Anda di halaman 1dari 2

Obstructive Sleep Apnea (OSA) adalah keadaan apnea dan hipopnea akibat adanya

sumbatan total atau sebagian jalan napas atas yang terjadi secara berulang pada saat tidur
selama fase non-REM atau REM sehingga menyebabkan aliran udara ke paru menjadi
terhambat. Gejala utamanya adalah mendengkur. OSA terjadi karena lidah dan palatum jatuh
ke belakang (kolaps) sehingga terjadi obstruksi.
OSA paling banyak dialami oleh pria usia pertengahan dengan obesitas. Gejala dari
OSA antara lain mendengkur, mengantuk yang berlebihan pada siang hari, tersedak, tidur
tidak nyeyak, letih dan lesu sepanjang hari, penurunan konsentrasi, serta riwayat OSA dalam
keluarga.
Diagnosis OSA ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik untuk mengetahui
kelainan yang mungkin ada sebagai faktor penyebab dan pemeriksaan penunjang. Gold
standard diagnosa OSA adalah dengan melakukan pemeriksaan penunjang berupa
polisomnografi. Terapi OSA dibagi menjadi terapi non bedah dan terapi bedah. Terapi non
bedah dengan mengusahakan tekanan positif untuk mengurangi obstruksi dan meminimalisir
faktor penyebab melalui perubahan gaya hidup, olah raga serta obat-obatan. Terapi bedah
dilakukan sesuai dengan indikasi, terutama jika terapi non bedah belum berhasil.
Komplikasi dari OSA dapat terjadi pada seluruh sistem dalam tubuh, antara lain
neuropsikologis (kantuk berlebihan pada siang hari, kurang konsentrasi dan daya ingat, sakit
kepala, depresi), kardiovaskuler (takikardi, hipertensi, aritmia, blokade jantung, angina,
penyakit jantung iskemik, gagal jantung kongestif, stroke), respirasi (hipertensi pulmonum,
cor pulmunale), metabolik (diabetes, obesitas), genito-urinari (nokturia, enuresis, impotensi)
dan hematologis (polisitemia).

Anda mungkin juga menyukai