Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN

PRATIKUM PENGENDALIAN NYAMUK

DENGAN SPRAYING

Kelompok 1

KEKE ANANDA RISHA 1803104

LIZA MAISASRI 1903047

MONA RINANDA PUTRI 1803106

Dosen Pengampu : SARI ARLINDA

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

STIKES SYEDZA SAINTIKA PADANG

TAHUN 2020/2021
PRAKTIKUM PENGENDALIAN NYAMUK DENGAN SPRAYING

A. PENDAHULUAN

Penyakit yang berasal dari nyamuk masih menjadi permasalahan yang belum
dapat diatasi di Indonesia. Penyakit malaria, DBD, dan Cikungunya kejadian
penyakitnya tidak berkurang bahkan bertambah disetiap daerah di Indonesia. Saat ini
Indonesia mulai berbenah dalam pemberantasan vektor dari penyakit yang disebabkan
oleh nyamuk. Pemerintah memberikan solusi kepada masyarakat dengan melakukan
spraying untuk mencegah nyamuk masuk dan menempel didinding rumah.
Mengingat seringnya nyamuk masuk kedalam rumah dan menempel di tembok rumah
merupakan salah satu hal yang bisa dimanfaatkan untuk mengendalikan vektor nyamuk. Caranya
adalah dengan melakukan spraying. Spraying yaitu proses penyemprotan insektisida ke dinding-
dinding rumah sehingga nyamuk yang menempel pada dinding rumah akan mati sebelum
menularkan penyakit pada manusia. Spraying dewasa ini digunakan sebagai pelengkap dari
beberapa aksi yang digunakan untuk memberantas nyamuk yaitu PSN, fogging, 3M+ dan spraying.
Spraying (penyemprotan) ini bertujuan memotong siklus hidup nyamuk Anopheles
dewasa. Dengan dilakukannya spraying masyarakat di wilayah penyemprotan akan
aman untuk sementara dari gigitan nyamuk. Penyemprotan terutama di dinding rumah
akan langsung kelihatan hasilnya dalam hitungan menit. Beberapa serangga kecil akan
kelihatan mati berjatuhan di lantai. Bahkan serangga yang sekuat kecoa juga mati
Hasil spraying akan lumayan jika penyemprotan dilakukan secara merata dan
sistematis dalam satu wilayah.
Namun ternyata penggunaan spraying tidak boleh dilakukan secara berlebihan,
karena dapat menyebabkan resistensi pada vektor penyakit. Penggunaan spraying
haruslah dilakukan jika pada suatu daerah memang sangat membutuhkan spraying
untuk memberantas nyamuk. Selain itu dibutuhkan pula tenaga ahli dalam
pelaksanaannya karena tingkat ketebalan dari lapisan insektisida ditembok akan sangat
mempengaruhi keberhasilan dari spraying. Jika terlalu tipis lapisannya maka nyamuk
tidak akan mati, namun jika terlalu tebal dapat menyebabkan resistensi pada nyamuk.
Oleh sebab itu perlu dipelajari lebih lanjut mengenai cara melakukan spraying agar hasil
spraying dapat membunuh nyamuk seefektif mungkin.

B. TUJUAN
a. Menjelaskan pengertian penyemprotan rumah
b.   Menyebutkan bagian alat semprot (spray-can)
c. Menjelaskan kebijakan dalam penyemprotan rumah   
d. Menjelaskan kriteria penyemprotan
e. Menjelaskan faktor-faktor yang harus diperhatikan untuk mendapatkan
dosis insektisida yang tepat
f. Menjelaskan tentang cakupan, pemenuhan dosis clan keteraturan
penyemprotan
g. Melakukan supervisi dan evaluasi penyemprotan
h. Menjelaskan cara pencegahan clan memberi pertolongan pada kasus
keracunan
i. Melakukan penyemprotan rumah dengan trampil

