8
Pembelajaran BIPA yang mengarahkan pelajar asing agar
menggunakan struktur bahasa secara tepat banyak dipengaruhi oleh metode
tatabahasa. Pilihan materi pembelajaran lebih mengutamakan penonjolan
kaidah. Pengurangan variasi bahasa melalui pemilihan fitur-fitur bahasa
yang paling umum dan netral menjadi acuan dasar dalam menentukan
materi ajar. Dalam menentukan materi ajar, pengajar BIPA memilih fitur
bahasa yang:
1. Memiliki frekuensi penggunaan dan keberterimaan yang tinggi.
2. Digunakan secara luas.
3. Tidak terlalu kompleks untuk dipelajari.
4. Secara bertahap berubah ke arah fitur yang jarang digunakan, lebih
sempit penggunaannya, dan lebih kompleks variannya (Valdan
dalam Magnan dan Walz, 2002).
Dalam pembelajaran, pelajar asing dilatih untuk menggunakan fitur-
fitur bahasa tersebut melalui mendengarkan, berbicara (menirukan pola),
membaca, dan menulis.
Pembelajaran BIPA yang mengarahkan pelajar asing agar mampu
menggunakan bahasa dalam situasi nyata dipengaruhi oleh prinsip-prinsip
interaksi sosiolinguistik. Prinsip ini mengarahkan pembelajaran BIPA untuk
menggunakan model pembelajaran komunikatif. Aktivitas belajar
memberikan kesempatan sebanyak-banyaknya kepada pelajar untuk
menggunakan bahasa Indonesia dalam berkomunikasi.
Pada tahap awal, pembelajaran BIPA diarahkan untuk mendorong
pelajar asing mau dan mampu mengungkapkan gagasan, perasaan, dan
pendapatnya dengan menggunakan bahasa Indonesia. Untuk itu, materi ajar
yang digunakan dapat berupa peristiwa nyata yang dapat diamati oleh
pelajar, tayangan visual, ataupun teks dengan topik yang bersifat “kini” dan
“sini” yang dapat dipahami oleh pelajar.
Dalam hal ini, ketepatan struktur bahasa dan prioritas koreksi
kesalahan struktur bahasa belum menjadi prioritas pembelajaran. Karena itu,
dalam memilih materi yang berupa data bahasa sedapat mungkin ditentukan
materi bahasa yang benar dari sisi kaidah bahasanya.

9
Pada tahap selanjutnya, ketika pelajar BIPA sudah mulai muncul
kemauan dan kemampuan untuk mengembangkan bahasanya, ketepatan
penggunaan bahasa dan koreksi kesalahan struktur bahasa mulai menjadi
fokus perhatian. Namun, dalam melakuan koreksi kesalahan struktur bahasa
pelajar, pengajar perlu mempertimbangkan:
1. Pengaruh kesalahan pada keterpahaman pesan.
2. Tingkat kesalahan tersebut jika diukur dari tingkat kesalahan yang
dialami penutur asli.
3. Hubungan antara kesalahan dan keadaan sistem bahasa pelajar.
(Imam Suyitno:61-65)

10
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
1. Pelajar BIPA adalah pelajar asing yang memiliki latar belakang bahasa
dan budaya berbeda dengan budaya bahasa yang dipelajarinya. Pelajar
BIPA pada umumnya adalah orang dewasa. Mereka yang sudah berusia
17 tahun ke atas.
2. Pengajaran BIPA bukan hanya sekedar menghasilkan pelajar yang
mampu berbahasa Indonesia yang benar, tetapi juga sebagai wahana
untuk memahami keadaan sosial masyarakat Indonesia (Ruskhan, 2007)
dalam [Laili, dkk: 207]
3. Bahasa Indonesia mulai mendapat tempat dan diminati oleh warga
negara lain, khsusnya mereka yang bertempat di zona asia-pasifik.
Alasan meningkatnya kemauan banyak orang untuk mempelajari
bahasa Indonesia karena Indonesia mempunyai penduduk dengan
jumlah besar, posisi geografis yang strategis, kekayaan alam, kekayaan
kebudayaan, dan ramainya perusahaan asing yang bermukim dan
berinvestasi.

B. Saran
Dari penjabaran materi diatas, mungkin masih banyak kekurangan
yang sekiranya belum bisa untuk dipahami. Maka sebagai mahasisw,
alangkah baiknya untuk mebiasakan membaca materi-materi terkait
dengan BIPA.

11
DAFTAR PUSTAKA

Nur, Muhammad Asyhari Rahman. 2018. BIPA Sebagai Strategi Kebudayaan dan
Implementasinya dalam Metode Pembelajaran. Prosiding Semnas KBSP V,
86-91. https://publikasiilmiah.ums.ac.id/xmlui/handle/11617/9893.

Rahmawati, Laili Etika, dkk. 2017. Relevansi Penyajian Ilustrasi Dalam Bahan
Ajar BIPA A1 Ditinjau Dari Karakteristik Pembelajar. Seminar Nasional
Kedua Pendidikan Berkemajuan dan Menggembirakan, 207-219.
https://publikasiilmiah.ums.ac.id/xmlui/handle/11617/9658.

Suyitno, Imam. 2017. Aspek Budaya dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Bagi
Penutur Asing (BIPA). FKIP E-Proceeding. Bahasa dan Sastra Indonesia
dalam Konteks Global, 55-70.
http://jurnal.unej.ac.id/index.php/fkip-epro/article/view/4856.

Suyitno, Imam. 2007. Pengembangan Bahan Ajar Bahasa Indonesia untuk Penutur
Asing (BIPA) berdasarkan Hasil Analisis Kebutuhan Belajar. Wacana 9(1),
62-78. http://www.jurnalkesos.ui.ac.id/index.php/wacana/article/view/3677.

12

Anda mungkin juga menyukai