Anda di halaman 1dari 7

Kadek Pramanda Semadi Putra – 13502110020

IBL 2A

Ujian Akhir Semester

Ujian Akhir Semester ini terdiri dari 3 bagian: 1. Bagian multiple choice; 2. Bagian Essay; 3. Bagian Uraian
Topik yang dipilih. Bagian 1 memiliki bobot 25% dari total nilai. Bagian 2 memiliki bobot 25% dari total
nilai. Bagian 3 memiliki bobot 50% dari total nilai.

Bagian 1. Pilihlah jawaban yang benar.

1. Joni berkehendak memiliki sepeda motor sekuter. Sepeda motor sekuter pada Dealer X seharga
Rp. 20 juta. Joni tidak memiliki dana sebesar itu. Joni mendatangai bank Syariah. Oleh bank
Syariah, Joni ditawarkan pembiayaan dengan mekanisme sebagai berikut: bank Syariah akan
membeli sepeda motor sekuter dari Dealer X seharga Rp. 20 juta. Lalu menjualnya kepada Joni
dengan harga Rp. 20 juta ditambah dengan margin keuntungan Rp. 5 juta. Sehingga Joni harus
membayar kepada bank Syariah sejumlah Rp. 25 juta yang dapat dilakukan dalam jangka waktu 3
tahun. Akad yang ditawarkan oleh bank Syariah tersebut disebut akad:
a. Ijarah
b. MMQ
c. Mudharabah
d. Murabahah
e. IMBT

Kata kuncinya terletak dalam kalimat “ditambah dengan margin keuntungan” sehingga akad yang
ditawarkan yaitu akad jual-beli dimana keuntungannya berupa margin keuntungan.

2. Butet adalah seorang yang pandai memasak makanan. Dia berencana membuka kedai makanan di
pavilion rumahnya. Setelah dia menghitung, dia memerlukan modal sejumlah Rp. 100 juta untuk
memulai usaha membuka kedai makan. Dia tidak memiliki uang sebanyak itu. Lalu Butet
mendatangi bank Syariah. Bank Syariah menawarkan pembiayaan dengan mekanisme sebagai
berikut: Bank Syariah akan menyediakan dana sebesar Rp. 100 juta kepada Butet untuk membuka
usaha kedai makanan. Butet akan mengelola kedai makanan tersebut dengan baik dan
pendapatan yang diterimanya dari usaha kedai makanan akan dibagi antara Bank Syariah sebesar
60% dan Butet sebesar 40%. Pembiayaan yang ditawarkan oleh bank Syariah tersebut dikenal
dengan nama:
a. MMQ
b. Salam
c. Musyarakah
d. Ijarah multi jasa
e. Mudharabah
Kata kunci dari soal “akan dibagi antara Bank Syariah sebesar 60% dan Butet sebesar 40%”
sehingga hal tersebut merujuk pada akad Mudharabah yang keuntungannya itu dilakukan bagi
hasil.

3. Upik ingin memilik sebuah rumah di Kawasan BSD. Dia belum memiliki dana untuk membeli
rumah. Rumah yang dia inginkan seharga Rp. 1 milyar. Upik mendatangi bank Syariah dan bank
Syariah menawarkan pembiayaan dengan mekanisme sebagai berikut: Bank Syariah akan
membeli rumah yang dikehendaki oleh Upik. Setelah dimiliki oleh bank Syariah, rumah tersebut
disewakan kepada Upik dengan janji bahwa di akhir masa sewa, bank Syariah akan mengalihkan
kepemilikan rumah kepada Upik dengan akad jual beli yang harganya disepakati. Akad yang
demikian disebut:
a. IMFZ
b. Istishna
c. Musyarakah
d. Mudharabah
e. IMBT

Akad sewa menyewa lebih ijarah, namun diakhir periode bank syariah mengalihkan kepemilikan
rumah dengan akad jual beli sehingga yang paling tepat akad yang digunakan yaitu IMBT

Bagian 2. Jawablah pertanyaan di bawah dengan sejelas-jelasnya.

Apakah yang dimaksud dengan Sukuk? Akad-akad apa saja yang dapat digunakan dalam penerbitan
Sukuk? Apa manfaat penerbitan Sukuk bagi pihak yang menerbitkan Sukuk dan bagi pihak yang membeli
Sukuk?

