Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH PERATURAN TENIS MEJA

Dosen Pengampu : Ni Putu Dwi Sucita Dartini, S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh:

1. Komang Shintya Purnama Dewi : 2116011010


2. Ni Wayan Pujasari : 2116011014
3. Ni Komang Putri Wulandari : 2116011019
4. Ni Wayan Rina Darma Yanti : 2116011070

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI


FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah Peraturan Tenis Meja ini dapat
tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih
terhadap bantuan dari pihak-pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan pikiran dalam menyelesaikan penulisan makalah ini.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Penulis juga berharap agar makalah ini dapat
dipraktekkan oleh pembaca dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi penulis sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini, karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
penulis. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca terutama kepada dosen pengampu demi kesempurnaan
makalah ini.

Singaraja, 5 Juni 2023

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR........................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................1
1.3 Tujuan.......................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................2
2.1 Sejarah Tenis Meja...................................................................................2
2.2 Peraturan-Peraturan Permainan Tenis Meja.............................................4
BAB III PENUTUP...........................................................................................16
3.1 Simpulan...................................................................................................16
3.2 Saran.........................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................17

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada dewasa ini olahraga cukup digandrungi oleh semua kelompok umur.
Masalah pentingnya berolahraga semakin dirasakan oleh manusia dalam
kegiatannya sehari-hari Salah satu contoh olahraga raket yang terkenal adalah
tenis meja. Tenis meja adalah olahraga raket jumlah partisipannya menempati
urutan kedua, penggemarnya tidak terbatas pada tingkat usia remaja, tetapi juga
anak-anak dan orangtua. Hal ini disebabkan karena olahraga yang satu ini tidak
sulit untuk diikuti. Pada dasarnya olahraga tenis meja merupakan olahraga yang
berskala internasional, banyak negara yang ikut berperan dalam olimpiade atau
pesta olahraga dunia, bahkan pada tahun 1977 kurang lebih 75 negara ikut
bertanding di Bermingham (Inggris).

1.2 Rumusan Masalah


1) Bagaimana sejarah tenis meja?
2) Apa saja peraturan-peraturan dalam permainan tenis meja?

1.3 Tujuan
1) Untuk mengetahui sejarah tenis meja
2) Untuk mengetahui peraturan-peraturan dalam permainan tenis meja

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Tenis Meja


Tenis Meja adalah merupakan salah satu olahraga bola kecil yang cukup
populer dan banyak dimainkan oleh Masyarakat karena permainan olahraga tenis
meja ini tergolong mudah serta tidak memerlukan tempat yang luas, bahkan
permainan Tenis Meja (Ping Pong) ini dapat dilakukan didalam ruangan yang
tidak terlalu besar. Berawal dari sebuah permainan yang bersifat rekreasi, ping
pong atau tenis meja menjadi olahraga serius yang turut dilombakan di ajang
Olimpiade. Peminatnya pun tak sebatas pada para atlet tenis meja, tetapi
merambah juga hingga ke klub atau perkumpulan nonformal di masyarakat.
Sejarah tenis meja sendiri berawal di Inggris. Situs pongworld menyebutkan
bahwa ping pong dimulai sebagai hobi sosial di Inggris yang mencuat akhir 1800-
an. Meja makan dan bola yang terbuat dari gabus menjadi perangkat pertama yang
digunakan. Boleh jadi mereka menyebut permainan itu sebagai gossima, flim-
flam, atau ping pong. Ketika abad berganti, permainan itu pun mengalami
sejumlah perubahan di Inggris. Belakangan, ada yang memperkenalkan bola
seluloid pada permainan itu, sedangkan yang lain menambahkan karet pada bet
yang terbuat dari kayu. Namun, belakangan seperti dilansir situs geocities.com,
olahraga ini juga populer di Amerika Serikat (AS) sekitar 1900-an.
Sayang, permainan ini mulai kehilangan popularitas. Tapi secara bersamaan
muncul satu gerakan simultan yang dimulai dari sejumlah kawasan di dunia
berupaya menghidupkan kembali ping pong sebagai olahraga serius pada 1922.
Hasilnya, terbentuklah Federasi Tenis Meja Internasional (ITTF) yang terdiri atas
140 negara anggota pada 1926. ITTF juga menjadi sponsor individu dan tim yang
bermain di kejuaraan dunia yang diselenggarakan dua tahun sekali. Olahraga ini
pun segera menyebar ke Jepang dan negara Asia lain. Jepang pun mendominasi
olahraga tersebut pada 1950-1960-an. Namun, Cina langsung mengejar
ketertinggalan. Sekitar 1960-an dan 1970-an, Cina menguasai sendiri tenis meja.
Tapi, setelah tenis meja menjadi cabang olahraga yang dilombakan di Olimpiade

