| sunting sumber]
Perkumpulan Sepak bola di Indonesia[sunting | sunting
sumber]
Artikel utama: Sepak bola di Hindia Belanda
Kontroversi[sunting | sunting sumber]
PSSI pada masa kepemimpinan Nurdin Halid memiliki beberapa hal yang
dianggap kontroversi, antara lain mudahnya Nurdin Halid memberikan
ampunan atas pelanggaran, kukuhnya Nurdin Halid sebagai Ketua Umum
meski dia dipenjara, isu tidak sedap yang beredar pada masa pemilihan
Ketua Umum tahun 2010, dan reaksi penolakan atas
diselenggarakannya Liga Primer Indonesia.
Kasus Hukum Nurdin Halid[sunting | sunting sumber]
Pada 13 Agustus 2007, Ketua Umum Nurdin Halid divonis 2 tahun penjara
akibat kasus pengadaan minyak goreng.[10] Berdasarkan standar statuta FIFA,
seorang pelaku kriminal tidak boleh menjabat sebagai ketua umum sebuah
asosiasi sepak bola nasional.[11][12] Karena alasan tersebut, Nurdin didesak
untuk mundur dari berbagai pihak;[13][14][15] Jusuf Kalla (Wakil Presiden RI saat
itu),[16] Ketua KONI,[17] dan FIFA[12][16][18] menekan Nurdin untuk mundur. FIFA
mengancam untuk menjatuhkan sanksi kepada PSSI jika tidak
diselenggarakan pemilihan ulang ketua umum.[19] Akan tetapi Nurdin
bersikeras untuk tidak mundur dari jabatannya sebagai ketua PSSI, dan tetap
menjalankan kepemimpinan PSSI dari balik jeruji penjara.[16][17][20][21] Agar tidak
melanggar statuta PSSI, statuta mengenai ketua umum yang sebelumnya
berbunyi "harus tidak pernah terlibat dalam kasus kriminal" (bahasa
Inggris: “They..., must not have been previously found guilty of a criminal
offense....") diubah dengan menghapuskan kata "pernah" (bahasa
Inggris: "have been previously") sehingga artinya menjadi "harus tidak
sedang dinyatakan bersalah atas suatu tindakan kriminal" (bahasa Inggris: "...
must not found guilty of a criminal offense...").[22][23] Setelah masa tahanannya
selesai, Nurdin kembali menjabat sebagai ketua PSSI.[21][24]
Reaksi atas Liga Primer Indonesia[sunting | sunting sumber]
Artikel utama: Liga Primer Indonesia