Anda di halaman 1dari 59

ANALISIS HUKUM MENINGGALKAN SHOLAT JUM’AT DI ZONA

MERAH DAN KUNING PADA MASA PANDEMI COVID-19

RISALAH
Risalah ini disusun guna memenuhi tugas akhir
Madrasah Diniyah Nurul Ummah Putri Kotagede Yogyakarta

Penyusun:
Fatia Nur Rahmawati
013.1633

MADRASAH DINIYAH NURUL UMMAH PUTRI


KOTAGEDE YOGYAKARTA
2021

i
Afina Amna, M.A

Pembimbing Risalah
Madrasah Diniyah Nurul Ummah Putri

NOTA DINAS PEMBIMBING


Hal : Risalah
Atas Nama : Fatia Nur Rahmawati, S.Pd.
Lampiran : 3 eksemplar

Kepada
Yth. Kepala Madrasah Diniyah Nurul Ummah Putri
di Kotagede Yogyakarta

‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬


Setelah meneliti, mengoreksi dan mengadakan perbaikan seperlunya terhadap Risalah
siswi:

Nama : Fatia Nur Rahmawati, S.Pd.


NIS : 013.1633

Judul : Analisis Hukum Meninggalkan Sholat Jum’at Di Zona Merah Dan Kuning

Pada Masa Pandemi Covid-19

Kami selaku pembimbing menganggap bahwa Risalah tersebut sudah dapat diajukan ke
Madrasah Diniyah Nurul Ummah Putri. Oleh karena itu, siswi tersebut sudah dapat dipanggil
untuk mempertanggungjawabkan Risalahnya dalam sidang munaqosah.

‫والسالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬

Yogyakarta, 20 Maret 2021

Pembimbing Risalah

Afina Amna, M.A

i
HALAMAN PENGESAHAN

ii
MOTTO

‫فَإنِ َم َِع ْٱلعُ ْسرِ يُ ْس ًرا‬

‫إنِ َم َِع ْٱلعُ ْسرِ يُ ْس ًرِا‬


Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,

sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.

(Q.S. Al-Insyiroh ayat 5-6)

iii
PERSEMBAHAN

Risalah ini saya persembahkan kepada:

1. Kedua orangtua dan kedua adikku yang selalu memberikan semangat dan do’anya
2. Teman-teman kelas 3M3 yang selalu memberikan support sejak awal Madrasah
Diniyah hingga saat ini
3. Almamater tercinta Madrasah Diniyah Nurul Ummah Putri Kotagede Yogyakarta
yang telah memberikan ilmu selama penulis menjadi santri.

iv
ABSTRAK

Sholat jum’at dilaksanakan di sebuah masjid yang di dalamnya termuat sekitar 40 orang
atau lebih. Hal tersebut bertentangan dengan himbauan pencegahan covid-19 dari pemerintah.
Akan tetapi sholat jum’at merupakan shalat wajib yang harus dilakukan oleh kaum laki-laki.
Dengan demikian rumusan masalah pada penelitian ini adalah 1) bagaimana hukum
meninggalkan shalat jum’at di wilayah zona merah pada masa pendemi covid-19, 2) bagaimana
hukum meninggalkan shalat jum’at di wilayah zona kuning pada masa pendemi covid-19.

Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Sedangkan metode


penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan jenis studi literatur atau kajian
pustaka. Metode deskriptif disini berupa pengumpulan data-data berkaitan tentang hukum
sholat jum’at. Sedangkan studi literatur disini adalah meneliti dan memahami kitab-kitab, atau
sumber tertulis lainnya yang relevan dan mendukung terkait penetapan hukum meninggalkan
sholat Jum’at. Rujukan kitab dari penelitian ini adalah kitab‘Ilmu Ushul Fiqh karya Abdul
Wahhab Khalaf dan al-Manhaj al-Qawim karya Ibnu Hajar al-Haitami.

Hasil penelitian yang didapatkan tentang hukum sholat Jum’at pada masa pandemi
covid-19 adalah jika umat Islam tinggal di daerah dengan zona merah virus corona, maka umat
Islam dianjurkan untuk melaksanakan sholat dzuhur di rumah masing-masing dan tidak
memaksakan untuk menyelenggarakan sholat Jum’at di masjid. Virus corona menjadi alasan
bagi masyarakat muslim di zona kuning untuk tidak melaksanakan sholat Jum’at dan sholat
berjama’ah dan tidak sampai menjadi larangan bolehnya mereka melakukan dua aktivitas
tersebut.

Kata Kunci: Sholat Jum’at, Covid-19, Zona Merah, Zona Kuning.

v
HALAMAN TRANSLITERASI

Pedoman Transliterasi Arab-Latin Berdasarkan Surat Keputusan Bersama Menteri


Agama RI dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 158 Tahun 1987 dan
0543b/U/1987, tanggal 22 Januari 1988.

A. Konsonan Tunggal
Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan

‫ا‬ Alif tidak -


dilambangkan

‫ب‬ Ba’ b -

‫ت‬ Ta’ t -

‫ث‬ ṡa’ ṡ s (dengan titik di


atas)

‫ج‬ Jīm J -

‫ح‬ Ḥa’ ḥ h (dengan titik di


bawah)

‫خ‬ Kha’ kh -

‫د‬ Dāl d -

‫ذ‬ Żāl z z (dengan titik di


atas)

‫ر‬ Ra’ r -

‫ز‬ Za’ z -

Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan


‫س‬ Sīn s -

‫ش‬ Syīn sy -

‫ص‬ Ṣād ṣ s (dengan titik di


bawah)

vi
‫ض‬ Ḍād ḍ d (dengan titik di
bawah)
‫ط‬ Ṭa’ ṭ t (dengan titik di
bawah)
‫ظ‬ Ẓa’ ẓ z (dengan titik di
bawah)
‫ع‬ ‘Aīn ‘ Koma terbalik ke
atas
‫غ‬ Gaīn g -

‫ف‬ Fa’ f -

‫ق‬ Qāf q -

‫ك‬ Kāf k -

‫ل‬ Lām l -

‫م‬ Mīm m -

‫ن‬ Nūn n -

‫و‬ Wāwū w -

‫ه‬ Hā h -

‫ء‬ Hamzah ʼ Apostrof

‫ي‬ Ya’ y -

A. Konsonan Rangkap Karena Syaddah ditulis Rangkap

‫ُمتَ َع ِّد َدة‬ Ditulis muta’addidah

‫ِّعدَّة‬ Ditulis ‘iddah

B. Ta’ Marbūṭah di akhisr kata


1. Bila ta’ marbūṭah dibaca mati ditulis dengan h, kecuali untuk kata-kata Arab yang sudah
terserap menjadi bahasa Indonesia, seperti salat, zakat, dan sebagainya.
‫ِّحكْمة‬ َ
Ditulis ḥikmah

‫ِّج ْزيَة‬ Ditulis Jizyah

2. Bila ta’ marbūṭah diikuti dengan kata sandang “al” serta bacaan kedua itu terpisah, maka
ditulis dengan h
‫كرامة األَولِّياء‬
َ ْ ُ َ ََ Ditulis karāmah al-auliyā’

3. Bila ta’ marbūṭah hidup atau dengan harakat, fatḥah, kasrah, dan ḍammah ditulis t.
‫َزكاة الْ ِّفطْ ِّر‬
َُ Ditulis zakāt al-fiṭr

vii
C. Vokal Pendek
-------َ- fatḥah Ditulis A

-------- Kasrah Ditulis I

-------َ- ḍammah Ditulis U

D. Vokal Panjang
1. fatḥah + alif Ditulis ā
‫جاﻫليَّة‬ Ditulis jāhiliyyah
2. fatḥah + ya’ mati Ditulis ā
‫ت ْنسى‬ Ditulis tansā
3. kasrah + ya’ mati Ditulis ī
‫كرْي‬ Ditulis karīm
4. ḍammah + wawu mati Ditulis ū
‫ف رْوض‬ Ditulis furūḍ

E. Vokal Rangkap
1. fatḥah + ya’ mati Ditulis ai
‫ب ْي نك ْم‬ Ditulis bainakum
2. fatḥah + wawu mati Ditulis au
‫ق ْول‬ Ditulis qaul

F. Vokal Pendek yang berurutan dalam satu kata


Penulisan vokal pendek yang berurutan dalam satu kata dipisahkan dengan tanda
apostrof (ʼ).

‫أأنْتُم‬ Ditulis aʼantum

‫لَئِّ ْن َش َك ْرُْت‬ Ditulis laʼin syakartum

G. Kata Sandang Alīf + Lām


1. Bila kata sandang alīf + lām diikuti huruf Qamariyyah ditulis dengan al.

‫اَلْ ُق ْرآن‬ Ditulis al-Qur’ān

‫اَلْ ِّقيَاس‬ Ditulis al-Qiyās

2. Bila kata sandang alīf + lām diikuti huruf Syamsiyyah ditulis dengan menggunakan huruf
Syamsiyyah yang mengikutinya, serta dihilangkan huruf l (el)-nya.

viii
‫السماَء‬
َّ َ‫ا‬ Ditulis as-Samā’

‫َّمس‬
ْ ‫اَلش‬
Ditulis asy-Syams

H. Huruf Besar
Penulisan huruf besar disesuaikan dengan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD).
I. Penulisan kata-kata dalam rangkaian kalimat
Kata-kata dalam rangkaian kalimat ditulis menurut bunyi atau pengucapannya.

‫ذَ ِّوى الْ ُفُرْوض‬ Ditulis żawi al-furūḍ


Ditulis ahl as-Sunnah
‫السنَّة‬
ُّ ‫أ َْﻫ ُل‬

ix
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan karunia-
Nya. Berkat rahmat, hidayah, dan inayah-Nya akhirnya risalah yang berjudul “Analisis Hukum
Meninggalkan Sholat Jum’at Di Zona Merah dan Kuning Pada Masa Pademi Covid-19” dapat
terselesaikan dengan baik. Risalah ini disusun untuk memenuhi tugas persyaratan guna
memenuhi syarat penulisan risalah Madrasah Diniyah Nurul Ummah Putri Kotagede
Yogyakarta. Penyusunan risalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu peneliti
mengucapkan terimakasih kepada:

1. Ibu Nyai Hj. Barokah Nawawi selaku pengasuh Pondok Pesantren Nurul Ummah Putri
Kotagede Yogyakarta
2. Ibu Hafidhotul Latifah selaku Lurah Pondok Pesantren Nurul Ummah Putri Kotagede
Yogyakarta
3. Ibu Khoirotun Nangimah selaku Ketua Madrasah Diniyah Nurul Ummah Putri
Kotagede Yogyakarta
4. Ibu Afina Amna selaku Ustadzah Pembimbing Risalah

Akhirnya, semoga segala bantuan yang telah berikan semua pihak di atas menjadi amalan
yang bermanfaat dan mendapatkan balasan dari Allah SWT dan Tugas Akhir Risalah ini
menjadi informasi bermanfaat bagi pembaca atau pihak lain yang membutuhkannya.