Jawaban : Sukuk merupakan surat berharga yang merupakan sertifikat atau bukti kepemilikan yang
bernilai sama dan mewakili bagian yang tidak terpisahkan atau tidak terbagi atas aset yang
mendasarinya. Sehingga dalam arti lain, Sukuk merupakan surat berharga yang menunjukkan
keikutsertaan seseorang dalam proyek atau aset sukuk yang dimaksud atau diterbitkan. Sebagai contoh,
apabila ingin membangun gedung A di daerah B, karena daerah B dinilai akan berpotensi untuk
dikembangkan serta apabila pembangunan gedung Aini rampung, masyarakat sekitar juga turut
terbantu. Namun masalahnya, masih kurangnya uang untuk membangun gedung A tersebut, maka dari
itu diterbitkanlah sukuk yang kemudian dapat dibeli oleh masyarakat sebagai tanda keikutsertaan.
Masyarakat disana juga secara psikologis “wih bisa turut membangun aset daerah walaupun dengan
nominal kecil”. Sukuk itulah yang dimaksud sertifikat yang bernilai sama atau mewakili bagian yang tidak
terpisahkan (underlying asset). Selain menggunakan sistem syariah, sukuk juga menggunakan konsep
imbalan bukan bunga. Contoh lain dalam penggunaan sukuk adalah pemanfaatan gedung atau yang lain
untuk membantu menutup defisit APBN atau apabila terdapat sukuk untuk membangun jalan tol yang
ada di Indonesia, maka ketika kita membeli sertifikat sukuk berarti kita sudah ikut andil dalam proyek
pembuatan jalan tol tersebut.

Hukum positif Indonesia saat ini mengenal sistem keuangan syariah berupa Surat Berharga Syariah
Negara (SBSN), surat ini sudah diatur di dalam Undang-Undang No. 19 Tahun 2008 tentang Surat
Berharga Syariah Negara (SBSN). Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang ini dijelaskan bahwa SBSB
merupakan salah satu surat berharga yang berlaku di Indonesia. Surat ini diterbitkan menggunakan
prinsip syariah dan menggunakan sistem imbalan bukan bunga, dua hal ini yang menjadi perbedaan
terbedar antara SBSN dan instrumen keuangan konvensional lain yang ada di Indonesia. Pembeda lain
antara Sukuk Negara (UU No. 19 Tahun 2008) dan Obligasi Konvensional (PP No. 4 Tahun 1998) yaitu
sukuk merupakan bukti penyertaan pada aset SBSN yang dalam hubungannya itu antara penerbit dan
pemegang sukuk berdasarkan akad syariah tertentu (kemitraan, jual-beli, pemilik-penyewa) dan tidak
mengenal bunga, sedangkan obligasi konvensional itu merupakan surat utang jangka panjang yang
hubungannya antara kreditor dan debitor dan mengenal akan adanya interest based loan. SBSN juga
sering disebut sebagai Sukuk Negara. SBSN dapat berupa SBSN Ijarah, yang diterbitkan berdasarkan
Akad Ijarah, SBSN Mudharabah, yang diterbitkan berdasarkan Akad Mudharabah, SBSN Musyarakah,
yang diterbitkan berdasarkan Akad Musyarakah, SBSN Istishna’, yang diterbitkan berdasarkan Akad
Istishna’ dan SBSN yang diterbitkan berdasarkan Akad lainnya sepanjang tidak bertentangan dengan
prinsip syariah. Selain SBSN, terdapat juga sukuk korporasi, dimana sukuk korporasi merupakan suatu
instrument investasi syariah yang diterbitkan perushaan dalam mencari pendanaan. Sukuk korporasi
tidak jauh beda dnegan sukuk negara. Beda utamanya terletak pada pihak yang menerbitkan sukuk.
Sukuk korporasi diterbitkan oleh perusahaan, sedangkan sukuk negara diterbitkan oleh negara.

Akad yang bisa dipakai dalam sukuk yaitu dapat dikelompokkan menajdi 3 bagian utama. Jual beli (Al-
Bay’), Kerjasama Investasi (Musyarakah) dan Sewa (Ijarah). Dalam akad Al-Bay, didalamnya terdapat
akad Murabahah, Salam dan Istishna dimana keuntungannya menggunakan akad ini yaitu marginnya
tetap selama jangka waktu akad. Kemudian akad Musyarakah yang idalamnya terdapat akad
Musyarakah dan Mudharabah dimana keuntungan dari akad ini yaitu hasilnya dibagi ke pemegang
sukuk. Serta Akad Ijarah yang emmiliki keuntungan terdapat upah tetap namun bisa juga berubah sesuai
kesepakatan.

