INVESTASI
Selasa, 28 Juni 2022
SETUMPUK PR
DIGITALISASI PERBANKAN
Transformasi digital perbankan masih memiliki sejumlah pekerjaan rumah di tengah peluang pengembangan yang masih
T
ransformasi digital
perbankan diramal
masih akan terus
bergeliat di tengah
sejumlah tantang-
an dan potensi
yang mengadang.
Potensi suburnya digitalisa-
si perbankan tidak lepas dari
kemampuan masyarakat dalam
memanfaatkan teknologi dalam
kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan data yang diolah
Data Indonesia, dari laporan
We Are Social, jumlah penggu-
na internet di Indonesia telah
mencapai 205 juta orang per
Januari 2022, atau 73,7% dari
populasi.
Tren pengguna internet di
Indonesia terus bertumbuh se-
tiap tahunnya dengan rata-rata
penggunaan internet 8 jam 36
menit setiap harinya.
Deputi Komisioner Pengawas
Perbankan I Otoritas Jasa Keu-
angan (OJK) Teguh Supangkat
menjelaskan bahwa potensi
ekonomi digital dalam negeri
saat ini cukup besar. Sehingga,
dapat menjadi strategi lain bagi
perbankan dalam menghadapi
normalisasi kebijakan di era
endemi. Menurutnya, ekonomi
digital di Indonesia akan ber-
tumbuh delapan kali lipat dari
Rp632 triliun menjadi Rp4.531
triliun pada 2030.
“Transaksi pembayaran digital
banking pun diproyeksikan
akan terus menunjukkan
peningkatan di tahun-tahun
berikutnya,” ujar Teguh dalam
acara virtual Banking Outlook
2022, Rabu (22/6).
Potensi ekonomi digital di
Indonesia, lanjut dia, juga
didukung oleh beberapa aspek
seperti demografi, tingkat keter-
gantungan terhadap teknologi
dari sisi penggunaan internet,
serta perkembangan teknologi
gelombang baru seperti jaring-
an 5G, blockchain, artificial
intelligence (AI), dan cloud
computing.
Komponen tersebut dinilai
akan semakin mendisrupsi
dinamika masyarakat termasuk
lanskap ekosistem perbankan.
Dengan demikian, industri
perbankan pun diyakini harus
mengikuti arus transformasi
digital ini.
“Bank harus bisa bertrans-
formasi agar dapat memenuhi
ekspektasi masyarakat terha-
dap layanan keuangan melalui
berbagai macam layanan digital
perbankan yang dapat diakses
di mana saja dan kapan saja,”
imbuhnya.
Kendati demikian, transforma-
si digital perbankan tentunya
tidak mudah. Sejumlah tantang-
an pun perlu dihadapi dengan
sebaik-baiknya.
Perbankan saat ini, menu-
rut OJK, sedang menghadapi
Karyawati melayani nasabah di kantor cabang Bank Jago, Jakarta.
| INDUSTRI FINANSIAL |
terbuka lebar.
Seorang warga menggunakan pembayaran nontunai Quick Response
Indonesia Standard (QRIS) saat membeli kopi di warung kopi Jalik Rumbuk di
Mataram, NTB.
berbagai tantangan dari empat
sektor yakni terkait kebijakan
selama era pandemi Covid-19,
penguatan kultur kelembagaan
yang mengarah pada digitali-
sasi, penguatan implementasi
ketentuan likuiditas, serta tan-
tangan transformasi digital.
Khusus untuk aspek trans-
formasi digital, perbankan
mendapat pekerjaan rumah
(PR) untuk mendukung pe-
ngembangan layanan perbank-
an digital (LPD) yang aman
serta membangun infrastruk-
tur pengawasan terintegrasi
berbasis teknologi di antaranya
suptech, data analytics, machi-
ne learning, dan AI.
Pasalnya, lanjut Teguh,
sederet risiko telah menanti
transformasi digital perbank-
Bisnis/Abdurachman
Dewi Fadhilah Soemanagara
dewi.fadhilah@bisnis.com
Kantor Pusat Bank Indonesia di Jakarta.
Antara/Ahmad Subaidi
an. Sejumlah risiko tersebut
yaitu terkait perlindungan dan
pertukaran data pribadi nasa-
bah yang belum dijamin oleh
undang-undang.
Adanya risiko strategis dan
investasi IT yang tidak sesuai
dengan strategi bisnis, juga risi-
ko serangan siber, dan kebocor-
an data dapat menjadi tantang-
an yang besar bagi perbankan
yang ingin mempercepat laju
transformasi digitalnya.
Selain itu, infrastruktur
jaringan komunikasi, risiko
penyalahgunaan teknologi, dan
regulatory framework yang ti-
dak kondusif harus diantisipasi.