C. TINJAUAN PUSTAKA
Mewabahnya penyakit demam berdarah di seluruh Indonesia akhir-akhir
ini bukan hanya disebabkan oleh sikap dan pola hidup tidak higienis. Pemansan
global juga memicu pertumbuhan nyamuk sebagai pembawa penyakit tersebut,
dalam hal ini nyamuk dapat bertahan hidup dan berkembang di daerah yang
sebelumnya tidak mungkin. Pemanasan global membuat nyamuk yang selama
ini hidup di daerah panas dan daerah dengan ketinggian kurang dari 1000 meter
di atas permukaan laut, mampu berkembang biak dan bertahan hidup di luar
daerah-daerah tersebut. Juga hal ini membuat daya tahan nyamuk Aedes
aegyptie makin kuat. Siklus hidup makin cepat, dan populasi nyamuk tentu saja
meningkat pesat. (Anies, 2006: 25).
Pada penyakit demam berdarah dengue (DBD) tidak terjadi siklus
perubahan hidup namun hanya terjadi multiplikasi virus DBD dalam tubuh
nyamuk Aedes aegyptie sebagai pejamu intermediate atau karier untuk
menularkan kepada orang lain (Chandra, Budiman. 2006: 56). Faktor lingkungan
sangat mempengaruhi baik manusia maupun nyamuk. Faktor lingkungan yang
dimaksud adalah lingkungan dimana manusia dan nyamuk berada yang
memungkinkan terjadinya penularan malaria setempat (indigenous), lingkungan
tersebut terbagi atas lingkungan fisik, lingkungan kimia, lingkungan biologik dan
lingkungan sosial budaya.
1. Lingkungan fisik : meliputi suhu, kelembaban, hujan, ketinggian, angin,
sinar matahari dan arus air.
2. Lingkungan kimia : meliputi kadar garam yang cocok untuk
berkembangbiaknya nyamuk Anopheles sundaicus.
3. Lingkungan biologik : adanya tumbuhan, lumut, ganggang, ikan kepala
timah, gambusia, nila sebagai predator jentik Anopheles spp, serta
adanya ternak sapi, kerbau dan babi akan mengurangi frekuensi gigitan
nyamuk pada manusia.
4. Lingkungan sosial budaya : meliputi kebiasaan masyarakat berada di luar
rumah, tingkat kesadaran masyarakat terhadap bahaya penyakit malaria
dan pembukaan lahan dengan peruntukannya yang memengaruhi derajat
kesehatan masyarakat dengan banyak menimbulkan breading places
potensial untuk berkembangbiaknya nyamuk Anopheles spp (Depkes,
2003: 42).

Nyamuk Anopheles sebagai vektor penyakait malaria banyak


terdapat di rawa-rawa, saluran-saluran air, dan permukaan air yang terkena
sinar matahari. Ia bertelur di permukaan air. Nyamuk ini hinggap dengan
posisi menukik atau membentuk sudut. Sering hinggap di dinding rumah atau
kandang. Pada saat menggigit biasanya dilakukan saat malam hari. Oleh
karena itu, untuk mengendalikan vektor nyamuk Anopheles perlu dilakukan
spraying dengan cara menyemprotkan bahan yang terdapat dalam spraycan
ke dinding rumah.Nyamuk Aedes paling sering hinggap di baju-baju yang
menggantung dan berada di tempat-tempat gelap, seperti di bawah tempat
tidur. Selain juga suka bertelur di air yang bersih, seperti di tempayan, bak
mandi, vas bunga, dan lainnya. Telur atau jentik nyamuknya bisa bertahan
selama 2-3 bulan.

Nyamuk ini menggigit di pagi dan sore hari, antara pukul 08.00-12.00 dan
15.00-17.00. Bila nyamuk ini sudah menggigit orang atau binatang, pada hari
ketiga nyamuk tersebut akan bertelur, dan dua hari kemudian menetas.
Setelah 8 hari, jentik tersebut sudah jadi nyamuk. Selama itu, 2 hari sekali
nyamuk bertelur, sehingga si betina akan mencari darah lagi. Jika nyamuk itu
menggigit seorang penderita demam berdarah, maka kurang lebih dalam 10
hari nyamuk tersebut sudah infektif atau mengandung virus demam
berdarah. Bila menggigit orang, virusnya akan masuk ke tubuh orang yang
digigit. Virus demam berdarah akan ada selama nyamuk itu hidup. Karena
setiap 2 hari sekali dia menggigit, maka virusnya bisa masuk ke orang lain
lagi. Demikian terus penyebarannya, paling jauh nyamuk ini terbang dalam
radius kurang lebih 50-100 meter ke kanan-kiri sekitar rumah. Jadi telur
nyamuk demam berdarah bisa berada sekitar itu. Oleh karena itu, bila sudah
ada kasus demam berdarah di sekitar rumah kita, segeralah dilakukan
pengasapan. Maksudnya, untuk membunuh nyamuk yang mengandung
virus/nyamuk yang infektif, supaya tak ada penularan demam berdarah.