2
pada 1980-an, negara lain seperti Swedia dan Korea Selatan turut masuk dalam
jajaran papan atas dunia.
Istilah kata ping pong merupakan nama resmi dari tenis meja untuk Republik
Rakyat Cina, namun di Indonesia juga tidak asing lagi dengan istilah ping pong.
Permainan ping pong sama dengan permainan badminton yaitu menggunakan
raket, namun raket bola ping pong terbuat dari papan dan dilapisi dengan karet
atau sering disebut bat (baca bet). Sejarah tenis meja masuk ke asia melalui
Republik Rakyat Cina, Jepang dan Korea. Negara-negara tersebut merupakan
pelopor perkembangan tenis meja di Asia. Sedangkan sejarah tenis meja di
Indonesia baru dikenal pada tahun 1930. Pada masa itu hanya dilakukan di balai-
balai pertemuan orang-orang Belanda sebagi suatu permainan rekreasi. Pada tahun
1939 sebelum perang dunia ke II para tokoh petinis meja indonesia mendirikan
PPPSI (Persatuan Ping Pong Seluruh Indonesia). Dan sejak itu, Perkembangan
tenis meja di Indonesia hingga sekarang bisa dikatakan cukup pesat.
Permainan tenis meja masuk Asia Selain India setelah tahun 1910. Namun
usaha-usaha terorganisir untuk memperkokoh kepentingan tenis meja baru berakar
pada waktu diselenggarakannya kejuaraan dunia di Bombay pada bulan Februari
1952. Negara-negara Asia sebagai peserta di dalam kejuaraan dunia tersebut
memutuskan untuk membentuk federasi tenis meja asia yang dalam bahasa inggris
lebih dikenal dangan The Table Tennis Federation of Asia (TTFA). Federasi ini
telah menyelenggarakan dangan sukses 10 kejuaraan Asia, yaitu :
1. Singapura tahun 1952.
2. Tokyo tahun 1953.
3. Singapura tahun 1954.
4. Manila tahun 1957.
5. Bombay tahun 1960.
6. Manila tahun 1963.
7. Seoul tahun 1964.
8. Singapura tahun 1967.
9. Jakarta tahun 1969.
10. Nagoya tahun 1970.

3
Permainan tenis meja di Indonesia baru dikenal pada tahun 1930. Pada masa
itu hanya dilakukan di balai-balai pertemuan orang-orang Belanda sebagi suatu
permainan rekreasi.Hanya golongan tertentu saja dari golongan pribumi yang
boleh ikut latihan, antara lain keluarga pamong yang menjadi anggota dari balai
pertemuan tersebut.Sebelum perang dunia ke II pecah, tepatnya tahun 1939,
tokoh-tokoh pertenismejaan mendirikan PPPSI (Persatuan Ping Pong Seluruh
Indonesia).Pada tahun 1958 dalam kongresnya di Surakarta PPPSI mengalami
perubahan nama menjadi PTMSI (Persatuan Tenis Meja Seluruh Indonesia).
Tahun 1960 PTMSI telah menjadi anggota federasi tenis meja Asia, yaitu
TTFA (Table Tennis Federation of Asia).Perkembangan tenis meja di Indonesia
sejak berdirinya PPPSI hingga sekarang bisa dikatakan cukup pesati. Hal ini dapat
dilihat dari banyaknya perkumpulan-perkumpulan tenis meja yang berdiri, serta
banyaknya pertandingan tenis meja yang dilakukan, misalnya dalam arena :
PORDA, PON, POMDA, POSENI di tingkat SD, SLTP, SLTA serta
pertandingan-pertandingan yang diselenggarakan oleh perkumpulan-perkumpulan
tenis meja, instansi pemerintah atau swasta atau karang taruna dll.
Indonesia selalu di undang dalam kejuaraan-kejuaraan dunia resmi setelah
Indonesia terdaftar sebagai anggota ITTF pada tahun 1961.Selain kegiatan-
kegiatan pertandingan tersebut, hal lain yang patut dicatat dalam perkembangan
pertenismejaan nasional adalah berdirinya Silatama (Sirkuit Laga Tenis Meja
Utama) yang dimulai pada awal tahun 1983, yang diiselenggarakan setiap 3 bulan
sekali serta Silataruna yang kegiatannya dimulai sejak 1986 setiap 6 bulan sekali.