Yogyakarta, 20 Maret 2020


Peneliti

Fatia Nur Rahmawati

x
DAFTAR ISI

Halaman
NOTA DINAS PEMBIMBING............................................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................................................... ii
MOTTO ................................................................................................................................................ iii
PERSEMBAHAN ................................................................................................................................ iv
ABSTRAK ............................................................................................................................................. v
HALAMAN TRANSLITERASI ......................................................................................................... vi
A. Konsonan Tunggal ......................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ........................................................................................................................... x
DAFTAR ISI......................................................................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ....................................................................................... 7
D. Telaah Pustaka ................................................................................................................ 7
4. Metode Penelitian ......................................................................................................... 12
5. Sistematika Penulisan ................................................................................................... 13
BAB II KAJIAN TEORI .................................................................................................................... 15
A. Sholat Jum’at ................................................................................................................ 15
B. Hukum Sholat Jum’at ................................................................................................... 16
C. Syarat Wajib Sholat Jum’at .......................................................................................... 20
D. Syarat Sah Sholat Jum’at .............................................................................................. 22
E. Rukun Sholat Jum’at ..................................................................................................... 27
BAB III PEMBAHASAN ................................................................................................................... 30
A. Hukum Meninggalkan Shalat Jum’at Di Wilayah Zona Merah ................................... 30
B. Hukum Meninggalkan Shalat Jum’at Di Wilayah Zona Kuning .................................. 33
BAB IV PENUTUP ............................................................................................................................ 36
A. Kesimpulan ................................................................................................................... 36
B. Saran ............................................................................................................................. 37
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 38
CURRICULUM VITAE ..................................................................................................................... 40
LAMPIRAN......................................................................................................................................... 41

xi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sholat merupakan salah satu ibadah. Ibadah adalah salah satu tujuan

atas terciptanya manusia, begitu pula dalam ayat yang berkaitan tentang puasa,

“Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan bagi kalian berpuasa

sebagaimana telah diwajibkan bagi orang-orang sebelumnya agar kalian

menjadi orag-orang yang bertaqwa” (Q.S. Al-Baqarah: 183)1.

Ibadah sholat merupakan salah satu bentuk komunikasi antara manusia

dengan Allah SWT. Apabila shalat dilakukan secara berjamaah maka dapat

dijadikan sebagai sarana untuk menghilangkan perpecahan masyarakat dan

ta’assub yang dilandasi unsur etnis dan suku. Sehingga akan terwujud kasih

sayang dan kekeluargaan, saling mengenal dan persaudaraan antar sesama

muslim.

Sholat dalam bahasa Arab memiliki berbagai macam makna atau arti.

Salah satunya adalah do’a. Namun dengan berjalannya waktu, sholat sudah

diartikan dengan ibadah yang memiliki gerak khusus seperti ruku’, sujud, dan

lain-lain dan sholat sendiri adalah salah satu yang diwajibkan dalam agama

Islam. Sholat secara bahasa bermakna do’a. Pemaknaan tersebut dapat kita

peroleh dari Q.S. At-Taubah (9:103):

1
Al-Qur’an

1
‫ع ِّل ْي ٌم‬ َ ُ‫س َك ٌن لَ ُه ْم َوهللا‬
َ ‫سمِّ ْي ٌع‬ َ ‫علَ ْي ِّه ْم ا َِّّن‬
َ َ‫ص َالتَك‬ َ ‫ص ِّل‬
َ ‫َو‬

“Dan berdo’alah untuk mereka. Sesungguhnya do’a kamu itu (menjadi)

ketentraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha

Mengetahui”. Sedangkan secara istilah dalam Kitab Fathul Qarib

‫ محتتمة با التسليم بشرائط محصوصة‬,‫ أقوال وافعال مفتتحة ب التكبر‬: ‫وشرعا – كما قال الرافعي‬

“Dan secara (istilah) syara’ sebagaimana yang dikatakan oleh Imam Ar-

Rofi’ (shalat ialah) rangkaian ucapan dan perbuatan yang diawali dengan

takbir, dan diakhiri dengan salam, beserta syarat-syarat yang telah

ditentukan”2.

Dari dua definisi menurut bahasa dan istilah tersebut maka dapat kita

simpulkan bahwa di dalam shalat terkandung do’a. Menurut Kitab al-Fiqh al-

Manhaji’ ‘ala Madzhabi Imam al-Syafi’i ada beberapa hikmah yang

terkandung di dalam shalat3. Pertama di dalam sujud yaitu sebuah posisi

dimana kita merendahkan diri hingga mencium tanah. Ini merupakan pengingat

bagi kita akan kerendahan kita di hadapan Allah Sang Maha Pencipta, karena

sesungguhnya di hadapan Allah kita hanyalah hamba yang mutlak sepenuhnya

milik Allah. Kedua, menyadarkan kita bahwa pada hakikatnya tiada yang

mampu memberikan pertolongan pada kita selain Allah. Ketiga, sholat

dilakukan sehari semalam sebanyak lima kali, ini berarti ada lima kali dalam

sehari semalam kita bisa bertaubat dan kembali kepada Allah karena memang

2
Syeikh Muhammad bin Qasim Al-Ghazziy. Fathul Qorib Al-Mujib. Al-Haromain.
3
Syaikh Dr. Mushtof al Khin, dkk. Al-Fiqh Al-Manhaji ‘Ala Madzhab Al Imam Asy-Syafi’I Jilid 1.
Damaskus: Darul Musthofa.

2
pada dasarnya dalam sehari semalam tidaklah mungkin kita luput dari dosa,

baik yang disengaja ataupun tidak disengaja. Keempat, memperkuat akidah dan

keimanan kita pada Allah SWT, karena sesungguhnya sehari-hari godaan

kenikmatan duniawi dan godaan setan senantiasa mengganggu akidah kita

hingga kita lupa akan keberadaan Allah SWT yang Maha Mengawasi. Dengan

melakukan ibadah shalat, kita kembali mempertebal keyakinan dan keimanan

kita sebagaimana tumbuhan kering yang segar kembali sesudah diguyur hujan.

Hari Jum’at adalah sayyidul ayyam yang berarti Jum’at mempunyai

keistimewaan dibandingkan hari lain4. Menurut sebagian riwayat kata Jum’at

diambil dari kata jama’a yang artinya berkumpul. Yaitu hari perjumpaan atau

hari bertemunya umat muslim untuk melaksanakan kebaikan (sholat jum’at).

Salah satu bukti keistimewaan hari Jum’at adalah disyariatkannya shalat

jum’at. Bahkan mandinya hari jum’at pun mengandung unsur ibadah karena

hukumnya sunnah.

Sholat jum’at bisa dikatakan sebagai muktamar mingguan (mu’tamar

usbu’iy) yang mengandung nilai kemasyarakatan sangat tinggi. Karena pada

hari jum’at inilah umat muslim dalam satu daerah tertentu dipertemukan.

Mereka dapat saling berjumpa dan bersilaturrahim, bertgur sapa, dan saling

menjalin keakraban. Dalam masyarakat pedesaan Jum’atan dapat dijadikan

sebagai wahana anjangsana. Mereka yang mukin di daerah barat dapat bertemu

dengan mereka yang mukim di daerah timur dan sebagainya.

4
Ulil Hadrawi. 2020. Begini Keistimewaan dan Sejarah Shalat Jumat. Jawa Timur: NU Online.

3
Menurut Imam Syafi’i shalat jum’at dapat dianggap sah jika diikuti

oleh empat puluh orang lelaki. Dengan kata lain, penentuan empat puluh lelaki

tersebut sebagai syarat sah sholat jum’at. Menurut pendapat lain cukup

dilakukan 12 orang, bahkan ada yang mencukupkan hanya 4 orang.

Berkumpulnya jama’ah sholat Jum’at dalam suatu masjid dapat

menunjukkan rasa persatuan dan kesatuan diantara mereka. Serta akan ada satu

komando dari imam mereka. Sehingga arah gerak dan langkah mereka pun satu

dalam menggapai cita-cita dan tujuan mereka demi terwujudnya kemaslahatan

dan kejayaan mereka baik dalam urusan duniawi maupun ukhrawi.

Hukum shalat Jum’at adalah wajib bagi setiap mukallaf, baligh, aqil,

laki-laki, dan merdeka yang tidak memiliki uzur. Kewajiban shalat didasarkan

pada Surat Al-Jumu‘ah ayat 9 yang menuntut umat Islam untuk menghadiri

panggilan Sholat Jum’at. Oleh karena itu banyak hadits yang menyatakan

tindakan meninggalkan ibadah shalat Jum’at bagi mereka yang terkena

kewajiban sholat Jum’at tanpa uzur syar’i sebagai kemaksiatan besar.

Adanya wabah pandemi covid-19 mengharuskan masyarakat

melakukan social distancing. Masyarakat juga dihimbau untuk melakukan

aktifitasnya dari rumah misalnya seperti sekolah, bekerja, dan beribadah.

Jumlah kasus masyarakat yang terinfeksi virus covid-19 di Indonesia masih

menunjukkan kenaikan. Sebagian penderita sembuh, sebagian lagi menjalani

perawatan, dan sebagian lain meninggal dunia. Bahkan sangat mungkin apabila

sebagian orang yang terinfeksi belum masuk data laporan Kementerian

Kesehatan RI.