Menurut DEPKES RI (2003:45) Penyemprotan rumah dengan efek


residual (IRS = Indoor Residual Spraying) telah lama dilakukan dalam
pemberantasan malaria di Indonesia. Sampai sekarang cara ini masih dipakai
karena dipandang paling tepat dan besar manfaatnya untuk memutuskan
transmisi, murah dan ekonomis. Penyemprotan IRS adalah suatu cara
pemberantasan vektor dengan menempelkan racun serangga tertentu dengan
jumlah (dosis) tertentu secara merata pada permukaan dinding yang disemprot
dengan tujuan untuk memutus rantai penularan karena umur nyamuk menjadi
lebih pendek sehingga tidak sempat menghasilkan sporozoit didalam kelenjar
ludahnya. Dalam melaksanakan penyemprotan IRS (indoor residual spraying)
diperlukan beberapa persyaratan sebagai berikut :

1. Cakupan bangunan yang disemprot (coverage)


Rumah atau bangunan dalam daerah tersebut harus diusahakan agar
semuanya disemprot. Yang dimaksud rumah atau bangunan yaitu tempat
tinggal yang digunakan malam hari untuk tidur.
2. Cakupan permukaan yang disemprot (completeness)
Cakupan permukaan yang disemprot adalah semua permukaan (dinding,
pintu, jendela, almari dsb) yang seharusnya disemprot.
3.   Pemenuhan dosis (sufficiency)
Dosis yang dipergunakan yaitu dosis sesuai petunjuk pemakaian yang
tertera pada tiap saset insektisida.

Untuk memperoleh hasil yang maksimal dari kegiatan tersebut diperlukan


pengetahuan dan keterampilan mengenai tujuan penyemprotan, syarat-syarat
yang harus dipenuhi dalam penyemprotan, cara membuat suspensi dan cara
menyemprot.
Pestisida adalah semua bahan kimia, binatang maupun tumbuh-tumbuhan
yang dipergunakan untuk mengendalikan hama. Secara umum pestisida dapat
didefinisikan sebagai bahan yang dipergunakan untuk mengendalikan jasad
hidup yang dianggap hama (pest) yang secara langsung ataupun tidak langsung
merugikan kepentingan manusia. Tujuan operasional penyemprotan adalah
menempelkan racun serangga tertentu dengan jumlah (dosis) tertentu secara
merata pada permukaaan yang disemprot (Depkes RI, 2007:35)

D. ALAT DAN BAHAN


1.      Alat
a.       Spray-can : Alat semprot (Spray-can) yang digunakan untuk kegiatan
penyemprotan rumah adalah merek Hudson X-pert dengan karakteristik
sebagai berikut :
·         Kapasitas tangki : 3 US Gallon 11,36 liter
·         Tinggi tangki : 56 cm
·         Berat tangki : 5 kg
·         Sabuk penyadang : panjang 1 m, lebar 5 cm , tebal 3mm
b.      APD (Alat Pelindung Diri)
c.       Respirator (masker)
d.      Alat ukur (lidi/kayu 46 cm)