2.2 Peraturan Permainan Tenis Meja


Berikut ini peraturan tenis meja terbaru menurut ITTF sebagai federasi
tertinggi tenis meja internasional.
A. Penilaian
1. Seorang pemain memperoleh poin apabila lawannya gagal
dalam melakukan pengembalian bola yang sah. Ini termasuk
memukul bola keluar dari ujung atau sisi meja, memukul bola
ke net, atau gagal melakukan servis yang baik.
2. Satu set dimenangkan dengan 21 poin.

4
3. Satu permainan harus dimenangkan dengan dua poin.
4. Satu pertandingan selesai dengan 2 kali menang dari 3 set atau 3
kali menang dari 5 set.
5. Servis berpindah setiap 5 poin, kecuali saat deuce (20-20)
dimana pemain melakukan servis bergantian tiap 1 poin.
6. Permainan tidak berhenti pada 7-0 atau skor lainnya kecuali 21
atau deuce.
B. Meja
1. Permukaan meja atau meja tempat bermain harus berbentuk segi
empat dengan panjang 2,74m dan lebar 1,525m, dan harus datar
dengan ketinggian 76 cm di atas lantai.
2. Permukaan meja tidak termasuk sisi permukaan meja.
3. Permukaan meja boleh terbuat dari bahan apa saja namun harus
menghasilkan pantulan sekitar 23 cm dari bola yang dijatuhkan
dari ketinggian 30 cm.
4. Seluruh permukaan meja harus berwarna gelap dan pudar
dengan garis putih selebar 2 cm pada tiap sisi panjang meja 2,74
m dan tiap lebar meja 1,525 m.
5. Permukaan meja dibagi dalam 2 bagian yang sama secara
vertikal oleh net paralel dengan garis akhir dan harus melewati
lebar permukaan masing-masing bagian meja.
6. Untuk ganda, setiap bagian meja harus dibagi dalam 2 bagian
yang sama dengan garis tengah berwarna putih selebar 3 mm,
paralel dengan garis lurus sepanjang kedua bagian meja, garis
tengah tersebut harus dianggap menjadi 2 bagian kiri dan kanan.
C. Net
1. Perangkat net harus terdiri dari net, perpanjangannya dan dua
tiang penyangga, termasuk kedua penjepit yang dilekatkan ke
meja.
2. Net harus terpajang dengan bantuan tali yang melekat pada ke
dua sisi atas tiang setinggi 15,25 cm, batas perpanjangan ke dua
tiang di setiap sisi akhir lebar meja adalah 15,25 cm.

5
3. Ketinggian sisi atas net secara keseluruhan harus 15,25 cm di
atas permukaan meja.
4. Dasar net sepanjang lebar meja harus rapat dengan permukaan
meja dan perpanjangan ujung net harus serapat mungkin dengan
tiang penyangga.
D. Bola
1. Bola harus bulat dengan diameter 40 mm.
2. Berat bola harus 2,7 gram.
3. Bola harus terbuat dari bahan selulosa (celluloid) atau sejenis
bahan plastik, berwarna putih atau oranye, dan tidak mengkilap.
E. Bet
1. Ukuran, berat, dan bentuk raket tidak ditentukan, tetapi daun
raket harus datar dan kaku.
2. Daun raket minimal 85 % terbuat dari kayu diukur dari
ketebalannya; lapisan perekat di dalam kayu dapat diperkuat
dengan bahan yang berserat seperti serat karbon (carbon fibre)
atau serat kaca (glass fibre) atau bahan kertas yang dipadatkan,
namun bahan tersebut tidak boleh lebih dari 7,5 % dari total
ketebalan atau berukuran 0,35 mm, yang lebih tipis yang
dipakai sebagai acuan.
3. Sisi daun raket yang digunakan untuk memukul bola harus
ditutupi oleh karet licin/halus maupun bintik, bila menggunakan
karet bintik yang menonjol ke luar (tanpa spons) maka
ketebalan karet termasuk lapisan lem perekat tidak boleh lebih
dari 2.0 mm, atau jika menggunakan karet lapis (karet + spons)
dengan bintik di dalamnya menghadap keluar atau ke dalam
maka ketebalannya tidak boleh lebih dari 4.0 mm sudah
termasuk dengan lem perekat.
4. Karet bintik biasa adalah lapisan tunggal karet yang bukan
seluler (cellular), sintetik atau alami, dengan bintik yang
menyebar dipermukaannya secara merata dengan kepadatan
tidak kurang dari 10 per-cm2 dan tidak lebih dari 30 per-cm2.

6
5. Karet lapis (sandwich rubber) adalah lapisan tunggal karet
seluler (biasa disebut spons) yang ditutupi/ditumpuk dengan
satu lapisan luar karet bintik biasa (biasa disebut topsheet),
ketebalan dari karet bintik tidak lebih dari 2 mm.
6. Karet penutup daun raket tidak melebihi daun raket itu sendiri,
kecuali pada bagian yang terdekat dari pegangan raket dan yang
ditutupi oleh jari-jari dapat ditutupi oleh bahan lain atau tidak
ditutupi.
7. Daun raket, lapisan yang ada di dalam dan lapisan yang
menutupinya baik karet atau lemnya pada sisi yang digunakan
untuk memukul bola harus tiada sambungan dan ketebalannya
juga merata.
8. Permukaan karet yang menutup daun raket di satu sisi harus
berwarna merah menyala di satu sisi dan hitam di sisi lain (tidak
sama dengan warna sebelahnya), atau permukaan daun raket
yang dibiarkan polos tanpa penutup harus berwarna pudar.
9. Karet penutup raket yang digunakan harus tanpa perlakuan
bahan kimia, merubah karakterisktik karet secara fisik, atau hal
lainnya.
10. Apabila terjadi sedikit kekurangan/ penyimpangan pada warna
dan kesinambungan permukaan akibat kerusakan yang
ditimbulkan oleh kejadian yang tidak disengaja dapat diijinkan
sepanjang tidak merubah karakteristik dari permukaan karet.
11. Pada permulaan permainan dan kapan saja pemain menukar
raketnya selama permainan berlangsung, seorang pemain harus
menunjukkan raketnya pada lawannya dan pada wasit dan harus
mengijinkan wasit dan lawannya untuk memeriksa/
mencobanya.
F. Definisi-Definisi
1. Suatu reli (rally) adalah suatu periode selama bola dalam
permainan.

7
2. Bola dalam permainan mulai dari saat terakhir diam di telapak
tangan bebas sebelum bola dilambungkan pada saat servis
hingga reli diputuskan sebagai suatu let atau poin.
3. Suatu let adalah suatu reli yang hasilnya tidak dinilai/dihitung.
4. Suatu poin adalah hasil suatu reli yang hasilnya dinilai/dihitung.
5. Tangan raket adalah tangan yang memegang raket.
6. Tangan bebas adalah tangan yang tidak memegang raket; lengan
bebas adalah lengan dari tangan bebas.
7. Seorang pemain memukul bola jika dia menyentuhnya dengan
raket yang dipegangnya atau bagian tangan dibawah
pergelangan tangan yang memegang raket ketika bola masih
dalam permainan.
8. Seorang pemain yang menyentuh bola jika dia, atau apa saja
yang dipakai atau dibawanya, mengenai bola dalam permainan
ketika bola masih berada/melintas di atas permukaan meja dan
belum melewati garis akhir, belum menyentuh bagian mejanya
sejak dipukul oleh lawannya.
9. Pelaku Servis/Pemain yang melakukan servis(server) adalah
pemain yang memukul bola pertama kalinya dalam suatu reli.
10. Penerima bola (receiver) adalah pemain yang memukul bola
yang kedua pada suatu reli.
11. Wasit adalah seseorang yang ditunjuk untuk mengawasi
permainan.
12. Pembantu wasit adalah seseorang yang ditunjuk untuk
membantu wasit dengan keputusan-keputusan tertentu.
13. Sesuatu yang dipakai atau dibawa oleh seorang pemain adalah
segala sesuatu yang dipakai atau dibawa, kecuali bola, pada saat
reli dimulai.
14. Bola sudah harus dinyatakan melewati atau mengelilingi net
jika telah melalui bagian mana saja selain antara net dan
tiangnya dan antara net dan permukaan meja.