4
Saat ini berbagai negara di dunia tengah dilanda wabah penyakit yaitu

covid-19. Data dari Worldometers pada 10 Juli 2020 tercatat 12,3 juta orang di

seluruh dunia yang telah terinfeksi virus corona. Sebanyak 557.405 orang

meninggal dunia dan 7,1 juta dinyatakan sembuh5. Jumlah kasus di berbagai

negara termasuk Indonesia terus naik dan cara penularannya pun makin

bervariasi. Beberapa waktu lalu, WHO (World Health Organization)

mengemukakan bahwa virus corona dapat menyebar melalui kontak, tetesan

atau droplet, udara, fomite, fecal-oral, darah ibu ke anak, dan penularan dari

hewan ke manusia.

Infeksi virus corona terutama menyebabkan penyakit pernapasan mulai

dari penyakit ringan hingga penyakit parah bahkan menyebabkan kematian.

Sementara itu terdapat pula beberapa orang yang terinfeksi virus namun tidak

pernah mengalami gejala atau orang tanpa gejala (OTG).

Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah penularan virus

covid-19 ini diantaranya adalah mengidentifikasi kasus-kasus yang dicurigai

secepat mungkin dengan uji dan mengisolasi semua kasus yang terinfeksi,

kemudian melakukan identifikasi dan mengkarantina semua orang yang kontak

dekat dengan mereka yang terinfeksi, menggunakan masker kain dalam situasi

tertentu misalnya di tempat-tempat umum dimana ada transmisi komunitas dan

dimana langkah-langkah pencegahan lainnya seperti jarak fisik tidak

5
Mela Arnani. 2020. Update Virus Corona 10 Juli 2020: 12,3 Juta Orang Terinfeksi, Ini 5 Negara
dengan Kasus Tertinggi. Jakarta: Kompas.

5
dimungkinkan, sering mencuci tangan dengan sabun dan menjaga jarak fisik,

dan menghindari tempat-tempat ramai.

Sholat jum’at dilaksanakan di sebuah masjid yang di dalamnya termuat

sekitar 40 orang atau lebih. Dimana hal tersebut bertentangan dengan himbauan

pencegahan covid-19 dari pemerintah yang mengharuskan kita untuk

menghindari kerumunan. Akan tetapi sholat jum’at merupakan shalat wajib

yang harus dilakukan oleh kaum laki-laki. Pernyataan tersebut

membingungkan bagi sebagian masyarakat. Apakah mereka harus

meninggalkan shalat jum’at yang sifatnya fardhu atau tetap melaksanakan

shalat jum’at akan tetapi bertentangan dengan anjuran pemerintah setempat.

Lembaga Bahtsul Masail Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LBM

PBNU) pada tanggal 19 Maret 2020 menerbitkan keputusan terkait hukum

penyelenggaraan shalat Jumat pada masa wabah pandemi covid-19 ini.

Ketetapan tersebut disusun berdasarkan sejumlah dalil dan pertimbangan

maslahat dan mudarat yang matang. Akan tetapi beberapa masyarakat belum

dapat memahami keputusan tersebut dengan tepat. Sebagian dari mereka masih

berpandangan mengapa yang ditutup hanya masjid dan yang diliburkan hanya

shalat Jumat sementara pasar, mall, dan lain-lain masih buka.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana hukum meninggalkan shalat jum’at di wilayah zona merah

pada masa pendemi covid-19?

2. Bagaimana hukum meninggalkan shalat jum’at di wilayah zona kuning

pada masa pendemi covid-19?

6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

3. Mengetahui hukum meninggalkan shalat jum’at di wilayah zona merah

pada masa pendemi covid-19.

4. Mengetahui hukum meninggalkan shalat jum’at di wilayah zona kuning

pada masa pendemi covid-19.

D. Telaah Pustaka

1. Jurnal Fisher Zulkarnain, dkk pada tahun 2020 tentang Kebijakan Fatwa

MUI Meliburkan Shalat Jum’at Pada Masa Darurat Covid-196.

Dalam penelitian tersebut menjelaskan bahwa Dalam Islam Sholat

Jum’at hukumnya wajib ‘ain., kecuali hamba sahaya, wanita, anak kecil, dan

pria dewasa yang sakit. Orang-orang tersebut termasuk empat golongan a’dzar

al-Jum’at, yang tidak berkewajiban mendatangi masjid untuk mengikuti sholat

Jum’at. Seorang muslim yang dinyatakan positif covid-19 gugur baginya

berkewajiban untuk sholat Jum’at, bahkan hukumnya bisa menjadi haram

karena bisa menularkan virusnya kepada jama’ah lain di masjid.

Perkembangan kasus dari covid-19 yang terus mengalami peningkatan dan

semakin mengkhawatirkan, mendorong presiden untuk segera memutuskan

kedaruratan kesehatan masyarakat.

Seiring dengan terbitnya keputusan presiden, MUI sebagai mitra

pemerintah pun bergerak dan melakukan langkah-langkah konkret dengan

mengeluarkan tiga fatwa terkait dengan covid-19. Yaitu (1) fatwa no. 14 tahun

6
Zulkarnain, Fisher dkk. 2020. Kebijakan Fatwa MUI Meliburkan Shalat Jum’at Pada Masa
Darurat Covid-19. Bandung: UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

7
2020 tentang penyelenggaraan ibadah pada situasi wabah pandemic covid-19,

(2) fatwa no. 17 tahun 2020 tentang kaifiat sholat bagi tenaga kesehatan yang

memakai alat pelindung diri saat merawat dan melindungi pasien covid-19, dan

(3) fatwa no. 18 tahun 2020 pedoman pengurusan jenazah muslim yang

terinfeksi covid-19. Fatwa yang diangkat dalam tulisan ini adalah fatwa no. 14

yang di dalamnya terdapat poin untuk meliburkan sholat Jum’at. Fatwa ini

menarik untuk diangkat selain merupakan persoalan baru dimana penanganan

penyebaran virus berdampak pada pelaksanaan ibadah, juga karena masih ada

beberapa ulama yang tidak sependapat bahkan menentang fatwa MUI tersebut.

Alasan ulama tersebut karena penyebaran virus belum sampai kepada kondisi

yang sangat darurat.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui (a) ‘illah hukum dan

kaidah fiqhiyyah yang digunakan komisi fatwa, (b) dasar pertimbangan

syar’iyyah yang digunakan komisi fatwa dalam menetapkan darurat covid-19.

Penelitian ini bersifat kualitatif dan library research. Hasil penelitian ini adalah

bahwa fatwa MUI No. 14 Tahun 2020 tenetang penyelenggaraan ibadah pada

situasi wabah covid-19 dapat dijadikan pegangan atau pedoman dan wajib

diikuti oleh seluruh umat Islam di Indonesia.

Perbedaan penelitian milih Fisher Zulkarnain dan penelitian ini ada

pada ruang lingkup pembahasannya. Jika pada penelitian milik Fisher

Zulkarnain lebih umum dan luas dalam membahas liburnya sholat Jum’at pada

masa pandemic covid-19. Sedangkan dalam penelitian ini lebih spesifik kepada

8
bagaimana hukum meninggalkan sholat Jum’at sebanyak tiga kali bagi

penderita covid-19.

2. Penelitian milik Firdaus yang berjudul Sholat Jum’at di Desa Ranah

Singkuang Kecamatan Kampar pada tahun 20127.

Bagi setiap orang muslim, melaksanakan sholat Jum’at merupakan

suatu kewajiban yang apabila melaksanakannya dengan sungguh-sungguh

maka dia akan mendapatkan pahala sebagaimana yang telah dijanjikan oleh

Allah SWT. Dan bagi orang-orang yang dengan sengaja meninggalkan sholat

jum’at tiga kali berturut-turut maka akan di cap sebagai munafik, orang-orang

munafik itu niscaya akan ditempatkan dalam neraka. Pada saat sekarang

banyak sekali orang dengan sengaja meninggalkan sholat Jum’at padahal

mereka memahami dan mengetahuinya. Ada pula yang saat ini melaksanakan

sholat Jum’at tetapi mereka tidak memahami dan mengerti tentang sholat

Jum’at tersebut.

Pada penelitian ini menggambarkan pemahaman tentang sholat Jum’at

dikalangan masyarakat penyadap karet dan buruh di Desa Ranah Singkuang,

Kampar. Dari penelitian ini dapat dilihat bahwa dalam masyarakat Ranah

Singkuang khususnya ada yang melaksanakan sholat Jum’at akan tetapi

mereka tidak paham atas apa yang mereka kerjakan. Mereka kurang memahami

persoalan tentang sholat Jum’at antara lain masyarakat buruh, sedangkan

7
Firdaus. 2012. Sholat Jum’at di Desa Ranah SIngkuang Kecamatan Kampar (Studi Kasus
Terhadap Masyarakat Penyadap Karet dan Buruh. Pekanbaru: Universitas Islam Negeri Sultan
Syarif Kasim Riau.

9
masyarakat pedagang mereka paham tentang sholat Jum’at akan tetai ada

diantara mereka yang tidak melaksanakannya.

Perbedaan penelitian milik Firdaus dengan penelitian ini yaitu jika

penelitian milik Firdaus lebih berfokus pada pemberian pemahaman tentang

sholat Jum’at khususnya kepada kalangan masyarakat penyadap karet dan

buruh di Desa Ranah Singkuang, Kampar. Penelitian tersebut menjelaskan

bahwa ada yang melaksanakan sholat Jum’at tanpa memahami konsep sholat

Jum’at, dan adapula yang memahami konsep sholat Jum’at bahkan hukum

meninggalkan sholat Jum’at dan mereka tetap meninggalkan sholat Jum’at.

Sedangkan dalam penelitian ini lebih terfokus pada bagaimana hukum

meninggalkan tiga kali sholat Jum’at khususnya bagi penderita covid-19.

Perbedaan yang sangat mencolok dengan penelitian ini terletak pada subjek

yang digunakan.

3. Penelitian milik Vini Fadilla Sari pada tahun 2019 yang berjudul

Kesadaran Siswa Dalam Pelaksanaan Sholat Jum’at Di SMK Negeri 4

Kota Bengkulu8.

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh infromasi tentang kesadaran

siswa dalam pelaksanaan sholat Jum’at di SMK Negeri 4 Kota Bengkulu

dengan melihat kesadaran siswa dalam melaksanakan sholat Jum’at di sekolah.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dalam penelitian ini maka dapat

disimpulkan bahwa: 1) Penyebab siswa tidak melaksanakan sholat Jum’at di

8
Vini Fadilla Sari. 2019. Kesadaran Siswa Dalam Pelaksanaan Sholat Jum’at Di SMK Negeri 4
Kota Bengkulu. Bengkulu: Institut Agama Islam Negeri Bengkulu.