“Perbankan perlu mempertim-
bangkan persiapan organisasi
dan kelembagaan, infrastruktur
internal, dan kebijakan internal
yang mendukung transformasi
digital yang akan dilaksana-
kan,” jelasnya.
Tahun lalu, OJK telah mener-
bitkan cetak biru transformasi
digital perbankan yang berisi
lima elemen utama yaitu data,
teknologi, manajemen risiko,
kolaborasi, dan tatanan institusi
yang perlu diperhatikan dalam
proses transformasi digital per-
bankan.
Di sisi lain, Analis APBN
Pusat Kajian Anggaran Setjen
DPR Riza Aditya Syafri menje-
laskan beberapa hal yang perlu
menjadi perhatian perbankan
dalam melakukan transformasi
digital.
Pertama, kesiapan infra-
struktur internet mengingat
“
Perbankan perlu
mempertimbangkan
persiapan organisasi
dan kelembagaan,
infrastruktur
internal, dan
kebijakan internal.
banyaknya daerah di Indonesia
yang belum terjangkau jaringan
internet. Kedua, risiko keaman-
an siber di Indonesia.
Berdasarkan data dari Pusat
Operasi Keamanan Siber Nasio-
nal, serangan siber mengalami
peningkatan dari 228 juta se-
rangan siber pada 2019 men-
jadi 495 juta pada 2020 atau
meningkat 5 kali lipat.
Ketiga, implikasi transformasi
digital perbankan yang dapat
berpotensi mengurangi jumlah
kantor cabang dan menu-
runkan lapangan pekerjaan,
sehingga akan meningkatkan
pengangguran.
“Para stakeholders seperti pe-
merintah, BI, OJK, dan industri
perbankan perlu menyiapkan
skema untuk memitigasi risiko-
risiko yang mungkin muncul
akibat transformasi digital
perbankan tersebut,” jelas Riza
dalam risetnya, dikutip Kamis
(23/6).
FOKUS LAYANAN
Di antara berbagai tantangan
tersebut, perbankan tancap gas
untuk terus memperkuat la-
yanan digital. PT Bank Central
Asia Tbk. (BBCA) misalnya,
melaporkan besarnya penggu-
naan melalui saluran digital
President Director Bank
Central Asia Jahja Setiaatmadja
memaparkan, transaksi yang
dilakukan di kantor cabang
hanya sekitar 0,4%. Selebih-
nya, 99,6% dilakukan di luar
cabang baik dalam bentuk
digital melalui aplikasi mobile
banking, ATM, hingga EDC.
“Betul-betul kita sudah
memfokuskan layanan digital
17
Bloomberg/Rony Zakaria
kepada nasabah,” ujar Jahja,
Rabu (22/6).
Sementara itu, Bank Jago
yang merupakan bank digital
juga telah menceburkan diri
dalam transformasi digital per-
bankan, berbekal riset konsu-
men untuk menjawab berbagai
tantangan yang ada.
Berdasarkan riset kuantitatif
Bank Jago yang melibatkan
10.000 responden, setidaknya
ada lima permasalahan yang
menjadi beban bagi konsumen
atau nasabah. Di antaranya
adalah repotnya membayar
tagihan bulanan dan sulit
membagi pos-pos keuangan.
Selain itu, adanya tantangan
dalam mengendalikan anggaran
belanja agar bisa menabung
serta keluhan adanya biaya-bia-
ya administrasi perbankan yang
tidak transparan.
Lebih lanjut, Bank Jago juga
mencatat adanya keinginan dari
masyarakat untuk mengatur ke-
uangan bersama keluarga atau
teman deka sementara layanan
finansial perbankan yang ada
selama ini umumnya hanya
fokus pada individu.
Presiden Direktur Bank Jago
Karim Siregar menjelaskan,
bank digital setidaknya me-
miliki tujuh komponen yaitu
proses digital, kanal digital,
life centric value proposition,
aksesibilitas, teknologi, data,
serta talenta dan budaya. Bank,
menurutnya, harus hadir dalam
ekosistem digital dengan ketu-
juh komponen tersebut.
“Masyarakat menggunakan
aplikasi digital dalam kehidup-
an sehari-hari sehingga bank
juga perlu ada dalam ekosistem
digital tersebut,” ujarnya, Rabu
(22/6).
Sebelumnya, Bank Indonesia
memprediksi transaksi per-
bankan digital akan mencapai
Rp48.000 triliun tahun ini atau
meningkat 21,8% secara tahun-
an dibandingkan 2021 senilai
Rp40.000 triliun.
Data Bank Indonesia pada
Maret 2022 menyebutkan,
nilai transaksi digital banking
meningkat 62,82% year-on-year
(yoy) menjadi Rp4.314,3 triliun.
BI berencana melanjutkan
akselerasi digitalisasi sistem
pembayaran sesuai cetak biru
Sistem Pembayaran Indonesia
2025 untuk mendorong pemu-
lihan ekonomi.