8
15. Garis akhir adalah juga perpanjangan kedua arah sisi ujung
meja.
G. Servis
1. Servis dimulai dengan bola diam berada diatas permukaan
telapak tangan yang terbuka dari tangan bebas pelaku servis
(siap untuk dilambungkan).
2. Pelaku servis harus melambungkan bola secara vertikal ke atas,
tanpa putaran, sehingga bola naik minimal 16 cm dari
permukaan telapak tangan bebas, kemudian turun tanpa
menyentuh apapun sebelum dipukul.
3. Pada saat bola turun, pelaku servis harus memukulnya sehingga
menyentuh mejanya terlebih dahulu dan setelah melewati net
atau mengelilingi net kemudian menyentuh meja dari penerima;
pada permainan ganda, bola harus menyentuh bagian kanan dari
masing-masing meja pelaku servis dan penerima secara
berurutan.
4. Dari mulai servis hingga bola dipukul, bola harus berada di atas
perpanjangan permukaan meja permainan (di belakang batas
akhir meja) pelaku servis, dan bola tidak boleh dihalangi dari
pandangan penerima oleh pelaku servis atau pasangan gandanya
atau apa saja yang mereka bawa atau pakai.
5. Segera setelah bola dilambungkan, lengan dan tangan bebas
pelaku servis harus disingkirkan/ditarik dari ruang antara bola
dan net. Catatan: Ruang antara bola dan net (net dan tiang
penyangga) ditentukan oleh bola yang dilambungkan.
6. Menjadi tanggung jawab pemain untuk melakukan servis agar
wasit atau pembantu wasit dapat diyakinkan bahwa servisnya
sesuai peraturan dan demikian juga untuk memutuskan bahwa
servisnya tidak benar.
7. Jika wasit atau pembantu wasit ragu atas keabsahan suatu
servis, maka pada kesempatan pertama pada pertandingan
tersebut, dapat menghentikan pemainan dan memperingatkan
pelaku

9
servis; tetapi untuk servis yang meragukan berikutnya yang
dilakukan oleh pemain atau pasangannya harus dinyatakan tidak
benar/sah.
8. Pengecualian, wasit dapat melonggarkan persyaratan servis
yang baik jika diyakini bahwa rintangan tersebut disebabkan
oleh kemampuan fisik yang tidak normal (cacat).
H. Pengembalian Bola
Bola, setelah diservis atau dikembalikan, harus dipukul sehingga
melewati/mengelilingi net dan menyentuh meja lawan, baik secara
langsung maupun setelah menyentuh perangkat net.
I. Urutan Permainan
1. Pada permainan tunggal, pelaku servis harus melakukan servis
terlebih dahulu, kemudian penerima harus melakukan
pengembalian dan setelah itu pelaku servis dan penerima secara
bergantian melakukan pengembalian.
2. Pada permainan ganda, pelaku servis harus melakukan servis
terlebih dahulu, selanjutnya penerima melakukan pengembalian,
kemudian, pasangan pelaku servis melakukan pengembalian,
pasangan penerima kemudian melakukan pengembalian dan
akhirnya setiap pemain melakukan pengembalian sesuai
gilirannya.
3. Ketika pemain cacat yang duduk di kursi roda bermain ganda,
pelaku servis melakukan servis terlebih dahulu kemudian
dikembalikan oleh penerima, tetapi setelah itu, siapa saja dari
mereka boleh melakukan pengembalian. Namun demikian,
apabila kursi roda (bagian mana saja dari kursi roda) melewati
garis tengah meja, maka wasit menyatakan poin untuk
lawannya.
J. Satu Let
Reli dinyatakan let apabila :

10
1. Jika pada saat servis, bola melewati net dan menyentuhnya,
kemudian bola masuk atau dipukul oleh penerima atau
pasangannya;
2. Jika servis dilakukan pada saat penerima atau pasangannya
belum siap, dan baik penerima atau pasangannya tidak berusaha
memukul bola/ mengembalikan;
3. Jika gagal melakukan servis atau pengembalian atau jika sesuai
dengan peraturan bahwa hal tersebut disebabkan gangguan di
luar kontrol pemain;
4. Jika permainan dihentikan oleh wasit atau pembantu wasit;
5. Jika penerima pada pemain cacat yang menggunakan kursi roda
dan pada saat servis, apakah servisnya benar atau tidak
6. Setelah mengenai meja penerima (pantulan bola) mengarah ke
net.
7. berhenti di bagian meja penerima.
8. pada salah satu bagian sisi meja, bola keluar setelah mengenai
bagian samping meja penerima.
9. Permainan dapat dihentikan
10. Untuk mengoreksi kesalahan urutan servis, penerima, atau
tempat;
11. Untuk memulai sistem percepatan waktu;
12. Untuk menghukum dan memperingati pemain atau penasihat;
13. Karena kondisi permainan terganggu dan mempengaruhi hasil
reli.
K. Poin
Selain reli dinyatakan let, pemain dinyatakan mendapat poin
1. Jika lawannya gagal melakukan servis yang benar;
2. Jika lawannya gagal melakukan pengembalian yang benar;
3. Jika, setelah melakukan servis atau pengembalian, bola
menyentuh apa saja selain net sebelum dipukul oleh lawannya;
4. Jika bola melewati meja atau berada di luar permukaan meja,
tanpa menyentuh meja;