10
SMKNegeri 4 Kota Bengkulu yaitu kurangnya fasilitas sarana dan prasarana

dari sekolah, kurangnya kesadaran siswa dalam melaksanakan sholat Jum’at

dan masih banyak siswa yang terpengaruh oleh siswa lain yang tidak mau

melaksanakan sholat Jum’at karena mereka lebih memilih duduk-duduk di

kantin dan warung. 2) Kesadaran siswa dalam melaksanakan shalat Jum’at di

SMK Negeri 4 Kota Bengkulu ini masih tergolong kurang. Hal ini disebabkan

dari rendahnya kesadaran siswa itu sendiri untuk melaksanakan sholat Jum’at.

Jumlah keseluruhan siswa laki-laki kelas XI di SMK Negeri 4 Kota Bengkulu

dari 8 jurusan yaitu 164 orang. Jumlah siswa laki-laki yang selalu

melaksanakan sholat Jum’at hanya 110 orang. Jumlah siswa laki-laki yang

kadang melaksanakan sholat Jum’at ada 39 orang, dan yang tidak pernah

melaksanakan sholat Jum’at sebanyak 15 orang. 3) Faktor pendukung dan

penghambat siswa melaksanakan sholat Jum’at adalah a) Faktor Pendukung

siswa melaksanakan sholat Jum’at yaitu adanya kemauan siswa itu untuk

melaksanakan sholat Jum’at, adanya kekompakan guru dalam membimbing

siswa untuk melaksanakan sholat Jum’at, dan adanya mentoring yang

dilaksanakan dari sekolah untuk menumbuhkan kesadaran siswa dalam

beribadah. b) Faktor penghambat siswa tidak melaksanakan sholat Jum’at yaitu

sarana dan prasarana yang ada di sekolah kurang memadai karena masjid yang

ada dalam lingkungan sekolah tidak cukup untuk semua siswa melaksanakan

sholat Jum’at, adanya pengaruh teman yang mengajak untuk tidak

melaksanakan sholat Jum’at, lingkungan tempat tinggal yang kurang

11
pengetahuan agama dan siswa yang malas untuk mendengarkan khutbah

Jum’at.

Perbedaan penelitian milik Vini Fadilla Sari dengan penelitian ini

terletak pada subjeknya. Jika pada penelitian milik Vini Fadilla Sari subjeknya

adalah siswa laki-laki di SMK Negeri 4 Kota Bengkulu. Sedangkan subjek

dalam penelitian ini adalah masyarakat luas yang menderita covid-19. Pada

penelitian milik Vini Fadilla Sari menjelaskan jumlah siswa yang selalu

melaksanakan, kadang melaksanakan, dan tidak pernah melaksanakan sholat

Jum’at di SMK Negeri 4 Kota Bengkulu. Sedangkan dalam penelitian ini lebih

umum memberikan manfaat kepada masyarakat luas tentang hukum

meninggalkan tiga kali sholat Jum’at khususnya bagi penderita covid-19.

4. Metode Penelitian

Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif.

Metode penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang temuan-temuannya

tidak diperoleh melalui prosedur statistic atau bentuk hitungan lainnya. Metode

ini bertujuan untuk mengembangkan konsep sensitivitas pada masalah yang

dihadapi, menerangkan realitas yang berkaitan dengan penelusuran teori dari

bawah (grounded theory) dan mengembangkan pemahaman akan satu atau

lebih dari fenomena yang dihadapi9.

Menurut Sugiyono (2013: 14) tujuan metode penelitian kualitatif

adalah untuk menemukan pola hubungan yang bersifat interaktif, menemukan

9
Imam Gunawan. 2015. Metode Penelitian Kualitatif. Malang: Universitas Negeri Malang

12
teori, menggambarkan realitas yang kompleks serta memperoleh pemahaman

makna10.

Sedangkan metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif

dengan jenis studi literatur atau kajian pustaka. Menurut Sukardi (2013: 33)

kajian pustaka atau studi pustaka adalah kegiatan yang diwajibkan dalam

penelitian, khususnya penelitian akademik yang tujuan utamanya adalah untuk

mengembangkan aspek teoritis maupun aspek manfaat praktis11. Metode

deskriptif disini berupa pengumpulan data-data berkaitan tentang hukum sholat

jum’at. Sedangkan studi literatur disini adalah meneliti dan memahami kitab-

kitab, atau sumber tertulis lainnya yang relevan dan mendukung terkait

penetapan hukum meninggalkan sholat Jum’at.

5. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan merupakan cara mempermudah penyusunan

yang sistematis dan konsisten dari risalah ini. Penulisan risalah ini dibagi

menjadi empat bab yaitu bagian awal yang berisi hal-hal formal, seperti

halaman judul, halaman nota dinas, halaman pengesahan, halaman motto,

halaman persembahan, abstrak, halaman transliterasi, kata pengantar, dan

daftar isi.

Bab Satu: Pendahuluan, yaitu menjelaskan tengang latar belakang,

pokok masalah yang menjadi dasar penelitian, tujuan dan kegunaan, kajian

pustaka untuk menelaah buku-buku atau skripsi yang berkaitan dengan topik

10
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: CV Alfabeta
11
Sukardi. 2013. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: PT.
Bumi Aksara

13
kajian yang telah dilakukan oleh orang lain juga sebagai pembanding dengan

penelitian ini, metode penelitian yang membahas metode-metode yang

digunakan dalam pembahasan risalah ini, dan sistematika pembahasan.

Bab Dua: Bab kedua berisi tentang makna sholat Jum’at, hukum sholat

Jum’at, syarat wajib sholat Jum’at, syarat sah sholat Jum’at, dan rukun sholat

Jum’at.

Bab Tiga: Bab ketiga berisi pembahasan yang menjawab rumusan

masalah dari penelitian ini yaitu “Analisis Hukum Meninggalkan Sholat Jum’at

Di Zona Merah Dan Kuning Pada Masa Pandemi Covid-19”. Pembahasan dari

rumusan masalah ini bersumber pada kitab Ilmu Ushul Fiqh karya Abdul

Wahhab Khalaf dan al-Manhaj al-Qawim karya Ibnu Hajar al-Haitami.

Bab Empat: Bab keempat berisi tentang penutup dari penelitian ini

yaitu kesimpulan dan saran. Kesimpulan disini diambil dari topik pembahasan

pada Bab III dan saran dalam penelitian ini ditujukan untuk masyarakat dan

peneliti.

14
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Sholat Jum’at

Shalat Jum’at merupakan salah satu bentuk dari amal shaleh yang

merupakan kewajiban untuk dilaksanakan bagi setiap muslim apabila tidak ada

udzur dan memenuhi syarat untuk terselenggaranya jamaah shalat Jum’at12.

Salah satu kegiatan yang berkesinambungan yang diselenggarakan di masjid-

masjid dalam rangka pembinaan umat Islam adalah shalat Jum’at yang

dipimpin oleh imam dan khatib. Hari Jum’at menurut umat Islam adalah hari

yang mulia (Sayyidul Ayyam)13. Dalam salah satu hadits yang diriwayatkan

oleh Abu Hurairah RA Rosululloh SAW dengan tegas menjelaskan bahwa hari

yang paling baik adalah hari Jum’at.

Perintah melakukan shalat Jum’at turun di Mekah. Namun di Mekah

sendiri tidak diselenggarakan kala itu karena belum cukup bilangan kaum

muslimin atau karena syiarnya harus ditampakkan. Sedangkan Nabi

Muhammad SAW di Mekah masih sembunyi-sembunyi. Orang yang pertama

kali mendirikan shalat Jum’at di Madinah sebelum Nabi Muhammad SAW

hijrah adalah As’ad bin Zurarah. Yaitu diselenggarakan di desa yang

berdekatan dengan Kota Madinah. Shalat Jum’at itu shalat yang paling utama.

Dinamakan dengan shalat Jum’at karena berkumpulnya manusia guna

mengerjakan shalat Jum’at atau karena Nabi Adam AS berkumpul dengan

12
Al Ghazali. 2008. Mutiara Ihya' Ulumuddin.Cetakan 1. Bandung: Mizan.
13
Ulil Hadrawi. 2020. Begini Keistimewaan dan Sejarah Shalat Jumat. NU Online: Jatim.

15
Hawa di Muzdalifah pada hari Jum’at dan karena itu Muzdalifah dinamakan

Jam’an. Penamaan tersebut bukanlah untuk penamaan sholat Jum’at namun

penamaan hari Jum’at kecuali yang dikehendaki sholat adalah hari dengan pola

majaz mursal dengan mengungkapkan keadaan namun yang dikehendaki

adalah tempat.

B. Hukum Sholat Jum’at

Menurut kitab Fathul Mu’in, shalat Jum’at hukumnya fardhu ‘ain jika

telah memenuhi syarat-syaratnya14. Shalat Jum’at wajib bagi setiap orang

mukalaf, yaitu baligh, berakal, sehat, laki-laki dan merdeka. Karena itu, shalat

Jum’at tidak wajib bagi wanita, khuntsa dan budak sekalipun budak mukatab.

Sebab mereka semua dianggap punya kekurangan. Yang bertempat tinggal di

tempat diselenggarakannya sholat Jum’at. Syarat bertempat tinggal yang

menetap atau mutawathin bukanlah syarat wajib namun syarat sah Jum’at.

Artinya, mereka tidak pergi dari tempat itu di musim kemarau maupun hujan,

kecuali ada keperluan semacam berdagang atau ziarah. Mereka sedang tidak

udzur, misalnya seperti sakit atau udzur-udur lain seperti ada masalah shalat

Jama’ah yang mungkin ada dalam Jum’at sebab udzur berupa angin di malam

hari yang tidak memungkinkan dilaksanakan shalat Jum’at. Maka sholat

Jum’at tidak wajib juga bagi orang yang sakit yang tidak bisa hadir di tempat

diselenggarakan sholat Jum’at setelah matahari tergelincir ke arah barat. Sholat

Jum’at tetap sah, jika dikerjakan oleh orang yang punya udzur.