2.      Bahan
a.       Air
b.      Insektisida (Bahan kimia/Bendiocrab)
3. CARA PENGGUNAAN
a. Dalam menggunakan alat untuk spraying ini sederhana yaitu dengan
membuka penutup tangkinya lalu mengisinya dengan cairan insektisida,
b. ditutup kembali. Kita pompa sampai tekanan menunjukkan angka 50
pascal.
c. Selama Penyemprotan, semprot permukaan dinding secara naik turun
bermotif seperti ular. Dinding yang harus disemprot adalah setinggi 3
meter, bila tinggi melebihi 3 meter, cukup hanya menyemprot 3 meter saja
dari bawah. Tapi, bila tinggi dinding kurang dari 3 meter, maka
penyemprotan dilakukan secara menyeluruh. Tutuplah pintu dan jendela
ruangan yang sedang disemprot tapi bukalah jendela dan pintu lain agar
penyemprot tidak bekerja diruang tertutup.
d. Sesudah Penyemprotan, beritahukan kepada pemilik rumah agar racun
serangga yang menempel di dinding tidak dihapus serta kaca-kaca dan
lantai yang terkena racun serangga boleh dibersihkan dan racun serangga
hasil pembersihan harus ditanam.
e. Memberitahukan kepada pemilik rumah agar selama enam bulan
berikutnya jangan dulu mengapur dinding. Tidak lupa juga untuk Spray-can
dan peralatan lainnya supaya dibersihkan. Hati-hati membuang air bekas
membersihkan spary-can dan alat-alat lainnya jangan sampai mencemari
kolam ikan dan sumber air penduduk. Penghuni rumah baru boleh masuk
ke dalam rumah satu jam setelah penyemprotan. Bila ada serangga yang
mati setelah penyemprotan agar disapu dan dikumpulkan kemudian
dikubur.
4.HASIL
Dalam melakukan spraying seorang yang bertugas melakukan spraying harus
mengerti seluk beluk dari alat yang digunakan. Cara spraying meliputi beberapa hal
yaitu perencanaan, perijinan, persiapan dan pelaksanaan. Dimulai dari sebelum
penyemprotan, yang kita lakukan adalah membuat rencana kerja secara terpirinci yang
kemudian nantinya akan dikirimkan kepada Kepala Desa untuk disetujui dan dikirimkan
minimal 3 hari sebelum dilaksanakannya penyemprotan pada suatu desa. Setelah
mendapatkan persetujuan, maka langkah yang harus dilaksanakan selanjutnya adalah
memperkirakan jumlah insektisida yang akan digunakan dan harus mencakup seluruh
rumah yang ada di desa yang akan dilaksanakan spraying tersebut.

PEMBAHASAN
Upaya pengendalian vektor dengan cara spraying sangat cocok dilaksanakan
dalam kondisi:
1.      Penanggulangan wabah / Kejadian Luar Biasa (KLB) dimana peran vektor
dalam menularkan bibit penyakit dapat diputus pada setiap fase hidup vektor.
2.      Terhadap vektor / serangga sasaran pengendalian sesuai kesukaan menggigit
dan tempat menggigit (feeding).
3.      Pada beberapa daerah pedesaan dan kota yang belum memiliki tata ruang
(landscape) yang baik untuk mencegah keberadaan vektor.
4.      Penggunaan larvasida yang menimbulkan kekhawatiran pencemaran
konsumsi air bersih.
5.      Pengendalian juga memberi gambaran upaya bermakna dalam membatasi
dan menekan populasi, pergerakan dan distribusi vektor serta pola penularan
penyakit berdasarkan prinsip-prinsip epidemiologis.
Spraying sebenarnya kurang efektif apabila tidak ditindaklanjuti dengan
gerakan 3M dan PSN. Efektifitas spraying akan tinggi jika spraying dilakukan pada
waktu sore hari karena pada saat itu biasanya nyamuk keluar dari tempat
persembunyiannya
G.          KESIMPULAN
1) Spraying merupakan langkah yang cocok dilakukan pada daerah dengan
KLB, fungsinya adalah untuk memutus rantai penularan.Alam
2) melakukan spraying harus dilakukan oleh ahli sebab jika tidak maka akan
terjadi hal yang sangat fatal. Jika terlalu tipis nyamuk tidak akan mati
sedangkan jika terlalu tebal akan terjadi resistensi.
3) Dalam pelaksanaan spraying harus memiliki ketebalan yang sama pada
dinding. Cara membuat ketebalan yang sama adalah dengan bergerak
kedepan dan kebelakang secara berirama.
4) Spraying adalah cara yang efektif untuk membasmi nyamuk akan tetapi
membutuhkan dana yang banyak dan juga keahlian dalam menggunakan
spray-can.
5) Pada saat melakukan spraying dibutuhkan ketelitian dan keseriusan agar
dapat berjalan dengan baik dan efektif.
6) Kegiatan pemberantasan nyamuk tidak akan efektif jika hanya melakukan
spraying saja, namun harus ditindak lanjuti juga dengan kegiatan lainnya
yaitu dengan PSN, 3M+ dan bisa juga ditambah dengan fogging.
DAFTAR PUSTAKA

Anies. 2006. Manajemen Berbasis Lingkungan. Jakarta: Elex Media Komputindo.


Chandra, Budiman. 2006. Ilmu Kedokteran Pencegahan dan Komunitas. Jakarta:
EGC.
Depkes RI. 2003. Pencegahan dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue di
Indonesia. Jakarta ; Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Depkes RI. 2007. Modul Pelatihan bagi Pengelolan program Pen gendalian Penyakit
Demam Berdarah Dengue di Indonesia. Jakarta; Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai