Anda di halaman 1dari 1

Deskripsi Kasus

Pasien bayi Ny. W lahir tanggal 7 Mei 2021 lahir secara sectio caesarea dengan BBL 1900 gram
di RSUD Lawang pada pukul 09.00 pagi. Pasien merupakan anak ke 2 dengan riwayat
persalinan anak pertama lahir secara spontan. Pasien dilahirkan secara sectio caesarea
dikarenakan pasien prematur dengan usia kehamilan 34-36 minggu dan ibu pasien memiliki
riwayat preeklamsia selama kehamilan anak ke 2. Orang tua pasien mengatakan setelah pasien
lahir, pasien mengalami kesulitan bernafas dan telah mendapatkan pertolongan resusitasi oleh
tenaga kesehatan di RSUD Lawang. Namun, setelah mendapatkan pertolongan resusitasi
keadaan pasien juga tetap tidak membaik. Oleh tenaga kesehatan RSUD Lawang pasien telah
dipasang intubasi ETT dan selanjutnya akan dirujuk ke RS Karsa Husada Batu untuk
pemasangan ventilator. Pasien datang ke RS Karsa Husada Batu dengan keluhan kesulitan
bernafas yang belum membaik. Pasien diantar dengan ambulan dan selama perjalanan
mendapat bantuan nafas dengan ventilasi tekanan positif (VTP). Setelah sampai di IGD RS
Karsa Husada Batu pasien sempat jatuh dalam kondisi apnea dan diberikan pertolongan
resusitasi oleh tenaga kesehatan. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan X-ray untuk mengetahui
penyebab kesulitan bernafas pada pasien. Hasil X-Ray menunjukkan pasien mengalami
pneumothorax bilateral.

Pasien selanjutnya dipindah ke ruang NICU dan dikonsultasikan ke dokter spesialis anak
dengan advice (9/5/2021):

1. Konsultasi dengan dokter spesialis bedah untuk dilakukan pemasangan WSD bilateral
(9/5/2021),
2. Pemberian infus D5% 175 cc/hari,
3. Injeksi aminosteril 10% 30 cc/hari,
4. Injeksi vicillin 2x250 mg,
5. Injeksi gentamicin 1x10 mg/36 jam,
6. Injeksi dobutamin 5 mg/kgBB dicampurkan dalam 20 cc NS,
7. Infus KCL 0,2 cc/jam (1 jam pertama)  0,3 cc/jam,
8. Pemberian ASI/SF BBLR per OGT 8x2 cc,
9. Pemasangan ventilator dengan pengaturan PEEP 7, PIP 19, FiO 2 100%, Ti 0,54, RR 50

Setelah pemasangan WSD pasien dirawat di NICU dan mendapatkan bantuan pernafasan
dengan ventilator (FiO2 diturunkan menjadi 90%). Pada hari pertama setelah pemasangan WSD
pasien sempat jatuh dalam kondisi apnea dengan nadi 76x/m mendapatkan adivice dari dokter
spesialis anak untuk meningkatkan FiO2 menjadi 100%, PEEP dinaikkan menjadi 8, injeksi
dobutamin 0,4 cc/jam dan dilakukan observasi. Pada hari pertama juga ditemukan adanya
penonjolan pada dada dengan krepitasi pada pemeriksaan palpasi (suspe emfisema subkutis
dd pneumomediastinum). Pada hari ke dua perawatan dilakukan pemeriksaan X-Ray ulang dan
ditemukan adanya hyaline membrane disease (HMD) pada kedua lapang paru pasien dan
emfisema subkutis pada daerah dada pasien. Pada hari kedua perawatan pasien mengalami
ikterus neonatorum dan diberikan obat urdafalk 2x20 mg per OGT. Pada hari ketiga perawatan
pasien dijadwalkan dilakukan insisi untuk menterapi emfisema subkutis dan dilakukan
perwatan luka. Pada hari ketiga perawatan juga ditemukan ikterus pasien tidak membaik dan
direncanakan fototerapi dan pemberian urdafalk 3x20 mg per OGT.

Anda mungkin juga menyukai