14
Al-Malibari. 1998. Syaikh Zanuddin bin ‘Abdul ‘Aziz, Fathul Mu’in. Surabaya: Dâr
Ihya’ al-Kutub al-‘Arabiyyah.

16
Sama halnya seperti hukum sholat Jum’at yang tertulis di kitab Fathul

Mu’in, dalam kitab Fiqh Manhaj hukum sholat Jum’at adalah wajib15. Dalil

pensyariatan sholat Jum’at sendiri ada pada firman Allah QS. Al-Jumu’ah ayat

9:

‫ّٰللا َوذَ ُروا ۡال َب ۡي َع ٰذ ِّل ُك ۡم خ َۡي ٌر لَّـ ُك ۡم‬


ِّ ‫ص ٰلوةِّ مِّ ۡن ي َّۡو ِّم ۡال ُج ُم َع ِّة فَاسۡ َع ۡوا ا ِّٰلى ذ ِّۡك ِّر ه‬ ٰۤ
َ ‫ٰياَيُّ َها الَّذ ِّۡينَ ٰا َمنُ ٰۡۤوا اِّذَا نُ ۡود‬
َّ ‫ِّى لِّل‬

َ‫ا ِّۡن ُك ۡنت ُ ۡم تَعۡ لَ ُم ۡون‬

“Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan

shalat Jum’at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan

tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu

mengetahui” (QS. Al-Jumu’ah: 9).

Ayat tersebut menjadi dalil bahwa Allah SWT memfardhukan sholat

Jum’at kepada setiap orang Islam dan menolak pendapat yang menyatakan

bahwa sholat Jum’at hukumnya fardhu kifayah sedangkan Jumhur Ulama

berpendapat hukumnya adalah fardhu ain.

Antara dalil wajib sholat Jum’at dari Al-Qur’an, adapula dalil wajib

sholat Jum’at dari hadist Toriq bin Syihab RA, bahwa Nabi SAW bersabda:

‫علَى ُك ِّل ُم ْسل ِِّّم‬ ِّ ‫ْال ُج ُم َعةُ َح ٌق َو‬


َ ٌ‫اجب‬

Artinya: “Sholat Jum’at adalah tanggungjawab yang wajib atas setiap lelaki

muslim”.

15
Syaikh Dr. Mushtof al Khin, dkk. Al-Fiqh Al-Manhaji ‘Ala Madzhab Al Imam Asy-Syafi’I Jilid
1. Damaskus: Darul Musthofa.

17
Sholat Jum’at wajib dilaksanakan oleh seseorang yang bermukim di

daerah diselenggarakannya sholat Jum’at tanpa ada niat menetap selamanya

seperti seseorang yang bermukim di daerah diselenggaraknnya sholat Jum’at

selama 4 hari atau lebih. Sedangkan ia bermaksud untuk kembali ke tanah

kelahirannya sekalipun maksud tersebut setelah masa yang lama. Jum’atan

juga wajib dikerjakan oleh orang mukim mutawathin di tempat yang panggilan

shalat Jum’at masih terdengar, dimana penduduk tempat diselenggarakan

Jum’atan kurang dari 40 orang. Jika telah mencapai 40 orang maka tidak wajib

baginya untuk mendatangi tempat panggilan Jum’at bahkan haram baginya

untuk menuju tempat tersebut bahkan mereka wajib untuk mendirikan

Jum’atan di tempatnya sendiri.

Namun sholat Jum’at tidak sah dengan golongan orang muqim yang

tidak menetap selamanya dan tidak sah pula dengan muqim mutawathin yang

berada di luar daerah diselenggarakannya Jum’atan sekalipun sholat Jum’at

wajib baginya bila mendengar panggilan shalat dari tempat diselenggaraknnya

itu. Sholat Jum’at juga tidak sah dengan dipenuhi oleh budak atau anak-anak,

tetapi sholat Jum’at mereka sah. Hanya saja mereka sebaiknya menunda

takbiratul ikhram sampai sesudah takbir 40 orang yang sah Jum’atannya atas

pendapat yang mensyaratkan hal tersebut yakni dari segolongan ulama

Muhaqqiqin sekalipun banyak ulama yang menentangnya. Pendapat yang

unggul adalah pendapat yang tidak mensyaratkan hal tersebut seperti pendapat

dari Ibnu Hajar, Khatib dan Imam Ramhe.

18
Dalam ayat ini, Allah SWT menggunakan lafadz amr (perintah) yaitu

untuk segera menunaikan shalat Jum’at. Lafad perintah dalam Ushul Fiqh

menunjukan kepada hukum wajib. Hal ini diperkuat lagi dengan larangan Allah

SWT untuk melakukan aktifitas apapun jika waktu shalat Jum’at sudah masuk,

seperti segeralah meninggalkan jual beli sebagaimana tercantum dalam ayat

tersebut.

Shalat Jum’at merupakan kewajiban bagi setiap muslim laki-laki yang

telah dewasa, yang waktunya tepat pada waktu dzuhur. Shalat Jum’at

pelaksanaannya harus dengan berjamaah bersama dengan kaum muslimin di

suatu tempat. Pada hakikatnya shalat Jum’at merupakan pengganti shalat

dzuhur. Sehingga seseorang yang telah melakukan shalat Jum’at maka ia tidak

perlu lagi melakukan shalat dzuhur.

Hal ini berdasarkan firman Allah SWT dalam Surat An-Nisa :103

ْ‫صلَ ٰوة َ كَانَت‬


َّ ‫صلَ ٰوة َ ۚ ِإ َّن ٱل‬ ۟ ‫ٱط َمأْنَنت ُ ْم فَأَقِي ُم‬
َّ ‫وا ٱل‬ ْ ‫علَ ٰى ُجنُو ِب ُك ْم ۚ فَإِذَا‬
َ ‫ٱَّلل قِ ٰ َي ًما َوقُعُودًا َو‬ ۟ ‫صلَ ٰوة َ فَٱ ْذ ُك ُر‬
َ َّ ‫وا‬ َّ ‫ض ْيت ُ ُم ٱل‬
َ َ‫فَإِذَا ق‬

‫علَى ْٱل ُمؤْ مِ نِينَ ِك ٰتَبًا َّم ْوقُوتًا‬


َ

Artinya: Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah

Allah di waktu berdiri, di waktu duduk, dan di waktu berbaring. Kemudian

apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana

biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas

orang-orang yang beriman.

19
C. Syarat Wajib Sholat Jum’at

Syarat shalat Jum’at yang didirikan di tengah hari bertujuan agar shalat

itu menghimpun sebanyak mungkin orang dalam satu masjid. Dalam

pertemuan setiap pesan tersebut terkandung sebuah nilai. Pertemuan shalat

Jum’at merupakan ajang pembaruan ikrar, menghidupkan nurani terhadap

persaudaraan, menghimpun persatuan dan kesatuan sesama, serta

memperlihatkan kekuatan sesama umat Islam. Saat yang tepat jika pada hari

Jum’at menjadi momentum berharga untuk memperbaiki diri dengan

mengingat kejadian dan akhir dari sebuah kehidupan.

Shalat Jum’at terdiri dari dua rakaat, hanya disunnahkan untuh men

jahar kan (mengeraskan) bacaan di dalam keduanya. Dan disunnahkan

membaca surat Al-Jumu’ah sesudah Al-Fatihah pada rakaat pertama, dan surah

Al-Munafiqun pada rakaat ke dua.

Dalam kitab Fiqh Manhaj Bab Sholat Jum’at, tertulis ada beberapa

syarat wajib dalam pelaksanaan sholat Jum’at, diantaranya adalah16:

1. Beragama Islam

Orang kafir tidak dituntut untuk melaksanakan sholat Jum’at di dunia ini

karena mereka dituntut untuk memeluk Islam terlebih dahulu disebabkan Islam

merupakan asas ibadah dan ketaatan keseluruhannya manakala di akhirat

mereka tetap didakwa dan diadzab.

16
Syaikh Dr. Mushtof al Khin, dkk. Al-Fiqh Al-Manhaji ‘Ala Madzhab Al Imam Asy-Syafi’I
Jilid 1. Damaskus: Darul Musthofa.

20
2. Baligh

Sholat Jum’at tidak wajib bagi anak-anak karena mereka tidak mukallaf

3. Berakal

Orang gila tidak wajib mendirikan sholat Jum’at karena mereka juga tidak

mukallaf

4. Bebas sepenuhnya

Sholat Jum’at tidak wajib atas hamba (budak) karena budak sibuk dalam

menjalankan tanggungjawab terhadap tuannya. Tanggungjawab itu

menghalangi mereka untuk melaksanakan sholat Jum’at.

5. Lelaki

Sholat Jum’at tidak wajib atas perempuan karena sibuk melayani anak-anak

dan mengurus keperluan rumah tangga. Kesibukan tersebut sudah tentu

menimbulkan kerumitan atas mereka jika diwajibkan menghadiri sholat

Jum’at.

6. Sehat tubuh badan

Sholat Jum’at tidak wajib atas orang yang sakit atau yang merasa sakit ketika

menghadiri sholat Jum’at di masjid, merasa sakit karena menunggu selesai

sholat Jum’at, atau akan bertambah kuat sakitnya dan lambat sembuhnya.

Begitu juga tidak diwajibkan sholat Jum’at atas orang yang ditugaskan

merawat dan berkhidmat kepada orang yang sakit. Hal ini karena tidak ada

orang lain yang boleh mengambil alih tugasnya ketika dia pergi melaksanakan

sholat Jum’at sedangkan orang yang sakit itu memerlukan khidmatnya.

7. Bermukim di tempat sholat Jum’at didirikan

21
Sholat Jum’at tidak wajib atas orang musafir dengan syarat perjalanan itu harus

walaupun dekat. Seseorang yang musafir itu disyaratkan menomorsatukan

perjalanannya sebelum terbit fajar pada hari Jum’at dan dia tidak mendengar

adzan subuh di tempatnya.

Sholat Jum’at juga tidak wajib atas orang yang bertempat tinggal di tempat

yang tidak sah didirikan sholat Jum’at seperti di kampung yang bilangannya

kurang dari 40 orang yang bertempat tinggal dan tidak mempunyai udzur.

D. Syarat Sah Sholat Jum’at

Dalam kitab Fathul Mu’in, disamping syarat-syarat shalat yang lain

seperti harus suci, menutup aurat, masuknya waktu sholat, dan menghadap

kiblat ada 6 perkara disyariatkannya shalat Jum’at17:

1. Harus dilaksanakan secara berjamaah pada rakaat pertama, imam berniat

menjadi imam dan makmum berniat menjadi makmum yang bersamaan

dengan takbiratul ikhram.

Karena itu shalat Jum’at yang telah terpenuhi bilangan jama’ahnya (40

orang) tidak sah jika dilaksanakan dengan sendiri-sendiri. Pada rakaat

keduanya tidak disyaratkan harus berjama’ah. Jika imam pada rakaat pertama

berjama’ah dengan makmum 40 orang, lalu imam berhadast lantas mereka

meneruskan shalatnya sendiri-sendiri atau imam tidak berhadast tetapi mereka

memisah dari imam (mufaraqah) pada rakaat kedua dan meneruskan sendiri-

sendiri, maka sah Jum’atannya. Benar sah, namun 40 orang itu disyaratkan

17
Al-Malibari. 1998. Syaikh Zanuddin bin ‘Abdul ‘Aziz, Fathul Mu’in. Surabaya: Dâr Ihya’ al-Kutub
al-‘Arabiyyah.

22
harus tetap ada (mereka tetap dalam keadaan memenuhi persyaratan sah sholat

Jum’at sekira sholat satu orang dari mereka tidak batal dengan sebab hadast

atau lainnya) sampai mereka semua salam. Sehingga apabila salah satu dari 40

orang tersebut berhadast sebelum salamnya, sekalipun makmum yang lainnya

sudah salam maka batalah shalat Jum’at mereka.

Apabila makmum masbuq, mendapatkan rukuk imam pada rakaat

kedua, lalu ia mengikuti terus sampai salam, maka ia harus menambah satu

rakaat dengan bacaan keras dan shalat Jum’at sudah dianggap sempurna. Jika

Jum’atan imam tadi sah (sekira jelas bahwa imamnya suci). Demikian juga

sempurna shalat Jum’at makmum masbuq lainnya yang bermakmum kepada

masbuq di atas dan ia masih mendapatkan satu rakaat bersamanya. Orang yang

baru mengikuti imam setelah rukuk imam rakaat kedua, menurut pendapat

yang Ashah wajib niat sholat Jum’at sekalipun yang harus dikerjakan adalah

shalat dzuhur. Pendapat lain mengatakan bahwa orang tersebut boleh berniat

shalat dzuhur seperti inilah Imam Al-Bulqini memfatwakan dan menguraikan

secara panjang lebar. Perbedaan ulama terjadi ketika makmum benar-benar

tahu keadaan imam. Jika makmum tidak tahu keadaan imam seperti imam

sedang berdiri namun apakah sedang I’tidak atau yang lainnya maka wajib

untuk berniat Jum’atan tanpa perselisihan ulama.

2. Shalat Jum’at harus dikerjakan oleh 40 orang termasuk imamnya dari orang

yang dapat mengesahkan Jum’atan, sekalipun menderita sakit.

Dalam permasalahan jumlah jama’ah sholat Jum’at terjadi 14 pendapat

paling sedikit adalah satu orang menurut Ibnu Hazim, dua orang seperti

23
jama’ah biasanya menurut Imam An-Nakhie dan Ahlu Dlahir dan seterusnya.

Misalkan orang-orang yang sedang mendirikan sholat Jum’at itu 40 orang saja

dan di antara mereka terdapat seseorang atau lebih yang ummi yang ceroboh

tidak mau belajar, maka shalat Jum’at mereka tidak sah sebab ummi batal yang

berarti bilangan 40 orang menjadi berkurang.

Namun jika ummi tidak tidak ceroboh dalam meninggalkan belajar

maka sah shalat Jum’at mereka sebagaimana pendapat dalam kitab Syarhul

‘Ubah dan Al-Irsyad dengan mengikuti pendapat yang telah diputuskan oleh

gurunya dalam kitab Syarhur Raudh. Kemudian dalam kitab Syarhul Minhaj

dijelaskan bahwa tiada perbedaan antara ummi yang ceroboh dalam belajar

ataupun tidak dalam masalah ini. Perbedaan keduanya tidaklah kuat. Jika

bilangan 40 itu berkurang di waktu shalat maka shalat Jum’at menjadi batal

atau di waktu khutbah, maka rukun khutbah yang dilakukan waktu bilangan

berkurang tidaklah dianggap, karena rukun tersebut tidak didengarkan oleh

mereka semua.

Jika ia kembali dalam waktu dekat secara umum (Imam Rafi’i

membatasi dengan batasan waktu di antara dua sholat jama’ yakni dua rakaat

yang cepat) maka boleh meneruskan rukun khutbah yang telah dikerjakan. Jika

tidak dalam waktu dekat maka khutbah harus diulangi dari permulaan.

Sebagaimana jika bilangan berkurang antara khutbah dan shalat, lantaran

hilangnya sambung-menyambung santara khutbah dengan sholat.

Berbeda halnya dengan pendapat Imam Abu Hanifah r.a. menurut

beliau sholat Jum’at tetap sah dengan jumlah 40 orang, sekalipun mereka

24
semua adalah hamba sahaya atau orang-orang musafir. Menurut pendapat kita

(Syafi’iyah) penyelenggaraan sholat Jum’at itu tidak disyaratkan harus

mendapat izin dari penguasa (berbeda dengan memperbanyak tempat didirikan

Jum’atan atau ta’adud jum’ad maka harus minta izin dari pemerintah) dan

tempatnya tidak harus di mishr (kota). Lain halnya dengan pendapat imam Abu

Hanifah yang mensyaratkan kedua hal di atas. Menurut Imam Al-Bulqini

ketika penduduk suatu daerah yang jumlahnya kurang dari 40 orang maka

mereka harus mengerjakan sholat dzuhur menurut madzhab Syafi’i.

Segolongan ulama mempebolehkan mereka melakukan sholat Jum’at dan

justru pendapat ini yang kuat. Karena itu jika mereka semuanya mengikuti

imam yang berpendapat tersebut (boleh juga mengikuti Qaul Qadim Imam

Syafi’i yang mengatakan bahwa jumlah jama’ah cukup 4 orang) mka boleh

melakukan Jum’atan. Jika ingin lebih berhati-hati hendaknya mereka

melakukan sholat Jum’at lalu mengerjakan sholat dzuhur maka hal itu baik.

3. Diselenggarakannya shalat Jum’at pada tempat yang termasuk balad

(adalah tempat menetapnya orang-orang yang mendirikan sholat Jum’at

baik berupa desa, kota, atau yang lainnya)

Sekalipun tempat lapang yang masuk wilayahnya sekira berada pada

jarak yang tidak diperkenankan mengqasar sholat, sekalipun tidak bersambung

dengan bangunan. Lain halnya dengan tempat yang sudah tidak termasuk

wilayahnya, yaitu tempat jauh yang kalau seseorang pergi kesana sudah

diperbolehkan mengqasar sholat.

4. Sholat Jum’at diselenggarakan pada waktu dzuhur

25
Dalam artian sekira cukup untuk melaksanakan sholat Jum’at dan dua

khutbah. Jika waktu sudah tidak mencukupi menunaikan sholat Jum’at dan

kedua khutbahnya, atau hal tersebut masih diragukannya maka mereka harus

mengerjakan sholat dzuhur. Jika dengan yakin atau hanya mengira waktu

sholat sudah habis, sedang mereka ada di tengah-tengah mengerjakan sholat

Jum’at sekalipun hampir saja salam.

Menurut pendapat yang aujah, maka mereka wajib meneruskan

sholatnya sebagai sholat dzuhur. Dengan meneruskan apa yang sudah

berlangsung dan sholat Jum’at sudah tertinggal. Lain halnya jika hanya

mengira bahwa waktu dzuhur sudah habis sebab pada dasarnya waktu masih

ada. Termasuk syarat sah sholat Jum’at adalah tidak didahului sholat Jum’at

dengan takbirotul ikhram dan tidak dibarenginya sholat Jum’at di tempat

didirikannya sholat Jum’at. Kecuali jika penduduk tempat tersebut banyak dan

sukar dikumpulkan jadi satu tempat (yang diperhitungkan dalam masalah suht

mengumpulkan orang yang biasanya melakukan sholat Jum’at baik orang

tersebut berkewajiban Jum’atan ataupun tidak).

Sekalipun tidak di masjid dengan tanpa terjadi sesuatu yang

menyakitkan di tempat itu, misalnya panas atau dingin sekali. Maka dalam

keadaan seperti ini boleh menyelenggarakan sholat Jum’at di beberapa tempat

itu dengan memandang kebutuhannya.

5. Sholat Jum’at diselenggarakan setelah dua khutbah yang dikerjakan sesudah

tergelincirnya matahari

26
Berdasarkan hadist Imam Bukhari Muslim bahwa Rosululloh sholat

Jum’at selalu setelah dua khutbah. Maksudnya sholat Jum’at tersebut

diselenggarakan setelah dua khutbah beserta rukun-rukunnya yang akan

dijelaskan dibawah ini.

E. Rukun Sholat Jum’at

Dalam kitab Fathul Mu’in dijelaskan ada beberapa rukun sholat Jum’at,

diantaranya adalah18:

1. Memuji kepada Allah SWT

2. Membaca sholawat kepada Baginda Nabi SAW dengan menggunakan

kedua lafadznya (sebab setiap ibadah yang butuh penyebutan nama Allah

maka butuh penyebutan nama Rosul).

Yang dimaksudkan disini adalah dengan lafadz pujian kepada Allah

dan sholawat kepada nabi. Untuk pujian kepada Allah seperti ‫ الحمد هلل‬atau ‫احمد‬

‫هللا‬. Tidak cukup ‫ الشكر هللا‬atau ‫ الثنا هللا‬dan tidak cukup pula lafadz ‫الحمد للرحمن‬.