11
5. Jika lawannya menyentuh bola;
6. Jika lawannya dengan sengaja memukul bola dua kali secara
beruntun;
7. Jika lawannya memukul bola dengan sisi daun raket yang tidak
dilapisi karet atau tidak sesuai dengan ketentuan sebelumnya.
8. Jika lawannya, atau apa saja yang dipakainya menggerakkan
permukaan meja;
9. Jika lawannya atau apa saja yang dipakai menyentuh net;
10. Jika tangan bebas lawannya menyentuh permukaan meja;
11. Jika, dalam permainan ganda, setelah pelaku servis pertama
melakukan servis ke penerima dengan benar, kemudian
lawannya memukul bola di luar dari urutannya;
12. Seperti yang dijelaskan dalam sistem percepatan waktu.
13. Jika pemain atau pasangan cacat yang menggunakan kursi roda
dan
14. Lawannya tidak tidak berada pada posisi duduk yang minimal
pada kursi rodanya, belakang paha tidak menempel, ketika bola
dipukul;
15. Lawannya menyentuh bola dengan tangan mana saja sebelum
memukul bola;
16. Kaki lawannya menyentuh lantai semasa (bola) dalam
permainan.
L. Suatu Game/Set
Suatu game dinyatakan dimenangkan oleh seorang pemain/ pasangan
yang pertama mendapat poin 11, kecuali kedua pemain atau pasangan
sama mendapatkan poin 10, pada situasi ini, salah satu pemain atau
pasangan harus mendapat selisih kemenangan 2 (dua) poin atas
lawannya.
M. Satu Pertandingan
Suatu pertandingan terdiri dari game/set ganjil terbaik.
N. Menerima Servis, Menerima Bola, dan Tempat

12
1. Hak untuk memilih urutan servis, menerima bola, atau tempat
harus diputuskan oleh undian dan pemenangnya dapat memilih
servis, atau menerima bola, atau memilih tempat terlebih
dahulu;
2. Bila salah satu pemain/pasangan telah memilih servis atau
menerima atau memilih tempat, maka lawannya harus memilih
yang lainnya;
3. Setelah mencapai 2 (dua) poin, penerima/pasangan yang harus
menjadi pelaku servis, dan seterusnya secara bergantian hingga
game selesai, kecuali kedua pemain/pasangan telah sama-sama
mencapai poin 10 atau sistem percepatan waktu diberlakukan,
maka urutan servis dan menerima tetap sama tetapi tiap pemain
harus melakukan servis 1 kali secara bergantian;
4. Pada setiap game/set dalam pertandingan ganda, pasangan yang
berhak melakukan servis terlebih dahulu harus menentukan
siapa dari mereka yang melakukan servis pertama dan penerima
bola juga harus menentukan siapa yang terlebih dahulu
menerima bola; pada game/set berikutnya, pemain yang
melakukan servis (server) pertama ditentukan oleh pasangan
tersebut dan penerima adalah pemain yang melakukan servis
kepadanya pada game sebelumnya;
5. Dalam ganda, tiap pindah servis, penerima sebelumnya menjadi
pelaku servis dan pasangan yang melakukan servis sebelumnya
menjadi penerima servis.
6. Pemain/pasangan yang melakukan servis pertama pada suatu
game/set menjadi penerima pada game/set berikutnya dan untuk
game terakhir/penentuan pada pertandingan ganda, pasangan
yang menerima bola kemudian harus merubah urutan yang
menerima apabila salah satu pasangan telah mencapai poin 5;
7. Pemain/pasangan yang memulai pada suatu sisi (tempat) dalam
suatu game akan pindah tempat pada game berikutnya dan pada

