Di Indonesia lahirnya permaian tenis lapangan besar kemungkinan, orang Belandalah yang
memperkenalkan tennis di Indonesia, walaupun tidak mustahil pula permainan ini dibawa para
pelaut Inggris yang singgah di kota-kota besar Kepulauan Nusantara. Sayang arsip-arsip berbagai
perkumpulan milik warga negara Belanda yang pernah berdiri di negeri ini telah hilang, hingga
kita tidak bisa melacak mana di antara dua perkiraan itu lebih benar. Namun yang jelas, di negeri
mana pun, olah raga ini mulai dimainkan dan lebih dikenal di kalangan bangsawan, hartawan,
dan kaum terpelajar. Juga di Indonesia. Apalagi di zaman penjajahan Belanda. Di masa itu hanya
segelintir kaum pribumi yang mampu mengayunkan raket tennis, sedang jumlahnya yang lebih
besar terdiri dari orang Belanda dan Cina. Itu pun hanya di kota-kota besar. Jumlah kaum
pribumi penggemar tennis mulai meningkat pada tahun-tahun 1920-an ? seiring kian banyaknya
murid-murid Indonesia mcmasuki sekolah - sekolah menengah, khususnya di kota-kota besar
seperti Jakarta dan Surabaya. Mereka - umumnya para siswa Stovia, Rechrsschool, dan -NIAS -
pada gilirannya memperkenalkan olah raga ini ke kalangan yang Iebih luas. Tennis pun mulai
dimainkan atau dipertandingkan dalam kegiatan berbagai organisasi pemuda di masa itu. Olah
raga inipun mulai dilihat sehagai penghimpun massa, terutama oleh kaum nasionalis yang
mencitacitakan Kemerdekaan Indonesia. Lahirnya Boedi Oetomo, 1908, dan kemudian Soempah
Pemoeda, 1928, memang senantiasa menghangati setiap langkah dan gerak kaum muda di kurun
itu. Maka tidak heran bila penjajah Belanda selalu mengintip dan memantau setiap gcrak-gerik
pergerakan pemuda, yang nonpolitik apalagi yang berbau politik. Terhadap gerakan yang diduga
kecenderungan politik, tindakan pcmbatasan segera dilakukan. Toh serangkaian rintangan itu
tidak membuat kaum muda patriotik kehilangan akal. Disemangati sumpah Satoe Noesa, Satoe
Bangsa, Satoe Bahasa, mereka melebur beberapa organisasi pemuda yang berpolitik ke dalam
satu wadah baru yang disebut Indonesia Moeda, pada 1930. Latar belakang lahirnya Indonesia
Moeda jelas berangkat dari larangan bagi kegiatan politik yang diberlakukan kepada mereka.
Mereka berkeyakinan, hanya dengan menggerakkan aktivitas sosial masyarakat baru bisa dicapai
persatuan seluruh rakyat menuju kemerdekaan. Di dalamnya juga termasuk kegiatan olah raga.
Setiap pemuda yang sehat dan ingin sehat tentu menggernari olah raga, yang di dalamnya
sportivitas dan sifat kompetitif merupakan satu sisi dari mata uang, dan pada gilirannya dapat
membangkitkan patriotisme. Semangat cinta Nusa dan bangsa ini nyatanya memang berkembang
di kalangan olahragawan Indonesia, termasuk di antara para petennis. Pada semacam kejuaraan
nasional yang diadakan oleh De Alegemeene Nederlandsche Lawn Tennis Bond ANILTB di
Malang, Jawa Timur, akhir 1934, tiga wakil pribumi mampu berjaya. Di partai tunggal putra, dua
saudara Soemadi dan Samboedjo Hoerip maju babak final, yang pertandingan akhirnya
dimenangkan oleh Samboedjo. Yang lebih mengesankan adalah dua partai berikutnya, yang
memperagakan keunggulan anak jajahan atas penjajahnya. Yang pertama, pasangan ganda putra
Hoerip Bersaudara, yang menggilas pasangan Belanda, BryanAbendanon, 6-3, 6-4 di final. Juara
ganda campuran juga diraih keluarga Hoerip, Samboedjo dan Soelastri, yang mendepak
pasangan penjajah , BryanNn. Schermbeek, 6-4, 6-2 ? sekaligus mencetak gelar pemegang juara
tumarnen ANILIB tiga kali beruntun, 1932-19.34. Prestasi ini tak ayal mendorong Indonesia
Moeda mcngadakan Pekan olah raganya sendiri, yang berlangsung pada tiap hari ulang tahun
atau pertemuan tahunannya. Tennis, tentu, termasuk di antaranya cabang-cabang yang
dipertandingkan. Salah Satu di antaranya yang dilaksanakan pada Desember 1935 di Semarang -
yang juga sekaligus menjadi saat dicetuskannya pembentukan Persatuan Lawn Tcnnis Indonesia
PELTI. Kejuaraan ini sendiri diprakarsai oleh dr. Hoerip yang diakui sebagai Bapak Tennis
Indonesia. menghimpun 70 petennis dari seluruh Jawa, kejuaraan ini dipantau dan mendapat
perhatian serius dari pihak kolonnial Belanda. Itu tercermin dari pemuatan peristiwa penting olah
raga tennis tersebut dalam surat kabar De Locomotif 30 Desember 1935. dengan Judul yang
kalau diterjemahkan berbunyi : Kejuaraan Tennis Seluruh Jawa dari Pcrsatuan Lawn Tennis
Indonesia . Namun, di pihak lain, ini juga berarti pengakuan pihak Belanda bahwa ANILTB
telah mendapatkan saingannya. Tanggal 26 Desember 1935 kemudian dicatat sebagai kari
lahirnya PELTI Gagasan pendirian PELTI sendiri, yang dikemukakan pada Kejuaraan Tennis di
Semarang itu. berasal dari Mr. Budiyanto Martoatmodjo. tokoh tennis dari Jember - ia kemudian
dianggap sebagai pencetak dasar utama pendirian organisasi PELTI. Ketika mcnguraikan azas
dan tujuan pendiriannya ia mcngatakan bahwa PELTI, sebagaimana organisasi kebangsaan
lainnya, sama sekali Tidal bersifat mengasingkan diri. Maka PELTI akan selalu siap bekerja
lama dengan persatuan tennis manapun dan apa saja, asal atas dasar saling menghargai.