Sedang lafadz shalawat seperti ‫ أصلي‬,‫ صلى هللا على محمد‬,‫ اللهم صل على محمد‬atau ‫على‬

‫احمد‬, ‫ على الرسول‬, ‫ على النبي‬, ‫ على الحاشر‬, dan nama nabi yang lain. Tidak cukup

lafadz ‫وارحم محمدا‬


ْ ‫ اللهم سلم على محد‬dan juga tidak cukup lafadz ‫وال صلى هللا عليه‬

dengan menggunakan dhamir sekalipun tempat kembali dhamir sebelumnya

sudah disebutkan sebagaimana yang dijelaskan oleh segolongan ulama

Muhaqqiqun. Imam Al-Kamal ad-Damiri berkata: Banyak sekali para khatib

yang melupakan hal itu (yaitu membaca shalawat hanya menggunakan isim

Al-Malibari. 1998. Syaikh Zanuddin bin ‘Abdul ‘Aziz. Fathul Mu’in. Surabaya: Dâr Ihya’ al-
18

Kutub al- ‘Arabiyyah.

27
dhamir). Karena itu, anda janganlah tertipu dengan penggunaan isim dhamir

dalam pembacaan shalawat di sebagian khutbah-khutbah yang diterbitkan yang

berbeda dengan pendapat ulama Muhaqqiqun kurun akhir.

3. Wasiat takwa kepada Allah SWT

Kata-kata dan panjangnya tidak ditentukan namun cukup dengan

mengucapkan semisal kalimat yang mengandung anjuran untuk taat kepada

Allah SWT atau larangan dan mendurhakai-Nya. Karena wasiat itulah maksud

diadakan khutbah. Maka tidaklah cukup hanya menakut-nakuti dari bujukan

dunia, mengingat kematian, ketidak enakan dan kesakitan sesudah mati. Imam

Ibnu RIfah berkata: Wasiat cukup dengan kalimat yang mengandung perintah

agar bersiap-siap menyambut kematian. Ketiga rukun di atas disyaratkan harus

dibaca pada masing-masing dua khutbah Jum’at.

Sunnah bagi khatib agar menertibkan dalam mengerjakan ketiga rukun

tersebut dan rukun-rukun setelahnya dengan membaca hamdalah, shalawat,

wasiat, membaca Al-Qur’an, lalu membaca do’a.

4. Membaca ayat yang memberi kepahaman pada salah satu dua khutbah

Yang lebih utama adalah dibaca pada khutbah pertama. Sunnah setiap

hari Jum’at membaca Surat Qaaf atau sebagian dari surat itu setelah sholat

Jum’at sebab mengikuti anjuran Rosululloh.

5. Do’a masalah akhirat untuk orang-orang mukmin

Tidak cukup do’a tentang masalah duniawi walaupun tidak hafal do’a

tentang akhirat berbeda dengan pendapat dari Imam Al-Athifie yang

menganggap cukup do’a dengan masalah dunia jika tidak hafal do’a tentang

28
akhirat. Do’a telah sah sekalipun tidak menyebutkan mukminat (wanita-wanita

mukmin). Sebab kata mukminin merupakan jenis yang mencakup mukminat.

Lain halnya dengan pendapat Imam Al-Adzra’i, sah juga sekalipun hanya

dengan mengucapkan ‫( رحمكم هللا‬Semoga Allah merahmati kalian semua).

Demikian pula dengan ucapan ‫( اللهم اجرنا من انار‬Ya Allah, selamatan kami dari

panas api neraka) jika memang yang dimaksudkan dengan “kita” adalah

hadirin sekalian. Do’a tersebut harus dibaca pada khutbah kedua, sebagai

tindak mengikuti ulama salaf dan khalaf. Do’a khusus untuk penguasa, ulama

sepakat tidak disunnahkan kecuali jika khawatir akan terjadi fitnah maka do’a

untuk penguasa wajib dikerjakannya. Jika tidak khawatir akan terjadi fitnah,

maka mengerjakannya tidaklah mengapa selama tidak berlebih-lebihan dalam

menyebut sifat penguasa.

Tidak boleh menyebutkan sifat penguasa yang tidak semestinya,

kecuali jika terpaksa harus begitu. Sunnah berdo’a untuk para penguasa dari

golongan sahabat Nabi Muhammad saw secara pasti, begitu juga do’a untuk

penguasa muslim dan tentaranya. Dengan dipanjatkan kemaslahatan,

pertolongan, dan berlaku adil. Menyebutkan cerita kebaikan-kebaikan

penguasa tidaklah memutus sambung-menyambung khutbah selama

penyebutan itu tidak dianggap berpaling dari khutbah.

29
BAB III

PEMBAHASAN

A. Hukum Meninggalkan Shalat Jum’at Di Wilayah Zona Merah Pada

Masa Pendemi Covid-19

Teori dasar untuk menentukan hukum sholat Jum’at baik di zona merah

maupun zona kuning berdasar pada teori kemaslahatan. Jika umat Islam tinggal

di daerah dengan zona merah virus corona, maka umat Islam dianjurkan untuk

melaksanakan sholat dzuhur di rumah masing-masing dan tidak memaksakan

untuk menyelenggarakan sholat Jum’at di masjid. Hal tersebut dikarenakan di

zona merah, meski belum sampai pada tingkat yakin (‫ )متيقن‬tapi sekurang-

kurangnya sampai pada dugaan kuat atau potensial yang mendekati aktual

(‫)اليقين من قريب متوقع‬. Dengan demikian penularan virus corona tidak hanya

berstatus sebagai udzur akan tetapi menjadikan larangan untuk menghadiri

sholat Jum’at.

Artinya masyarakat muslim yang ada di zona merah bukan hanya tidak

diwajibkan untuk sholat Jum’at atau tidak dianjurkan untuk sholat Jum’at

dalam jumlah besar, melainkan mereka tidak boleh melakukan dua aktivitas

tersebut. Dengan demikian sholat Jum’at tersebut diganti dengan sholat dzuhur

di kediaman masing-masing.

Menghadiri atau menyelenggarakan sholat Jum’at di zona merah sama

halnya dengan melakukan tindakan yang membahayakan diri sendiri. Hal

tersebut tertuang dalam firman Allah QS An-Nisa ayat 29:

30
‫وال تقتلوا أنفسكم إن هللا كان بكم رحيما‬

“Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah Maya

Penyayang kepadamu” (QS An-Nisa: 29).

Larangan penyelenggaraan sholat Jum’at ini bisa juga dinyatakan tidak

terkait dengan ibadah Jum’atnya (‫ )امر داخلى‬melainkan pada perkumpulan orang

yang berpotensi untuk menularkan virus corona pada yang lainnya (‫)خارجى أمر‬.

Hal tersebut tertuang pada kitab Ushul Fiqh karya Abdul Wahhab Khalaf:

‫فليس التحريم لذات الفعل ولكن ألمر خارجى أى أن ذات الفعل المفسدة فيه والمضرة ولكن عرض‬

‫له واقترن به ماجعل فيه مفسدة أو مضرة‬

“Maka pengharaman itu bukan karena perbuatan itu sendiri (dalam hal ini

melaksanakan sholat Jum’at), tetapi lebih karena adanya faktor eksternal.

Maksudnya adalah bahwa perbuatan itu pada dasarnya tidak mengandung

mafasadah dan madharat, akan tetapi perbuatan yang pada dasarnya tidak

mengandung mafasadah dan madharat tersebut berkaitan atau bersamaan

dengan sesuatu yang mengandung mafasadah dan madharat19.

Dengan kaidah dalam Ushul Fiqh tersebut maka jelas jika perkumpulan

umat dalam sholat Jum’at saja dilarang, maka apalagi perkumpulan umat di

acara-acara lain yang sifatnya sunnah dan mubah. Dengan demikian, di zona

merah segala aktivitas yang mubah yang melibatkan masa besar seperti tabligh

akbar, munas, muktamar adalah haram li ghairihi. Pandangan tersebut juga

kuat dikarenakan beberapa pertimbangan dalam bidang medis dan kedokteran

19
Abdul Wahhab Khalaf. 2010. ‘Ilmu Ushul Fiqh. Jakarta Dar al-Kutub al-Islamiyah.

31
sudah menyatakan agar seluruh masyarakat tidak mendatangi kegiatan yang

melibatkan masa banyak. Dan di dalam Islam menaati ulil amri hukumnya

adalah wajib berdasarkan firman Allah swt dalam QS. An-Nisa ayat 59:

‫يأيها الذين أمنوا أطيعوا هللا وأطيعوا الرسول وأولى األمر منكم‬

“Hai orang-orang yang beriman taatilah Allah dan taatilah Rosul-Nya dan

ulil amri di antara kamu” (QS. An-Nisa: 59).

Berdasarkan ayat tersebut dan melihat kondisi darurat virus corona saat

ini, maka orang yang tidak mengikuti imbauan pemerintah adalah

berdosa/maksiat. Yang maksiat adalah pembangkangannya pada aturan

pemerintah, bukan pada sholat Jum’atnya. Hal tersebut dikarenakan sholat

Jum’at dan pembangkangan itu bukan merupakan dua hal yang saling

mempersyaratkan (‫)بينهما م تالز ال‬. Dengan kata lain setiap orang boleh memiliki

keyakinan sendiri dan tidak percaya pada arahan para ahli kesehatan, tetapi

sebagai warga negara kita terikat dengan apa yang diputuskan oleh ulil amri.

Syaikh Nawawi berkata:

‫إذا أمر بواجب تأكد وجوبه وإذا أمر بمندوب وجب وإن أمر بمباح فإن كان فيه مصلحة عامة‬

‫كترك شرب الدخان وجب‬

“Ketika seorang pemimpin pemerintahan memerintahkan perkara wajib, maka

kewajiban itu makin kuat, bila memerintahkan perkara sunnah maka menjadi

wajib, dan bila memerintahkan perkara mubah, maka bila di dalamnya terdapat

kemaslahatan publik, maka wajib dipatuhi seperti larangan untuk merokok.

32
Berbeda bila ia memerintahkan perkara haram, makruh, atau perkara mubah

yang tidak mengandung kemaslahatan public, maka ia tidak wajib dipatuhi”20.