13
game/set penentuan, pemain/pasangan, harus tukar tempat jika
salah satunya telah mendapat skor/poin 5.
O. Kesalahan Urutan Servis, Penerima, dan Tempat
1. Jika pemain melakukan kesalahan urutan servis (server
maupun receiver), permainan harus segera dihentikan oleh
wasit dan dilanjutkan sesuai dengan urutan yang sebenarnya
siapa yang seharusnya melakukan servis dan menerima bola
pada skor/angka yang telah dicapai, sesuai dengan urutan pada
saat mulai pertandingan dan, dalam permainan ganda, sesuai
dengan urutan pemain yang telah ditetapkan untuk melakukan
servis pertama dalam game/set tersebut sejak kesalahannya
ditemukan.
2. Jika para pemain tidak bertukar tempat pada saat mereka
seharusnya melakukannya, wasit harus menghentikan
permainan dan dilanjutkan sesuai dengan pemain yang
sebenarnya pada skor yang telah diraih, disesuaikan dengan
urutan yang telah ditetapkan pada saat pertandingan dimulai.
3. Dalam keadaan apapun, semua poin yang telah diraih sebelum
kesalahan ditemukan harus dihitung.
P. Sistem Percepatan Waktu (Expedite System)
1. Kecuali seperti yang dijelaskan pada aturan selanjutnya, sistem
percepatan waktu harus diberlakukan setelah 10 menit
permainan dalam satu game atau kapan saja diminta oleh
kedua pemain atau pasangan.
2. Sistem percepatan waktu tidak lagi berlaku dalam satu game
jika skor yang sudah diraih berjumlah 18 (delapan belas).
3. Jika bola masih dalam permainan ketika batas waktu telah
habis, permainan harus diberhentikan oleh wasit dan
dilanjutkan dengan mengulang servis oleh pemain yang
melakukan servis pada saat permainan berlangsung; jika bola
tidak dalam permainan (bola mati) dan sistem percepatan
waktu harus diberlakukan, permainan dilanjutkan dengan

14
pelaku servis adalah yang menerima bola pada reli
sebelumnya.
4. Setelah itu, setiap pemain harus melakukan servis 1 kali secara
bergantian hingga game berakhir, dan jika pemain/pasangan
yang menerima telah melakukan 13 kali pengembalian,
penerima mendapat satu poin.
5. Pemberlakuan sistem perccepatan waktu harus tidak merubah
urutan servis dan penerima pada pertandingan tersebut, seperti
yang diuraikan pada.
6. Sekali diterapkan, sistem percepatan waktu harus terus
diberlakukan hingga pertandingan selesai.

15
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Tenis meja adalah olahraga raket yang paling terkenal di dunia dan jumlah
partisipannya menempati urutan kedua. Sejarah tenis meja ini tidak diketahui asal
negaranya, Olahraga ini dimulai kira-kira di tahun 1890-an sebagai pemain
pendatang dan menebarkan keranjingan akan olahraga ini di seluruh kota.
Peralatan-peralatan yang digunakan dalam permainan ini meliputi, meja, net, bola,
bet, pelapis bet, speed glue dan pakaian.

3.2 Saran
Supaya pertumbuhan dan perkembangan olahraga Tenis Meja berjalan dengan
normal, maka sebagai olahragawan harus memotivasi dan merangsang masyarakat
umum dalam pertumbuhan dan perkembangan untuk mencintai olahraga supaya
keingintahuan tentang dunia olahraga bertambah.

16
DAFTAR PUSTAKA

Stiles, K.E. dan Loucks-Horsley, S. 1998. Professional Development


Strategies: Proffessional Learning Experiences Help Teachers Meet the
Standards. The Science Teacher. September 1998. hlm. 46-49).
Sumargi. 1996. Profesi Guru Antara Harapan dan Kenyataan. Suara Guru No.
3-4/1996. Hlm. 9-11.
Supriadi, D. 1998. Mengangkat Citra dan Martabat Guru. Jakarta:
Depdikbud.
Surya, H.M. 1998. Peningkatan Profesionalisme Guru Menghadapi
Pendidikan Abad ke-21n (I); Organisasi & Profesi. Suara Guru No. 7/1998. Hlm.
15-17.
Tilaar, H.A.R. 1999. Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional Dalam
Perspektif Abad 21. Magelang: Indonesia Tera.

17

Anda mungkin juga menyukai