Anda di halaman 1dari 2

1.

Johar Lin Eng[sunting | sunting sumber]


Johar Lin Eng, mantan anggota Komite Eksekutif (Exco) PSSI juga pernah
ditetapkan sebagai tersangka kasus pengaturan skor pada 2018.
Saat itu, Johar juga berstatus sebagai Ketua Asosiasi Provinsi (Asprov) PSSI Jawa
Tengah. Namanya pertama kali muncul dalam acara Mata Najwa pada 19 Desember
2018. Saat itu, Johar Lin Eng disebut-sebut terlibat skandal pengaturan skor alias
match-fixing pada pertandingan kompetisi Liga 3. Keterlibatannya diungkap oleh
kesaksian Bupati Banjarnegara, Budhi Sarwono, serta manajer Persibara
Banjarnegara, Lasmi Indrayanti, yang juga berstatus sebagai anak Budhi.
2. Dwi Irianto[sunting | sunting sumber]
Dwi Irianto atau yang akrab disapa Mbah Putih juga menjadi salah satu pengurus
PSSI yang pernah ditangkap oleh Satgas Anti Mafia Bola. Mbah Putih merupakan
anggota Asosiasi Provinsi (PSSI) DiY yang juga menjadi anggota Komisi Disiplin
(Komdis) PSSI. Kasus pengaturan skor yang melibatkan Mbah Putih berawal ketika
Lasmi Indaryani, manajer Persibara Banjarnegara, dalam program acara Mata Najwa
pada 19 Desember 2018. Mbah Putih disebut terlibat dalam upaya memudahkan
langkah Persibara di kompetisi Liga 3 2018. Saat itu, ia menerima sejumlah uang
dari Lasmi Indaryani. Saat itu, Satgas Anti mafia Bola menemukan keterlibatan Mbah
Putih sebagai penerima dana suap untuk mengatur skor pertandingan di Liga 2 dan
Liga 3 musim 2018.
3. Priyanto[sunting | sunting sumber]
Selain itu, mantan anggota Komisi Wasit (Komwas) PSSI, Priyanto, juga pernah
ditetapkan sebagai tersangka kasus pengaturan skor.
Priyanto menjadi satu di antara enam tersangka dugaan pengaturan skor pada
perjalanan Persibara Banjarnegara di Liga 3 2018.
Saat itu, Priyanto berperan sebagai makelar wasit dan klub, serta menjadi
penghubung kepada Ketua Asprov PSSI Jawa Tengah, Johar Lin Eng.
Dalam sebuah persidangan, Priyanto sempat mengungkapkan fakta mengenai
jumlah uang yang diberikan kepada wasit.
Dia menyebut, untuk Liga 3 Jawa Tengah, uang yang disetor kepada wasit sebesar
Rp 10 juta, Rp 30 juta, hingga Rp 50 juta per pertandingan. Biasanya, besaran uang
ini tergantung dari bobot pertandingan.
4. Joko Driyono[sunting | sunting sumber]
Salah satu pucuk pimpinan PSSI, Joko Driyono, juga pernah diciduk Satgas
Antimafia Bola terkait kasus pengaturan skor.
Saat itu, Joko Driyono berstatus sebagai Pelaksana Tugas (Plt) Ketua Umum PSSI.
Dia menduduki posisi itu setelah Ketua Umum sebelumnya, Edy Rahmayadi, mundur
dari jabatannya.
Jokdri, sapaan akrabnya, ditetapkan sebagai tersangka tindak pidana pencurian
dengan pemberatan dan/atau memasuki dengan cara membongkar, merusak, atau
menghancurkan barang bukti.
Lelaki asal Ngawi itu dituduh menjadi dalang perusakan sejumlah dokumen yang
berkaitan dengan pengaturan skor sepak bola nasional.
5. ML[sunting | sunting sumber]
Pengurus PSSI lainnya yang juga pernah terjerat kasus pengaturan skor ialah  ML
(nama inisial), staf Direktur Penugasan Wasit PSSI.
ML diketahui bertugas menjadwalkan siapa wasit yang akan memimpin
pertandingan, baik di Liga 1, Liga 2, ataupun Liga 3.
Dari keterangan pihak kepolisian, ML diduga mengatur pemilihan wasit yang bisa
diajak bekerja sama untuk memenangkan tim tertentu.

Anda mungkin juga menyukai