Ijarah Muntahiya Bittamlik

Mekanismenya :

SVP pertama kali dibentuk dulu untuk menerbitkan sukuk. Kemudian SVP sebagai penghubung
kemudian melakukan perjanjian pembelian dengan pemerintah untuk membeli hak manfaat dari aset
SBSN. Kemudian dalam waktu yang sama, SVP juga membuat Purchase Undertaking dimana isinya
bahwa pemerintah akan membeli kembali aset SBSN dari SPV pada akhir periode sewa. Setelahnya, SVP
kemudian menerbitkan sukuk yang dapat dibeli masyarakat yang bertujuan untuk dapat membiayai
pembelian aset SBSN. Kemudian, antara pemerintah dan SVP melakukan perjanjian sewa (ijarah) untuk
menyewa aset SBSN untuk periode sama dengan tenor sukuk. SPV melakukan perjanjian dengan
pemerintah untuk melakukan pemeliharaan akan aset SBSN tersebut.

Sukuk Mudharabah

Mekanismenya:

Sesuai dengan Namanya, sukuk ini menggunakan akad Mudharabah atau akad bagi hasil. Jika
menggunakan akad ini , harus ada underlying asset seperti halnya pembagunan jalan tol. Pertama tama
wali amanat melakukan perjanjian mudharabah dengan pemerintah sebagai pemilik proyek jalan tol.
Walia manat yang dimaksud kemudian dikenal dengan SVP. SVP disini bertugas untuk menerbitkan
sukuk dengan underlying asset jalan tol yang akan dibangun nantinya. Uang dari hasil penerbitan sukuk
tersbeut kemudian dipakai dan dikelola untuk membangun jalan tol. Ketika proyel selesai keuntungan
yang didapat dari pemanfaatan jalan yol yang telah diabngun. Walia manat kemudian yang akan
membagikan hasilnya ke para pemegang sukuk.

Manfaat yang dapat dirasakan bagi pemegang sukuk dan penerbit sukuk diantaranya:

1. Untuk pemegang sukuk, sukuk memiliki nilai yang lebih rendah dan termasuk jenis investasi
yang mudah untuk dicairkan. Disamping itu, rakyat yang berasal dari golongan menengah
kebawah juga dapat membeli sukuk sehingga secara tidak langsung ketika ada suatu
pembangunan didaerah terpecil masyarakat akan merasa turut serta dalam membangun suatu
pembangunan tersbeut walau hanya ikut patungan dengan membeli sukuk dengan harga murah
sehingga banyak masyarakat kecil bisa menjangkau untuk emmbeli sukuk.
2. Untuk pernerbit sukuk, sudkuk bisa dijadikan sebagai pilihan sumber modal. Hasil dari penjualan
sukuk tersbeut bisa digunakan untuk tambahan modal. Sebagai contoh apabila negara
inginmembangun bandara di daerah B, namun modal yang dimiliki belum cukup untuk
membangun bandara tersebut, apabila pinjam ke bank, bunganya terlalu besar. Maka dengan
itu negara menerbitkanlah sukuk yang dapat dibeli masyarakat. Untuk nnegara, hasil penjualan
sukuk bisa dijadikan modal untuk membangun bandara, untuk masyarakat pemegang sukuk,
dapat menikmati keuntungan sesuai akad yang dipakai seperti misalnya akad Murabahah, maka
akan mendapatkan margin keuntungan, apabila menggunakan akad Musyarakah maka akan
mendapatkan keuntungan bagi hasil, serta apabila menggunakan akad Ijarah nanya pemegang
sukuk akan mendapatkan upah/fee.
3. Untuk kedua belah pihak, sukuk ini merupakan salah satu metode yang sudah terjamin aman
karena dalam Pasal 5 Undang-Undag SBSN dijelaskan bahwa penerbitan SBSN dilakukan oleh
pihak pemerintah yang dalam hal ini diwakili oleh Menteri Keuangan melalui Direktorat Jendral
Pengeloloaan Pembiayaan dan Resiko atau DJPPR.

Bagian 3. Buatlah suatu uraian sekurang-kurangnya dalam 10 baris kalimat mengenai salah satu topik
yang anda tentukan sendiri dari materi perkuliahan Islamic Law and Sharia Economic Law selama satu
semester ini. Analisa hukum dan logis anda akan memberi nilai tambah pada jawaban anda.
Jawaban: Secara etimologi, Wakaf berasal dari perkataan Arab “Waqf” yang memiliki arti “al-Habs” yang
dalam bahasa Indonesia berarti menahan, berhenti, atau diam. Apabila kata tersebut dihubungkan
dengan harta misalnya tanah,, wakaf berarti pembekuan hak milik untuk faedah tertentu (Ibnu
Manzhur: 9/359). Jika dilihat dari sudut pandang fiqih agama Islam, Wakaf dapat diartikan sebagai hak
pribadi yang kemudian dipindah menjadi kepemilikan secara umum atau lembaga agar manfaatnya
mampu dinikmati masyarakat. Dimana pemberian sesuatu harta dari milik pribadi dijadikan kepentingan
bersama, sehingga keunggulan hal tersebut bisa dirasakan oleh masyarakat luas tanpa mengurangi nilai
dari harta tersebut. Jika ditelisik dari Peraturan Pemerintah No. 28 tahun 1977, Wakaf memiliki makna
perbuatan hukum seseorang atau badan hukum yang memisahkan sebagian dari harta kekayaannya
yang berupa tanah milik dan kelembagaannya untuk selama lamanya untuk kepentingan atau keperluan
umat lainnya sesuai ajaran Islam. Lebih lanjut, Dalam hukum positif Indonesia, wakaf diatur dalam UU
No. 41 Tahun 2004. Didefinisikan wakaf adalah suatu perbuatan hukum oleh pihak yang melakukan
untuk menyerahkan atau memisahkan sebagian harta benda atau aset milikinya untuk dimanfaatkan
selamanya atau jangka waktu tertentu untuk keperluan ibadah atau kesejahteraan umum sesuai dengan
ketentuan Islam. Wakaf dalam Hukum Kompilasi Islam diartikan sebagai perbuatan hukum seseorang
atau sekelompok orang atau badan hukum yang memisahkan sebagian dari benda miliknya dan
kelembagaannya untuk selama-lamanya guna kepentingan ibadah atau keperluan umum lainnya sesuai
ajaran Islam.

Di Indonesia, sebelum merdeka sudah mengenal wakaf namun tata cara administrasinya belum diatur
sesuai dengan apa yang dimuat dalam Beleid Gubernemen 31 Jan 1905 yang menyatakan tidak adanya
larangan untuk melakukan wakaf. Wakat pada saat itu dilakukan dengan rujukan kitab-kitab fiqh (antara
lain Fathul Mu’in). Masa setelah kemerdekaan Indonesia, mulailah tersusun tata cara secara
administratif tentang wakaf dengan adanya UU No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf. Di Dalam Undang-
Undang wakaf juga menjelaskan para pihak yang terlibat dari perwakafan harta, diantaranya Wakif yaitu
orang yang melakukan ikrar wakaf dan menyerahkan hartanya untuk kepentingan wakaf. Nazhir yaitu
orang ataupun badan hukum yang diserahi tugas pemeliharaan dan pengurusan benda wakaf. Pejabat
Pembuat Akta Ikrar Wakaf (PPAIW) sebagai pihak yang berwenang yang ditetapkan oleh menteri untuk
membuat akta ikrar wakaf. Badan Wakaf Indonesia (BWI) adalah sebuah lembaga yang independen
Indonesia dalam pelaksanaan tugas untuk membangun perwakafan di Indonesia. Serta Mauquf alaih
yaitu sebagai pihak yang ditunjuk secara langsung oleh wakif untuk memperoleh manfaat dari
peruntukan harta benda wakaf.

Harta benda yang kemudian dapat diwakafkan yaitu benda yang dapat memberikan nilai guna bagi
banyak orang bahkan masih tetap memiliki nilai guna meskipun orang yang mewakafkan sudah
meninggal dunia dalam arti lain kata benda yang diwakafkan itu tergolong yang dapat bertahan dalam
kurun waktu yang cukup lama. Selain itu, benda yang diwakafkan harus milik dari pewakaf secara penuh
sebelum kemudian diwakafkan. Serta, benda yang diwakafkan dapat dipindahkan kepemilikannya untuk
diwakafkan.

Berdasarkan apa yang termaktub dalam UU No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf, Harta yang dapat
diwakafkan dapat dibagi menjadi 3 jenis utama, diantaranya, benda tidak bergerak , benda bergerak
selain uang dan yang terakhir yaitu benda bergerak berupa uang. Benda yang termasuk dalam kategori
benda tidak bergerak yang dapat diwakafkan yaitu seperti bangunan dan tanah yang pada
pengaplikasinnya akan dibuat untuk pembangunan sekolah, tempat ibadah serta pesantren. Tidak hanya
benda tidak bergerak seperti hak atas tanah saja yang dapat diwakafkan namun benda bergerak seperti
bangunan atau bagian dari bangunan juga bisa dijadikan Wakaf. Uang, logam mulia, sehingga kendaraan
dapat digolongkan menjadi Wakaf benda bergerak selain uang dan berupa uang. Untuk ikrar wakaf
sendiri dilakukan dihadapan PPAIW yang kemudian dituangkan dalam Akta Ikrar Wakaf, namun apabila
yang diwakafkan berupa uang, Akta Ikrar Wakaf diserahkan ke LKS-PWU yang selanjutnya diterbitkanlah
sertifikat wakaf uang.