Diungkapkan pula. tujuan praktis utama PELTI adalah mengembangkan dan memajukan
permainan lawan tennis di tanah air dan bagi bangsa sendiri. Dengan cara ini. Iebih jauh,
diharapkan akan dicapal tali persaudaraan yang erat di antara segala perhimpunan dan pemain
tennis bangsa Indonesia. PELTI juga akan menyebarluaskan peraturan permainan, memberi
keterangan dan bantuan dalam pembuatan lapangan tennis. Juga mengadakan dan mengatur serta
menyumbang bagi terlaksananya pertandingan, di samping berusaha memasyarakatkan
permainan tennis itu sendiri. Gagasan pendirian PELTI mendapat dukungan yang memadai,
khususnya di kalangan yang berani mengambil resiko berhadapan dengan pemerintah kolonial,
termasuk dari kalangan yang terpandang. Di Semarang saja, para simpatisan semacam itu tidak
sedikit jumahnya. Misalnya: Dr. Buntaran Martoatmodjo yang kemudian, sejak 1935, menjadi
ketua PELTI lima tahun berturut-turut, Dr. Rasjid, Dr. Mokhtar, Dr. Sardjito, R.M. Soeprapto,
Nitiprodjo, dan beberapa lainnya. Dari Para tokoh berbagai kota Iainnya, dukungan diwakili
oleh: Mr. Budhiyarto Martoatmodjo Jember, R.M. Wazar Bandung, Djajamihardja Jakarta, Mr.
Susanto Tirtoprojo Surabaya, Mr. Soedja Purwokerto, Berta Mr. Oesman Sastroamidjojo, ahli
olah raga tennis yang namanya terkenal di Eropa. Pada umumnya, mereka memandang simpatik
gagasan Dr. Hoerip, yang sebernarnya sudah dicetuskan sejak 1930, diilhami oleh berdirinya
PSSI pada 30 April tahun itu. Tapi para tokoh tadi berbeda pendapar dalam beberapa hal,
terutama mengenai saat yang tepat bagi pendirian Induk organisasi tennis Itu. Dari berbagai
sikap yang lahir - revolusioner, moderat, plintat-plintut - akhirnya golongan tengahlah yang
merupakan mayoritas. Pengalaman pahit saat-saat pendirian PSSI tampaknya menjadi cermin
pembanding bagi para pelopor PELTI, hingga mereka memilih bersikap Iebih hati-hati
menghadapi reaksi pemerintah Belanda - mereka tentunya tidak senang melihat setiap kegiatan
yang bersifat mempersatukan kekuatan. Para pendiri PELTI tidak Ingin organisasi yang akan
mereka dirikan mati dalam kandungan. Itulah sebabnya PELTI baru berdiri lima tahun
kemudian, 1935.
Induk organisasi tenis lapangan nasional dan internasional juga bisa di sebut sebagai wadah di
mana para penyuka atau atlet-atlet pemain tenis lapangan berkumpul. Induk organisasi tenis
lapangan di mana tempat berkumpulnya juga tidak hanya berkumpul biasa, melainkan di
organisasi anda juga bisa memahami bagaimana pengertian serta sejarah dari tenis sebelum
benar-benar di kenal oleh masyarakat dan bisa di mainkan seperti saat ini, karna perrmainan tenis
ini dulu hanya di mainkan oleh orang-orang yang memang memiliki derajat tinggi. Tetapi pada
kenyataannya sekarang permainan tenis meja bisa di permainakan oleh siapapun.
Berikut induk organisasi tenis lapangan nasional dan internasional :