Anda di halaman 1dari 2

LEGAL MEMORANDUM

“Kasus Invansi Russia terhadap Ukraina”

DASAR HUKUM
Pasal IX dari Konvensi Genosida 1948
Piagam PBB Pasal 2 ayat (7)
Resolusi Majelis Umum PBB tahun 1970
Pasal 1 ARSIWA
Pasal 21 ARSIWA ((Draft articles on Responsibility of States for Internationally Wrongful
Acts
PENDAPAT HUKUM
a. Berlandasakan isi Pasal IX dari Konvensi Genosida 1948, dimana pada pasal tersbeut
menyebutkan bahwa jika terdapat perselisihan yang memiliki kaitan dengan tanggung
jawab suatu negara peserta dalam melakukan tindakan genosida harus diajukan ke
Pengadilan International. Ukraina melayangkan tuntutan kepada Russia ke hadapan
Mahkamah International (ICJ) untuk dapat melembagakan proses sehubungan dengan
operasi militer Russia ke Ukraina yang dimulai pada bulan Februari 2022. Lebih
lanjut yuridiksi dari Mahkamah International terbagi menjadi 4, yang terdiri dari:
teritorial jurisdiction (ration loci), material juridiction (rationae materiae), temporal
jurisdiction (ratione temporis), dan personal jursdiciton (ratiionae personae). Teritorial
juriction memiliki makna bahwa yuridiksi dari Mahkamah International hanya dapat
berlaku didalam wilayah negara pihak, kemudian diperluas sehingga yuridiksi
Mahkamah International berlaku juga bagi kapal atau pesawat terbang yang terdaftar
di negara pihak. Terdapat 73 negara-negara yang telah menerima yuridiksi wajib dari
ICJ.
Dari daftar negara yang diberlakukan yuridiksi dari ICJ, baik Ukraina maupun Russia
tidak termasuk didalamnya. Sehingga pada dasarnya perkara yang diajukan Ukraina
tidak termasuk kedalam yuridiksi dalam ICJ sesui dengan sifat yuridiksi ICJ pada
bagian teritorial juridiction. Walaupun Ukraina termasuk kedalam bagian dari
Perserikatan Bangsa-Bangsa, pengadilan tidak memiliki kemampuan untuk dapat
menegakkan keputusan dari tuntutan yang dibuat oleh Ukraina. Walaupun Russia bisa
untuk meminta Dewan Keamanan PBB untuk dapat mengambil tindakan terhadap
Russia, namun pada kenyataannya, Russia menjadi dewan tetap sehingga Russia
dalam hal ini dapat memveto permintaan yang diajukan Ukraina.
b. Berdasarkan Pasal 21 dan 22 State Responsoibility, tindakan yang dilakukan oleh
Russia terhadap Ukraina dapat dikategorikan sebagai tindakan bela diri sehingga tidak
dianggap salah secara hukum international sesui dengan ketentuan dalam Piagam
PBB. Selain itu dalam article 21 ARSIWA ((Draft articles on Responsibility of States
for Internationally Wrongful Acts, with commentaries) yang juga mengacu kepada
Article 51 UN Charter suatu tindakan membela negara dengan penyerangan sehingga
dalam kasus ini Russia yang memiliki self defence yang tinggi. Hal tersbeut
berlandaskan pada doktrin Preemptive self defence. Dimana hal tersbeut mengacu
pada tindakan negara mmelawan musuh yang dicurigai akan melakukan serangan.
Dimana Russia pada kasus, mencurigai Ukraina yang berkeinginan untuk masuk
kedalam NATO padahal wilayah yaang berdekatan dengan Russia sudah memiliki
perkumpulannya sendiri sehingga apabila Ukraina masuk menajdi anggota NATO, hal
tersbeut akan menimbulakan kecurigaan bahwa Ukraina sewaktu-waktu bisa
menyerang Russia.
c. Berdasarkan hal diatas, Ukraina tidak berhak untuk menuntut ganti rugi ke Russia
sebab tindakan yang dilakukan Russia bukanlah tanpa sebab dan sudah berlandaskan
pada aturan hukum international sebagai self denfense. Pasal 1 ARSIWA menjelaskan
bahwa pertanggungjawaban akan muncul karena terlebih dahulu terdapat kesalahan
yang dilakukan secara international oleh suatu negara. Sehingga dapat ditarik
kesimpulan karena Russia dalam melakukan serangan terhadap Ukraina tidak dapat
dikategorikan sebagai kesalahan yang lebih dahulu diperbuat sesui dengan pasal 1
ARTIWA. Oleh karena itu, Ukraina juga tidak dapat meminta ganti rugi kepada
Russia.
d. Berdasarkan apa yang tercantum dalam Piagam PBB Pasal 2 ayat (7) yang
menyatakan bahwa adanya larangan untuk mengintervensi urusan-urusan yang pada
dasarnya berada dalam yuridiksi negara lain. Ketentuan tersebut kemudian didukung
dnegan danya Resolusi Majelis Umum PBB tahun 1970 tentang Prinsip-Prinsip
Hukum Internasional mengenai Hubungan yang Bersahabat dan Kerjasama Antar
Negara. Sehingga berpacu dalam pasal tersbeut, negara memiliki kewajiban u tuk
tidak ikut campur tangan dalam urusan dalam negeri dari negara lain. Begitu juga
dengan apa yang dilakukan oleh Russia ke Ukraina, negara lain tidak memiliki
kewajiban untuk turut campur dalam konfil antar negara tersbeut. Walaupun pada
prakteknya negara kerap kali melanggar prinsip tersbeut dengan alasan kemanusiaan
yang kemudian dikenal dengan Prinsip Intervensi Kemanusiaan (Humanitarian
Intervention). Namun jelas, berdasarkan hukum international, tindakan yang
dilakukan Russia, oleh negara lain tidak boleh ikut campur tangan.

Anda mungkin juga menyukai