Anda di halaman 1dari 2

Berangkat dari faktor-faktor risiko utama penyebab terjadinya sesak sesuai dengan

skenario yaitu riwayat merokok. Di mana dengan indeks brinkman sedang, menunjukkan
bahwa paparan asap rokok telah lama dan risiko terjadinya iritasi kronis cukup tinggi. Selain
asap rokok, beberapa asam atau partikel yang berbahaya juga mampu membuat iritasi kronis
pada saluran pernapasan dan paru.
Paparan asap rokok yang lama akan menyebabkan proses inflamasi saluran napas dan
paru melalui stimulasi makrofag alveolar. Makrofag alveolar akan mensekresikan faktor-
faktor kemokin dan mediator-mediator pro inflamasi yang akan menyebabkan terjadinya
inflamasi saluran napas dan paru. Inflamasi tersebut pada akhirnya akan menyebabkan injuri
atau kerusakan pada ekstraseluler matrik dan sel-sel parenkim paru. Kerusakan itu sendiri
juga diperburuk oleh adanya peningkatan dari radikal bebas atau stres oksidatif yang tidak
diimbangi dengan peningkatan antioksidan. Hal tersebut karena efek dari paparan asap rokok.
Selain itu, asap rokok dan proses inflamasi pada saluran napas dan paru akan mengakibatkan
peningkatan produksi protease atau proteinase yang juga tidak diimbangi dengan peningkatan
antiproteinase seperti alfa-1 antitripsin. Sehingga, protease akan menyebabkan degradasi
ekstraseluler matrik dan melakukan repair/perbaikan dari kerusakan yang ada melalui faktor-
faktor pertumbuhan seperti TGF1-.
Proses inflamasi yang terus berlanjut, dan proses repair juga berlanjut akhirnya akan
memunculkan lingkaran setan yang terus berulang. Akibatnya terjadi fibrosis pada saluran
napas yang mengakibatkan obstruksi saluran napas. Obstruksi yang terjadi ini bersifat
irreversibel. Kondisi tersebut menyebabkan terjadinya keterbatasan aliran udara yang
progresif dan air trapping. Karena obstruksi jalan napas perifer ini menyebabkan udara
terperangkap dan mengakibatkan hiperinflasi, hal ini jika dilakukan pemeriksaan spirometri
akan didapatkan nilai VEP1 mengalami penurunan. Karena terperangkapnya udara, seseorang
akan berusaha untuk melakukan ekspirasi maksimal, sehingga akan tampak ekspirasinya akan
lebih panjang dibandingkan dengan inspirasi. Selain itu, juga akan terdengar wheezing
ekspirasi atau mengi.
Hiperinflasi yang terjadi karena air trapping ini mengurangi kapasitas inspirasi seperti
peningkatan kapasitas residual fungsional, terutama saat latihan atau aktivitas yang akan
menyebabkan tampakan klinis dyspneu (sesak napas).
Tingkat peradangan dan fibrosis berakibat juga pada pertukaran gas yang menyebabkan
terjadinya ketidakseimbangan. Kondisi tersebut akibatnya terjadi ventilasi-perfusi (VA/Q)
mismatching. Hal tersebut akan menyebabkan terjadinya retensi karbon dioksida. Akibatnya
hipoksemia dan hiperkapnia. Secara klinis akan tampak dypneu (sesak napas).
Kondisi hipoksemia berdampak pada sel-sel tubuh yang kekurangan oksigen (hipoksia).
Kondisi tersebut akan menyebabkan terjadinya apoptosis sel, terutama sel-sel otot. Sehingga
akan terjadi kelemahan pada otot-otot pernapasan. Yang pada akhirnya mengakibatkan
kondisi kakeksia dan timbul sesak saat menjalankan aktivitas.
Inflamasi pada saluran napas dan paru berdampak pada pembuluh darah paru. Kondisi
inflamasi dan hipoksia menyebabkan terjadinya vasokontriksi pembuluh darah arteri paru.
Kondisi tersebut semakin lama akan mengakibatkan terjadinya perubahan struktural arteri
seperti hiperplasi intima dan otot polos pembuluh darah. Akibatnya terjadi hipertensi
pulmonal dan dalam jangka waktu yang lama berisiko terjadinya gagal jantung dan penyakit
kardiovaskular lainnya.
Selain itu, asap rokok juga berdampak pada saluran napas atas dan bawah. Terutama
partikel-partikel asap rokok akan menempel pada lapisan mukosa yang mengahasilkan
mukus, sehingga hal tersebut akan mengganggu aktivitas silia. Selain itu, asap rokok
menginduksi terjadinya metaplasia sel goblet saluran napas yang menyebabkan terjadinya
peningkatan jumlah sel goblet dan hipertrofi dari kelenjar mukosa. Hal ini mengakibatkan
hipersekresi mukus melalui aktivasi reseptor faktor EGFR yang diinduksi oleh mediator
inflamasi. Hipersekresi mukus ini akibatnya pasien akan mengalami batuk produktif kronis.
Pada level alveolar, dan proses inflamasi yang ada akan terdengar suara napas tambahan yaitu
rhonki.
Iritasi kronis dan proses inflamasi kronis ini akan terus berlanjut dan memiliki dampak
sistemik. Hal ini akan menyebabkan terjadinya inflamasi sistemik. Peningkatan mediator-
mediator inflamasi seperti TNF-alfa dan IL-6 akan berperan dalam proses inflamasi sistemik.
Dan CRP sebagai protein inflamasi fase akut akan mengalami peningkatan. Hal-hal tersebut
akan menyebabkan risiko terjadinya penyakit-penyakit sistemik lainnya seperti penyakit
kardiovaskular dan akan memperburuk kondisi pasien.

Anda mungkin juga menyukai