Harta benda wakaf dapat dipergunakan sebagai, kemajuan dan peningkatan ekonomi, kemajuan
kesejahteraan umum lainnya yang tidak bertentangan dengan syariah dan peraturan perundang-
undangan, sarana dan kegiatan pendidikan serta kesehatan, sarana kegiatan ibadah, sarana pendidikan
serta kesehatan, serta untuk sarana bantuan kepada fakir miskin.

Pada dasarnya harta benda wakaf yang sudah diwakafkan dilarang untuk :

a. dijadikan jaminan;
b. disita;
c. dihibahkan;
d. dijual;
e. diwariskan;
f. ditukar;
g. dialihkan dalam bentuk pengalihan hak lainya.

Namun terdapat pengecualian mengenai penukaran harta wakaf apabila digunakan untuk kepentingan
umum sesuai dengan RDTR berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan. Sehingga tanah
wakaf dapat dialihkan, namun hal tersebut harus ditukar dengan harta benda yang manfaat dan nilai
tukarnya sekurang-kurangnya sama dengan bagian tanah wakaf tersebut. Selain itu, pertukaran hal
tersebut harus dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dengan izin dari
Menteri Agama atas persetujuan Badan Wakaf Indonesia (BWI).

Hanya ⅓ nilai harta yang ditinggalkan dapat diwakafkan karena dalam hukum Islam terdapat batasan
dalam memberikan wasiat yaitu maksimal 1/3 dari hartanya.Karena jika melebihi ⅓ dapat merugikan
pihak lain yang berhak atas waris tersebut. Menurut UUD Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2004
pasal 25 tentang wakaf disebut bahwa “Harta benda wakaf yang diwakafkan dengan wasiat paling
banyak ⅓ (satu pertiga) dari jumlah harta warisan setelah dikurangi dengan utang pewasiat, kecuali
dengan persetujuan seluruh ahli waris.” Sehingga apabila melebihi ⅓ harta maka ketentuan dari legitime
portie yang akan diterima ahli waris akan tergantung dengan kata lain hal tersebut dapat dikatakan
menentang hukum yang berlaku di indonesia.

Dalam mengoptimalisasikan harta wakaf, dapat dilakukan beberapa cara diantaranya dengan Wakaf
Linked Sukuk (untuk harta berupa benda tidak bergerak) dan Cash Waqf Linked Sukuk (untuk harta
berupa benda bergerak). Wakaf linked sukuk contohnya: tanah wakaf yang dipergunakan untuk
kuburan, dapat dikembangkan dengan membangun parkiran diatasnya yang disewakan;cuang sewa
dapat digunakan oleh Nazhir untuk biaya operasional dan pengembangan kegiatan ibadah dan sosial.
Dana yang digunakan untuk membangun parkiran diperoleh dari penerbitan sukuk. Fungsi makam tetap
ada diatas tanah wakaf, ditambah lagi dengan parkiran yang dapat menghasilkan uang. Sedangkan untuk
mekanisme dari cash wakaf linked sukuk berupa: Wakif baik perseorangan ataupun badan hukum,
mewakafkan uangnya baik secara temporer maupun perpetual melalui LKS-PWU. Kemudian dana
tersebut akan diinvestasikan pada sukuk wakaf. Selanjutnya pemerintah menerbitkan sukuk wakaf,
dimana pemilik dari sukuk wakaf akan tercatat atas nama wakif yang bertindak atas kuasa dari nazhir.
Lebih lanjut, pemerintah akan membayarkan imbalan hasil investasi sukuk wakaf yang dibayarkan secara
bertahap. Nazhir tadi kemudian akan menyalurkan imbalan hasil investasi sukuk wakaf melalui Lembaga
social untuk membiayai kegiatan social non APBN. Di akhir periode apabila wakif mewakafkan uangnya
secara temporer, maka pemerintah akan membayarkan dana tunai pelunasan nominal sukuk wakaf.
Sedangkan untuk yang menggunakan metode pertual, dana tunai pelepasan nominal sukuk wakaf
diserahkan ke nazhir untuk dikelola lebih lanjut.

Anda mungkin juga menyukai