B. Hukum Meninggalkan Shalat Jum’at Di Wilayah Zona Kuning Pada

Masa Pendemi Covid-19

Umat Islam yang berada di zona kuning virus corona, maka penularan

virus corona masih dalam batas potension-antisipatif (‫)متوقع‬. Karena itu virus

corona tidak menjadi larangan melainkan hanya menjadi udzur shalt

berjama’ah dan sholat Jum’at (‫)والجماعة الجمعة أعذار‬. Artinya virus corona

menjadi alasan bagi masyarakat muslim di zona kuning untuk tidak

melaksanakan sholat Jum’at dan sholat berjama’ah dan tidak sampai menjadi

larangan bolehnya mereka melakukan dua aktivitas tersebut. Sebab menurut

para fuqaha salah satu yang bisa dijadikan alasan (udzur) untuk tidak

melaksanakan sholat Jum’at dan jama’ah di masjid adalah adanya

kekhawatiran (khauf) yang meliputi tiga hal yaitu kekhawatiran akan

keselamatan jiwa, tercederainya kehormatan, dan kekhawatiran akan hilangnya

harta benda. Hal tersebut tertuang dari kitab al-Manhaj al-Qawim karya Ibnu

Hajar al-Haitami berikut:

‫فصل في أعذار الجمعة والجماعة) أعذار الجمعة والجماعة (المرخصة لتركهما حتى‬

‫تنتفى الكرا هة حيث سنت واإلثم حيث وجبت) المطر (والثلج والبرد ليال أو نهارا) إن بل (كل‬

‫) والمرض الذي يشق (معه الحضور) كمشقته (مع المطر وإن لم يبلغ حدا يسقط‬...( ‫منهما) ثوبه‬

20
Syaikh Nawawi Banten. Nihayah az-Zain. Bairut-Dar al-Fikr h.112.

33
‫) نفسه‬... ‫القيام فيي الفرض قياسا عليه بخالف الخفيف كصداع يسير وحمى خفيفة فليس بعذر‬

‫أوعرضه أوماله‬

“Pasal tentang udzur-udzur yang menyebabkan kebolehan untuk tidak

melaksanakan sholat Jum’at dan sholat berjama’ah. Udzur-udzur yang

menyebabkan kebolehan untuk tidak melaksankan sholat Jum’at dan sholat

berjama’ah sehingga kemakruhan hilang sekiranya disunnahkan dan tidak ada

dosa sekiranya diwajibkan adalah hujan, salju, cuaca yang sangat dingin baik

siang maupun malam, apabila hujan atau salju yang mengenai pakaiannya dan

sakit yang menyebabkan pengidapnya mendapatkan masyaqqah untuk

menghadiri sholat Jum’at maupun sholat berjama’ah. Hal ini sebagaimana

masyaqqah yang menimpanya ketika hujan meskipun tidak sampai pada batas

yang menggugurkan kewajiban berdiri dalam shalat fardhu karena

dianalogikan dengan udzur hujan. Lain halnya dengan sakit ringan seperti sakit

kepala ringan atau panas yang biasa, yang bukan termasuk udzur. Dan diantara

udzur lainnya adalah adanya kekhawatiran atas keselamatan sesuatu yang

ma’shum seperti jiwa, kehormatan, atau harta benda”21.

Melihat berbahayanya persebaran virus corona saat ini maka umat

Islam yang berada di zona kuning pun tetap dianjurkan mengambil dispensasi

(rukhsoh) dalam syariat Islam. Yaitu memilih melaksanakan sholat dzuhur di

rumah masing-masing daripada sholat Jum’at di masjid. Rosululloh saw

bersabda:

21
Ibnu Hajar al-Haitami. al-Manhaj al-Qawim h.148-149. Dar Al-Kotob Al-Ilmiyah: Beirut Lebanon.

34
‫إن هللا يجب أن تؤ تى رخصة كما يجب أن تؤ تى عزائمة‬

“Sesungguhnya Allah senang manakala rukhsoh-rukhsoh-Nya

(keringanan) diambil sebagaimana Dia pun senang manakala azimah-azimah-

Nya dilaksanakan (HR. Ath-Thabrani dan al-Baihaqi).

Dengan demikian dalam mengatasi persebaran virus corona yang cepat

ini penting bagi umat Islam untuk memadukan sikap tawakkal dan waspada

(‫)والحذر التوكل بين الجمع‬. Sebab keduanya merupakan prinsip ajaran Islam. Antara

keduannya tidak saling bertentangan. Artinya kita tawakkal sambil waspada

atau waspada sambil tawakkal.

35
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil review literatur pada pembahasan diatas, maka dapat

disimpulkan bahwa hukum meninggalkan shalat jum’at di wilayah zona kuning

dan merah pada masa pendemi covid-19 adalah jika umat Islam tinggal di

daerah dengan zona merah virus corona, maka umat Islam dianjurkan untuk

melaksanakan sholat dzuhur di rumah masing-masing dan tidak memaksakan

untuk menyelenggarakan sholat Jum’at di masjid. Hal tersebut dikarenakan di

zona merah, meski belum sampai pada tingkat yakin (‫ )متيقن‬tapi sekurang-

kurangnya sampai pada dugaan kuat atau potensial yang mendekati aktual

(‫)اليقين من قريب متوقع‬. Dengan demikian penularan virus corona tidak hanya

berstatus sebagai udzur akan tetapi menjadikan larangan untuk menghadiri

sholat Jum’at.

Artinya masyarakat muslim yang ada di zona merah bukan hanya tidak

diwajibkan untuk sholat Jum’at atau tidak dianjurkan untuk sholat Jum’at

dalam jumlah besar, melainkan mereka tidak boleh melakukan dua aktivitas

tersebut. Dengan demikian sholat Jum’at tersebut diganti dengan sholat dzuhur

di kediaman masing-masing.

Umat Islam yang berada di zona kuning virus corona, maka penularan

virus corona masih dalam batas potension-antisipatif (‫)متوقع‬. Karena itu virus

corona tidak menjadi larangan melainkan hanya menjadi udzur shalat

berjama’ah dan sholat Jum’at (‫)والجماعة الجمعة أعذار‬. Artinya virus corona

36
menjadi alasan bagi masyarakat muslim di zona kuning untuk tidak

melaksanakan sholat Jum’at dan sholat berjama’ah dan tidak sampai menjadi

larangan bolehnya mereka melakukan dua aktivitas tersebut. Sebab menurut

para fuqaha salah satu yang bisa dijadikan alasan (udzur) untuk tidak

melaksanakan sholat Jum’at dan jama’ah di masjid adalah adanya

kekhawatiran (khauf) yang meliputi tiga hal yaitu kekhawatiran akan

keselamatan jiwa, tercederainya kehormatan, dan kekhawatiran akan hilangnya

harta benda.

B. Saran

1. Bagi Masyarakat

a. Diharapkan masyarakat muslim dapat memahami konsep sholat Jum’at

pada masa pandemi covid-19.

b. Masyarakat muslim dapat menerapkan berbagai hukum sholat Jum’at pada

masa pandemi covid-19.

2. Bagi Peneliti

a. Peneliti dapat lebih banyak menggali referensi hukum-hukum Islam dan

menerapkannya pada masyarakat sehingga dapat membantu masyarakat

secara langsung.

37
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Wahhab Khalaf. 2010. ‘Ilmu Ushul Fiqh. Jakarta Dar al-Kutub al

Islamiyah.

Al Ghazali. 2008. Mutiara Ihya' Ulumuddin Cetakan 1. Bandung: Mizan.

Al-Malibari Syaikh Zanuddin bin ‘Abdul ‘Aziz. 1998. Fathul Mu’in. Surabaya:

Dâr Ihya’ al-Kutub al- ‘Arabiyyah.

Firdaus. 2012. Sholat Jum’at di Desa Ranah SIngkuang Kecamatan Kampar

(Studi Kasus Terhadap Masyarakat Penyadap Karet dan Buruh.

Pekanbaru: Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

Gunawan, Imam. 2015. Metode Penelitian Kualitatif. Malang: Universitas Negeri

Malang.

Ibnu Hajar al-Haitami. 2000. al-Manhaj al-Qawim. Dar Al-Kotob Al-Ilmiyah:

Beirut Lebanon.

Mela Arnani. 2020. Update Virus Corona 10 Juli 2020: 12,3 Juta Orang

Terinfeksi, Ini 5 Negara dengan Kasus Tertinggi. Kompas: Jakarta.

Diunduh dari

https://www.kompas.com/tren/read/2020/07/10/072100165/update-virus-

corona 10juli-2020--12-3-juta-orang-terinfeksi-ini-5-negara?page=all.

Putri, Gloria Setyvani. Pernyataan Resmi WHO, Virus Corona Menyebar di

38
Udara dan Menular. Jakarta: Kompas.

Sari, Vini Fadilla. 2019. Kesadaran Siswa Dalam Pelaksanaan Sholat Jum’at Di

SMK Negeri 4 Kota Bengkulu. Bengkulu: Institut Agama Islam Negeri

Bengkulu.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:

CV Alfabeta

Sukardi. 2013. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya.

Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Syeikh Muhammad bin Qasim Al-Ghazziy. Fathul Qorib Al-Mujib. Al-Haromain.

Syaikh Dr. Mushtof al Khin, dkk. Al-Fiqh Al-Manhaji ‘Ala Madzhab Al Imam

Asy-Syafi’I Jilid 1. Damaskus: Darul Musthofa.

Ulil Hadrawi. 2020. Begini Keistimewaan dan Sejarah Shalat Jumat. NU Online:

Jatim. Diunduh dari https://jatim.nu.or.id/read/begini-keistimewaan-dan-

sejarah-shalat-jumat

Zulkarnain, Fisher dkk. 2020. Kebijakan Fatwa MUI Meliburkan Sholat Jum’at

Pada Masa Darurat Covid-19. Bandung: UIN Sunan Gunung Djati

Bandung.

39
CURRICULUM VITAE

Nama : Fatia Nur Rahmawati

Tempat, Tanggal Lahir : Kebumen, 22 November 1997

Alamat : Desa Lajer RT 01 RW 01, Kec.

Ambal, Kab. Kebumen, Jawa Tengah

Riwayat Pendidikan :

1. SDI Al Furqon Kebumen 2004-2010


2. SMP Negeri 3 Kebumen 2010-2013
3. MA Nurul Ummah Kotagede 2013-2016
4. Universitas Negeri Yogyakarta 2016-2020

Motto : ‫ ِإن َم َع ْٱلعُس ِْر يُس ًْرا‬. ‫فَإِن َم َع ْٱلعُس ِْر يُس ًْرا‬

Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada

kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada

kemudahan (Q.S. Al-Insyiroh ayat 5-6).

40
LAMPIRAN

41
42
43
44
45
46
47

Anda mungkin juga menyukai